Professional Documents
Culture Documents
Disusun guna memenuhi tugas individu mata kuliah Etika Profesi Hukum
Disusun oleh:
Ulhaq 8150408186
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Notaris adalah sebuah profesi yang dapat dilacak balik ke abad ke 2-3 pada masa roma
kuno, dimana mereka dikenal sebagai scribae, tabellius atau notarius. Pada masa itu, mereka
adalah golongan orang yang mencatat pidato.
Istilah notaris diambil dari nama pengabdinya, notarius, yang kemudian menjadi
istilah/titel bagi golongan orang penulis cepat atau stenografer. Notaris adalah salah satu cabang
dari profesi hukum yang tertua di dunia.
Jabatan notaris ini tidak ditempatkan di lembaga yudikatif, eksekutif ataupun yudikatif.
Notaris diharapkan memiliki posisi netral, sehingga apabila ditempatkan di salah satu dari ketiga
badan negara tersebut maka notaris tidak lagi dapat dianggap netral. Dengan posisi netral
tersebut, notaris diharapkan untuk memberikan penyuluhan hukum untuk dan atas tindakan
hukum yang dilakukan notaris atas permintaan kliennya. Dalan hal melakukan tindakan hukum
untuk kliennya, notaris juga tidak boleh memihak kliennya, karena tugas notaris ialah untuk
mencegah terjadinya masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
Etika adalah usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya fikirnya untuk
memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi baik.1
Berkaitan dengan Etika maka akan menyangkut etika seorang yang bekerja disuatu
profesi hokum tertentu seperti notaries dimana dalam profesi notaries tentunya menpunyai nilai-
nilai dan etika dalam menjalankan kegiatannya dan melaksanakan tugasnya sebagai mana yang
diatur dan ditentukan dalam etika profesi notaries.
Lembaga notariat merupakan lembaga kemasyarakatan yang timbul karena adanya
kebutuhan dalam pergaulan, yang menkehendaki adanya alat bukti bagi mereka dalam hubungan
hokum. Lembaga notaris ini merupakan suatu lembaga yang berada diseluruh dunia. Tiap Negara
memiliki cirri-ciri lembaga Notariat yang mereka tuliskan masing-masing dalam Atlas Du
Notariat (Le Notariat le Monde)
Meskipun lembaga Notaris terdapat dipelbagai Negara, tetapi ada perbedaan antara
lembaga notaries yang satu dengan yang lainnya, karena lembaga Notariat dari kelompok yang
menganut Civil Law system akan berbeda dengan kelompok yang mengikuti Common law
system. Juga dengan kelompok Negara komunis dengan kelompok Negara-negara asia dan
afrika. Kelompok yang menikuti Civil law system adalah Negara-negara seperti Belanda, Belgia,
Luxsemburg, Jerman, Austria, Swiss, Skandinavia, Itali, Yunani, Spanyol, dan juga Negara-
negara bekas jajahan mereka.
Kelompok yang menganut Common law system adalah Inggris, Amerika Serikat, Canada,
Australia Dan Afrika Selatan.
Menurut Izenis, bentuk lembaga Notariat ini dapat dibagi dalam dua kelompok utama,
yaitu :
1. Notariat Functionnel, dalam mana wewenang-wewenang pemerintah didelegasikan
(gedelegeerd) dan demikian diduga menpunyai kebenaran yang isinya menpunyai
kekuatan bukti formal dan menpunyai daya atau kekuatan eksekusi. Di Negara yang
menganut macam Notariat Functionnel ini terdapat pemisahan keras antara wettelejke
1
Frans Magnis suseno, Etika Dasar, Kanikus, Yogyakarta, 2006, hlm 17
dan niet wetteleijke werzaamheden, yaitu pekerjaan yang berdasarka undang-undang
atau hokum yang tidak atau bukan, dalam notariat; dan
2. Notariat Professionnel, dalam kelompok ini, walaupun pemerintah mengatur tentang
organisasinya, tetapi akta-akta notaries itu tidak menpunyai akibat-akibat khusus
tentang kebenaran, kekuatan bukti, demikian pula kekuatan eksekutorialnya. Teori
Izenik ini didasarkan pada pemikiran bahwa natariat itu merupakan bagian dari era
sekali hubungan dengan kekuasaan kehakiman/pengadilan (rechttelijke macht),
sebagai mana terdapat di Prancis dan Negari belanda (Komar-Andasasmita, 1981:21).
