You are on page 1of 15

MAKALAH

MAKIYYAH DAN MADANIYYAH


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah ULUMUL QUR’AN

Di susun Oleh :

- Gena
- Rani Puji Nurani
- Khodijah
- Yuli
- Rijalul Irsyad
- Abdul Aziz

INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG ( IAIC )


SINGAPARNA TASIKMALAYA
2010 / 2011
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. WB.

Segala puji hanya bagi Allah SWT, yang senantiasa memberikan nikmat

dan anugrahnya kepada kami, serta yang melimpahkan Ilmu Pengetahuan sebagai

landasan pemikiran hidup manusia dan dengan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan tugas makalah ini dengan Judul “ Makiyyah dan Madaniyyah”

sebagai salah satu tugas yang diberikan Dosen Pembimbing Mata Kuliah Ulumul

Qur’an.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah tidak terlepas dari

bantuan teman sejawat, Dosen Pembimbing maupun pihak lain yang telah

membantu Penulis dalam menyelesaikan Makalah ini. Penulis juga menyadari

bahwa Makalah yang penulis buat masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu

saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dimasa yang akan dating sangat

Penulis harapkan, dengan adanya Makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi

pembaca pada umumnya dan bagi Penulis sendiri pada khususnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tasikmalaya, September 2010

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I Pendahuluan 1

- Latar Belakang 1

- Rumusan Masalah 1

- Tujuan 2

BAB II MAKIYYAH DAN MADANIYYAH 3

A. Pengertian Makiyyah dan Madaniyyah 3

B. Cara-cara Mengetahui Makiyyah dan Madaniyyah 4

C. Ciri-ciri Spesifik Makiyyah dan Madaniyyah 5

D. Klasifikasi Ayat-Ayat Dan Surat-Surat Al-Qur’an 8

E. Urgensi Pengetahuan 9
BAB III PENUTUP 11

KESIMPULAN 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Semua bangsa pasti berusaha untuk melestarikan warisan pemikirannya

begitupun dengan Islam mereka sangat memperhatikan risalah Nabi

Muhammad Saw, terlebih lagi Al-qur’an adalah mukjizat Nabi yang terbesar

dan juga merupakan kitab suci yang menjadi pedoman seluruh umat islam.

Para pengemban dakwah yang terdiri dari para sahabat, tabi’in dan

generasi sesudahnya, mengadakan penelitian dengan cermat tentang tempat

turunnya al-Qur’an ayat demi ayat baik dalam hal waktu ataupun tempatnya.

Penelitian ini merupakan pilar kuat dalam perundang-undangan. Hal ini juga

menjadi landasan para peneliti untuk mengetahui metode dakwah, macam-

macam seruan, pentahapan dalam penetapan hukum dan perintah.

Dakwah menuju jalan Allah swt itu memerlukan metode tertentu dalam

menghadapi segala kerusakan akidah, hukum dan akhlaq. Beban dakwah itu

diwajibkan setelah benih subur tersedia baginya dan pondasi kuat telah

dipersiapkan untuk membawanya. Dan dasar-dasar perundang-undangan,

aturan sosialnya juga baru digariskan setelah hati manusia dibersihkan dan

tujuannya ditentukan, sehingga kehidupan yang teratur dapat terbentuk atas

dasar bimbingan dari Allah swt.

1.2 Rumusan Masalah


Agar dalam penulisan Makalah ini terencana dan tidak keluar dari

pembahasan, maka penulis akan menjelaskan dari beberapa rumusan masalah,

diantaranya sebagai berikut :

- Bagaimana perbedaan karakteristik Makiyah dan Madaniyah ?

- Bagaimana relevansi Makiyah – Madaniyah dengan dakwah ?.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan Makalah ini adalah sebagai berikut :

- Mengetahui pengertian dan cirri khas makiyah dan Madaniyah

- Mengetahui metode dakwah dilihat dari ayat-ayat Makiyah dan

Madaniyah
BAB II

PEMBAHASAN MASALAH

A. Pengertian Makiyyah dan Madaniyyah

Definisi Terminologi Makiyyah dan Madaniyyah dalam empat Perspektif

diantaranya :

1. Dari perspektik masa turun

‫ مممانزل‬: ‫ والمممدني‬.‫ مانزل قبل الهجرة وان كان بغير مكة‬: ‫المكي‬

‫بعد الهجرة‬

.‫ فما نزل بعد الهجرة ولوبمكة اوعرفة مدني‬.‫وان كان بغير مدينة‬

Artinya :

“ Makiyyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum Rasulullah Hijrah ke

Madinah, kendatipun bukan turun di Mekkah, sedangkan Madaniyyah

adalah ayat-ayat yang turun setelah Rasulullah hijrah ke Madinah,

kendatipun bukan turun di Madinah. Ayat-ayat yang turun setelah

peristiwa hijrah disebut madaniyyah walaupun turun di Mekah atau

Arafah. ”

2. Dari Perspektif tempat turun

.‫ مانزل بمكة وماجاورها كمني وعرفة وحد يبية‬: ‫المكي‬

‫ مانزل باالمدينة وماجاورها كاحد وقباء وسلع‬: ‫والمدني‬

Artinya
“ Makiyyah ialah ayat-ayat yang turun di Mekkah dan sekitarnya seperti

Mina, Arafah dan Hudaibiyyah, sedangkah Madaniyyah adalah ayat-ayat

yang turun di Madinah dan sekitarnya seperti Uhud, Quba, dan Sula . “

3. Dari Perspektif Objek Pembicaraan

‫ والمممدني ماكممان خطابمما‬.‫ ماكممان خطابمما باهممل مكممة‬: ‫المكي‬

‫باهل المدينة‬

Artinya :

“ Makiyyah adalah ayat-ayat yang menjadi kitab orang-orang Mekkah,

sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat yang menjadi kitab orang-orang

Madinah. “

4. Dari Perspektif Tema Pembicaraan

Ayat-ayat Makiyyah mengandung tema kisah-kisah para Nabi dan

umat-umat terdahulu, sedangkan ayat-ayat Madaniyyah mengandung tema

Fara’id dan ketentuan Had.

B. Cara-cara mengetahui Makiyyah dan Madaniyyah

Dalam menetapkan mana Ayat Makiyyah dan Madaniyyah melalui dua

pendekatan yaitu :

1. Pendekatan Transmisi ( Periwayatan )

Dengan merujuk kepada riwayat-riwayat valid yang berasal dari

para sahabat yang kemungkinan besar menyaksikan turunnya wahyu atau

generasi tabi’in yang mendengar langsung dari para sahabat tentang aspek-

aspek yang berkaitan dengan proses kewahyuan Al-Qur’an, termasuk

informasi kronologisnya Al-Qur’an.


Seperti dalam kitab Al-Intishar, Abu Bakar bin Al-Baqilani

menjelaskan :

“ Pengetahuan tentang Makiyyah dan Madaniyyah hanya bias dilacak pada

otoritas sahabat dan tabi’in saja, informasi itu tidak ada yang datang dari

Rasulullah karena hanya memang ilmunya tentang itu bukan kewajiban

umat. “

Otoritas para Sahabat dan para tabi’in dalam mengetahui informasi

kronologi Al-Qur’an dapat dilihat dari statmen-statmennya.

2. Pendekatan Analogi ( Qiyas )

Pendekatan Analogi bertolak dengan cirri-ciri spesifik dari kedua

klasifikasi itu. Dengan demikian bila dalam surat Makiyyah terdapat

sebuah ayat yang memiliki cirri khusus Madaniyyah, maka ayat ini

termasuk ayat Madaniyyah, tema sentral ditetapkan sebagai cirri khusus

kedua klasifikasi.

C. Ciri-ciri Spesifik Ayat-ayat Makiyah Dan Madaniyah

a) Ada dua jenis ciri-ciri dalam Makiyyah, yaitu ciri-ciri yang bersifat Qath’I

dan yang bersifat Aghlabi.

1. Ciri-ciri khas yang bersifat Qath’I yaitu :

a. Setiap surat yang terdapat ayat Sajdah didalamnya, adalah

surat Makiyyah. Sebagian besar ulama mengatakan, bahwa jumlah

ayat Sajdah ada 16 ayat.

b. Setiap surat yang didalamnya terdapat lafal “Kalla” adalah

Makiyyah Al-Ummani dalam kitabnya Al-Mursyidu Fil Waqfi


‘Inda Tilawatil Qur’an menerangkan bahwa bagian separuh Al-

Qur’an yang terakhir itu sebagian besar turun di Mekkah dan

sasarannya pada umumnya golongan-golongan keras kepala atau

yang apriori menentang ajaran islam, maka lafal “Kalla” digunakan

untuk memberi peringatan yang tegas dan keras kepada mereka.

