Professional Documents
Culture Documents
OLEH
NIM : 153090110
KELAS : E
2010
KONSEP-KONSEP PEMIKIRAN TENTANG FILSAFAT
Filsafat merupakan sifat terhadap kehidupan dan alam semesta. Bagaimana manusia
yang berfilsafat dalam menyikapi hidupnya dan alam sekitarnya. Contoh: seorang ibu
yang tiba-tiba mendapat berita kematian putrinya yang pramugari. Seorang ibu yang
mampu berpikir secara mendalam dan menyeluruh dalam menghadapi musibah tersebut
akan dapat bersikap dewasa, dapat mengontrol dirinya dan tidak emosional. Sikap
kedewasaan secara kefilsafatan adalah sikap yang menyelidiki secara kritis, terbuka dan
selalu bersedia meninjau persoalan dari semua sudut pandangan.
Menurut Thales arkhe dalam semesta adalah air. Semuanya berasal dari air dan semuanya
kembali menjadi air (K. Bertens, 1975:26). Alasan Thales mengemukakan air sebagai zat
asli alam semesta, karena bahan makanan semua makhluk memuat zat lembab dan juga
benih pada semua makhluk hidup. Teori tentang alam semesta ini barangkali terlalu
sederhana, namun pada saat itulah untuk pertama kalinya manusia berpikir tentang alam
semesta dengan menggunakan rasio.
Perkataan yang terkenal dari Herakleitos adalah panta rhei kai uden menei, semuanya
mengalir dan tidak ada sesuatu pun yang tinggal mantap.
2. orang dapat mengatakan bahwa yang serentak ada dan serentak juga tidak ada.
Kedua pengertian di atas sama-sama mustahil, yang tidak ada tidak dapat
dipikirkan dan tidak dapat dibicarakan.
D. Socrates
Menurut Socrates, manusia merupakan makhluk yang dapat mengenal, yang harus
mengatur tingkah lakunya sendiri dan yang hidup dalam masyarakat. Teorinya tentang
manusia bertitik tolak dari pengalaman sehari-hari dan dari kehidupan yang konkret.
Socrates berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
1. Apakah hidup yang baik?
2. Apakah kebaikan itu, yang mengakibatkan kebahagiaan seorang manusia?
3. Apakah norma yang mengizinkan kita menetapkan baik buruknya suatu perbuatan?
untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, Socrates memulai dengan bertanya
kepada siapa saja yang ditemuinya. Metode Socrates ini disebut dialektika dari kata
Yunani dialeqesthai berarti bercakap-cakap atau berdialog. Karena tujuan dari dialog
adalah untuk menemukan pengertian tentang kebajikan, maka Socrates menamai
metodenya dengan maieutika tekhne seni kebidanan).
Dalam pandangannya tentang penyebab tiap-tiap kejadian, baik kejadian alam maupun
kejadian yang disebabkan manusia, Aristoteles menyebut ada 4 penyebab, yaitu:
1. Penyebab efisien (efficient cause) yaitu sumber kejadian, faktor yang menjalankan
kejadian. Contoh: tukang kayu yang membuat meja makan.
2. Penyebab final (final cause). Yaitu tujuan yang menjadi arah seluruh kejadian.
Contoh: meja makan dibuat untuk makan.
3. Penyebab material (material cause). Yaitu bahan dari mana benda dibuat. Contoh:
meja makan dibuat dari kayu.
4. Penyebab formal (formal cause). Yaitu bentuk yang menyusun bahan. Contoh: bentuk
meja ditambah pada kayu, sehingga kayu menjadi sebuah meja.
Klasifikasi Filsafat
- Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-
universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari
tradisi filsafat orang Yunani kuno. Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas
Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl
Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre. Dalam tradisi filsafat Barat,
dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu.
- Metafisika mengkaji hakikat segala yang ada. Dalam bidang ini, hakikat yang ada
dan keberadaan (eksistensi) secara umum dikaji secara khusus dalam Ontologi.
Adapun hakikat manusia dan alam semesta dibahas dalam Kosmologi.
- Epistemologi mengkaji tentang hakikat dan wilayah pengetahuan (episteme secara
harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang
pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan.
