Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
enelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara
Abstract
The objective of this research is to know whether there is a relation of the
headmaster’s adversity quotient and the headmaster’s achievement motivation
with the headmaster’s working performance. Independent variables are
headmaster’s adversity quotient (X1) and the headmaster’s achievement motiva-
tion (X2), while dependent variable is the headmaster’s work performance level
(Y). This research was conducted during the academic year of 2002/2003 in
Jakarta. The correlationship survey method is used in this research and data col-
lected using questionnaire. Population consists of the headmasters of TK (kinder-
garten), SD (primary school), SLTP (lower secondary school), SMU (upper sec-
ondary school) with the total member of 44 head maters. The number of tryout
respondents are 10 persons with proportional randomize sampling. The number
of sample are 30 persons with proportional randomize sampling. The data analysis
techniques used are simple correlation, significant t test, partial correlation analy-
*) Imma Helianti Kusuma, Kepala Bidang Evaluasi Akademis BPK PENABUR Jakarta.
sis, partial significant test, multiple regression analysis. In general the research
shows that here is a positive significant correlation of headmaster’s adversity quo-
tient and headmaster’s achievement motivation with headmaster’s performance.
A. Latar Belakang Masalah
Kedudukan Kepala Sekolah sebagai pimpinan pada sekolah yang dipimpinnya
merupakan posisi sentral dan strategis dalam memainkan peranannya untuk
membantu individu dan kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kepala Sekolah menjadi kekuatan penggerak kehidupan sekolah. Dengan demikian
Kepala Sekolah memegang kendali untuk mengarahkan segala sumber yang ada
untuk mencapai tujuan tersebut.
Kepala Sekolah harus mampu menyiapkan segala sesuatu dalam meningkatkan
mutu sekolahnya. Dalam mengelola sekolah, Kepala Sekolah tidak luput dari berbagai
hambatan/tantangan/kesulitan. Oleh karena itu Kepala Sekolah perlu mempunyai
kemampuan mengubah hambatan/tantangan/kesulitan menjadi peluang. Dengan
mempunyai kemampuan mengubah hambatan/tantangan/kesulitan menjadi peluang
yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan mutu sekolahnya maka berarti pula
Kepala Sekolah dapat meningkatkan kinerjanya.
Keinginan yang timbul dalam diri Kepala Sekolah untuk selalu berprestasi atau
biasa disebut dengan motivasi berprestasi akan mendorong Kepala Sekolah untuk
selalu memberikan yang terbaik bagi pengelolaan sekolah yang dipimpinnya. Kepala
Sekolah tersebut akan berusaha mencari cara dan melakukan hal-hal yang dapat
meningkatkan mutu sekolahnya. Dia tidak akan puas dengan apa yang didapat/
dicapainya. Dalam dirinya ada keinginan untuk meningkatkan apa yang sudah dicapai.
Dia juga akan selalu berusaha terus untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Dengan berusaha meningkatkan mutu secara terus-menerus maka berarti pula
meningkatkan kinerja dari Kepala Sekolah itu. Kepala Sekolah yang mempunyai
motivasi berprestasi akan dapat meningkatkan kinerjanya.
Dengan demikian salah satu upaya peningkatan mutu sekolah dilakukan dengan
cara peningkatan kinerja Kepala Sekolah. Dalam peningkatan kinerja Kepala Sekolah
diperlukan beberapa kemampuan antara lain kemampuan mengubah hambatan
menjadi peluang, dan motivasi berprestasi.
B. Pembatasan Masalah
Mengingat betapa banyaknya masalah yang saling berkaitan dan dapat
mempengaruhi kinerja Kepala Sekolah, maka dalam penelitian ini masalah dibatasi
dengan dua faktor yang mempengaruhi kinerja Kepala Sekolah yaitu Adversity
Quotient (kemampuan mengubah hambatan/tantangan/kesulitan menjadi peluang)
yang selanjutnya menggunakan istilah Kecerdasan Adversity dan motivasi berprestasi.