c. setiap surat yang terdapat didalamnya lafal dan ada Yaa

Ayyuhannasu tidak ada yang Ayyuhalladziina Aamanu adalah

Makiyyah, kecuali Surat Al-Hajj. Surat Al-Hajj ini tetap dipandang

Makiiyah.

d. Setiap surat yang terdapat didalmnya kisah para Nabi dan

umat manusia yang terdahulu adalah Makiyyah kecuali surat Al-

Baqarah.

e. Setiap surat yang didalmnya Kisah Nabi Adam dan Iblis

adalah Makiyyah kecuali surat Al-Baqarah.

f. Setiap surat yang dimulai huruf Tahajji (Huruf abjad)

adalah Makiyah kecuali surat Al-Baqarah dan Ali Imran

2. Ciri-ciri khas yang bersifat Aghlabi yaitu :

a. Ayat-ayat dan surat-suratnya pendek (Ijaz), nada perkataannya

keras dan agak bersajak.

b. Mengandung seruan untuk beriman kepada Allah dan Hari Kiamat

dan menggambarkan keadaan surga dan neraka.

c. Mengajak manusia untuk berakhlak mulia dan berjalan diatas jalan

yang baik dan benar.


d. Membantah orang-orang musyrik dan menerangkan kesalahan-

kesalahan kepercayaan dan perbuatannya.

e. Terdapat banyak lafal sumpah.

b) Ada 2 jenis ciri-ciri dalam Madaniyyah, yaitu ciri-ciri yang bersifat Qath’I

dan yang bersifat Aghlabi.

1. Ciri-ciri khas yang bersifat Qath’I yaitu :

a. Setiap surat yang mengandung izin berijtihad (berperang) atau

menyebut hal perang dan menjelaskan hukum-hukumnya.

b. Setiap surat yang memuat penjelasan secara rinci tentang hukum

pidana, Faraid (warisan) hak-hak perdata, peraturan-peraturan yang

berhubungan dengan perdata (civil) kemasyarakatan dan

kenegaraan

c. Setiap surat yang menyinggung hal ikhwal orang-orang munafik

adalah Madaniyyah kecuali surat Al-Ankabut yang diturunkan

dimekkah. Hanya sebelas ayat pertama dari Surat Al-Ankabut ini

adalah Madaniyyah, dan ayat-ayat tersebut menjelaskan perihal

orang-orang munafik.

d. Setiap surat yang membantah kepercayaan/pendirian/tatacara

keagamaan Ahlul Kitab (Kristen dan Yahudi) yang dipandang

salah, dan mengajak mereka agar tidak berlebih-lebihan dalam

menjalankan agamanya, seperti surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-

Nisa, Al-Maidah dan At-Taubat.


2. Ciri-ciri khas yang bersifat Aghlabi yaitu :

a. Sebagian surat-suratnya panjang-panjang, sebagian ayat-ayatnya

pun panjang-panjang (Ithnab) dan gaya bahasanya pun cukup jelas

didalam menerangkan hukum-hukum agama.

b. Menerangkan secara rinci bukti-bukti dan dalil-dalil yang

menunjukan hakikat keagamaan.

D. Pengklasifikasian Ayat Al-Qur’an

Seperti yang kita ketahui pengklasifikasian ayat dalam A1-Qu’an terbagi

atas 2 yaitu. makkiyah dan madaniyah. Pengklasifikasian ayat dalam A1-

Qur’an bergantung pada situasi ayat tersebut turun. Para ‘ulama sejak dahulu

menggunakan berbagai metode untuk mengetahui apakah suatu ayat termasuk

makkiyah atau madaniyah. Menurut Al-Jabiri “untuk mengetahui makkiyah

dan madaniyah surat-surat al-Qur’an ada dua, yaitu: Sama’i (jalan riwayat)

dan Qiyasi (jalan membanding-bandingkan yang satu dengan yang lain).”

