You are on page 1of 11

PERANG UNTUK AKHIRI PERANG, HANCURKAN EMPAT KEKAISARAN

Perang Dunia I, yang meletus 90 tahun lalu pada 28 Juli 1914, melibatkan 35 negara dari
setiap benua, merenggut 10 juta jiwa serta melukai 20 juta orang.

Konflik tersebut, yang membuat berhadapannya persaingan yang telah mengoyak Eropa
selama setengah tahun, meletus dengan ditabuhnya genderang perang di Serbia oleh
kekaisaran Austria-Hongaria 28 Juli, satu bulan setelah terbunuhnya pewaris tahta
kekaisaran di Sarajevo oleh seorang pengikut kubu nasionalis Serbia.

"Satu demi satu, kekuatan Eropa terseret ke dalam konflik itu akibat persaingan kolonial
dan wilayah mereka, dan persekutuan mereka," demikian laporan kantor berita Perancis,
AFP.

Austria-Hongaria, Bulgaria, Jerman dan Kekaisaran Usmaniyah (Ottoman) berhadapan


dengan negara persekutuan tiga negara --Inggris, Prancis dan Rusia, lalu ditambah Italia
pada 1915.

Masuknya Jepang, dan terlebih lagi Amerika pada 1917, ke kancah pertempuran
membuatnya menjadi konflik pertama yang benar-benar bersifat global.

Hayalan bahwa perang tersebut akan berlangsung singkat dihancurkan oleh kegagalan
serangan besar pertama di front timur dan barat.

Rusia melancarkan serangan besar terhadap wilayah Jerman, Prussia Timur, Agustus
1914, menderita kekalahan telak di Tannenberg, lalu diikuti oleh kemunduran lain pada
pertempuran pertama dan kedua di Danau Masuria.

Itu lah awal kemunduran terus-menerus ke arah timur, yang berakhir dengan Revolusi
Bolshevik 1917 dan penandatanganan kesepakatan Brest-Litovsk antara Jerman dan
Rusia.

Konflik itu menyebar ke empat front --di Balkang, di Perancis, di Rusia dan belakangan
di Italia.

Dari 1915, front barat dibentuk dari Laut Utara ke perbatasan Swiss, dan perang yang
berkobar tanpa akhir berawal. Gelombang besar-besaran umat manusia menuju desingan
amunisi dari "mulut" senapan mesin serta meriam memusnahkan sebagian besar dari satu
mata rantai generasi manusia.

Pada 1916, lebih dari 700.000 orang dari kedua pihak yang saling gempur menemui ajal
dalam pertempuran di Verdun, dan dalam 20 pekan baku-tembak di sungai Somme, 1,2
juta pemuda "disantap" mesiu. Sebanyak 330.000 prajurit tewas dalam tiga tahun di
sepanjang jalan yang dikenal dengan nama Chemin des Dames, kejadian yang
mengakibatkan pemberontakan dalam tubuh militer Prancis guna menetang pengorbanan
jiwa yang sia-sia itu.
Di tempat lain, ekspedisi Sekutu untuk menguasai wilayah Teluk Dardanelles --jalan
masuk utama ke pantai Laut Hitam Rusia-- berakhir dalam becana kekalahan oleh
Usmaniyah, dan 260.000 orang tewas atau hilang.

Namun tentara Rusia mendesak pasukan Usmaniyah mundur di Kaukasus dan di


Armenia, dan Inggris --yang mengeksploitir aspirasi Arab bagi kemerdekaan-- dengan
susah payah berhasil merebut Baghdad serta Jerusalem dari Kekaisaran Usmaniyah.

Pada 1918, pasukan Sekutu --yang mendapat bantuan personel dan pasokan dari Amerika
Serikat-- mengalahkan Jerman dalam Pertempuran Marne. Austria-Hongaria, Kekaisaran
Usmaniyah dan Bulgaria menderita kekalahan besar dan menandatangani kesepakatan
gencatan senjata pada September dan Oktober.

Senjata secara resmi tak bersuara pada jam ketujuh, hari ketujuh, bulan ketujuh 1918
--ketika Jerman menandatangani gencatan senjata di Rethondes, dekat Compiegne,
Perancis.