- Aksiologi membahas masalah nilai atau norma yang berlaku pada kehidupan
manusia. Dari aksiologi lahirlah dua cabang filsafat yang membahas aspek kualitas
hidup manusia: etika dan estetika.
- Etika, atau filsafat moral, membahas tentang bagaimana seharusnya manusia
bertindak dan mempertanyakan bagaimana kebenaran dari dasar tindakan itu dapat
diketahui. Beberapa topik yang dibahas di sini adalah soal kebaikan, kebenaran,
tanggung jawab, suara hati, dan sebagainya.
- Estetika membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada kehidupan. Dari
estetika lahirlah berbagai macam teori mengenai kesenian atau aspek seni dari
berbagai macam hasil budaya.
- Filsafat Timur
Filsafat Timur adalah tradisi falsafa yang terutama berkembang di Asia, khususnya di
India, Republik Rakyat Cina dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya.
Sebuah ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Nama-
nama beberapa filsuf Timur, antara lain Siddharta Gautama/Buddha, Bodhidharma, Lao
Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi dan juga Mao Zedong.
- Filsafat Timur Tengah
Filsafat Timur Tengah dilihat dari sejarahnya merupakan para filsuf yang bisa dikatakan
juga merupakan ahli waris tradisi Filsafat Barat. Sebab para filsuf Timur Tengah yang
pertama-tama adalah orang-orang Arab atau orang-orang Islam dan juga beberapa orang
Yahudi, yang menaklukkan daerah-daerah di sekitar Laut Tengah dan menjumpai
kebudayaan Yunani dengan tradisi falsafi mereka. Lalu mereka menterjemahkan dan
memberikan komentar terhadap karya-karya Yunani. Bahkan ketika Eropa, setelah
runtuhnya Kekaisaran Romawi masuk ke Abad Pertengahan dan melupakan karya-karya
klasik Yunani, para filsuf Timur Tengah ini mempelajari karya-karya yang sama dan
bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh orang-orang Eropa. Nama-nama beberapa
filsuf Timur Tengah adalah Ibnu Sina, Ibnu Tufail, Kahlil Gibran dan Averroes.
- Filsafat Islam
Filsafat Islam merupakan filsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim. Ada
sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski
semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama
Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam.
Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih mencari Tuhan,
dalam filsafat Islam justru Tuhan sudah ditemukan.
- Filsafat Kristen
Filsafat Kristen mulanya disusun oleh para bapa gereja untuk menghadapi tantangan
zaman di abad pertengahan. Saat itu dunia barat yang Kristen tengah berada dalam
zaman kegelapan (dark age). Masyarakat mulai mempertanyakan kembali kepercayaan
agamanya. Filsafat Kristen banyak berkutat pada masalah ontologis dan filsafat
ketuhanan. Hampir semua filsuf Kristen adalah teologian atau ahli masalah agama.
Sebagai contoh: Santo Thomas Aquinas dan Santo Bonaventura.
A. Pendahuluan
Filsafat ilmu mulai merebak diawal abad ke 20, namun diabad ke 19 dapat dikatakan
Fancis Bacon sebagai peletak dasar filsafat ilmu dengan metode yang dimiliknya, metode
induksi. Filsafat ilmu mulai mengedepan tatkala ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
mengalami kemajuaan yang sangat pesat, IPTEK dipandang dapat mengancam eksistensi
umat manusia, namun sejauh ini hanya merupakan kekhawatiran para Agamawan, ilmuan,
juga kalangan filusuf sendiri. Kekahawatiran tersebut pada dasarnya dikarenakan, munculnya
suatu pengembangan IPTEK berjalan terlepas dari asumsi-asumsi dasar filosofnya, seperti:
- Landasan ontologis
- Epistemologis
- Aksiologi
Jenis Pengetahuan
a. Pengetahuan biasa (common science) yang digunakan terutama untuk kehidupan
sehari-hari tanpa mengetahui seluk-beluk yang sedalam-dalamnya dan seluas-
luasnya.
