You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima – ya’lamu
yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa Inggeris Ilmu biasanya dipadankan dengan
kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science
umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun
secara konseptual mengacu pada makna yang sama. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu
(science) di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian :
 Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-
gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
 “Science is knowledge arranged in a system, especially obtained by observation and
testing of fact (And English reader’s dictionary)
 “Science is a systematized knowledge obtained by study, observation, experiment”
(Webster’s super New School and Office Dictionary)
Dari pengertian di atas nampak bahwa Ilmu memang mengandung arti pengetahuan,
tapi pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun secara sistematis atau menurut
Moh Hatta (1954 : 5) “Pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut Ilmu”.

1
BAB II
PEMBAHASAN

a) Sejarah kelompok sekuler

Kata al-’ilmaniyah, pada asalnya merupakan kata bentukan dari kata al-ilmu. Dengan
mengangkat slogan ini, para propagandisnya menghendaki supaya undang-undang negara,
media massanya, lembaga-lembaga peradilan dan semua institusinya berjalan menurut prinsip
ilmiah, dasar pijakan rasio, aturan-aturan buatan manusia dan hukum positif tanpa ada
campur tangan dan pengaruh apapun dari agama tanpa keterlibatan sama sekali dari para ahli
fiqh Islam.

Pengeritan kata al-ilmaniyah ialah umat berjalan di atas jalan yang tidak ada
hubungannya dengan agama atau memisahkan agama dari negara, memberikan bagian kaisar
untuk kaisar dan bagian Tuhan untuk Tuhan, mereka seringkali menutupi hal itu dengan
slogan-slogan busuk.

Tak diragukan lagi, bahwa tujuan pelemparan ide, pemikiran dan gagasan ini
adalah untuk menolak tuduhan sekuler pada mereka dan untuk menunjukkan bahwa mereka
bukan kaum atheis, atau minimal menunjukkan sikap lunak dan mencari simpati agar slogan-
sloga kafir mereka tidak berbenturan dan melunaki perasaan umat Islam.

Catatan sejarah menyatakan, paham ini muncul di negara-negara Barat pada abad
pertengahan. Munculnya paham ini diakibatkan beberapa sebab dan kondisi yang mendorong
para tokoh reformasi, para penulis, dan para penyeru ide pemikiran baru di Barat saat itu
mengadopsi paham itu dan menyebarkannya serta mendesak para penguasa dan orang-orang
yang berpengaruh supaya menerapkan dan mengimplementasikan paham ini semaksimal
mungkin. Akan tetapi, apa sebenarnya penyebab dan kondisi yang mendorong kaum sekuler
di negeri-negeri Barat mengusung slogan sekulerisme dan menuntut pemisahan antara negara
dan agama? Diantara penyebab dan pendorongnya adalah sebagai berikut :

a) Dalam sejarah, selama rentang waktu tiga abad setelah kelahiran Al-Masih, para
penganut agama Nasrani menyeru manusia kepada ajaran Al-Masih, yang tercermin
dalam sifat cinta kasih, kelembutan dan kasih sayang. Mereka berupaya memasukkan
kaum paganis dan pemeluk agama Yahudi ke dalam kandang gembalaannya melalui
dakwah secara damai dan penyampaian nasehat yang baik, dan mereka juga tidak mau
ikut campur dalam masalah politik dan pemerintahan. Karena, dalam kitab mereka,
Injil Matta (Mathius), dijelaskan, “Berikan apa yang menjadi hak Kaisar kepada
Kaisar dan apa yang menjadi hak Tuhan kepada Tuhan”.

b) Sejak Kaisar Constantine memaklumatkan perlindungan pada agama Nasrani pada


tahun 324 M dan gereja pun diberi kekuasaan, maka mulai tahun itu gereja memiliki
pengaruh kekuasaan yang demikian transparan. Hal itu dapat dilihat dari lapangan
politik, sosial, dan pemikiran ketika itu. Dengan pengaruh kekuasaan tersebut, gereja
pada kala itu berani mengumumkan Perang Salib dan memerangi siapa saja yang
enggan tunduk dibawah gereja. Akibat kekuasaan yang disalahgunakan oleh gereja,
sedikitnya 9 juta jiwa manusia meninggal akibat mereka bunuh.

