Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
kepemimpinan. Maka dalam hal ini system pendidikan nasional masih belum
kalangan yang mulai melihat system pendidikan pesantren sebagai salah satu
solusi untuk terwujudnya produk pendidikan yang tidak saja cerdik, pandai, lihai,
tetapi juga berhati mulia dan berakhlaqul karimah. Hal tersebut dapat dimengerti
dimaksud.
yang dimiliki oleh individu dan mewujudkan pribadi yang dapat beriman dan
hidup dituntut untuk dapat menciptakan lingkungan yang dapat menantang dan
merangsang santri dalam hal keimanan, aqidah, akhlaq dan ibadah. Tuntutan ini
pesantren, terutama dalam kegiatan proses pendidikannya, yaitu dalam hal melatih
dalam membaca dan memahami kitab-kitab kuning, yang diberikan kepada para
diantaranya; ilmu Nahwu, syorof, dan logat (bahasa Arab). Jadi apabila santri
telah mampu membaca kitab kuning, ini berarti mereka telah mampu menguasai
ilmu-ilmu Nahwu dan syorof saja, sedangkan untuk memahaminya mereka harus
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk pengelola Pondok Pesantren, hasil penelitian ini merepakan salah satu
E. Langkah-Langkah Penelitian
dekomen lainnya yang mendukung dalam penelitian. Jadi data yang dihasilkan
a. Lokasi Penelitian
b. Sumber Data
1) Para pengurus Pondok Pesantren atau pimpinan dan para pengajar
a. Metode
1) Wawancara
terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, dan pandangan tentang
Mahali.
b) Para santri, tentang pendapat mereka mengenai menejemen
kuning.
2) Observasi
penelitian ini yang akan di observasi adalah para santri yang sedang
3) Studi Dokumentasi
4. Analisis Data
a. Pencatatan awal
rumusan masalah.
Tabel 1
Matrik Rangkuman Data Penelitian
lain di luar data itu untuk pembanding data terhadap data yang didapat.
yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
Dokumentasi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG MANEJEMEN PESANTREN UNTUK
MENINGKATKAN MUTU SANTRI
A. Menejemen Pesantren
Kata pondok berasal dari funduq (bahasa Arab) yang artinya ruang tidur,
penampungan sederhana dari para pelajar/santri yang jauh dari tempat asalnya
(Zamahsyari Dhofir, 1982: 18). Menurut Manfred dalam Ziemek (1986) kata
pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pe- dan akhiran –an
yang berarti menunjukkan tempat, maka artinya adalah tempat para santri.
dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti
pesantren diturunkan dari bahasa India Shastri yang berarti ilmuwan Hindu yang
disebutkan istilah pesantren berasal dari India, karena adanya persamaan bentuk
antara pendidikan pesantren dan pendidikan milik Hindu dan Budha di India ini
dapat dilihat juga pada beberapa unsur yang tidak dijumpai pada sistem
pendidikan Islam yang asli di Mekkah. Unsur tersebut antara lain seluruh sistem
luar kota. Data ini oleh sebagian penulis sejarah pesantren dijadikan sebagai
India.
yang biasa disebut kitab kuning, dan para santri tinggal di asrama.
pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradional dimana para
santrinya, tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang guru yang
agama Islam yang pada umumnya, pendidikan dan pengajaran tersebut di berikan
dengan cara non klasikal (sistim bandungan dan Sorogan) dimana seorang kiayi
mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa arab oleh
ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedang para santri biasanya tinggal
telah dirintis oleh wali songgo. Di antaranya syekh Maulana Malik Ibrahim (w 8
April 1419 H) dan dikembangkan oleh muridnya Raden Rahmad (sunan Ampel)
pesantren adalah; (1) pondok (asrama santri), (2) masjid, (3) santri, (4) pengajaran
maksud dan sasaran yang hendak dicapai. Namun mengingat beragamnya tujuan
a. Secara Umum
ajaran agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua
segi kehidupannya serta menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi
b. Tujuan Khusus
Syarif, 1982:18).
orang tuanya, ia tidak bisa berbuat banyak. Di balik keadaan dalam keadaan
lemah itu memiliki potensi baik yang bersifat jasmani maupun rohani, sesuai
Berdasarkan ayat di atas Allah SWT menginformasikan kepada kita bahwa pada
saat manusia dilahirkan, manusia itu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Namun
dibalik ketidak mampuan memiliki potensi jasmani dan rohani dalam dirinya,
karena itu Allah memberikan tiga hal yang dapat membantu memberdayakan
tua terhadap dua hal tersebut, orang tua tidak mampu lagi untuk mendidik
lebih ahli. Yaitu guru-guru di lembaga pendidikan formal dan non formal.
dipengaruhi oleh faktor bawaan dari orang tua, terutama dari ayah. Serta
dorongan dari individu tersebut sebagai akibat dari rangsangan dari
lingkungannya.
samping itu ia pun mampu mengenal dan memahami emosi orang lain
dari peran ini adalah menanamkan jiwa sosial pada peserta didik, melatih
hidup manusia.