Peta Eropa dirombak total oleh perang tersebut. Kesepakatan perdamaian, yang pada
prisipnya berupa Kesepakatan Versailles, 28 Juni 1919 --peringatan kelima pembunuhan
di Sarajevo, memberlakukan ketentuan keras mengenai wilayah, militer dan ekonomi
pada pihak yang kalah perang.

Jerman kehilangan sepertujuh wilayahnya dan sepersepuluh warganya.

Konflik tersebut mengakibatkan ambruknya empat kekaisaran --Austria-Hongaria,


Jerman, Usmaniyah dan Rusia-- dan menghasilkan negara baru seperti Yugoslavia dan
Cekoslowakia.

Perang itu juga menandai berakhirnya dominasi Eropa dalam bidang politik, ekonomi dan
militer, dan menciptakan tatanan dunia baru. Dalam dunia tersebut, Amerika Serikat dan
Jepang muncul sebagai kekuatan global.

"Perang Besar" itu mestinya menjadi perang untuk mengakhiri semua perang, dan
melahirkan Liga Bangsa-Bangsa --yang dimaksudkan untuk menjamin perdamaian dunia.

Namun guncangan akibat suatu konflik yang memperkenalkan penggunaan gas racun,
kapal selam, tank dan pemboman udara atas warga sipil tak cukup untuk mencegah
meletusnya perang dunia kedua 20 tahun kemudian --kejadian yang menelan korban lima
kali lebih banyak. [Tma, Ant]
Paris
Laporan AFP
Perang untuk Akhiri Perang, Hancurkan Empat Kekaisaran
Perang Dunia I (1914) mengakibatkan ambruknya empat kekaisaran --Austria-Hongaria,
Jerman, Usmaniyah dan Rusia-- dan menghasilkan negara baru, Yugoslavia dan
Cekoslowakia.

Perang Dunia I, yang meletus 90 tahun lalu pada 28 Juli 1914, melibatkan 35 negara dari
setiap benua, merenggut 10 juta jiwa serta melukai 20 juta orang.

Konflik tersebut, yang membuat berhadapannya persaingan yang telah mengoyak Eropa
selama setengah tahun, meletus dengan ditabuhnya genderang perang di Serbia oleh
kekaisaran Austria-Hongaria 28 Juli, satu bulan setelah terbunuhnya pewaris tahta
kekaisaran di Sarajevo oleh seorang pengikut kubu nasionalis Serbia.

"Satu demi satu, kekuatan Eropa terseret ke dalam konflik itu akibat persaingan kolonial
dan wilayah mereka, dan persekutuan mereka," demikian laporan kantor berita Perancis,
AFP.

Austria-Hongaria, Bulgaria, Jerman dan Kekaisaran Usmaniyah (Ottoman) berhadapan


dengan negara persekutuan tiga negara --Inggris, Prancis dan Rusia, lalu ditambah Italia
pada 1915.

Masuknya Jepang, dan terlebih lagi Amerika pada 1917, ke kancah pertempuran
membuatnya menjadi konflik pertama yang benar-benar bersifat global.

Hayalan bahwa perang tersebut akan berlangsung singkat dihancurkan oleh kegagalan
serangan besar pertama di front timur dan barat.

Rusia melancarkan serangan besar terhadap wilayah Jerman, Prussia Timur, Agustus
1914, menderita kekalahan telak di Tannenberg, lalu diikuti oleh kemunduran lain pada
pertempuran pertama dan kedua di Danau Masuria.

Itu lah awal kemunduran terus-menerus ke arah timur, yang berakhir dengan Revolusi
Bolshevik 1917 dan penandatanganan kesepakatan Brest-Litovsk antara Jerman dan
Rusia.

Konflik itu menyebar ke empat front --di Balkang, di Perancis, di Rusia dan belakangan
di Italia.

Dari 1915, front barat dibentuk dari Laut Utara ke perbatasan Swiss, dan perang yang
berkobar tanpa akhir berawal. Gelombang besar-besaran umat manusia menuju desingan
amunisi dari "mulut" senapan mesin serta meriam memusnahkan sebagian besar dari satu
mata rantai generasi manusia.

