You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

Demokrasi adalah suatu pemikrian manusia yang mempunyai kebebesan berbicara,


dan mengeluarkan pendapat. Demokrasi adalah sebuah pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat. Begitulah pemahaman yang paling sederhana tentang
demokrasi, yang hamper diketahui oleh semua orang. Demokrasi juga adalah bentuk
pemerintahan politik dimana kekuasaan pemerintah berasal dari rakyat, baik secara
langsung (demokrasi langsung) maupun secara perwakilan (demokrasi perwakilan).
Berbicara mengenai demokrasi adalah memburaskan (memperbincangkan) tentang
kekuasaan, atau lebih tepatnya pengolahan kekuasaan secara beradab. Demokrasi adalah
system manajemen kekuasaan yang dilandasi oleh nilai-nilai dan etika serta peradaban
yang menghargai martabat manusia. Pelaku utama demokrasi adalah kita semua, setiap
orang yang selama ini di atas namakan namun tak pernah ikut menentukan. Menjaga
proses demokratisasi adalah memahami secara benar hak-hak dan kewajiban yang kita
miliki, menjaga hak-hak dan kewajiban itu agar siapapun menghormatinya, melawan
siapapun yang berusaha melanggat hak-hak itu.
Untuk itu perlunya kita memahami bagaimana pentingnya kehidupan demokrasi
dalam bermasyarakat da bernegara agar terwujudnya sebuah demokrasi yang diharapkan
oleh setiap rakyat.

A. Tujuan

• Menjelaskan Pentingnya Kehidupan Demokrasi dalam Bermasyarakat dan


Bernegara.

B. Rumusan Masalah

• Apa Pentingnya Kehidupan Demokrasi dalam Bermasyarakat dan Bernegara.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang

Demokrasi sebagai proses yang melibatkan warga Negara dalam pemerintahan


muncul kembali di beberapa kota pada zaman yunani kuno, sekitar akhir abad ke VI SM.
Kemungkinan besar warga Athena lah yang mencetuskan kata democratia (demokrasi),
yang merupakan gabungan dari dua kata, demos (rakyat) dan kratos (memerintah), untuk
menggambarkan system pemerintahan mereka.
Sebelum kita mengetahui bagaimana pentingnya demokrasi dalam bermasyarakat dan
bernegara Indonesia terlebih dahulu kita harus mengenal bagaimana perjalanan sejarah
demokrasi dan perkembangannya di Indonesia

B. Sejarah dan perkembangan demokrasi di Indonesia

Perkembangan demokrasi di Indonesia mengalami pasangsurut (fluktasi ) dari masa


kemerdekaan sampai saat ini. Dalam perjalanan bangsa dan bernegara Indonesia, masalah
pokok yang dihadapi ialah bagaimana demokrasi mewujudkan dirinya dalam berbagai
sisi kehidupan berbangsa dan bernegara. Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat
dilihat dari segi waktu dibagi dalam empat periode sebagai berikut.

1. Demokrasi pada periode 1945-1959 (Parlementer)


Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer. System
parlementer yang mulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan diproklamairkan dan
kemudian diperkuat dengan Undanga-Undang Dasar 1945 dan 1950, ternyata kurang
untuk Indonesia. Persatuan yang dapat digalang selama menghadapai musuh bersama dan
kemerdekaan tercapai, karena lemahnya benih-benih demokrasi system parlementer
memberi peluang untuk demokrasi partai-partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat.
Undang-undang Dasar 1950 menetapkan berlakunya system parlementer dimana
badan eksekutif terdiri dari presiden sebagai kepala Negara konstitusional (constitutional
head) berseta menteri-menterinya yang mempunyai tanggung jawab politik. Karena
fregmentasi partai-partai politik usia cabinet pada masa ini jarang dapat bertahan cukup
lama. Koalisi yang dibangun dengan sangat gampang pecah. Hal ini mengakibatkan
destabilisasi politik nasional.

2. Demokrasi pada periode 1959-1965 (terpimpin)


Ciri-ciri periode ini adalah dominasi dari presiden, terbatasnya peranan partai politik,
berkembangnya pengaruh komunis dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur social
politik. Dekrit presiden 5 juli dapat dipandang sebagai usaha mencari jalan keluar dari
kemacetan politik melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat. Undang-Undang
Dasar 1945 membuka kesempatan bagi seorang presiden untuk bertahan selama lima
tahun.