C. Rumusan Masalah
Hal-hal yang akan diteliti dalam penelitian ini berkaitan dengan ketiga hal
berikut ini. Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan adversity dengan kinerja
Kepala Sekolah? Apakah terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan
kinerja Kepala Sekolah? Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan adversity
dan motivasi berprestasi secara bersama-sama dengan kinerja Kepala Sekolah?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui (a) ada-tidaknya hubungan
kecerdasan adversity dengan kinerja Kepala Sekolah, (b) ada-tidaknya hubungan
antara motivasi berprestasi dengan kinerja Kepala Sekolah, serta (c) ada-tidaknya
hubungan antara kecerdasan adversity dan motivasi berprestasi secara bersama-
sama dengan kinerja Kepala Sekolah.
E. Landasan Teori
1. Hakekat Kinerja
Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke 2, terbitan
Balai Pustaka tahun 1993, adalah (1) sesuatu yang dicapai, (2) prestasi yang
diperlihatkan, dan (3) kemampuan kerja. Kinerja adalah pengalihbahasaan dari kata
bahasa Inggris “performance”. Bernardin dan Russel dalam Ruky (2001: 14-16)
memberikan definisi tentang performance sebagai berikut: “performance is de-
fined as the record of outcomes produced on a specified job function or activity
during a specified time period”. Dalam definisi mereka, ke 2 penulis tersebut jelas
menekankan pengertian prestasi sebagai “hasil” atau “apa yang keluar” (outcomes)
dari sebuah pekerjaan dan kontribusi mereka pada organisasi. Seiring dengan ini,
Dharma (1985: 1) berpendapat bahwa prestasi kerja adalah sesuatu yang dikerjakan
atau produk/jasa yang dihasilkan atau diberikan oleh seorang atau sekelompok
orang. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprihanto (1988: 7) yang mengemukakan
bahwa hasil kerja seorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan
berbagai ukuran misalnya standar, target/sasaran atau kriteria yang telah ditentukan
terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Dari pandangan di atas maka dapat
dikatakan bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja seseorang berdasarkan standar
kinerja yang telah ditentukan. Lain halnya Whitmore (1997: 104) yang
mendefinisikan kinerja sebagai pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari
seseorang, tetapi itu kedengarannya seperti melakukan kebutuhan yang paling
minim untuk berhasil. Kinerja yang nyata jauh melampaui apa yang diharapkan;
kinerja menetapkan standar-standar tertinggi orang itu sendiri, selalu standar-standar
yang melampaui apa yang diminta atau diharapkan orang lain. Hal ini tentu saja
merupakan ekspresi potensi seseorang. Ini mendekati arti kinerja yang kedua
sebagaimana didefinisikan oleh Whitmore adalah suatu perbuatan, suatu prestasi,
suatu pameran umum keterampilan.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja. Rossett dan Arwady
(1987) seperti yang dikutip Haryono, mengemukakan bahwa ada empat faktor
yang mempengaruhi kinerja, yaitu: 1)kurangnya keterampilan dan pengetahuan,
2)kurangnya insentif atau tidak tepatnya insentif diberikan, 3)lingkungan kerja
yang tidak mendukung,dan 4)tidak adanya motivasi.
Untuk mengetahui tinggi-rendahnya kinerja seseorang, perlu dilakukan penilaian
kinerja. Rao (1986: 120) berpendapat bahwa penilaian kinerja adalah sebuah
mekanisme untuk memastikan bahwa orang-orang pada tiap tingkatan mengerjakan
tugas-tugas menurut cara yang diinginkan oleh para majikan mereka. Adapun dimensi
meliputi: (1)pencapaian sasaran pekerjaan, (2)inisiatif, (3)kerjasama, (4)sumbangan
kepada kemajuan karyawan dan(5)Perilaku lain. Berbeda dengan Suprihanto (1988:
7) tentang penilaian kinerja, dikatakan suatu sistem yang digunakan untuk menilai
to satisfy a want or goal. Sedangkan motivasi diri menurut Hidayat (2001: 2),
adalah suatu usaha yang dapat menyebabkan seseorang tergerak melakukan sesuatu
karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki atau mendapat kepuasan atas
perbuatan tersebut. Motivasi menurut Duncan dalam Purwanto (1995: 75) berarti
setiap usaha yang disadari untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar
meningkatkan kemampuannya secara maksimal untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Vroom dalam Purwanto (1995: 72), motivasi mengacu pada suatu proses
mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan
yang dikehendaki. Kemudian Cambell dan kawan-kawan menambahkan rincian dalam
definisi tersebut dengan mengemukakan bahwa motivasi mencakup di dalamnya
arah atau tujuan tingkah laku, kekuatan respons, dan kegigihan tingkah laku. Hoy
dan Miskel (Purwanto, 1995: 72) mengemukakan bahwa motivasi sebagai kekuatan
yang kompleks, dorongan, kebutuhan, pernyataan ketegangan (tension states),
atau mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan yang
diinginkan ke arah pencapaian tujuan-tujuan pribadi.
