Professional Documents
Culture Documents
PEDOMAN PENYELENGGARAAN i
_____________________________________________________KATA PENGANTAR
PEDOMAN PENYELENGGARAAN ii
A. PENDAHULUAN
1. Rasional
Salah satu upaya yang diamanatkan oleh PP No. 19/2005 dan UU No.
14/2005 dalam menjadikan jabatan guru sebagai jabatan profesional untuk
meningkatkan citra guru adalah pendidikan profesi yang memungkinkan guru
menguasai kompetensi utuh sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi
kepada peningkatan kualitas pendidikan. Kepemilikan kompetensi ini akan
ditandai dengan pemerolehan Sertifikat Pendidik yang selanjutnya akan diikuti
oleh penghargaan berupa tunjangan profesi. Ketentuan ini berlaku bagi semua
guru, termasuk bagi guru MI dan guru PAI di sekolah. Menurut PP No. 19/2005,
pasal 29, ayat (2), seorang guru (MI atau PAI) minimal harus mempunyai
kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau D-IV, serta sertifikat profesi untuk guru
MI atau PAI. Sehubungan dengan persyaratan ini, perlu segera dirancang
program pendidikan seperti yang diamanatkan oleh UU No. 14 Tahun 2005
dalam bentuk yang dapat dipertanggungjawabkan baik dari sisi akademik
maupun pengelolaan.
Jumlah dan persebaran serta heterogenitas latar belakang guru di
lingkungan Depag yang bertugas di MI, MTS, MA yang berjumlah 524.543
orang, maka keadaan guru pada MI adalah yang paling kompleks di antara guru-
guru yang ada itu, sehingga memerlukan penanganan ekstra. Data
perkembangan jumlah guru tahun 2007 menunjukkan bahwa guru MI dan PAI
yang masih berpendidikan SLTA, D-1, D-2, dan D-3 berjumlah 449.041 orang.
Jumlah guru ini tersebar di seluruh pelosok tanah air, mulai dari kota besar,
sampai ke daerah yang paling terpencil, dengan latar belakang yang sangat
bervariasi, mengindikasikan betapa kompleksnya pekerjaan yang harus digarap
untuk memenuhi amanat undang-undang dimana dalam waktu 10 tahun
menargetkan semua pendidik harus sudah memenuhi kualifikasi akademik
minimal S1.
Guru Madrasah Ibtidaiyah dan PAI dituntut untuk segera meningkatkan
kualifikasinya agar mampu berkarya secara profesional. Berkaitan dengan masih
banyaknya guru MI dan PAI yang belum memiliki kualifikasi seperti yang dituntut
oleh peraturan perundang-undangan diperlukan prakarsa yang inovatif dan efisien
untuk memberikan layanan pendidikan yang memungkinkan tidak mengganggu
pelaksanaan tugas-tugas keseharian masing-masing guru. Untuk memberikan
layanan peningkatan kualifikasi guru MI dan PAI, Direktorat Diktis Depag mulai
tahun akademik 2009/2010 menyelenggarakan Program Peningkatan Kualifikasi
Akademik S1 bagi Guru MI dan Guru PAI pada Sekolah dengan menggunakan
pendekatan dual-modes system .
2. Tujuan
Penyelenggarakan Program Peningkatan Kualifikasi S1 bagi Guru MI dan PAI
Sekolah dengan menggunakan dual-modes system bertujuan untuk:
a. Menghasilkan lulusan yang berkualifikasi akademik sarjana pendidikan untuk
guru MI dan guru PAI pada sekolah.
PEDOMAN PENYELENGGARAAN 1
b. Memberikan layanan peningkatan kualifikasi S1 guru MI dan guru PAI pada
sekolah yang lulusan PGA (SLTA) dan D-2 sesuai tuntutan perundang-
undangan.
3. Pengertian
Program peningkatan kualifikasi S-1 guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan
Pendidikan Agama Islam (PAI) pada sekolah adalah suatu program
penyelenggaraan pendidikan yang secara khusus diperuntukkan bagi guru dalam
jabatan di lingkungan Departemen Agama RI. Program ini dilaksanakan oleh
Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI), yang dalam proses perkuliahannya
menggunakan pendekatan dual mode melalui pengintegrasian sistem
pembelajaran konvensional (tatap muka di kampus) dan sistem pembelajaran
mandiri.
B. KURIKULUM
1. Kompetensi Lulusan
Program Peningkatan Kualifikasi Akademik S1 bagi Guru MI dan Guru PAI pada
Sekolah dengan menggunakan pendekatan dual-modes mengarahkan lulusannya
untuk memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial.
2. Struktur Kurikulum dan Sebaran Mata Kuliah
Struktur kurikulum Program Strata 1 (S-1) PGMI dan guru PAI di sekolah dengan
menggunakan pendekatan dual-modes terdiri atas kelompok Mata Kuliah Dasar,
Mata Kuliah Utama, dan Mata Kuliah lainnya, dengan jumlah keseluruhan
SKS yang harus ditempuh antara 144 – 150 SKS. Struktur kurikulum dan
sebaran mata kuliah untuk program ini yaitu sebagai mana terlampir.