Al-Jabiri menegaskan bahwa yang dmaksud dengan metode sama’i ialah

yang berita turunnya kepada kita dengan salah-satu daripada dua jalan itu

kemudian dia memberikan contoh.dan bukti untuk menentukan suatu surat

apakah Makkiyah atau Madaniyah cara ini disebut ijtihad (Qiyasi). Kemudian

adapula beberapa teori pendukung dalam merumuskan pengertian Makkiyah

dan madaniyah. Setelah itu dalam penetapan status suatu surat Makkiyah atau

Madaniyah digunakan penetapan berdasar pada Mayoritas isi surat dengan ciri
Madaniyah atau Makkiyah (penetapan aghlabiyah) dan penetapan berdasar

pada surat apakah diawali dengan ayat yang turun di mekkah atau madinah

sehingga ditentukan dengan berdasar pada muatan ayat awal pada surat,

apakah Makkiyah atau Madaniyah (penetapan kontinuitas)

Masih terkait dengan pengklasifikasian surat dalam A1-Qur’an. Ternyata,

banyak manfaat yang didapatkan dalam menekuni pengklasifikasiannya.

diantaranya menurut al-Zarqani di dalam kitabnya yang berjudul Manahilul

‘Irfan yaitu “kita dapat membedakan dan mengetahui ayat yang Manshuk dan

Nasikh. Yakni, apabila terdapat dua ayat atau lebih mengenai suatu masalah,

sedang hukum yang terkandung di dalam ayat-ayat itu bertentangan.

Kemudian dapat diketahui, bahwa ayat yang satu Makkiyah, sedang yang

lainnya Madaniyah; maka sudah tentu ayat yang Makkkiyah itulah yang

dinasakh oleh ayat yang Madaniyah, karena ayat yang madaniyah adalah yang

terakhir turun”.

E. Urgensi Pengetahuan tentang Makiyyah dan Madaniyyah

Urgensi mengetahui Makiyyah dan Madaniyyah sebagai berikut :

1. Membantu dalam menafsirkan Al-Qur’an

Dengan mengetahui kronologis Al-Qur’an seorang mufassir dapat

memecahkan makna kontrakdiktif dalam dua ayat yang berbeda yaitu

dengan konsep Nasikh-Mansukh

2. Pedoman bagi langkah-langkah dakwah


Ungkapan-ungkapan dan intonasi berbeda pada ayat Makiyyah dan

Madaniyyah memberikan informasi metodologi bagi cara-cara

menyampaikan dakwah agar relevan dengan mustami’

3. Memberi informasi tentang Sirah Kenabian

Al-Qur’an adalah rujukan Otentik bagi perjalanan Dakwah Nabi

yang tidak diragukan lagi. Perjalanan dakwah Nabi ini berjalan seiring

dengan penahapan turunnya wahyu baik di Mekkah atau Madinah.


KESIMPULAN

Ayar-ayat Al-Qur’an dibagi ke dalam dua kategori yaitu ayat-ayat

Makiyyah dan ayat-ayat Madaniyyah. Ayat-ayat Makiyyah dan Madaniyyah

didefinisikan dalam empat perspektif, keempat perspektif itu adalah masa turun

(Zaman An-Nuzul), tempat turun (Makan An-Nuzul), objek pembicaraan

(Mukhatab), dan Teman Pembicaraan (Maudu’). Untuk mengetahui mana yang

termasuk kategori ayat-Makiyyah dan Madaniyyah dilakukan melalui dua

perangkat pendekatan, diantaranya pendekatan transmisi (Periwayatan), dan

pendekatan analogi (Qiyas). Masing-masing kategori memiliki ciri-ciri yang

spesifik, baik dari segi lafadz, tema, maupun isi. Ada beberapa surat yang

diturunkan di Madinah sedangkan hukumnya termasuk ayat Makiyyah itu karena

yang menjadi khitab orang Mekkah.

Pengklasifikasian ayat-ayat dan surat-surat Al-Qur’an ini membantu kita

untuk dapat mengetahui langkah-langkah yang berangsur-angsur ditempuh oleh

Al-Qur’an seiring dengan perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW.


DAFTAR PUSTAKA

Allamah M.H. Thabathaba’i. “MENGUNGKAP RAHASIA AL-

QUR’AN”. Cet. VII.Penerbit Mizan :Bandung, 1994.

POKJA AKADEMIK. : “AL-QUR’AN”. Pokja Akademik UIN Sunan

Kalijaga:Yogyakarta, 2005.

Zuhdi Masjfuk Prof., Drs., H. : “PENGANTAR ‘ULUMUL

QUR’AN”.cet.V. :CV KARYA ABDITAMA:Surabaya, 1997.

Anwar Rosihon DR.M.Ag, “ULUMUL QUR’AN”. Pustaka Setia :

Bandung, 2008

You might also like