Ke dua : fungsi Sosial, Pondok Pesantren dituntut untuk mampu menciptakan para
kader-kader yang memiliki jiwa atau kepekaan sosial yang tinggi, sosok pribadi
muslim yang gemar melakukan kebajikan dan kesolehan, santun, lemah lembut,
Didasarkan atas peran dan fungsi pondok pesantren di atas, ada satu hal yang
penyelenggara pondok pesantren, yaitu kelangkaan para ulama. Hal ini telah
ر منNنين كم يتقي التمNNلم لتNNه وسNلى هللا عليNNبي صNNا ل النN ق: ا لNNعن ابى هريرةق
)لبخاري الجقنه فليد هبنى خيا ر كم وليبقين شراركم فمو ثواان استطعام ( روا ه ا
Berdasarkan hadist di atas, bahwa akan tiba suatu zaman dimana orang-
oraang baik dan pilihan (ulama) akan sangat langka. Maka berdasarkan hal itu,
bukan sekedar ulama, akan tetapi ulama pilihan, yaitu yang memang betul-betul
kamajuan zaman.
pendidikan.
dan wetonan. Istilah weton berasal dari bahasa Jawa yang berarti waktu.
yang tumbuh dan berkembang subur di daerah pedesaan, Belakangan pada dekade
tahun 1980-an, pesantren sudah berkembang pesat bukan saja di daerah yang
perkotaan. Datam kaitan ini pesantren telah terbukti mampu hidup menyatu
kontribusi yang besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan
spesifikasinya yakni ilmu pengetahuan agama. Satu hal yang tidak kalah
individual maupun kolektivitas warga pesantren, dan bahkan nilai moralitas ini
pesantren.
tempat tinggal santri, adanya kiyai atau man guru yang merupakan figur sentral
yang menetap dan tinggal di lingkungan pesantren dan terjadinya transmisi nilai-
nilai keagamaan yang secara langsung atau tidak langsung, disebarkan melalui
pribadi kiyai atau tuan gum kepada santrinya. Kondisi ini dilengkapi dengan
santrinya.
terorganisir dengan baik. Pada sistem pembelajaran dikenal ada beberapa istilah
yang sangat populer yakni: sorogwi, wetonon serta kombinasi antara sorogon dan
wetonoi. Pada sistem pengajaran ada yang dilakukan secara individual, klasikal
lainya seperti SD/MI, SMP/MTs, serta SMA/MA dan sebagainya. Bahkan lebih
dari itu semua, kinerja manajemen pondok pesantren juga merupakan bagian yang
Sikap horrnat, ta’dzim dan kepatuhan mutlak kepada kiai adalah salah satu
nilai pertama yang ditanamkan pada setiap santri. Kepatuhan itu diperluas lagi,
tampak Iebih penting daripada usaha menguasai ilmu; tetapi bagi kiai hal itu
namun ia tidak suka santrinya membaca kitab tafsir tersebut. Keberatannya bukan
dan komitmen atas lima rukun Islam: syahadat (keimanan), salat (ibadah lima kali
sehari), zakat (pemberian), puasa (selama bulan Ramadan), dan haji (ziarah ke
mora keagamaan dapat dipelajari dan dapat pula dipraktikkan. Biasanya, para
santri mempelajari moralitas saat mengaji dan kemudian diberi kesempatan untuk
b. Persaudaraan
Sebagai contoh, sholat lima kali sehari adalah kewajiban dalam Islam,
berjemaah dianggap sebagai cara yang lebih baik dalam sholat dan pada umumnya
diwajibkan oleh para pengasuh pesantren. Sebuah pesantren yang tidak
masyarakat Islam. Jika jemaah sekali dalam dalam sholat Jumat akan membentuk
masyarakat yang solid, maka berjemaah tiap hari akan memperkuat tali
persaudaraan.