2
Akibat kekejaman gereja, bangkitlah para pemikir dan tokoh melakukan perlawanan
terhadap dogma-dogma gereja. Sehingga pada tahun 1789, terjadilah Revolusi Prancis
menuntut gereja supaya tidak ikut campur dalam urusan pemerintahan. Dalam seruan revolusi
tersebut, “Kembalilah ke posisi kalian semula, berdiamlah di tempat-tempat peribadatan
kalian dan jangan melakukan hal-hal yang melebihi ajaran yang dibawa Al-Masih”. Maka
sejak saat itu, diumumkanlah di negeri-negeri Eropa prinsip “Pemisahan agama dari negara”.
Prinsip tersebut lahir akibat pelanggaran dan penyelewengan yang telah dilakukan oleh
gereja.

Cara dan Metode Mensekulerkan Negara

Cara-cara yang digunakan oleh orang-orang sekuler dalam mensekulerkan negara berkisar
pada 5 hal berikut:

a) Menyusupkan fikrah-fikrah ladiniyah

Tak diragukan lagi bahwa pemerintahan-pemerintahan sekuler ini mempunyai jaringan


kaki tangan dan lapisan propagandis yang cerdik dan pandai membuat tipu muslihat serta
dibekali dengan berbagai cara penipuan dan penyesatan yang dapat mempengaruhi keyakinan
dan moral anak bangsa. Diantara cara-cara utama yang ditempuh oleh para propagandis
sekulerisme dalam melakukan perusakan dan penyesatan adalah:

1. Memikat orang yang menaruh kekaguman terhadap peradaban Barat atau prinsip-
prinsip dunia Timur dengan mengatakan bahwa dunia Barat atau Timur tidak mencapai
puncak kejayaan dan kekuatan kecuali setelah melemparkan agama ke belakang dan
mengungkungnya di antara dinding-dinding rumah peribadatan.

2. Memberikan iming-iming jabatan, pangkat kepada para pelajar setelah lulus sekolah,
jika mau menerima pikiran-pikiran mereka dan bergabung dalam organisasi-organisasi
mereka.

3. Meyakinkan genarasi umat bahwa Islam berlaku diskriminatif terhadap wanita dengan
mewajibkan hijab, memerintah supaya tinggal di rumah, membedakan bagian warisan dengan
kaum lelaki, dan lain sebagainya.

4. Mendorong kaum muda ke arah pergaulan bebas dan menjalin persahabatan dengan
dalih bahwa dengan cara itu dapat menurunkan dorongan syahwat. Dan mereka menjadikan
temu muka antara pria dan wanita sebagai suatu perkara yang biasa dan umum.

5. Membangun opini bahwa mengekang dorongan syahwat dan nafsu birah akan
menimbulkan penyakit jiwa dan syaraf pada generasi muda, maka solusinya adalah dengan
menyalurkannya di tempat-tempat pemuas syahwat dan tempat-tempat hiburan.

6. Selalu menggunakan slogan palsu setiap saat, terkadang atas nama


nasionalisme,kebangsaan, revolusi, emansipasi wanita dan lainnya.

3
b) . Memadamkan gerakan-gerakan Islam

Hal-hal yang mendorong mereka memusuhi dan memerangi harakah-harakah Islam adalah:

1. Agar harakah-harakah Islam itu tidak dapat mencapai tujuannya mengembalikan kejayaan
Islam dan menegakkan hukum Islam di muka bumi.

2. Agar kekuatan super power dunia tidak kehilangan hegemoni politik ekonomi dan
militernya di negeri-negeri Islam.

3. Agar kaum muslimin tidak dapat kembali menggalang kesatuan Islam yang saling
mengokohkan dan mengembalikan kepemimpinannya atas dunia dan mengembalikan
eksistensi politiknya yang besar.

4. Agar arus shahwah Islam tidak menyebar di kalangan generasi Islam seperti jalannya
cahaya dalam kegelapan dan agar arus kebangkitan tersebut tidak tumbuh berkembang di
berbagai penjuru negeri-negeri Islam.

5. Agar generasi Islam mau menerima ideologi Barat atau Timur tanpa sadar, tanpa
penentangan, tanpa kritik dan tanpa jihad.