Pada 1916, lebih dari 700.000 orang dari kedua pihak yang saling gempur menemui ajal
dalam pertempuran di Verdun, dan dalam 20 pekan baku-tembak di sungai Somme, 1,2
juta pemuda "disantap" mesiu. Sebanyak 330.000 prajurit tewas dalam tiga tahun di
sepanjang jalan yang dikenal dengan nama Chemin des Dames, kejadian yang
mengakibatkan pemberontakan dalam tubuh militer Prancis guna menetang pengorbanan
jiwa yang sia-sia itu.

Di tempat lain, ekspedisi Sekutu untuk menguasai wilayah Teluk Dardanelles --jalan
masuk utama ke pantai Laut Hitam Rusia-- berakhir dalam becana kekalahan oleh
Usmaniyah, dan 260.000 orang tewas atau hilang.

Namun tentara Rusia mendesak pasukan Usmaniyah mundur di Kaukasus dan di


Armenia, dan Inggris --yang mengeksploitir aspirasi Arab bagi kemerdekaan-- dengan
susah payah berhasil merebut Baghdad serta Jerusalem dari Kekaisaran Usmaniyah.

Pada 1918, pasukan Sekutu --yang mendapat bantuan personel dan pasokan dari Amerika
Serikat-- mengalahkan Jerman dalam Pertempuran Marne. Austria-Hongaria, Kekaisaran
Usmaniyah dan Bulgaria menderita kekalahan besar dan menandatangani kesepakatan
gencatan senjata pada September dan Oktober.

Senjata secara resmi tak bersuara pada jam ketujuh, hari ketujuh, bulan ketujuh 1918
--ketika Jerman menandatangani gencatan senjata di Rethondes, dekat Compiegne,
Perancis.

Peta Eropa dirombak total oleh perang tersebut. Kesepakatan perdamaian, yang pada
prisipnya berupa Kesepakatan Versailles, 28 Juni 1919 --peringatan kelima pembunuhan
di Sarajevo, memberlakukan ketentuan keras mengenai wilayah, militer dan ekonomi
pada pihak yang kalah perang.

Jerman kehilangan sepertujuh wilayahnya dan sepersepuluh warganya.

Konflik tersebut mengakibatkan ambruknya empat kekaisaran --Austria-Hongaria,


Jerman, Usmaniyah dan Rusia-- dan menghasilkan negara baru seperti Yugoslavia dan
Cekoslowakia.

Perang itu juga menandai berakhirnya dominasi Eropa dalam bidang politik, ekonomi dan
militer, dan menciptakan tatanan dunia baru. Dalam dunia tersebut, Amerika Serikat dan
Jepang muncul sebagai kekuatan global.

"Perang Besar" itu mestinya menjadi perang untuk mengakhiri semua perang, dan
melahirkan Liga Bangsa-Bangsa --yang dimaksudkan untuk menjamin perdamaian dunia.

Namun guncangan akibat suatu konflik yang memperkenalkan penggunaan gas racun,
kapal selam, tank dan pemboman udara atas warga sipil tak cukup untuk mencegah
meletusnya perang dunia kedua 20 tahun kemudian --kejadian yang menelan korban lima
kali lebih banyak. [Tma, Ant]
KONFLIK DALAM PERANG DUNIA PERTAMA
Dalam kehidupan sosial manusia akan selalu membutuhkan uluran tangan dari manusia
yang lain, manusia tidak akan pernah bisa hidup mandiri. Kebutuhan untuk saling
bekerjasama telah mendorong manusia untuk membentuk koloni ataupun kelompok
untuk menjalani kehidupannya.

Bersama kelompoknya, manusia mencoba untuk mempermudah hidupnya namun hal


tersebut bukanlah jaminan karena kadangkala yang terjadi justru sebaliknya yaitu
kehidupan yang lebih sulit dan rumit. Bila tidak mampu bekerjasama ataupun bersatu
yang terjadi hanyalah pertentangan antar anggota kelompok.