Di sisi lain jika imam kentut sehingga batal wudlunya, ia berhenti dan
memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengambil alih menjadi imam
salat. Dengan begitu sholat tidak hatal, tetap berlangsung dan kekompakan jamaah
tetapi terlindungi. Dalam konteks politis, hal inii mendorong sinergi hubungan
Nilai seperti ikhlas dan kesederhanaan diajarkan spontan dan hidup dalam
ruangan yang mampu menampung 80 santri. Sebuah kamar yang dirasa cocok
ontuk I-2 orang, ternyata dihuni 6-8 orang. Semakin populer pesantren, semakin
banyak ruangan dihuni orang. Menu yang dimakan pun hanya sekedar nasi dan
sayur-sayuran. Lebih jauh, meskipun ada pengakuan hak milik prihadi, dalam
barang yang lain, jika tidak dipakai akan dipinjamkan bila diminta. Santri yang
dari kawankawannya. Sebab, santri yang tidak ikut kebiasaan seperti ini akan
Dalam banyak hal, gaya hidup pesantren tidak banyak berubah dari waktu
memberikan perubahan gaya hidup dan standar yang berbeda. Gaya hidup
d. Nilai Kemandirian
akar kata dari kemandirian adalah kepanjangan dari "mandi sendiri". Prinsip yang
termuat dalam kemandirian adalah bahwa menjaga dan mengurus diri sendiri
tanpa harus dilayani dan tidak menggantungkan pada yang lain adalah merupakan
santri memasak untuk mereka sendiri atau setidaknya dalam kelompok kecil. Saat
ini, selain kehilangan banyak waktu mengaji, banyak pesantren yang memahami
belajar kemandirian dengan cara lain seperti mencuci sendiri, menyetrika, dan
merupakan nilai-nilai pesantren yang lain. Pelanggaran oleh santri akan berakibat
Seorang ustaz menegaskan bahwa hukuman bagi pelanggaran kecil sepert nonton
kotoran. Jika pelanggaran serius, rambut santri akan dicukur gundul, dengan cara
tersebut. Santri yang suka menghina akan dipulangkan. Biasanya, bentuk dan
f. Nilai keteladanan
dibarengi pula dengan contoh yang baik. Untuk mengajar santrinya akan
pentingnya sholat jama’ah, seorang kiayi harus/perlu menjadi imam salat. Karena
kiayi dianggap sebagai waratsatul anbiya’, maka kiayi menjadi teladan bagi
santrinya sehingga pesantren tidak saja mendidik pengetahuan agama, tetapi juga
Dalam hal ini, seorang kiayi harus hidup di pondok sehingga beliau akan
bisa memberikan contoh pola hidup islami. Jika ia tidak memberi contoh seperti
pendidikan yang sejati. Beberapa pimpinan pesantren ada yang terlibat dalam
bahwa dalam Islam dikenal adanya "segitiga" pokok-pokok ilmu tauhid, fikih
berbeda. Tauhid mengatur dasar-dasar keimanan. Karena iman saja tidak hanya
bagaimana hidup secara benar, dan tasawuf berperan dalam menanamkan nilai-
nilai moral dan etika. lnti tasawuf adalah mempelajari moral dan etika.
pengaruh yang kuat dari pemikir Islam, imam AI-Ghazali. Al-Ghazali terkenal
teologi dan tasawuf serta terkenal dengan karya tentang etikanya. Banyak
sistem kitab. Para santri mempelajari kitab sesuai dengan jenjang kitab-kitab
yang sudah ditentukan, oleh karena itu di pondok ini tidak dikenal istilah
tingkatan).
2) Kurikulum
seluruh disiplin ilmu yang diajarkan adalah berupa ilmu agama dan ilmu alat
kuning.
Waktu yang diperliikan untuk belajar pada tahap pertama ini paling lama
sekitar 6 tahun, bagi santri yang cerdas bisa saja kurang dari 6 tahun.