b. Pengetahuan Ilmia atau ilmu, adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara
khusus, bukan hanya untuk digunakan saja tetapi ingin mengetahui lebih dalam dan
luas untuk mengetahui kebenarannya, tetapi masih berkisar pada pengalaman.
c. Pengetahuan filsafat, adalah pengetahuan yang tidak mengenal batas, sehingga yang
dicari adalah sebab-sebab yang paling dalam dan hakiki sampai di luar dan di atas
pengalaman biasa.
d. Pengetahuan agama, suatu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para
nabi. Pengetahuan ini bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
Hakekat Pengetahuan
Ada dua teori yang digunakan untuk mengetahui hakekat pengetahuan :
1. Realisme, teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan
adalah gambaran yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata.
2. Idealisme, teori ini menerangkan bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental
atau psikologis yang bersifat subjektif. Pengetahuan merupakan gambaran subjektif
tentang sesuatu yang ada dalam alam menurut pendapat atau penglihatan orang yang
mengalami dan mengetahuinya. Premis pokok adalah jiwa yang mempunyai
kedudukan utama dalam alam semesta.
Sumber Pengetahuan
Ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain :
- Empirisme, menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui
pengalaman. Dalam hal ini harus ada 3 hal, yaitu yang mengetahui (subjek), yang
diketahui (objek) dan cara mengetahui (pengalaman). Tokoh yang terkenal antara
lain : John Locke (1632-1704), George Barkeley (1665-1753) dan David Hume.
- Rasionalisme, aliran ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan dasar kepastian
dan kebenaran pengetahuan, walaupun belum didukung oleh fakta empiris. Tokohnya
adalah Rene Descartes (1596-1650), Baruch Spinoza (1632-1677) dan Gottried
Leibniz (1646-1716).
- Intuisi. Dengan intuisi, manusia memperoleh pengetahuan secara tiba-tiba tanpa
melalui proses penalaran tertentu. Henry Bergson menganggap intuisi merupakan
hasil dari evolusi pemikiran yang tertinggi tetapi bersifat personal.
- Wahyu, merupakan pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui hambanya yang
terpilih untuk menyampaikannya (Nabi dan Rasul). Melalui wahyu atau agama,
manusia diajarkan tentang sejumlah pengetahuan baik yang terjangkau atau pun tidak
terjangkau oleh manusia.
Ukuran Kebenaran
Berfikir merupakan suatu aktivitas manusia untuk menemukan kebenaran. Apa yang
disebut benar oleh seseorang belum tentu benar bagi orang lain, oleh karena itu diperlukan
suatu ukuran atau kriteria kebenaran.
Ada tiga jenis kebenaran yaitu : Kebenaran epistemologi (berkaitan dengan
pengetahuan), kebenaran ontologis (berkaitan dengan sesuatu yang ada atau diadakan), dan
kebenaran semantis (berkaitan dengan bahasa dan tutur kata). Ada empat teori kebenaran,
yaitu : teori korespondensi, teori koherensi, teori pragmatisme, dan teori kebenaran Illahiah
atau agama.
Ketiga teori pertama mempunyai perbedaan paradigma. Teori koherensi mendasarkan
diri pada kebenaran rasio, teori korespondensi pada kebenaran faktual, dan teori pragmatisme
fungsional pada fungsi dengan kegunaan kebenaran itu sendiri. Tetapi ketiganya memiliki
persamaan, yaitu : seluruh teori melibatkan logika, baik logika formal maupun material
(deduktif dan induktif), melibatkan bahasa untuk menguji kebenaran itu, dan menggunakan
pengalaman untuk mengetahui kebenaran itu.
1. Teori Korespondensi (Correspondence Theory og Truth)
Teori korenspondensi menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu keadaan benar itu
terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau
pendapat dengan objek yang dituju atau dimaksud oleh pernyataan atau pendapat
tersebut. Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaras dengan
realitas, yang serasi dengan situasi aktual. Dengan demikian, ada lima unsur yang perlu
yaitu : pernyataan (statement), persesuaian (agreement), situasi (situation), kenyataan
(realitas), dan putusan (judgement). Teori ini dianut oleh aliran realis, pelopornya Plato,
Aristoteles dan Moore. Dikembangkan lebih lanjut oleh Ibnu Sina, Thomas Aquinas di
abad skolastik, serta oleh Bertrand Russel pada abad modern. Cara berpikir ilmiah yaitu
logika induktif menggunakan teori korespondensi ini.
