Professional Documents
Culture Documents
Dalam sebuah rapat di Bandung tanggal 17-18 Desember 1927 dicapai kesepakatan
antara wakil-wakil PSI, BU, PNI, Pasundan, Sumatranean Bond, Kaum Betawi, dan
Kelompok Studi Indonesia untuk mendirikan federasi partai politik dengan nama PPPKI.
Kaum nasionalis dari segala aliran menyambut pembentukan PPPKI yang dipandang
sebagai imbangan kekuatan dalam menghadapi pemerintah. Koordinasi diperlukan guna
menghimpun kekuatan menentang musuh bersama. Meskipun kerjasama perpecahan
bersama dengan munculnya isu kooperasi dan non-kooperasi di kalangan partai politik
dan saat-saat PSI merasa terancam oleh PNI. Dengan kata lain, nasionalisme Islam
terancam ideologi sekuler yang berkembang pada waktu itu.
2) Perkembangan PPPKI
PPPKI mempunyai daya tarik tersendiri. PSI Yogyakarta dalam tahun 1928 menaruh
perhatian terhadap ideologi nasionalis sekuler, sedangkan BU menjadi kurang
konservatif. Meskipun mereka berada dalam partai politik yang berbeda-beda dan
bersaing pada waktu itu, tetapi keyakinan politik mereka tidaklah jauh berbeda.
Kongres Indonesia Raya diadakan di Surabaya pada awal bulan Januari 1931. Kongres
ini dimaksudkan untuk semua organisasi politik dan non-politik, tetapi hasilnya tidak
seperti yang diharapkan karena menurut Sukiman dari PSII dan Golongan Merdeka,
keduanya tidak ikut kongres, bahwa yang dimaksud Kongres Indonesia Raya tidak lain
adalah kongres PPPKI seperti yang dikehendaki Sutomo.
Partindo berkembang cepat dan demikian pula PNI Baru sebagai saingannya mendapat
tempat di sebagian nasionalis. Persaingan kedua partai ini menyebabkan PPPKI tidak
memainkan peranan di panggung politik, meskipun Ir. Soekarno berusaha sedemikian
rupa sehingga tercapai kerjasama antara partai politik.
PPPKI belum sempat menjadi federasi kekuatan partai politik ketika tiba-tiba pemerintah
melakukan intervensi terhadap partai-partai non-kooperasi pada bulan Agustus 1933.
organisasi ini sudah berupaya semaksimal mungkin untuk menuelenggarakan rapat protes
terhadap beberapa hal seperti pasal-pasal tertentu dalam KUHP dan mendukung
penghapusan Undang-Undang Sekolah Liar. Akan tetapi perlu diingatkan bahwa PPKI
dapat berkembang dan mampu menyatukan kekuatan politik pada tahun-tahun
sebelumnya adalah berkat PSII dan PNI Baru. PPPKI tidak banyak berperan dalam
panggung politik seperti yang diharapkan semula.
Pada akhir tahun 1929 proses keruntuhan PPPKI dipercepat oleh “menyelundupnya”
provokator ke dalam organisasi politik. Dalam Kongres PPPKI Kedua di Solo (25-27
Desember 1929) benih perpecahan semain terang karena istilah “kebangsaan”
dipersoalkan lagi. Akan tetapi, karena adanya perbedaan-perbedaan tujuan, ideologi, dan
kepribadian yang mendasar perpecahan tersebut tidak dapat dihindarkan. Partai Sarekat
Islam yang berpengaruh dalam PPPKI mengundurkan diri pada tahun 1930 karena
adanya penolakan dari kelompok-kelompok lainnya untuk mengakui peranan utama
Islam.
Ir. Soekarno yang dianggap sebagai simbol pemersatu dalam tubuh PPPKI, dihadapkan
ke pengadilan di Bandung pada bulan Agustus 1930. Ia ditangkap setelah menghadiri
kongres organisasi tersebut di Yogyakarta.
b. Kongres Pemuda
Para pelajar dan mahasiswa dari beberapa organisasi mulai bergabung dalam satu wadah
bersama, yaitu Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang didirikan pada tahun
1926. untuk merealisasikan semangat persatuan dalam wadah nasionalisme itu, mereka
menyelenggarakan Kongres Pemuda I pada bulan Mei tahun 1926. Maka pada tanggal 30
April-2 Mei 1926 diselenggarakan Kongres Pemuda I di Jakarta (Batavia) dengan
dipimpin oleh Moh. Tabrani dari Jong Java.