Kesatuan anggota kelompok pun bukanlah satu titik kenyamanan karena pertentangan
tetap akan bisa menggerogoti sebuah kelompok yaitu dengan munculnya pertentangan
dari kelompok lain yang memicu munculnya pertentangan antar kelompok. Pertentangan-
pertentangan ini nantinya menjadi konflik di tengah kehidupan manusia.

Konflik terbesar sepanjang kehidupan manusia dimulai pada abad ke-19, yaitu pada
Perang Dunia I yang menyeret berbagai kelompok yang ada di dunia ini untuk memasuki
neraka yang menganga. Semuanya berseteru dalam sebuah konflik dengan kepentingan
yang berbeda-beda. Dampaknya pun menjadi cerita utama dalam sejarah manusia,
bukannya happy ending yang terjadi tapi konflik yang lebih besar.

Hal inilah yang mendorong para penulis untuk lebih jauh mengetahui berbagai hal
terkait dengan Perang Dunia I, yang memunculkan konflik berkepanjangan tentang
pertentangan manusia bukannya perubahan dan pengembangan pada hubungan kelompok
manusia.

STUDI KASUS DAN ANALISIS

Perang Dunia I
Sebab dan Dampak Perang Dunia 1
Di Eropa abad ke-19, penjajahan tersebar luas. Kekuatan bangsa Eropa seperti Inggris
dan Prancis telah membangun kekuasaan penjajahan di keempat penjuru dunia. Jerman,
yang telah membangun kesatuan politiknya lebih lama daripada negara-negara lain,
bekerja keras untuk menjadi pelopor dalam perlombaan ini.

Pada awal abad ke-20, hubungan yang didasarkan pada kepentingan telah membagi
Eropa menjadi dua kutub yang berlawanan. Inggris, Prancis, dan Rusia berada di satu
pihak, dan Jerman beserta Kekaisaran Austria-Hungaria yang diperintah oleh keluarga
Hapsburg asal Jerman berada di pihak lainnya.

Ketegangan antara kedua kelompok ini semakin hari semakin meningkat, hingga
akhirnya suatu pembunuhan pada tahun 1914 menjadi pemicu perang. Pangeran Franz
Ferdinand, pewaris tahta Kekaisaran Austria-Hungaria, dibunuh oleh kaum nasionalis
Serbia yang berusaha menekan pengaruh kekaisaran tersebut di daerah Balkan.
Dalam kurun waktu yang amat singkat, hasutan setelah peristiwa ini menyeret seluruh
benua Eropa ke dalam kancah peperangan. Pertama, Austria-Hungaria menyatakan
perang kepada Serbia. Rusia, sekutu abadi bangsa Serbia kemudian menyatakan perang
terhadap Austria-Hungaria. Lalu satu demi satu, Jerman, Inggris, dan Prancis, memasuki
peperangan. Sumbu sudah dinyalakan.

Bahkan sebelum perang dimulai, Dewan Jenderal Jerman telah membuat rencana dan
memutuskan untuk menguasai Prancis melalui serangan mendadak. Untuk mencapai
tujuan ini, orang-orang Jerman memasuki Belgia dan kemudian melintasi perbatasan
memasuki Prancis. Menanggapi dengan cepat, pasukan Prancis menghentikan pasukan
Jerman di tepi Sungai Marne dan memulai suatu serangan balik.

Walaupun kedua pasukan menderita kerugian parah, tidak ada kemajuan di garis depan
pertempuran. Baik serdadu Prancis maupun Jerman bersembunyi di parit untuk
melindungi diri. Akibat serangkaian serangan yang berlarut-larut hingga beberapa bulan,
sekitar 400.000 serdadu Prancis terbunuh. Korban meninggal dari serdadu Jerman
mencapai 350.000.

Perang parit menjadi strategi utama Perang Dunia Pertama. Selama beberapa tahun
berikutnya, bisa dikatakan para serdadu hidup dalam parit-parit ini. Kehidupan di sana
benar-benar sulit. Para prajurit hidup dalam ancaman terus-menerus dibom, dan mereka
tak henti-hentinya menghadapi ketakutan dan ketegangan yang luar biasa. Mayat mereka
yang telah tewas terpaksa dibiarkan di tempat-tempat ini, dan para serdadu harus tidur di
samping mayat-mayat tersebut. Bila turun hujan, parit-parit itu dibanjiri lumpur.