Teori motivasi berprestasi dikemukakan oleh David McCelland. Teori ini
berpendapat bahwa karyawan mempunyai cadangan energi potensial. Bagaimana
energi ini dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan dorongan motivasi
seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia. Energi ini akan dimanfaatkan
oleh karyawan karena didorong oleh kekuatan motif dan kebutuhan dasar yang
terlibat, harapan keberhasilan, dan nilai insentif yang terlekat pada tujuan. McClelland
mengelompokkan tiga kebutuhan manusia yang dapat memotivasi gairah bekerja
yaitu (1)kebutuhan akan prestasi, (2) kebutuhan akan afiliasi, dan (3)kebutuhan
akan kekuatan (Hasibuan, 2001: 111-112).
Teori motivasi prestasi (achievement motivation) dari McClelland mengatakan
seorang pekerja memiliki energi potensial yang dapat dimanfaatkan tergantung
pada dorongan motivasi, situasi, dan peluang yang ada. Murray dalam Winardi
(2001: 81) merumuskan kebutuhan akan prestasi sebagai keinginan untuk
melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Orang yang termotivasi
untuk berprestasi, memiliki tiga macam ciri umum sebagai berikut. Pertama sebuah
preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat.
Kedua, orang yang berprestasi tinggi juga menyukai situasi-situasi di mana kinerja
mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor
lain, seperti misalnya kemujuran. Ketiga, mengidentifikasi mereka yang berprestasi
tinggi adalah bahwa mereka menginginkan lebih banyak umpan balik tentang
keberhasilan dan kegagalan mereka dibandingkan dengan mereka yang berprestasi
rendah (Winardi, 2001: 85). Manifestasi dari motivasi berprestasi akan terlihat pada
beberapa ciri perilaku seperti: (1)mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatan-
perbuatannya; (2)mencari umpan balik tentang perbuatannya; (3)memilih risiko
yang moderat atau sedang dalam perbuatannya; dan (4)berusaha melakukan
sesuatu dengan cara-cara baru dan kreatif.
Yang dimaksud dengan motivasi berprestasi dalam penelitian ini adalah dorongan
seseorang untuk mengerjakan suatu tugas dengan sebaik-baiknya karena kebutuhan
yang didasarkan pada kerangka acuan keberhasilan, yang digambarkan melalui dua
indikator yaitu internal dan eksternal.
F. Kerangka Berpikir
1. Hubungan antara kecerdasan adversity dengan kinerja Kepala Sekolah
Kecerdasan adversity adalah kemampuan seseorang mengubah hambatan
menjadi peluang. Seseorang yang mempunyai kecerdasan adversity rendah dan
karenanya tidak mempunyai kemampuan untuk bertahan dalam kesulitan,
potensinya akan tetap kecil untuk meraih sukses. Sebaliknya seseorang yang
mempunyai kecerdasan adversity tinggi akan berkembang pesat. Jika Kepala Sekolah
mempunyai kecerdasan adversity tinggi, maka dimungkinkan untuk mengatasi
hambatan/kesulitan dalam rangka mencapai tujuan atau meraih sukses. Dengan
demikian, kemampuan mengubah hambatan menjadi peluang (kecerdasan adver-
sity) Kepala Sekolah erat hubungannya dengan kinerja Kepala Sekolah. Semakin
tinggi kecerdasan adversity Kepala Sekolah maka semakin tinggi pula kinerja Kepala
Sekolah, karena dapat mengatasi hambatan, kesulitan dalam kerjanya. Jadi dapat
diduga bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan adversity dengan kinerja
Kepala Sekolah.
G. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir yang diajukan di atas, berikut ini dirumuskan
beberapa hipotesis penelitian.
1. Terdapat hubungan positif antara kecerdasan adversity dengan kinerja Kepala
Sekolah. Artinya semakin tinggi kecerdasan adversity Kepala Sekolah, semakin
tinggi pula kinerjanya.
2. Terdapat hubungan positif antara motivasi berprestasi dengan kinerja Kepala
Sekolah. Artinya semakin tinggi motivasi berprestasi Kepala Sekolah, semakin
tinggi pula kinerjanya.
3. Terdapat hubungan positif antara kecerdasan adversity dan motivasi berprestasi
secara bersama-sama dengan kinerja Kepala Sekolah. Artinya semakin tinggi
kecerdasan adversity dan motivasi berprestasi Kepala Sekolah secara bersama-
sama, maka semakin tinggi juga kinerjanya.
H. Metodologi Penelitian
1. Lokasi, Waktu, Metode dan Variabel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di 44 sekolah di bawah naungan BPK PENABUR Jakarta
meliputi TK,SD,SLTP, dan SMU. Sedangkan pengumpulan data dilaksanakan mulai
bulan Agustus sampai dengan bulan September 2002. Metode penelitian adalah
survei yang bersifat korelasional. Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah:
Variabel terikat: Kinerja Kepala Sekolah dilambangkan dengan Y
Variabel bebas: Kecerdasan Adversity dilambangkan dengan X1 dan
Motivasi Berprestasi dilambangkan dengan X2
Adapun hubungan antar variabel X1 dengan Y, X2 dengan Y maupun X1 dan X2
secara bersama-sama dengan Y dapat digambarkan sebagai berikut:
X1
<
< Y
X2
<
Keterangan
Y = Kinerja Kepala Sekolah
X1 = Kecerdasan Adversity
X2 = Motivasi Berprestasi
I. Instrumen Penelitian
1. Variabel Kinerja
a. Definisi Konseptual
Kinerja adalah hasil kerja berdasarkan penilaian terhadap seseorang tentang
tugas dan fungsi jabatannya sebagai pendidik, manajer lembaga pendidikan,
administrator, supervisor, inovator, dan motivator
b. Definisi Operasional
Kinerja adalah hasil kerja berdasarkan penilaian terhadap seseorang tentang
tugas dan fungsi jabatannya sebagai pendidik, manajer lembaga pendidikan,
administrator, supervisor, inovator, dan motivator, yang digambarkan melalui
5 indikator yaitu: 1)Kompetensi; 2)Kewajiban; 3)Ketaatan; 4)Kejujuran;
5)Kerjasama yang pengukurannya secara semantic deferential Sumber datanya
diambil dari Kepala Jenjang, dengan rentang skornya 1-5.
c. Kalibrasi
Untuk mengetahui apakah instrumen penelitian yang digunakan benar-benar
valid dan reliabel, maka dilakukan pengujian validitas dan pengujian reliabilitas.
Uji validitas terdiri dari 2 jenis yaitu validitas isi dan validitas konstruk. Validitas
isi dilakukan dengan face validity. Sedangkan validitas konstruk dilakukan dengan
iterasi orthogonal. Dengan jumlah responden untuk ujicoba adalah 10 maka
didapat r kriteria sebagai pedoman untuk menerima atau menolak butir instrumen
dengan taraf signifikansi 0,05 yaitu sebesar 0.632. Dari instrumen valid itu
ternyata indeks reliabilitasnya adalah sebesar 0,9769. Perhitungannya dilakukan
dengan menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS (Statisti-
cal Product and Service Solution) under windows versi 10,00.