Lama belajar untuk tahap yang kedua ini tidak ditentukan, tetapi
3) Sistem Pembelajaran
umum, adapun jadwal kegiatan belajar secara pasti dan tertulis tidak ada. Hal
kegiatan mengajar nasing-masing, di samping itu tidak ada istitah libur belajar
kelompok terdiri dari sekitar 30 santri yang berada di bawah bimbingan atau
Waktu yang ditempuh oleh kelompok tingkat pemula ini kurang lebih 1 tahun.
pertama. Waktu yang ditempuh oleh santri untuk menyelesaikan tingkatan ini
kitab dengan lebih mendalam lagi. Sistem bclajar pada kelompok ini
rumah para pemimpin atau guru yang ada, namun terkadang juga
penting dalam pesantren dan telah dijadikan andalan bagi setiap pesantren.
pesantren dalam waktu yang pendek tidak bercita-cita menjadi ulama, tetapi
(Qomar,2005:8 )
setia kepada faham Islam. Keseluruhan kitab-kitab Islam klasik yang diajarkan
kuning, dimana kitab-kitab tersebut ditulis oleh para ulama zaman dulu (abad
16-18 M).
Para santri tersebut untuk mendalami isi kitab dan juga mempelajari
bahasa Arab sebagai bahasa kitab tersebut. Seorang santri yang telah tamat
memahami isi kitab dan mampu menerapkan bahasa dalam kitab menjadi
bahasanya. Waktu pengajaran kitab kuning ditentukan pada pagi hari atau sore
hari.
Islam klasik yang berbahasa Arab yang sebagian besar kitab ini tidak
berharokat atau tanpa ada tanda bacanya. Kitab –kitab klasik tersebut yang
Tabel 1
kitab tersebut tak hanya sekedar membicarakan bentuk saja tetapi juga isi
memberikan pandangan secara pribadi mengenai isi maupun bahasa dari teks
tersebut. Dengang demikian para kiayi harus menguasai bahasa Arab, literaturdan
tepat.
secara efektif untuk mecapai tujuan atau sasaran yang diinginkan”. Sedangkan
dalam Oxford, manajemen (management; ing) diartikan dengan “(i) The control
and making of decisions in a bussines or similar organization; (ii) the people who
an-nizam atau at-tandzim yang merupakan tempat untuk menyimpan sesuatu dan
lengkap dan memadahi. karena tidak ada defenisi manajemen yang diterima
dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Defenisi ini rnengandung arti
bahwa para manajer untuk mencapai tujuan organisasi melalui pengaturan orang
Manajemen memang bisa berarti seperti itu, tetapi bisa juga mempunyai
pengertian lebih dari pada itu. Sehingga dalam kenyataannya tidak ada defenisi
yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Stoner mengemukakan suatu
bahwa hal itu adalah kemampuan atau ketrampilan pribadi. Sedangkan suatu
dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
yang dilakukan oleh seluruh komponen yang ada di Pondok Pesantren tersebut
a. Fungsi Perencanaan, yaitu segala upaya dan tingdakan yang dilakukan oleh
dapat diprediksi sebelumnya, selain itu pula dalam perencanaan ini biasanya
yang berhubungan dengan tujuan, sarana, personal, biaya, dll biasanya sudah
ditentukan.
yang ada di pondok pesantren dalam rangka mencapai tujuan yang telah
pesantren.
1. Pengertian Santri
Umumnya, sebutan santri Kiayi juga berarti ia pernah menjadi anak asuh,
menarik mintatnya para peneliti yang ingin mendalami kebudayaan dan agama
tahun 2002.
a. Metode keteladanan
ditekankan. Kiai dan ustadz harus senantiasa memberikan uswah yang baik
yang lain, karena nilai mereka ditentukan dari aktualisasinya terhadap apa yang
shalat berjamaah, kesopanan pada kiayi dan ustadz. Pergaulan dengan sesama
bagaimana santri sangat hormat pada ustadz dan kakak-kakak seniornya dan
begitu santunnya pada adik-adik pada junior, mereka memang dilatih dan
akhirnya akan menjadi akhlak yang terpatri dalam diri dan menjadi yang tidak
berikut :
tentang kebaikan dan kebenaran yang harus dilakukan oleh seseorang, dalam
hal ini santi, misalnya tentang sopan santun, harus berjamaah maupun
kerajinan dalam beramal; b). Motivasi dalam melakukan kebaikan; c).