Lembaga Notariat di Negara-Negara yang menganut Common law system, seperti
belanda dan Indonesia termasuk kelompok Notariat Functionnel.
Lembaga Notariat di Indonesia, berasal dari jaman belanda karena Peraturan Jabatan
Notaris Indonesia berasal dari Notaris Reglement (Stbl. 1860-3) bahkan jauh sebelum yakni
dalam tahun 1620 Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen mengankat Notarium Publicum.
Notaries pertama di Hindia Belanda ialah Melchior Kerchem dan tugasnya adalah
melayani semua surat, surat wasiat dibawah tangan (codicil), dan persiapan penerangan, akta
kontrak perdagangan, perjanjian kawin surat wasiat (testamen), dan akta-akta lainnya dan
ketentuan-ketentuan yang perlu dari kotapraja dan sebagainya. Melchior Kerchem waktu itu
menjabat sebagai seketaris Collegevan Schepenen di Jakarta, sehingga Melchior Kerchem
merangkap jabatan sebagai seketaris Van den gerechte dan notaries public. Baru lima tahun
kemudian jabatan-jabatan tersebut dipisahkan dan jumlah notaries pada waktu itu bertambah
terus.
Pengankatan-pengankatan Notaris tersebut diprioritaskan bagi kandidat-kandidat yang
telah pernah menjalani masa magang pada seorang notaries.
Dahulu menjadi seorang notaries tidak diisyaratkan seorang Sarjana Hukum, tetapi
mereka diisyaratkan lulus dari ujian yang diadakan oleh Departemen Kehakiman, sedangkan
mulai tahun 1958 dinegeri Belanda pendidikan notariat dijadikan pendidikan Universitas.
Di Indonesia sekarang hanya Sarjana Hukum yang diterima pada pendidikan Notariat,
karena jabatan notaries adalah jabatan kepercayaan, maka perlu diisyaratkan adanya standar
minimalkemanpuan, yaitu pendidikan Sarjana Hukum.2
2
Liliana Tedjosaputro,Prof.Dr, Etika Profesi dan Profesi Hukum, Aneka Ilmu, Semarang, 2003, hlm 91-93
Dalam Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris, dikemukakan bahwa Notaris adalah Pejabat
umum satu-satunya yang berwenang untuk menbuat akte otentik mengenai semua perbuatan,
perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang
berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian
tunggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan grosse, salinan dan kutipannya, semua
sepanjang akta itu oleh suatu peraturan tidak juga ditugaskan atau kecualikan kepada pejabat
atau orang lain.
Dari apa yang dikemukakan pasal tersebut terlihatlah dengan jelas bahwa tugas jabatan
notaries adalah menbuat akta otentik, adapun yang dimaksud dengan akta otentik adalah suatu
akta yang dalam bentuk ditentukan undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai
umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akte dibuatnya (Pasal 1868 KUH.Perdata).
Selain itu Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris (PJN) tersebut dapat juga dikemukakan bahwa yang
dimaksud dengan pejabat Umum adalah seorang yang dengan kedinasannya dengan koorporasi
umum yaitu Propinsi, daerah kota praja dan lain-lain, Daerah Otonom, mewakili badan-badan
tersebut dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban dan melaksanakan tugas-tugas yang ada pada
kedinasannya.
Notaris sebagai pejabat umum diangkat oleh Negara, bekerja juga untuk kepentingan
Negara, namun demikian Notaris buaknlah pegawai sebagai mana dimaksud dalam Undang-
Undang No 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, sebab dia tidak menerima gaji,
dia hanya menerima honorarium atau fee dari klien, dan dapat dikatakan bahwa notaries, adalah
pegawai pemerintah tanpa menerima suatu gaji dari pihak pemerintah, notaries dipensiunkan
oleh pemerintah, akan tetapi tidak menerima pension dari pemerintah.
Karena tugas yang diemban pemerintah adalah tugas yang seharusnya merupaka tugas
pemerintah, maka hasil pekerjaan Notaris menpunyai akibat hokum, notaries dibebani sebagian
kekuasaan Negara dan memberikan pada aktenya kekuatan otentik yang eksekutorial.