2
Akan tetapi ketetapan MPRS No. III/1963 yang mengangkat Ir. Soekarno sebagai
presiden seumur hidup telah membatalkan pembatasan waktu lima tahun ini (Undang-
Undang Dasar memungkinkan seorang presiden untuk dipilih kembali) yang ditentukan
Undang-Undang Dasar. Selain itu, banyak lagi tindakan yang menyimpang dari
ketentuan-ketentuan Undang-Undang Dasar, misalnya tahun 1960 Ir. Soekarno sebagai
presiden membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat hasil pemilihan umum, padahal dalam
penjelasan Undang-Undanga Dasar 1945 secara eksplisit ditentukan bahwa presiden tidak
mempunyai wewenag untuk berbuat demikan.
Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong yang mengganti Dewan Perwakilan
Rakyat hasil pemilhan umum ditonjolkan perananya sebagai pembantu pemerintah
sedangkan fungsi control ditiadakan. Lagi pula pimpinan DPR dijadikan menteri dan
dengan demikian ditekankan fungsi mereka sebagi pembantu presiden disamping fungsi
sebagai wakil rakyat.

3. Demokrasi pada periode 1965-1998 (Pancasila)


Landasan formil dari periode ini adalah pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta
ketetapan-ketetapan MPRS. Dalam usaha meluruskan kembali penyelewengan terhadap
Undang-Undang Dasar yang telah terjadi dalam demokrasi terpimpin. Ketetapan MPRS
No. III/1963 yang menetapkan masa jabatan seumur hidup Ir. Soekarno telah dibatalkan
dan jabatan presiden kembali menjadi jabatan elektif setiap lima tahun. Ketetapan MPRS
No. XIX/1196 telah menentukan ditinjaunyas kembali produk-produk legislatif dari masa
demokrasi terpimpin dan atas dasar itu Undang-Undang No. 19/1964 telah diganti
dengan suatu undang-undang baru |(No. 14/1970) yang menetapkan kembali azas “
kebebasan badan-badan pengadilan”. DPR Gotong Royong diberi beberapa hak control,
disamping ia tetap mempunyai fubgsi untu membantu pemerintah. Pimpinannya tidak
lagi berstatus menteri.
Beberapa perumusan tentang demokrasi pancasila antara lain :
a. Demokrasi dalam bidang politik pada hakikatnya adalah menegakan kembali
azas-azas Negara hukum dan kepastian hukum
b. Demokrasi dalam bidang ekonomi pada hakiatnya adalah kehidupan yang layak
bagi semua warga Negara, dan
c. Demokrasi dalam bidang hukum pada hakikatnya pengakuan dan perlindungan
HAM, peradilan yang tidak memihak.
Dengan demikian secaara umum dapat dejelaskan bahwa watak demokrasi pancasila
tidak berbeda dengan demokrasi pada umumnya.karena demokrasi pancasila memandang
kedaulatan rakyat sebagi inti dari system demokrasi. Karenanya rakyat mempunyai hak
yang sama dalam menentukan nasibnya sendiri. Begitu pula partisipasi politik yang sama
semua rakyat. Untuk itu pemerintah patut memberikan perlindungan dan jaminan warga
Negara dalam menjalankan hak politik.
Namun demikian “demokrasi pancasila” dalam rezim orde baru hanya sebagai
retorika dan gagasan belum sampai pada tataran praktisi atau hanya penerapan. Karena
dalam praktek kenegaraan dan pemerintahan, rezim ini sangat tidak memberikan ruang
bagi kehidupan berdemokrasi. Seperti dikatakan M. Rusli karim rezim orde baru ditandai
olehhal-hal berikut :

3
1). Dominannya peranan ABRI.
2). Birokrasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik.
3). Pengebirian peran dan fungsi partai politik.
4). Campur tangan pemerintah dalam berbagai urusan partai politik dan public .
5). Masa mengambang.
6). Inkorporasi lembaga non pemerintah.