Kongres diadakan oleh semua perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatera
Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong Islamieten
Bond. Mereka membentuk sebuah badan komite yang diketuai oleh Moh. Tabrani dari
Jong Java, sekretaris Jamaluddin Adi Negoro dari Jong Sumatranen Bond dan bendahara
Suwarso. Dalam buku Verslag Van Het Eerste Indonesisch Jong Conggres mengatakan,
“menggugah semangat kerjasama di antara bermacam organisasi pemuda tanah air kita,
supaya dapat mewujudkan kelahiran persatuan Indonesia, di tengah bangsa-bangsa di
dunia.”
Perkumpulan pemuda yang memegang peranan aktif dalam Kongres Pemuda Indonesia II
adalah Pemuda Indonesia dan PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia). Kongres
juga dihadiri oleh Jong Javam Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong
Ambon dan Jong Batak. Seperti halnya PNI, Pemuda Indonesia berpaham kebangsaan
Indonesia yang radikal. Pemuda Indonesia adalah perkumpulan pemuda yang bersifat
nasionalis dan meninggalkan sifat-sifat kedaerahannya.
PPPI adalah perkumpulan dari para mahasiswa Recht Schoolgeschar dan STOVIA. Asas
PPPI sangat dipengaruhi oleh asas Perhimpunan Indonesia di Belanda, yaitu :
1) Kebangkitan Indonesia,
Asas PPPI sama dengan Pemuda Indonesa, yaitu sama-sama meninggalkan sifat
kedaerahan.
Pada tahun 1932, PBI mempunyai 30 cabang dengan 2500 anggota. Dalam kongres yang
diselenggarakan pada tahun 1934 di Malang yang dihadiri 38 cabang dibicarakan
komunikasi antarpulau agar dapat dilakukan melalui pelayaran yang diperkuat oleh
kooperasi. Selain itu kongres akan memajukan pendidikan rakyat dan kepanduan yang
diberi nama Suryawirawan.
2) Tujuan Parindra
Tujuan Parindra tidak jauh berbeda dengan PBI yang menginginkan Indonesia mulia dan
sempurna. Dalam politiknya Parindra bersikap non-kooperasi yang insidentil artinya
apabila ada kejadian yang sangat mengecewakan organisasi itu, maka diputuskan untuk
sementara menarik wakil-wakilnya dari dalam badan perwakilan.
Parindra sangat aktif dan konstruktif terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan
rakyat. Untuk menolong petani didirikan Perkumpulan Rukun Tani dan untuk
memajukan pelayaran didirikan Rukun Pelayaran Indonesia (Rupelin), dan juga didirikan
Bank Nasional Indonesia.
Kongres Pertama yang diselenggarakan di Jakarta pada bulan Mei 1937 diputuskan
bahwa Parindra bersikap kooperatif dan anggota yang ada dalam dewan harus tetap loyal
pada partainya. Sutomo selaku Ketua Parindra, digantikan oleh K.R.M.H. Wuryaningrat.
Ia sangat menekankan perbaikan ekonomi rakyat, pengangguran, perburuhan,
kemiskinan, peradilan, dan lain-lain
Keputusan penolakan Petisi Sutarjo itu sangat mengecewakan para pemimpin nasional.
Untuk mengatasi krisis kekuatan nasional ini, M.H Tamrin mencari jalan keluar yang
ditempuhnya melali pembentukan organisasi baru yaitu mendirikan GAPI pada tanggal
21 Mei 1939. organisasi ini adalah gabungan dari Parindra, Gerindo, Persatuan Minahasa,
Partai Islam Indonesia, partai Katolik Indonesia, Psaundan dan PSII. Dari banyaknya
partai yang tergabung jelas bahwa organisasi itu ingin membentuk satu kekuatan nsional
baru yang lebih efektif dari pada bergerak sendiri-sendiri.
b. Perkembangan GAPI
Pada tanggal 24 Oktober GAPI membentuk sebuah badan Kongres Rakyat Indonesia
(KRI) yang bertujuan untuk membahagiakan dan memakmurkan penduduk. Kegiatan
GAPI selanjutnya dilakuakn oleh KRI dengan mengadakan kongres-kongres. “Indonesia
Parlemen” tetap merupakan tujuan utama GAPI selain memajukan masalah-masalah
sosial-ekonomi.