Lebih dari 20 juta serdadu yang bertempur di Perang Dunia I mengalami keadaan yang
mengerikan di dalam parit-parit ini, dan sebagian besar meninggal di sana. Dalam
beberapa minggu setelah dimulai oleh serangan Jerman pada tahun 1914, garis barat
perang ini sebenarnya terpaku di jalan buntu.
Para serdadu yang bersembunyi di parit-parit ini terjebak dalam jarak yang hanya
beberapa ratus meter jauhnya satu sama lain. Setiap serangan yang dilancarkan sebagai
upaya mengakhiri kebuntuan ini malah menelan korban jiwa yang lebih banyak.

Di awal tahun 1916, Jerman mengembangkan rencana baru untuk mendobrak garis barat.
Rencana mereka adalah secara mendadak menyerang kota Verdun, yang dianggap
sebagai kebanggaan orang Prancis. Tujuan penyerangan ini bukanlah memenangkan
perang, melainkan menimbulkan kerugian yang besar di pihak Tentara Prancis sehingga
melemahkan perlawanan mereka. Kepala staf Jerman Falkenhayn memperkirakan bahwa
setiap satu serdadu Jerman saja dapat membunuh tiga orang serdadu Prancis.
Serangan dimulai pada tanggal 21 Febuari. Para pemimpin Jerman memerintahkan
serdadunya untuk “keluar dari parit mereka,” namun tiap serdadu yang melakukannya
justru telah tewas atau sekarat dalam sekitar tiga menit. Meskipun penyerangan
berlangsung tanpa henti selama berbulan-bulan, Jerman gagal menduduki Verdun.
Secara keseluruhan, kedua pihak kehilangan sekitar satu juta serdadu. Dan dengan
pengorbanan itu, garis depan hanya berhasil maju sekitar 12 kilometer. Satu juta orang
mati demi selusin kilometer.

Inggris membalas serangan Jerman di Verdun dengan Pertempuran Somme. Pabrik-


pabrik di Inggris membuat ratusan ribu selongsong meriam. Rencana Jendral Douglas
Haig mendorong Pasukan Inggris untuk menghujani dengan pengeboman terus-menerus
selama seminggu penuh, yang diikuti dengan serangan infanteri. Dia yakin mereka akan
maju sejauh 14 kilometer di hari pertama saja dan kemudian menghancurkan semua garis
pertahanan Jerman dalam satu minggu.

Serangan dimulai pada tanggal 1 Juni. Pasukan meriam Inggris menggempur pertahanan
Jerman selama seminggu tanpa henti. Di akhir minggu tersebut, para perwira Inggris
memerintahkan serdadunya memanjat keluar dari parit. Namun, selama pengeboman
tersebut para serdadu Jerman berlindung dengan rapat di kedalaman parit persembunyian
mereka sehingga tidak terlumpuhkan dan menggagalkan rencana Inggris. Begitu serdadu
Inggris bergerak melintasi garis depan, serdadu Jerman muncul menyerang mereka
dengan senapan mesinnya. Sejumlah total 20.000 serdadu Inggris tewas dalam beberapa
jam pertama perang tersebut. Di dalam kegelapan malam itu, daerah di antara dua garis
pertempuran penuh dengan puluhan ribu mayat dan juga serdadu yang terluka, yang
mencoba merangkak mundur.

Pertempuran Somme tidak berlangsung dua minggu seperti yang direncanakan Jendral
Haig, melainkan lima bulan. Bulan-bulan ini tidak lebih daripada pembantaian. Para
jendral bertubi-tubi mengirimkan gelombang demi gelombang serdadu mereka menuju
kematian yang telah pasti. Di akhir pertempuran, kedua belah pihak secara keseluruhan
telah kehilangan 900.000 prajuritnya. Dan untuk ini, garis depan bergeser hanya 11
kilometer. Para serdadu ini dikorbankan demi 11 kilometer saja.