Untuk merealisasikan itu semua, maka pemerintah-pemerintah sekuler bertekad dan


berupaya gigih memerangi para da’i yang menyeru ke jalan Allah, menumpas harakah-
harakah Islam yang mengajak berhukum kepada Islam dengan menggunakan berbagai macam
cara dan dalih untuk menumpasnya dan melenyapkannya. Diantara cara-cara dan alasan-
alasan mereka yang paling populer adalah melemparkan tuduhan dan menyebarkan fitnah.
Menuduh harokah-harakah Islam melakukan persekongkolan untuk merubah sistem negara,
mencap sebagai gerakan radikal, teroris dan lain sebagainya. Akan tetapi Allah tidak
menghendaki selain menyempurnakan cahaya agama-Nya, meski orang-orang sekuler dan
murtad tidak menyukainya.

c) Memberlakukan Undang-Undang Positif

Setelah dihapuskannya khilafah tahun 1924 M melalui tangan antek musuh Islam,
Kamal Ataturk; maka berakhirlah pemerintahan Islam di sebagian besar negeri-negeri Islam,
dan pemerintahan-pemerintahan bonek berusaha mengarahkan negeri-negeri Islam menjadi
sekuler dan menjauhkan perundang-undangan Islam dari panggung kehidupan, sehingga umat
Islam pun terpecah belah.

d) Menentukan Sistem Pendidikan

Tujuan penentuan sistem pendidikan ini supaya generasi muda yang terpelajar
mempunyai persepsi ladiniyah; untuk tujuan itu mereka berupaya menumbuhkan generasi
Islam yang kosong dari aqidah dan akhlaq, hancur kepribadian dan eksistensinya, goyah
kepercayaannya terhadap sejarah dan keagungan Islam.

4
b) ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

Ilmu pengetahuan mengalami kemajuan yang pesat di dunia Islam pada zaman klasik
(670-1300 M), yakni sejak zaman Nabi Muhammad saw sampai dengan akhir masa Daulah
Abbasiyah di Baghdad. Pada masa ini, dunia Islam telah memainkan peran penting, baik
dalam bidang ilmu pengetahuan agama maupun pengetahuan umum. Dalam hubungan ini
Harun Nasution (1979:71) mengatakan bahwa cendekiawan-cendekiawan muslim bukan
hanya ilmu pengetahuan dan filsafat yang mereka pelajari dari buku-buku Yunani, tetapi
menambahkan ke dalam hasil-hasil penyelidikan yang mereka lakukan sendiri dalam
lapangan ilmu pengetahuan dan hasil pikiran mereka dalam ilmu filsafat. Para ilmuwan
tersebut memiliki pengetahuan yang bersifat integrated, yakni bahwa ilmu pengetahuan
umum yang mereka kembangkan tidak terlepas dari ilmu agama atau tidak terlepas dari nilai-
nilai Islam.

Konsep ajaran Islam tentang pengembangan ilmu pengetahuan yang demikian itu,
menurut Syamsul Arifin (1996:21) didasarkan pada beberapa prinsip sebagai berikut:
Pertama, ilmu pengetahuan dalam Islam dikembangkan dalam kerangka tauhid atau teologi.
Yakni teologi yang bukan semata-mata meyakini adanya Tuhan dalam hati, mengucapkannya
dengan lisan dan mengamalkannya dengan tingkah laku, melainkan teologi yang menyangkut
aktivitas mental berupa kesadaran manusia yang paling dalam menyangkut hubungan
manusia dengan Tuhan, lingkungan dan sesamanya. Lebih tegasnya adalah teologi yang
memunculkan kesadaran, yakni suatu matra yang paling dalam, pada diri manusia yang
menformat pandangan dunianya, yang kemudian menurunkan pola sikap dan tindakan yang
selaras dengan pandangan dunia itu. Karena itu teologi pada ujungnya akan mempunyai
implikasi yang sangat sosiologis, sekaligus antropologis.