Tujuh ciri tersebut menjadikan hubungan Negara versus masyarakat secara berhadap-
hadapan dan subordinate, dimana Negara dan pemerintah sangat endominasi. Dengan
demikan nilai-nilai demnokrasi juga belum ditegakan dalam demokrasi pancasila
soeharto

4. Demokrasi pada periode 1998-sekarang (orde reformasi)


Runtuhnya reazim otoriter orde baru telah membawa harapan baru bagi tumbuhnya
demokrasi di Indonesia. Bergulirnya reformasi yang mengiringi keruntuhan rezim
tersebut menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi Indonesia. Transisi demokrasi
merupakan fase krusial yang kritis, karena dalam fase ini akan ditentukan kemana arah
demokrasi yang akan dibangun. Selain itu dalam fase ini pula bisa saja terjadi pembalikan
arah perjalanan bangsa dan Negara yang akan menghantar pada periode orde lama dan
orde baru.
Sukses atau gagalnya suatu transisi demokrasi sangat bergantung pada empat factor
kunci, yakni;
1). Komposisi elite politik
2). Desain institusi politik.
3). Kultur politik.
4). Peranan civil society (masyarakat madani).
Keempat factor itu harus jalan secara sinergis dan berkelindan sebagai modal untuk
mengonsolidasi demokrasi. Karena itu seperti yang dikemukakan oleh Azyumardi Azra
langkah yang harus dilakukan dalam transisi Indonesia menuju demokrasi sekurang-
kurangnya mencakup reformasi dalam tiga bidang besar (Azyumardi Azra, 2002).
Pertama, reformasi system (constitutionl reform) yang menyangkut perumusan kembali
falsafah, kerangka dasar, dan perangkat legal system politik. Kedua, reformasi
kelembagaan (institutional reform and empowerment) yang menyangkut pengembangan
dan pemberdayaan lembaga-lembaga politk. Ketiga, pengembangan kultur atau budaya
politik (political cultural) yang lebih demokratis.
Indikasi kearah terwujudnya demokrasi dalam era transisi menuju demokrasi di
Indonesia antara lain adanya reposisi dan redefinifi TNI dalam kaitanya dengan
keberadaanya pada sebuah Negara demokrasi, diamademenya pasal-pasal dalam
konstitusi Negara RI (amademen I-IV), adanya kebebasan pers, dijalankanya kebijakan
otonomi daerah, dan sebagainya. Keberhasilan dari demokrasi ini pun masih menjadi
pertanyaan besar.