Kedua belah pihak melakukan lebih banyak serangan lagi selama Perang Dunia I, dan
setiap serangan ini menjadi pembantaian diri sendiri. Di kota Ipres di Belgia saja,
berlangsung tiga pertempuran. Setengah juta serdadu tewas di pertempuran ketiga saja.
Setiap serangan berakibat sama: Ribuan nyawa melayang hanya untuk maju beberapa
kilometer.

Peperangan yang mengerikan ini, yang tidak punya alasan kuat, menelan nyawa orang tak
bersalah yang tak terhitung banyaknya. Banyak orang kehilangan saudaranya atau harus
meninggalkan rumahnya.

Penyebab utama di balik malapetaka masyarakat ini adalah ambisi politik dan
kepentingan kalangan dengan paham tertentu. Membuat kerusakan, yang disebabkan oleh
cita-cita duniawi orang yang mengingkari Allah, dilarang di dalam Al Quran. Allah
melarang manusia menyebabkan kerusakan di muka bumi:
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya. Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan
harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang
yang berbuat baik. (QS Al-A’raf: 56)
Sepanjang sejarah, perang telah menimbulkan korban dan penderitaan yang hebat pada
masyarakat. Sejumlah nabi yang diutus kepada manusia sebagai utusan Allah telah
memperingatkan mereka akan malapetaka dan kekisruhan ini.

`Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan, saudara mereka Syu’aib, maka
ia berkata, “Hai kaumku, sembahlah olehmu Allah, harapkanlah (pahala) hari akhir, dan
jangan kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan.” (QS Al-Ankabut: 36)
Perang Dunia I (juga dinamakan Perang Dunia Pertama, dan nama dalam bahasa Inggris
lainnya: Great War, War of the Nations, dan “War to End All Wars” (Perang untuk
Mengakhiri Semua Perang).

Perang ini dimulai setelah Pangeran Ferdinand dari Austro-Hongaria (sekarang Austria)
dibunuh anggota kelompok teroris Serbia, Gavrilo Princip di Sarajevo. Tidak pernah
terjadi sebelumnya konflik sebesar ini, baik dari jumlah tentara yang dikerahkan dan
dilibatkan, maupun jumlah korbannya. Senjata kimia digunakan untuk pertama kalinya,
pemboman massal warga sipil dari udara dilakukan, dan banyak dari pembunuhan massal
berskala besar pertama abad ini berlangsung saat perang ini. Empat dinasti, Habsburg,
Romanov, Ottoman dan Hohenzollern, yang mempunyai akar kekuasaan hingga zaman
Perang Salib, seluruhnya jatuh setelah perang.

Perang Dunia I menjadi saat pecahnya orde dunia lama, menandai berakhirnya monarki
absolutisme di Eropa. Ia juga menjadi pemicu Revolusi Rusia, yang akan menginspirasi
revolusi lainnya di negara lainnya seperti Tiongkok dan Kuba, dan akan menjadi basis
bagi Perang Dingin antara Uni Soviet dan AS. Kekalahan Jerman dalam perang ini dan
kegagalan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang masih menggantung yang telah
menjadi sebab terjadinya Perang Dunia I akan menjadi dasar kebangkitan Nazi, dan
dengan itu pecahnya Perang Dunia II pada 1939. Ia juga menjadi dasar bagi peperangan
bentuk baru yang sangat bergantung kepada teknologi, dan akan melibatkan non-militer
dalam perang seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Perang Dunia menjadi terkenal dengan peperangan parit perindungannya, di mana


sejumlah besar tentara dibatasi geraknya di parit-parit perlindungan dan hanya bisa
bergerak sedikit karena pertahana yang ketat. Ini terjadi khususnya terhadap Front Barat.
Lebih dari 9 juta jiwa meninggal di medan perang, dan hampir sebanyak itu juga jumlah
warga sipil yang meninggal akibat kekurangan makanan, kelaparan, pembunuhan massal,
dan terlibat secara tak sengaja dalam suatu pertempuran.