2. Teori Koherensi (The Coherence of Truth)
Teori ini menganggap suatu pernyataan benar bila didalamnya tidak ada pertentangan,
bersifat koheren dan konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang telah dianggap
benar. Dengan demikian suatu pernyataan dianggap benar, jika pernyataan itu
dilaksanakan atas pertimbangan yang konsisten dengan pertimbangan lain yang telah
diterima kebenarannya, misalnya jika A = B dan B = C, maka A = C. Logika matematik
yang deduktif memakai teori kebenaran koherense ini, logika ini menjelaskan bahwa
kesimpulan akan benar, jika premis-premis yang digunakan juga benar. Teori ini
digunakan oleh aliran metafisikus-rasionalis dan idealis. Teori ini sudah ada sejak pra
Socrates, kemudian dikembangkan oleh Benedictus Spinoza dan George Hegel. Suatu
teori dianggap benar apabila telah dibuktikan (justifikasi) benar dan tahan uji (testable).
Kalau teori ini bertentangan dengan data terbaru yang benar atau dengan teori lama yang
benar, maka teori itu akan gugur atau batal dengan sendirinya.
3. Teori Pragmatisme (The Pragmatic Theory of Truth)
Teori ini menganggap suatu pernyataan, teori atau dalil itu memiliki kebenaran bila
memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia. Kaum pragmatis menggunakan
kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability), dan
akibat yang memuaskan (satisfactory consequence). Oleh karena itu tidak ada kebenaran
yang mutlak atau tetap, kebenarannya tergantung pada kerja, manfaat dan akibatnya.
Akibat hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis adalah : sesuai dengan keinginan dan
tujuan, sesuai dan teruji dengan suatu eksperimen, dan ikut membantu serta mendorong
perjuangan untuk tetap eksis (ada). Teori ini merupakan sumbangan paling nyata dari
para filsup Amerika. Tokohnya adalah Charles S. Pierce (1839-1914) dan diikuti oleh
William James dan John Dewey (1859-1952).
4. Teori Kebenaran Illahiah atau Agama
Ketiga teori kebenaran sebelumnya menggunakan akal budi, fakta, realitas dan kegunaan
sebagai landasannya. Sedangkan dalam teori kebenaran agama digunakan wahyu yang
bersumber pada Tuhan. Sebagai makhluk pencari kebenaran, manusia dapat mencari dan
menemukan kebenaran melalui agama, dengan demikian sesuatu dianggap benar bila
sesuai dan koheren dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.
Agama dengan kitab suci dan haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala persoalan
manusia, termasuk kebenarannya.
1. Komunikator
2. Pesan
3. Media
4. Komunikan
5. Efek
Komunikasi sebagai suatu ilmu ditandai dengan ciri pada objek tertentu, sistematis,
universal dan mempunyai metode tertentu. Objek material komunikasi adalah perilaku
manusia baik sebagai individu, kelompok atau masyarakat. Sedangkan objek formalnya
adalah situasi komunikasi yang mengarah pada perubahan sosial termasuk perubahan pikiran,
persamaan, sikap dan perilaku individu, kelompok, masyarakat dan pengetahuan
kelembagaan. Adapun lingkup komunikasi dapat dibedakan berdasarkan konteksnya, yaitu :
1. Bidang komunikasi
2. Sifat komunikasi
3. Tatanan komunikasi
4. Tujuan komunikasi
5. Fungsi komunikasi
6. Teknik komunikasi
7. Metode komunikasi
Hal lain dalam proses komunikasi yang perlu mendapat perhatian adalah unsur
gangguan(noise). Noise adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Dalam
suatu sistem komunikasi ada gangguan apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator
berbeda dengan pesan yang diterima oleh komunikan. Gangguan ini dapat berupa ganguan
fisik (ada suara dari selain komunikator), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala
komunikator-komunikan) serta gangguan semantik (salah mengartikan makna).