Pemerintah memberikan reaksi dingin terhadap resolusi GAPI dan sangat disayangkan
karena ia tidak akan memberi perubahan sebelum perang selesai. Untuk itu semua
pemerintah hanya menjawab dengan membentuk komisi Visman. Meskipun demikian,
GAPI terus menempuh demi tercapainya “Indonesia Berparlemen”. Jelas bahwa GAPI
benar-benar merealisasikan pikiran rakyat yang menginginkan negara berdiri sendiri.
Untuk lebih mengefektifkan perjuangan GAPI, KRI yan sudah ada itu diubah menjadi
Majelis Rakyat Indonesia (MRI) dalam sebuah konfrensi di Yogyakarta psada tanggal 14
September 1941. MRI dianggao badan perwakilan segenap rakyat Indonesia yan akan
mencapai kesentosaan dan kemuliaan berdasarkan demokrasi. Sebagai satu federasi,
maka yang duduk dalam dewan pimpinan adalah GAPL, MIAL, dan PVPN, berturut-
turut mewakili federasi organisasi politik, organisasi Islam, dan Federasi Serikat Sekerja
dan Pegawai Negeri.
e. Komisi Visman
Satu-satunya kaum nasionalis yang dipenuhi oleh pemerintah ialah pembentukan Komisi
Visman pada bulan Maret 1941. panitia bertugas menyelidiki sampai di mana kehendak
rakyat Indonesia sehubungan dengan perubahan pemerinta. Akan tetapi pelaksanaan
komisi ini sangat menjengkelkan karena hasil yang dicapai komisi itu adalah keinginan
orang-orang Indonesia yang hanya menginginkan bahwa Indonesia masih tetap dalam
ikatan dengan Kerajaan Belanda. Dengan kata lain, sebenarnya Komisi Visman ini pun
juga tidak memuaskan dan boleh dikatakan bahwa komisi ini hanya sekedar memberi
angin kaum nasionalis dan tidak sungguh-sungguh ingin mengadakan perubahan
ketatanegaraan bagi Indonesia.
Tahun 1913 adalah tahun keseratus terbebasnya negeri Belanda dari kekuasaan Perancis.
Pemerintah kolonial Belanda ingin merayakan kemerdekaan negeri Belanda di Indonesia
dengan memungut dana dari rakyat Indonesia, akan tetapi tokoh Indische Partij melarang
keras dengan memuculkan artikel yang ditulis oleh Suwardi Suryaningrat yang berjudul
“Alks ik een Nederlandess was” yang artinya andaikan aku seorang Belanda. ebrdasarkan
tulisan itu tokoh Indische Partij yaitu Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo dan
Suwardi Suryaningrat ditangkap, dan dibuang ke Negeri Belanda.
Sneevliet adalah seorang pekerja pada jawatan perkereta apian yang berkebangsaan
Belanda, tetapi dia memiliki paham sosialis yan menyebabkan ia memiliki keinginan
untuk memberi bantuan kepada rakyat Indonesia yang menderita akibat dibawah
kekuasaan Belanda. kemudian sneevliet bertemu Semaun, seorang tokoh Sarekat Islam
cabang Semarang dan melalui Semaun juga Sneevliet bisa menyalurkan ide-idenya agar
disalurkan ke masyarakat. Dengan berkembangnya ide sosial, masyarakat akhirnya dapat
melakukan berbagai gerakan yang menuntut pemerintah kolonial Belanda. namun
Belanda mengetahuinya dan sneevliet pun dikembalikan ke negeri Belanda.
Pada tahun 1920 dibentuk Partai Komunis Indonesia (PKI) yang merupakan
penggabungan ISDV dengan Sarekat Islam Merah. Organisasi PKI bersifat non
kooperatif dan bergerak sangat radikal serta berpengaruh dikalangan rakyat Indonesia
pada tahun 1926 dan 1927 PKI mengadakan pemberontakan terhadap pemerintah
kolonial Belanda tapi dua kali mengalami kegagalan. Akibatnya pemerintah kolonial
Belanda bertindak tegas dengan menyatakan PKI sebagai partai terlarang di wilayah
Hindia Belanda. sedangkan para pemimpinnya di tangkap dan dibuang keluar negeri da
ada juga yang meloloskan diri ke Rusia dan Belanda.