Kedua, ilmu pengetahuan dalam Islam hendaknya dikembangkan dalam rangka


bertakwa dan beribadah kepada Allah swt. Hal ini penting ditegaskan, karena dorongan al-
Qur’an untuk mempelajari fenomena alam dan sosial tampak kurang diperhatikan, sebagai
akibat dan dakwah Islam yang semula lebih tertuju untuk memperoleh keselamatan di akhirat.
Hal ini mesti diimbangi dengan perintah mengabdi kepada Allah swt dalam arti yang luas,
termasuk mengembangkan iptek.

Ketiga, ilmu pengetahuan harus dikembangkan oleh orang-orang Islam yang


memiliki keseimbangan antara kecerdasan akal, kecerdasan emosional dan spiritual yang
dibarengi dengan kesungguhan untuk beribadah kepada Allah swt dalam arti yang seluas-
luasnya. Hal ini sesuai dengan apa yang terjadi dalam sejarah di abad klasik, di mana para
ilmuwan yang mengembangkan ilmu pengetahuan adalah pribadi-pribadi yang senantiasa taat
beribadah kepada Allah swt.

Keempat, ilmu pengetahuan harus dikembangkan dalam kerangka yang integral,


yakni bahwa antara ilmu agama dan ilmu umum walaupun bentuk formalnya berbeda-beda,
namun hakikatnya sama, yakni sama-sama sebagai tanda kekuasaan Allah swt. Dengan
pandangan yang demikian itu, maka tidak ada lagi perasaan yang lebih unggul antara satu dan
lainnya. Dengan menerapkan keempat macam strategi pengembangan ilmu pengetahuan
tersebut, maka akan dapat diperoleh keuntungan yang berguna untuk mengatasi problem
kehidupan masyarakat modern sebagaimana tersebut di atas.

5
c) Kedudukan ilmu dalam Islam

Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam , hal ini terlihat
dari banyaknya ayat AL qur’an yang memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan
mulya disamping hadis-hadis nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus
menuntut ilmu.

Didalam Al qur’an , kata ilmu dan kata-kata jadianya di gunakan lebih dari 780 kali ,
ini bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari AL qur’an sangat kental dengan
nuansa nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri penting dariagama
Islam sebagamana dikemukakan oleh Dr Mahadi Ghulsyani9(1995;; 39) sebagai berikut ;

‘’Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap
masalah ilmu (sains), Al quran dan Al –sunah mengajak kaum muslim untuk mencari dan
mendapatkan Ilmu dan kearifan ,serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada
derajat tinggi’’.

ALLah s.w.t berfirman dalam AL qur;’an surat AL Mujadalah ayat 11 yang artinya:

“ALLAH meninggikan baeberapa derajat (tingkatan) orang-orang yang berirman diantara


kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmupengetahuan).dan ALLAH maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”

ayat di atas dengan jelas menunjukan bahwa orang yang beriman dan berilmu akan
menjadi memperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan yang dimiliki seseorang akan
menjadi pendorong untuk menuntut ILmu ,dan Ilmu yang dimiliki seseorang akan membuat
dia sadar betapa kecilnya manusia dihadapan ALLah ,sehingga akan tumbuh rasakepada
ALLAH bila melakukan hal-hal yang dilarangnya, hal inisejalan dengan firman ALLAH:

“sesungguhnya yang takut kepada allah diantara hamba –hambanya hanyaklah ulama
(orang berilmu) ; (surat faatir:28).

Disamping ayat –ayat Qur’an yang memposisikan Ilmu dan orang berilmu sangat
istimewa, AL qur’an juga mendorong umat islam untuk berdo’a agar ditambahi ilmu, seprti
tercantum dalam AL qur’an sursat Thaha ayayt 114 yang artinya “dan katakanlah, tuhanku
,tambahkanlah kepadaku ilmu penggetahuan “. dalam hubungan inilah konsep membaca,
sebagai salah satu wahana menambah ilmu ,menjadi sangat penting,dan islam telah sejak
awal menekeankan pentingnya membaca , sebagaimana terlihat dari firman ALLah yang
pertama diturunkan yaitu surat Al Alaq ayat 1sampai dengan ayat 5 yang artuinya:

“bacalah dengan meyebut nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan Kamu
dari segummpal darah . Bacalah,dan tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar
(manusia ) dengan perantara kala . Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahui.”