Front Timur adalah Front dimana Jerman berhadapan dengan Russia. Pada awalnya
Jerman dapat mengalahkan Russia, meskipun Russia melancarkan Mobilisasi yang
menyebabkan ekonomi Russia terbengkalai dan nantinya mencetus Revolusi Russia. Tapi
karena musim dingin di Russia, dan tentara Jerman tidak dilengkapi pakaian musim
dingin, akhirnya Russia menang Perang Dunia I, yang meletus 90 tahun lalu pada 28 Juli
1914, melibatkan 35 negara dari setiap benua, merenggut 10 juta jiwa serta melukai 20
juta orang. Konflik tersebut, yang membuat berhadapannya persaingan yang telah
mengoyak Eropa selama setengah tahun, meletus dengan ditabuhnya genderang perang di
Serbia oleh kekaisaran Austria-Hongaria 28 Juli, satu bulan setelah terbunuhnya pewaris
tahta kekaisaran di Sarajevo oleh seorang pengikut kubu nasionalis Serbia.
“Satu demi satu, kekuatan Eropa terseret ke dalam konflik itu akibat persaingan kolonial
dan wilayah mereka, dan persekutuan mereka,” demikian laporan kantor
berita Perancis, AFP.
Austria-Hongaria, Bulgaria, Jerman dan Kekaisaran Usmaniyah (Ottoman) berhadapan
dengan negara persekutuan tiga negara –Inggris, Prancis dan Rusia, lalu ditambah Italia
pada 1915.

Masuknya Jepang, dan terlebih lagi Amerika pada 1917, ke kancah pertempuran
membuatnya menjadi konflik pertama yang benar-benar bersifat global. Hayalan bahwa
perang tersebut akan berlangsung singkat dihancurkan oleh kegagalan serangan besar
pertama di front timur dan barat. Rusia melancarkan serangan besar terhadap wilayah
Jerman, Russia Timur, Agustus 1914, menderita kekalahan telak di Tannenberg, lalu
diikuti oleh kemunduran lain pada pertempuran pertama dan kedua di Danau Masuria. Itu
lah awal kemunduran terus-menerus ke arah timur, yang berakhir dengan Revolusi
Bolshevik 1917 dan penandatanganan kesepakatan Brest-Litovsk antara Jerman dan
Rusia Konflik itu menyebar ke empat front –di Balkang, di Perancis, di Rusia dan
belakangan di Italia.

Dari 1915, front barat dibentuk dari Laut Utara ke perbatasan Swiss, dan perang yang
berkobar tanpa akhir berawal. Gelombang besar-besaran umat manusia menuju desingan
amunisi dari “mulut” senapan mesin serta meriam memusnahkan sebagian besar dari satu
mata rantai generasi manusia.

Pada 1916, lebih dari 700.000 orang dari kedua pihak yang saling gempur menemui ajal
dalam pertempuran di Verdun, dan dalam 20 pekan baku-tembak di sungai Somme, 1,2
juta pemuda “disantap” mesiu. Sebanyak 330.000 prajurit tewas dalam tiga tahun di
sepanjang jalan yang dikenal dengan nama Chemin des Dames, kejadian yang
mengakibatkan pemberontakan dalam tubuh militer Prancis guna menetang pengorbanan
jiwa yang sia-sia itu.Di tempat lain, ekspedisi Sekutu untuk menguasai wilayah Teluk
Dardanelles (jalan masuk utama ke pantai Laut Hitam Rusia) berakhir dalam becana
kekalahan oleh Usmaniyah, dan 260.000 orang tewas atau hilang.

Namun tentara Rusia mendesak pasukan Usmaniyah mundur di Kaukasus dan di


Armenia, dan Inggris yang mengeksploitir aspirasi Arab bagi kemerdekaan dengan susah
payah berhasil merebut Baghdad serta Jerusalem dari Kekaisaran
Usmaniyah.

Pada 1918, pasukan Sekutu yang mendapat bantuan personel dan pasokan dari Amerika
Serikat– mengalahkan Jerman dalam Pertempuran Marne. Austria-Hongaria, Kekaisaran
Usmaniyah dan Bulgaria menderita kekalahan besar dan menandatangani kesepakatan
gencatan senjata pada September dan Oktober. Senjata secara resmi tak bersuara pada
jam ketujuh, hari ketujuh, bulan ketujuh 1918 ketika Jerman menandatangani gencatan
senjata di Rethondes, dekat Compiegne, Perancis.
Peta Eropa dirombak total oleh perang tersebut. Kesepakatan perdamaian, yang pada
prisipnya berupa Kesepakatan Versailles, 28 Juni 1919 –peringatan kelima pembunuhan
di Sarajevo, memberlakukan ketentuan keras mengenai wilayah, militer dan ekonomi
pada pihak yang kalah perang.