Uji validitas terdiri dari 2 jenis yaitu validitas isi dan validitas konstruk. Validitas
isi dilakukan dengan face validity. Sedangkan validitas konstruk dilakukan dengan
iterasi orthogonal. Dengan jumlah responden untuk ujicoba adalah 10 maka
didapat r kriteria sebagai pedoman untuk menerima atau menolak butir instrumen
dengan taraf signifikansi 0,05 yaitu sebesar 0.632. Dari instrumen valid itu
ternyata indeks reliabilitasnya sebesar 0,9107. Perhitungannya dilakukan
dengan menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS (Statisti-
cal Product and Service Solution) under windows versi 10,00.
b. Definisi Operasional
Motivasi berprestasi adalah dorongan seseorang untuk mengerjakan suatu
tugas dengan sebaik-baiknya karena kebutuhan yang didasarkan pada
kerangka acuan keberhasilan yang digambarkan melalui dua indikator yaitu
indikator internal dan eksternal, yang pengukurannya secara skala Likert
Sumber datanya dari Kepala Sekolah, dengan rentang skornya 1-5.
c. Kalibrasi
Untuk mengetahui apakah instrumen penelitian yang digunakan benar-benar
valid dan reliabel, maka dilakukan pengujian validitas dan pengujian reliabilitas.
Uji Validitas terdiri dari 2 jenis yaitu validitas isi dan validitas konstruk. Validitas
isi dilakukan dengan face validity. Sedangkan validitas konstruk dilakukan dengan
pendekatan Guttman. Dengan jumlah responden untuk ujicoba adalah 10
maka didapat rkriteria sebagai pedoman untuk menerima atau menolak butir
instrumen dengan taraf signifikansi 0,05 yaitu sebesar 0.632. Dari instrumen
valid itu ternyata indeks reliabilitasnya sebesar 0,5750 Perhitungannya dilakukan
dengan menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS (Statisti-
cal Product and Service Solution) under windows versi 10,00.
K. Hipotesis Statistik
Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka hipotesis statistik dalam penelitian
yang akan diuji adalah sebagai berikut :
a. Hipotesis pertama:
Ho:r y1= 0
H1:r y1 > 0
b. Hipotesis kedua:
Ho:r y2= 0
H1:r y2> 0
c. H0: r y12 = 0
H1: r y12 > 0
Keterangan:
r y1: Koefisien korelasi antara Y dan X1
r y2: Koefisien korelasi antara Y dan X2
r y12: Koefisien korelasi ganda antara Y,X1 dan X2
L. Hasil Penelitian
Setelah dilakukan tabulasi data hasil penelitian kemudian analisis data dengan
bantuan komputer menggunakan SPSS under windows maka dapat dilihat sebagai
berikut:
Keterangan:
Y: Kinerja Kepala Sekolah
X1: Kecerdasan Adversity Kepala Sekolah
X2: Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah
L0: Harga L Hitung
L1: Harga L Tabel Liliefors
b. Uji Linearitas
Keterangan:
ns: Non signifikan
X1: Kecerdasan Adversity Kepala Sekolah
X2: Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah
Y : Kinerja Kepala Sekolah
F : Harga F hitung regresi linear
p : Harga F tabel pada taraf signifikan 0,05
2. Uji Hipotesis
a. Hubungan Antara Kecerdasan Adversity dengan Kinerja Kepala Sekolah
Berdasarkan uji regresi sederhana ditemukan ry1 sebesar 0,561 adalah sangat
signifikan dengan t sebesar 3,585 pada a < 0,05. Dari data tersebut berarti
determinasi varians sebesar 0,315. Artinya kinerja Kepala Sekolah dibentuk
31,5% oleh kecerdasan adversity Kepala Sekolah, jadi hubungan kecerdasan
adversity terhadap kinerja Kepala Sekolah terbukti positif.