Ayat –ayat trersebut , jelas merupakan sumber motivasi bagi umat islam untuk tidak
pernah berhenti menuntut ilmu,untuk terus membaca ,sehingga posisi yang tinggi dihadapan
ALLah akan tetap terjaga, yang berearti juga rasa takut kepeada ALLah akan menjiwai
seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk melakukan amal shaleh , dengan demikian
nampak bahwa keimanan yang dibarengi denga ilmu akan membuahkan amal ,sehingga

6
Nurcholis Madjd (1992: 130) meyebutkan bahwa keimanan dan amal perbuatan membentuk
segi tiga pola hidup yang kukuh ini seolah menengahi antara iman dan amal .

Di samping ayat –ayat AL qur”an, banyak juga hadis yang memberikan dorongan kuat untuk
menuntut Ilmu antara lain hadis berikut yang dikutip dari kitab jaami’u Ashogir (Jalaludin-
Asuyuti, t. t :44 ) :

“Carilah ilmu walai sampai ke negri Cina ,karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib
bagisetuap muslim’”(hadis riwayat Baihaqi).

“Carilah ilmu walau sampai ke negeri cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib
bagi setiap muslim . sesungguhnya Malaikat akan meletakan sayapnya bagi penuntut ilmu
karena rela atas apa yang dia tuntut “(hadist riwayat Ibnu Abdil Bar).

Rasulullah saw juga bersabda:

‫ﻠﻌﻟﺍ ﺐﻠﻃ ﻰﻓ ﺝﺮﺧ ﻦﻣ‬


‫ﻊﺟﺮﻳ ّﻰﺘﺣ ﷲﺍ ﻞﻴﺒﺳ ﻰﻓ ﻮﻬﻓ ﻢ‬

“Barangsiapa yang pergi menuntut ilmu, maka dia berada di jalan Allah sampai dia
kembali.” (HR. Timidzi).

Rasulullah saw bersabda:

‫ﻭ ﷲﺍ ﻞﻴﺒﺳ ﻲﻓ ﺪﻫﺎﺠﻤﻟﺍ ﺔﻟﺰﻨﻤﺑ ﻮﻬﻓ ﻪ ّﻤﻠﻌﻳ ﻭﺃ ﻪ ّﻤﻠﻌﺘﻳ ﺮﻴﺨﻟ ﻻﺇ ﻪﺗﺎﻳ ﻢﻟ ﺍﺬﻫ ﻯﺪﺠﺴﻣ ءﺎﺟ ﻦﻣ‬
‫ﻩﺮﻴﻏ ﻉﺎﺘﻣ ﻰﻟﺇ ﺮﻈﻨﻳ ﻞ ّﺟﺮﻟﺍ ﺔﻟﺰﻨﻤﺑ ﻮﻬﻓ ﻚﻟﺍﺫ ﺮﻴﻐﻟ ءﺎﺟ ﻦﻣ‬

“Barangsiapa yang mendatangi masjidku ini, yang dia tidak mendatanginya kecuali untuk
kebaikan yang akan dipelajarinya atau diajarkannya, maka kedudukannya sama dengan
mujahid di jalan Allah. Dan siapa yang datang untuk maksud selain itu, maka kedudukannya
sama dengan seseorang yang melihat barang perhiasan orang lain.” (HR. Ibnu Majah dari
Abu Hurairah). Isnadnya hasan, dan disahihkan oleh Ibnu Hibban.

Dari hadist tersebut di atas , semakin jelas komitmen ajaran Islam pada ilmu ,dimana
menuntut ilmu menduduki posisi fardhu (wajib) bagi umat islam tanpa mengenal batas
wilayah. Mengingat kedudukannya yang penting itu, maka menuntut ilmu adalah ibadah,
memahaminya adalah wujud takut kepada Allah, mengkajinya adalah jihad, mengajarkannya
adalah sedekah dan mengingatnya adalah tasbih. Dengan ilmu, manusia akan mengenal Allah
dan menyembah-Nya. Dengan ilmu, mereka akan bertauhid dan memuja-Nya. Dengan ilmu,
Allah meninggikan derajat segolongan manusia atas lainnya dan menjadikan mereka pelopor
peradaban.