Peringatan tentang dosa atau bahaya yang bakal muncul dari adanya larangan
apa yang dilakukan tersebut tidak benar, sehingga ia tidak mengulanginya lagi.
adil dan arif dalam memberikan sangsi, tidak terbawa emosi atau dorongan
Metode ini terdiri atas dua metode sekaligus yang berkaitan satu sama
lain; targhib dan tahzib. Targhib adalah janji disertai dengan bujukan agar
ancaman untuk menimbulkan rasa takut berbuat tidak benar. Tekanan metode
Meski demikian metode ini tidak sama pada metode hadiah dan
hukuman. Perbedaan terletak pada akar pengambilan materi dan tujuan yang
hendak dicapai. Targhib dan tahzib berakar pada Tuhan (ajaran agama) yang
rabbaniyah, tanpa terikat waktu dan tempat. Adapun metode hadiah dan
hukuman berpijak pada hukum rasio (hukum akal) yang sempit (duniawi) yang
tujuannya masih terikat ruang dan waktu. Di pesantren, metode ini biasanya
perencanaan belanja, perencanaan aktivitas rutin, dan sebagainya. Hal ini tidak
lepas dari kehidupan mereka yang tidak tinggal bersama orangtua mereka dan
santri lainnya yang mayoritas seusia (sebaya) yang pada dasarnya memiliki
tinggi.
dahulu penulis uraikan pengertian kiai. Kata "Kiai" berasal dari bahasa jawa
dikeramatkan, seperti kiayi Plered (tombak), Kiayi Rebo dan Kiayi Wage
(gajah di kebun binatang Gembira loka Yogyakarta), kedua orang tua pada
umumnya, ketiga, orang yang memiliki keahlian dalam Agama Islam, yang
seseorang (kiayi) secara given, seperti tubuh besar, suara yang keras dan mata
Kiayi dan pesantren merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
perubahan model, yaitu dari model salafi menjadi khalafi, Perubahan itu
sebagian dari tuntutan jaman. Dengan perubahan itu diharapkan santri mampu
memahami ilmu-ilmu umum sekaligus agama secara berimbang. Semboyan
salah seorang pengasuh Pesantren Darul Ulum, Dr. K.H. Musta’in Romli
dan dzikir dalam diri santri. Santri yang kelak mampu berpartisipasi dalam
dengan harapan agar si anak mempunyai ilmu agama yang bagus, berakhlak
dalam waktu cukup lama tetap bisa beridentifikasi kepada kedua orangtuanya.
Dengan menjalin komunikasi secara intens dan teratur diharapkan anak tidak
identifikasi seorang anak tidak hanya kedua orangtuanya, tetapi bisa juga
kepada figur-figur tertentu yang dianggap dekat dan memiliki pengaruh besar
bagi anak. Keberadaan Kiai, pembimbing, ustad maupun teman sebaya juga
figur sentral di pesantren dapat memainkan peran yang sangat penting dan
pesantren pilihannya.
figur yang penuh kharisma dan wakil atau pengganti orang-tua (inloco
parentis). Kiayi adalah model (uswah) dari sikap dan tingkah-laku santri.
santri melakukan imitasi terhadap sikap dan tingkah-laku Kiai. Santri juga
keilmuan para ulama pewaris ilmu masa kejayaan Islam di masa lalu.Kiai
atau Ustad di pesantren bisa menempatkan diri dalam dua karakter, yaitu
Sebagai model, Kiayi atau Ustad adalah panutan dalam setiap tingkah-
laku dan tindak-tanduknya. Bagi anak usia 7-12 tahun hal ini mutlak
dibutuhkan karena Kiai atau Ustad adalah pengganti orangtua yang tinggal di
tempat yang berbeda. Dalam pesantren dengan jumlah santri yang banyak
setiap santri akan mendapatkan perhatian penuh dari seorang Ustad. Jika rasio
keberadaan santri dan ustad tidak seimbang, maka dikhawatirkan ada santri-
santri yang lolos dari pengawasan dan mengambil orang yang tidak tepat
sebagai model. Sebagai terapis, Kiai dan Ustad memiliki pengaruh terhadap
pengaruh yang bisa diberikan. Ustad bisa menjadi agen kekuatan dalam
mengubah perilaku dari yang tidak diinginkan menjadi perilaku tertentu yang
diinginkan. Akan sangat bagus jika anak dapat belajar dari sumber yang
Kabupaten Cianjur, didirikan pada tahun 1958. Yang pada awal berdirinya
ini.
sendiri.
Status kelcmbagaan
Secara tersurat, tidak terdapat tujuan yang secara khusus ditargetkan oleh
namun secara tersirat, tujuan tersebut dapat dipahami dari berbagai sumber
ini lebih menekankan pada penguasaan ilmu alat (nahwu dan sharaf) dan
sumber rujukan dalam kitab-kitab Fiqh klasik (kitab kuning) kalau menemui
persoalan agama.