Fungsi dan gerak notaris dalam gerak pembangunan Nasional semakin kompleks dewasa
ini tentunya semakin luas dan makin berkembang, sebab kelancaran dan kepastian hokum
segenap usaha yang dijalankan oleh segenap pihak makin banyak dan luas, dan hal ini tentunya
tidak terlepas dari pelayanan dan produk hokum yang dihasilka oleh Notaris, pemerintah
(sebagai yang menberikan sebagian kewenangan kepada notaries) dan masyarakat banyak
tentunya menpunyai harapan agar pelayanan jasa yang diberikan oleh notaries benar-benar
memiliki nilai dan bobot yang dapat diandalkan.
Jabatan notaris selain sebagai jabatan yang menggeluti masalah-masalah tehnis hukum,
juga harus turut berpertisipasi aktif dalam pengembangan hokum nasional, oleh karena itu
notaries harus senang tiasa menhayati idialisme perjuangan bangsa secara menyeluruh (terutama
sekali dalam rangka peningkatan jasa pelayanan), yang pada akhirnya notaries manpu
melaksanakan profesinya secara professional.3
Uraian mengenai kode etik notaris meliputi: etika kepribadian notaris, etika melakukan tugas
jabatan, etika pelayanan terhadap klien, etika hubungan sesama rekan notaries, dan etika
pengawasan terhadap notaris, kemudian analisis hubungannya dengan ketentuan undang-undang.
Dengan demikian akan diketahui apakah kode etik notaris memiliki upaya paksaan yang berasal
dari undang-undang.
Dalam penjelasannya bahwa notaris menertibkan diri sesuai dengan fungsi, kewenangan, dan
kewajiban sebagai mana ditentukan dalam peraturan jabatan notaris.
Selanjutnya dijelaskan bahwa notaries harus memiliki perilaku professional (Profesional
behavior). Unsur-unsur perilaku professional adalah sebagai berikut :
(a) keahlian yang didukung oleh pengetahuan dan pengalaman tinggi
(b) integritas moral artinya menhindari sesuatu yang tidak baik walaupun imbalan jasanya
3
Suhrawadi K.Lubis, Etika Profesi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm 33-35
tinggi, pelaksanaan tugas profesi diselaraskan dengan nilai-nilai kemasyarakatan, sopan
santun, dan agama;
(c) jujur tidak saja pada pihak kedua atau pihak ketiga, tetapi juga pihak diri sendiri;
(d) tidak semata-semata pertimbangan uang, melainkan juga pengabdian, tidak membedakan
orang mampu atau tidak mampu;
(e) berpegang pada kode etik profesi karena dalamnya ditentukan segala perilaku yang harus
dimiliki oleh notaries, termasuk berbahasa Indonesia yang sempurna.
Etika pengawasan
(a) Pengawasan terhadap notaries melalui pelaksanaan Kode Etik notaries dilakukan oleh
majelis kehormatan daerah dan atau Pusat Ikatan Notaris Indonesia.
(b) Tata cara pelaksanaan kode etik, sanksi-sanksi dan eksekusi diatur dalam peraturan
tersendiri yang merupakan lampiran dari Kode Etk Notaris ini.
(c) Tanpa mengurangi ketentuan mengenai tata cara maupun pengenaan tingkatan sanksi-
sanksi berupa peringatan dan teguran, maka pelanggaran-pelanggaran yang oleh
Pengurus Pusat secara mutlak harus dikenakan sanksi pemberhentian sementara sebagai
anggota ini disertai usul Pengurus Pusat kepada Kongres untuk memecat anggota yang
bersangkutan adalah pelanggaran-pelanggaran yang disebut dalam Kode Etik Notaris
dalam peraturan jabatan notaries, yang berakibat bahwa anggota yang bersangkutan
dinyatakan bersalah berdasarkan keputusan pengadilan yang menperoleh keputusan
hukum tetap.
4
Abdul Kadir Muhammad,Prof.Dr, Etika Profesi Hukum, PT Citra Adtya Bakti, Bandung, 2006, hlm 89-95
notaries dari suatu wilayah jabatan ke wilayah jabatan lain.5
5
Supriadi,S.H.,M.Hum., Etika dan Tanggung jawab Profesi Hukum di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm
34-36