7
d) Tujuan ilmu pengetahuan dalam Islam dan pengaruhnya terhadap
keimanan seseorang

Allah melengkapi manusia dengan pendengaran, penglihatan, akal dan hati. Jadi
Ilmu dapat diperoleh dengan pendengaran penglihatan kemudian diproses dalam fikiran
sedangkan hati untuk menimbang apakah ilmu itu dapat mendekatkan diri pada Allah atau
bahkan menjauhkan.

Dalam pendidikan Islam dapat dibuktikan bahwa perintah Al-Qur'an dan Hadist
tentang menuntut ilmu tidaklah terbatas pada ajaran-ajaran syari'ah tertentu, tetapi juga
mencakup setiap ilmu yang berguna bagi manusia bagi manusia. Untuk melakukan hal itu,
harus ditunjukkan dan didefinisikan kewajiban tujuan seorang muslim dalam kehidupan di
dunia ini. Allah melalui kitabNya Al-Qur'an telah menegaskan bahwa semuanya akan
kembali kepada pencipta. Dengan demikian tujuan manusia adalah mendekatkan diri kepada
Allah dan memperoleh ridho-Nya. Segala sesuatu yang mendekatkan kepada Tuhan dan
petunjuk-petunjuk pada arah tersebut adalah terpuji. Ilmu hanya berguna jika dijadikan alat
untuk medekatkan kepada Allah, jika tidak, maka ilmu akan menjadi penghalang besar.

Jadi tujuan ilmu pengetahuan dalam Islam yang sebenarnya adalah bahwa Ilmu itu
untuk medekatkan diri pada Allah, menambah keimanan seseorang kapada sang pencipta
yaitu ALLAh SWT, contohnya melalui ilmu tentang bumi (bagimana langit diciptakan)
membuat kita semakin menambah keimanan kita pada Allah bahwa ALLAH maha kuasa
yang dapat menciptakan bumi dan seisinya dengan begitu sempurna.

Namun ilmu saja tanpa amal adalah junun (gila) dan amal saja tanpa ilmu adalah
takabbur (sombong). Junun berarti berjuang berdasarkan tujuan yang salah. Sedangkan
takabbur berarti tanpa memperdulikan aturan dan kaedahnya, meskipun tujuannya benar.
Maka dalam pendidikan Islam, keimanan harus ditanamkan dengan ilmu; ilmu harus
berdimensi iman; dan amal mesti berdasarkan ilmu. Inilah sejatinya konsep integritas
pendidikan dalam Islam yang berbasis ta’dib. Ta’dib berarti proses pembentukan adab pada
diri peserta didik. Maka dengan konsep pendidikan seperti ini, akan menghasilkan pelajar
yang beradab, baik pada dirinya sendiri, lingkungannya, gurunya maupun pada Penciptanya.
Sehingga terjadi korelasi antara aktivitas pendidikan, orientasi dan tujuannya.

Di dalam Al-Qur'an Allah juga berfirman bahwa derajat orang yang berilmu sangat
tinggi melebihi seorang 'abid (orang ahli yang beribadah). Dalam Fathul Barri disebutkan
bahwa: Allah meninggikan derajat orang mu'min yang 'alim dari pada orang mu'min yang
tidak 'alim,

Keutamaan disini dimaksud bahwa orang yang beribadah dengan ilmu dengan orang yang
beribadah tanpa tahu ilmunya akan berbeda nilainya dari segi pahala yang diperoleh. Allah
berfirman dalam surat al maidah ayat 11:

‫يرفع هللا الذين امنوا منكم والذين اوتوا العلم درجات (المجادله‬

Yang artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu


dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

8
e) Pentingnya ilmu pengetahuan dalam mendekatkan seorang muslim
kepada ALLAH SWT

Ilmu pengetahuan sangat besar andilnya untuk mendekatkan diri seorang hamba
kepada Tuhannya dalam hal ini adalah ALLAH SWT. Tanpa ilmu pengetahuan seorang
hamba tidakkan tahu siapa yang menciptakannya,siapa yang menciptakan bumi, langit beserta
isinya. Singkatnya seorang hamba tidak akan dekat kepada tuhannya jika tidak memiliki ilmu
pengetahuan.