3.1.2 Penyelesaian Perang Dunia 1

Pada 1918, pasukan Sekutu yang mendapat bantuan personel dan pasokan dari Amerika
Serikat– mengalahkan Jerman dalam Pertempuran Marne. Austria-Hongaria, Kekaisaran
Usmaniyah dan Bulgaria menderita kekalahan besar dan menandatangani kesepakatan
gencatan senjata pada September dan Oktober. Senjata secara resmi tak bersuara pada
jam ketujuh, hari ketujuh, bulan ketujuh 1918 ketika Jerman menandatangani gencatan
senjata di Rethondes, dekat Compiegne, Perancis.

3.2 Analisa Perang Dunia I dengan Teori Konflik


Konflik menyebabkan terjadinya interaksi pada tataran yang lebih serius dari
sekedar kompetisi. Meskipun, sebagaimana yang dinyatakan Schelling, konflik,
kompetisi, dan kerjasama (cooperation) pada dasarnya saling berkaitan, konflik terjadi
manakala tujuan, kebutuhan, dan nilai-nilai kelompok-kelompok yang bersaing
bertabrakan dan akibatnya terjadilah perang, walaupun belum tentu berbentuk kekerasan.
Perang telah ada hampir sejak awal keberadaan umat manusia itu sendiri. Kebutuhan
ekonomi dan politik yang saling bersaing telah menggiring manusia untuk mengangkat
senjata melawan satu sama lain. Senjata dan tentara telah berkembang berdampingan,
sehingga perang telah tumbuh semakin dahsyat dan merusak.
Tiga elemen dasar ciri dan situasi konflik Perang dunia I, yaitu:
1. Unit-unit atau bagian-bagian yang terlibat di dalam Perang Dunia I
-> Pihak Sekutu:

Rusia
Perancis
Britania Raya
Kanada
Italia
Amerika Serikat, dan lainnya

->Pihak/Blok Sentral:
Austria-Hungaria
Jerman
KekaisaranOttoman
Bulgaria

2. Perbedaan-perbedaan dalam kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah,


nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagsan antara dua blok yang berseteru (Blok
Sekutu dan Blok Sentral) pada PD I, antara lain hanyalah mengenai kepentingan
membangun kekuasaan penjajahan guna memperluas daerah territorial dan meningkatkan
kesejahteraan negara. Juga adanya ambisi politik dan kepentingan kalangan dengan
paham-paham tertentu.

3. Interaksi di antara negara-negara yang bertikai lewat jalur peperangan fisik yang
menyebabkan kerugian materil dan menelan banyak korban jiwa.

Adapun Perang Dunia I merupakan konflik yang dimulai dari ketegangan antara kedua
blok yang semakin hari semakin meningkat, hingga akhirnya suatu pembunuhan pada
tahun 1914 menjadi pemicu perang. Pangeran Franz Ferdinand, pewaris tahta Kekaisaran
Austria-Hungaria, dibunuh oleh kaum nasionalis Serbia yang berusaha menekan
pengaruh kekaisaran tersebut di daerah Balkan.

Dalam kurun waktu yang amat singkat, hasutan setelah peristiwa ini menyeret seluruh
benua Eropa ke dalam kancah peperangan. Pertama, Austria-Hungaria menyatakan
perang kepada Serbia. Rusia, sekutu abadi bangsa Serbia kemudian menyatakan perang
terhadap Austria-Hungaria. Lalu satu demi satu, Jerman, Inggris, dan Prancis, memasuki
peperangan.

PD I terselesaikan dengan pemecahan Compromise (kompromi) ketika Austria-Hongaria,


Kekaisaran Usmaniyah dan Bulgaria menandatangani kesepakatan untuk melakukan
gencatan senjata dan Jerman mengadakan Perjanjian Versailes.
[Mukhlish muchad Fuadi: 3rd Semester 2007]

You might also like