X1 31,5% Y
Keterangan:
n : Jumlah sampel
ry1 : Korelasi X1 dengan y
r2y1 : Koefisien determinasi
** : Sangat signifikan
Keterangan:
dk : Derajat kebebasan
ry1-2: Korelasi parsial X1 dengan Y dengan mengontrol X2
X1 : Kecerdasan Adversity Kepala Sekolah
X2 : Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah
Y : Kinerja Kepala Sekolah
X2 27,8% Y
Keterangan:
n : Jumlah sampel
ry1 : Korelasi X2 dengan Y
r2y1: Koefisien determinasi
** : Sangat signifikan
Keterangan:
dk : Derajat kebebasan
ry1-2: Korelasi parsial X2 dengan Y dengan mengontrol X1
X1 : Kecerdasan Adversity Kepala Sekolsah
X2 : Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah
Y : Kinerja Kepala Sekolah
X1 49,8% X2
31,5% 27,8%
2. Implikasi
Implikasi langsung ditujukan kepada para Kepala Sekolah, sedangkan implikasi
tidak langsung ditujukan kepada Kepala Jenjang yang berperan sebagai pengarah,
pengawas, dan penilai dari Kepala Sekolah, dan juga kepada yayasan yang mengelola
secara keseluruhan sekolah-sekolah tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan a dversity dan motivasi
berprestasi Kepala Sekolah memiliki pengaruh pada kinerja Kepala Sekolah yang
dikelola oleh BPK PENABUR Jakarta. Oleh karena makin tinggi kecerdasan adversity
dan motivasi berprestasi, makin tinggi pula kinerja yang dapat dicapai. Dengan
demikian maka peran masing-masing dan juga peran keduanya secara bersama-
sama dalam meningkatkan kinerja Kepala Sekolah merupakan hal yang penting.
Oleh karena itu untuk mewujudkan kinerja yang tinggi, setiap Kepala Sekolah
perlu diberikan kesempatan untuk mengembangkan diri dan diberikan pelatihan
dan atau pembelajaran, misalnya tentang bagaimana meningkatkan daya juang
dan tahan banting, kreativitas, bagaimana merespon kesulitan dengan teknik LEAD
(listen, explore, analyze, do), dan mengatasi kesulitan di tempat kerja. Dengan
kondisi demikian maka Kepala Sekolah mendapat tambahan pengetahuan dan
keterampilan sehingga akan lebih baik bekerja. Selain itu, Kepala Jenjang sebagai
atasan Kepala Sekolah harus mampu mengontrol dan berusaha membantu
meningkatkan kinerja Kepala Sekolah. Yayasan sebagai pengambil kebijakan dan
keputusan sangatlah diharapkan dapat menunjang dan berupaya memberikan
fasilitas-fasilitas yang dapat meningkatkan kinerja Kepala Sekolah.
3. Saran-saran
Dengan bertitik tolak dari hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka
dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
a. Pengurus Yayasan BPK PENABUR Jakarta perlu memikirkan perencanaan yang
menyeluruh terhadap pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), yang
memungkinkan peningkatan kinerja Kepala Sekolah.
b. Rekrutmen Kepala Sekolah perlu ditinjau kembali dengan mempertimbangkan
faktor kecerdasan adversity dan motivasi berprestasi seperti yang telah
dipaparkan oleh peneliti. Yang perlu diperhatikan antara lain menilai seberapa
baik calon Kepala Sekolah menangani kesulitan pada saat kesulitan itu melanda,
melaksanankan wawancara tingkah laku yang berkaitan dengan mengatasi
kesulitan, melaksanakan wawancara skenario yang berkaitan dengan
mengatasi kesulitan, mencari bukti bahwa calon Kepala Sekolah telah
menghadapi berbagai kesulitan dan berhasil mengatasinya, calon Kepala
Sekolah tahu apa yang menjadi potensi dirinya, melalukan wawancara
berkenaan dengan motivasi berprestasi.
c. Pembinaan Kepala Sekolah dilakukan secara berkala yang sebelumnya didahului
dengan evaluasi sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan kinerjanya
sesuai yang diharapkan.
d. Memberikan kesempatan kepada Kepala Sekolah untuk mengembangkan
segi-segi positif dalam dirinya.
e. Memberikan fasilitas untuk bertambahnya pengetahuan dan keterampilan
secara terus menerus yang kemudian Kepala Sekolah dapat
mengaplikasikannya dalan tugas dan tanggung jawabnya.
Daftar Pustaka