Dengan ilmu pengetahuan, seorang hamba dapat mempelajari semua hal, termasuk
siapa yang menciptakannya, hal ini dapat membuat hubungan seorang hamba dan
penciptanya menjadi lebih dekat. Dengan ilmu pengetahuan, seorang hamba juga dapat
menjadi seorang mujahid di jalan ALLAH sehingga di hari akhir nanti hamba dapat dekat
dengan Tuhan.

Rasulullah saw bersabda:

‫ﻭ ﷲﺍ ﻞﻴﺒﺳ ﻲﻓ ﺪﻫﺎﺠﻤﻟﺍ ﺔﻟﺰﻨﻤﺑ ﻮﻬﻓ ﻪ ّﻤﻠﻌﻳ ﻭﺃ ﻪ ّﻤﻠﻌﺘﻳ ﺮﻴﺨﻟ ﻻﺇ ﻪﺗﺎﻳ ﻢﻟ ﺍﺬﻫ ﻯﺪﺠﺴﻣ ءﺎﺟ ﻦﻣ‬
‫ﻮﻬﻓ ﻚﻟﺍﺫ ﺮﻴﻐﻟ ءﺎﺟ ﻦﻣ‬
‫ﻩﺮﻴﻏ ﻉﺎﺘﻣ ﻰﻟﺇ ﺮﻈﻨﻳ ﻞﺟّﺮﻟﺍ ﺔﻟﺰﻨﻤﺑ‬

“Barangsiapa yang mendatangi masjidku ini, yang dia tidak mendatanginya kecuali
untuk kebaikan yang akan dipelajarinya atau diajarkannya, maka kedudukannya sama
dengan mujahid di jalan Allah. Dan siapa yang datang untuk maksud selain itu, maka
kedudukannya sama dengan seseorang yang melihat barang perhiasan orang lain.” (HR.
Ibnu Majah dari Abu Hurairah). Isnadnya hasan, dan disahihkan oleh Ibnu Hibban.

9
KESIMPULAN

Ilmu adalah suatu yang sangat menonjol dalam agam Islam, hal ini dapat dilihat
dalam Hadist maupun dalam Al-Qur'an, disana banyak sekali ungkapan afalatatafakkarun,
hal ini menunjukkan bahwa manusia diwajibkan untuk mengembangkan ilmu baik ilmu
agama maupun ilmu sosial. Bahwa orang yang berilmu dan orang yang tidak dalam islam
kedudukannya sangat berbeda jauh

Nabi juga bersabda "tuntutlah ilmu sampai kenegeri cina". Kenapa kenegeri cina?
Karena pada masa itu cina sudah berkembang dengan pesat bahkan sudah menciptakan
kertas. Nabi menganjurkan bahwa ilmu untuk mengembangkan agama boleh diambil dari
orang selain islam asalkan untuk mendekatkan diri pada Allah. Dan islam sebagai filter
(penyaring ilmu-ilmu tersebut).

Maka itu bagaimankah islam itu memandang ilmu sebagai sesuatu yang pokok
dalam ajaran islam, dan mejadi sesuatu yang wajib dimiliki oleh setiap muslim.

10
DAFTAR PUSTAKA

Heri Jauhari Muchtar. 2005. Fiqih Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Dwi Suheriyanto. 2004. Memadu Sains dan Agama: Menuju Universitas Islam Masa Depan.
Malang: Bayumedia dan UIN-Malang Press.
Said Aqil Husin al-Munawar. 2004. Al-Qur’an: Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki.
Jakarta: Ciputat Press.
Harun Nasution. 1979. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek. Jakarta: UI Press.
Syamsul Arifin dkk. 1996. Spiritualitas Islam dan Peradaban Masa Depan. Jakarta: SI Press.
M. Shiddiq al-Jawi. 2007. Peran Islam dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. (Online) www.majelismujahidin.com, diakses 21 Januari 2007.

Chabib Thoha, syukur dan Priyono, Reformasi Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta:
Pustaka pelajar, 1996

M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah ,Jakarta: Lentera Hati

Basuki dan M. miftakhul ulum, Pengantar Pendidikan Islam, Ponorogo : stain Po PRESS,
2007

Samsul nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat PRESS, 2002

11

You might also like