3. Struktur Organisasi
Umum : AKO
Kesantrian : K. H. AKAS
Humas : H. DIMYATI
Keuangan : JUBAEDAH
Kebersihan : FATIMAH
4) Kepemimpinan Pondok
5) Sumber Dana
buah kamar ditambah satu buah bangunan untuk tempat memasak. Bangunan
tersebut didirikan di atas lahan tanah milik KH. Jalaludin Mahali sendiri.
tetap).
Proses Pembelajaran
salaftyah, seluruh disiplin ilmu yang diajarkan adalah berupa ilmu agama dan
ilmu alat saja, demikian pula hanya di Pondok Pesantren Al-Istiqlah. Terdapat
10 macam ilmu yang diajarkan. Dari jumlah tersebut dibagi menjadi dua
tahap.
3) Sistem Pembelajaran
umum, adapun jadwal kegiatan belajar secara pasti dan tertulis tidak ada. Hal
4) Tenaga Pengajar
Tenaga pengajar umumnya diambil dari para santri senior yang dipandang
cakap dan memiliki keilmuan yang cukup untuk memberikan bimbingan dan
pengajaran kepada para santri baru. Dan para putra dan kerabat K.H.
Jalaludin Mahali, yang telah memiliki pengetahuan yang mapan untuk
maka shatat berjamaah dan kegiatan lainnya bagi santri agar lebih mudah
jumlah santri yang cukup pesat, maka ruang belajar ditambah sehingga
Untuk memasak dan ruang makan untuk santri, dibangun tiga buah ruangan
6) Sistem Evaluasi
dilakukan setelah pelajaran satu kitab berakhir, bagi yang dinyatakan lulus
akan meningkat kepada kitab yang lain sesuai dengan kurikulum yang
ditetapkan. tetapi bagi yang tidak lulus mengulangi ikut memperdalam kitab
yang sudah diajarkan, atau menghafal kembali materi yang dihafalkan. Hal
1. Perencanaan
Perencanaan dilaksanakan sebelum kegiatan pembalajaran/pengajian
akan ditentukan materi apa yang akan diberikan ke para santri, berapa
kitab kuning.
Materi atau kitab-kitab yang dipelajari oleh para santri, biasanya dari
kelompok kitab-kitab yang lebih tinggi atau sulit, baik dari kelompok
pelajaran tauhid, Fiqih, Nahwu, Syorof, Logat, dan atau dari kitab-
kitab lainnya.
dalam kurun waktu tertentu dan biasanya dalam waktu 6 bulan, pihak
santrinya.
berikut :
pimpinan pesantren.
ba’da Isya, ba’da shalat Dhuhur, Ba’da shalat Subuh (dari jam
antara para pengajar dengan jumlah para santri, sehingga dari jumlah
3. Motivasi para santri yang kurang, karena dari jumlah santri yang ada,
dilihat dari waktu jadwal pelaksanaan pengajian banyak santri yang tidak
hadir, dengan berbagai alasan, sehingga materi yang diberikan tidak dapat
diterima oleh semua santri. Hal ini terjadi kepada santri yang agak nakal,
karena mereka biasanya telah lama di pesantren dan juga mereka telah
ada yang nonton TV, dll, disamping itu pula pengawasan dari pihak
atau tenaga pengawas para santri. Jadi dengan adanya kendala di atas,
PENUTUP
A. Kesimpulan
pemilihan materi untuk para santri diberikan secara bertahap dari yang
mudah atau sederhana meningkat ke yang lebih tinggi atau sulit, hal ini
dapat dilihat dari kitab-kitab yang dipelajari oleh setiap santri. Tahap
pada waktu tertentu sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh
dilaksanakan sehabis shalat isya, setelah shalat subuh dan setelah shalat
dhuhur.
memadai, jika dibandingkan dengan jumlah santri yang ada saat ini, sarana
dapat berjalan secara optimal, Motivasi para santri yang kurang, hal ini
kurang, sehingga mereka dengan mudah sekali untuk bolos, dan kadang-
B. Saran
Dari kesimpulan yang diuraikan di atas sebagai hasil dari penelitian ini,
maka ada beberapa hal yang perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang
secara optimal.
b. Penyediaan sarana dan prasarana pembelajaran diharapkan dapat
A.Naufal Ramzi, (1993). Islam dan Transformasi Budaya, Jakarta: CV. Deviri
Ganan.
Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1994), cet. Ke-4, jilid 3