4
C. Pentingya kehidupan demokrasi dalam masyarakat

Setelah kita mengetahui bagaimana berat dan terjalnya perjalanan demokrasi di


Indonesia yang mempunyai pasang surut tentu kita harus memikirkan bagaimana seluruh
warga masyarakat Indonesia memperjuangkan demokrasi di Indonesia selain itu
demokrasi telah lama berkembang di pelosok tanah air kita, bahkan telah menjadi bagian
dari budaya kita. Contoh demokrasi yang berkembang di daerah antara lain adanya
musyawarah adat, rembug desa, dan rapat negri. Contoh-contoh tersebut menandakan
adanya budaya demokrasi di negeri kita. Dalam rembug desa, musyawarah adat, dan
rapat negeri itu, masing-masing warga mengambil bagian dalam proses pembuatan
keputusan atau kebijakan yang menyangkut kepentingan bersama.
Kehidupan demokrasi itu sangat nyata diterapkan ketika ada suatu masalah di
kampung, demokrasi tidak berjalan apabila pihak yang memecahkan masalah itu hanya
ketua adapt saja, sebaliknya demokrasi berjalan apabila semua warga kampung dilibatkan
untuk memecahkan masalah tersebut. Masing-masing warga memiliki pandangan tertentu
terhadap masalah dan pemecahannya.
Semakin banyak kepala yang berpikir dan mengemukakan pendapat, semakin bagus
pemecahan atas masalah itu. Meski demikian, demokrasi tidak hanya diterapkan jika ada
masalah saja, demokrasi bisa diterapkan dalam hal merumuskan kebijakan-kebijikan
bersama demi kemajuan kampung, dimana semua orang bisa mengemukakan pendapat
secara bebas.
Kegiatan gotong royong warga mustahil dilakukan tanpa adanya musyawarah terlebih
dahulu. Hal ini menunjukan pentingnya demokrasi dalam kehidupan masyarakat.
Untuk mengetahui pentingnya kehidupan demokrasi dalam masyarakat, dapat kita
tinjau dalam berbagai kegiatan warga masyarakat itu sendiri. Misalnya menjaga
kebersihan dan keindahan lingkungan RT/RW. Kegiatan tersebut tidak mungkin
dikerjakan oleh ketua RT/RW saja. Agar kegiatan itu efektif dan sesuai dengan harapan
warga masyarakat, maka ketua RT/RW perlu mengajak anggota masyarakatnya untuk
bermusyawarah.
Pentingnya kehidupan demokrasi dalam masyarakat dapat menumbuhkan semangat
kerukunan antara anggota masyarakat. Bahkan demokrasi dapat menjadi wahana
silahturahmi bagi warga masyarakat. Dengan demikian, kekeluargaan, kebersamaan
mengemukakan pendapat, dan sebagainya akan tumbuh dengan sendirinya.
Pada titik ini, semangat dan dinamika kehidupan masyarakat menjadi positif.
Masyarakat hidup tanpa rasa takut, tanpa tekanan, dan tanpa saling menakuti satu sama
lain. Mereka hidup bebas, bebas menyuarakan pikiran dan isi hatinya. Anggota warga
masyarakat merasa senang jika hak-hak dan kebebasan mereka terjamin.
Namun, bila hak-hak dan kebebasan mereka tidak terjamin, maka ini berarti bahwa
kehidupan demokrasi tidak ada dalam masyarakat. Warga masyarkat pun akan meraskan
betapa pedihnya atau susahnya hidup tanpa demokrasi. Dengan demikian, kita semua
sebagai warga masyarakat menganggap perlu adanya kehidupan demokrasi dan
menganggap betapa pentingnya kehidupan demokrasi di tengah pergaulan masyarakat
yang beradab sekarang ini.

5
Dalam uraian tersebut, kehidupan demokrasi dalam masyarakat penting artinya
karena dapat menumbuhkan hal-hal positif sebagai berikut:
a. tumbuhnya semangat warga masyarakat untuk bersilahturahmi.
b. Memperat tali persaudaraan dan persahabatan di antara warga masyarakat.
c. Tumbuhnya semangat untuk beraktifitas dan berkreasi.
d. Warga mayarakat semakin peka terhadap lingkungannya dan semakin cepat
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
e. Tumbuhnya sikap saling menghargai hak masing-masing warga masyarakat dan
bersemangat dalam menjalankan kewajiban sebagai anggota masyarakat,
membiasakan diri berkerja sama, bergotong-royong, dan sebagainya.
f. Menekan terjadinya sikap dan perubahan negative seperti intimidasi, menakut-
nakuti, sewenag-wenang, monopoli dan sebagianya.

6
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kita sebagai warga Negara Indonesia memang seharusnya patut memahami
pentingnya kehidupan berdemokrasi dalam bermasyarakat dan bernegara, karena dengan
berdemokrasi diharapkan mampu menjadikan Negara kita kuat dan solid. Namun
demikian kita sebagai masyarakat pun harus mengerti akan hak-hak dan kewajiban-
kewajibanya dalam berdemokrasi, agar tidak terjadi ketimpangan-ketimpangan seperti
yang telah terjadi dalam perkembangan dan perjalanan demokrasi di indonesia itu sendiri.
Walaupun demokrasi di Indonesia memberikan harapan akan tumbuhnya masyarakat
baru yang memiliki kebebasan pendapat, berserikat, berkumpul, berpolitik dimana
masyarakat mengharap adanya iklim ekonomi yang kondusif, tetapi tetap untuk
menghadapi tantangan dan mengelola harapan ini agar menjadi kenyataan memerlukan
kerjasama antar segenap masyarakat atau bangsa Indonesia agar demokrasi dapat
berkembang kearah yang lebih baik. Itulah tujuan utama pentingnya kehidupan
demokratis dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

7
DAFTAR PUSTAKA

• Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMP Kelas VIII Semester Genap. (2009).


Klaten: Penerbit AVIVA.

You might also like