3. Beban Studi dan Lama Program
Berkaitan dengan beban studi (satuan kredit semester) dan lama program yang
harus ditempuh oleh mahasiswa disesuaikan dengan latar belakang pendidikan
calon mahasiswa dengan mengacu pada Surat Keputusan Mendiknas Republik
Indonesia Nomor 234/U/2000, seperti digambarkan pada tabel 1.
Tabel 1
Beban Studi dan Lama Program Peningkatan Kualifikasi Guru
MI dan PAIS
Latar Belakang Pendidikan Beban Studi (sks) Lama Program
1. SLTA 144-160 8 – 10 semester
2. D-1 Kependidikan 110-120 6 – 8 semester
PEDOMAN PENYELENGGARAAN 2
3. D-2 Kependidikan 70-80 4 – 6 semester
4. D-3 Kependidikan 40-50 2 – 4 semester
C. SISTEM PEMBELAJARAN
Perkuliahan dilakukan dengan menggunakan pendekatan dual-modes yang
melalui perpaduan antara sistem pembelajaran tatap muka biasa dengan sistem
pembelajaran mandiri (self-instruction).
1. Pembelajaran Tatap Muka
Kegiatan pembelajaran tatap muka diadakan untuk memantapkan penguasaan
mahasiswa terhadap materi yang disajikan dalam bahan belajar mandiri (BBM)
melalui serangkaian pertemuan langsung antara mahasiswa dengan dosen secara
terjadwal. Bahan belajar yang dikaji dalam kegiatan pembelajaran tatap muka
meliputi:
a. Konsep-konsep dalam bahan belajar mandiri yang sulit dan masih belum
dipahami oleh mahasiswa setelah mempelajarinya secara mandiri;
b. Aplikasi dan pemecahan masalah yang diangkat dari materi yang terkandung
dalam bahan belajar mandiri.
c. Masukan bagi penyelesaian tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh
mahasiswa dalam kapasitas individu dan kelompok
d. Masukan bagi pelaksanaan pratikum yang harus dikerjakan oleh mahasiswa
baik secara individual maupun kelompok.
Pembelajaran tatap muka ini dilakukan oleh dosen yang ditetapkan oleh Dekan
Fakultas terkait pada PTAIN yang memperoleh penugasan dari Depag. Dosen
yang diberi tugas dalam kegiatan ini terdiri atas:
a. Dosen pengampu mata kuliah pada program studi S-1 PGMI dan PAI
Fakultas Tarbiyah PTAIN dan PT mitra.
b. Dosen mitra yang direkrut dari perguruan tinggi lain yang memiliki
kualifikasi minimal S-2 sesuai dengan bidang keahliannya.
Kegiatan pembelajaran tatap muka ini meliputi:
a. Ceramah dan tanya jawab
b. Diskusi kelas atau kelompok
c. Bimbingan kegiatan praktik dan pratikum
d. Bimbingan penyelesaian tugas-tugas
Kegiatan pembelajaran tatap muka dilakukan dengan dukungan bahan dan
sarana seperti:
a. Hand out yang disiapkan oleh dosen.
b. Sumber belajar berupa buku, jurnal, dll.
c. Bahan-bahan sajian yang disiapkan oleh mahasiswa
Pembelajaran tatap muka dilaksanakan sebanyak 4 kali dalam satu semester.
Bila diperlukan mahasiswa dapat mengusulkan jumlah pertemuan tatap muka
PEDOMAN PENYELENGGARAAN 3
lebih dari 4 kali dengan kesepakatan bersama dosen pengampu mata kuliah.
Lama pertemuan pembelajaran tatap muka disesuaikan dengan bobot SKS mata
kuliah yang bersangkutan (1 SKS = 50 menit). Untuk memantapkan penguasaan
mahasiswa terhadap materi yang disajikan dalam bahan belajar mandiri, proses
pembelajaran tatap muka menerapkan pola komunikasi dua arah (interaktif). Hal
ini dimaksudkan untuk memperdalam penguasaan materi baik melalui
perkuliahan langsung ataupun melalui bahan belajar mandiri (BBM).
Pembelajaran tatap muka dilaksanakan di kampus PTAIN dan PT Mitra daerah
yang terdekat dengan tempat tinggal mahasiswa.
2. Pembelajaran Mandiri
Pembelajaran mandiri adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan
menggunakan bahan belajar mandiri yang disebut modul. Pada awal
perkuliahan, dosen pengampu mata kuliah menjelaskan tentang cara belajar
dengan menggunakan modul. Dalam modul tersebut juga diuraikan penjelasan-
penjelasan mengenai cara mempelajarinya secara lebih terperinci sesuai dengan
karakteristik masing-masing mata kuliah. Dalam proses pembelajaran mandiri,
mahasiswa dapat mempelajari modul, baik secara perseorangan dan atau dalam
kelompok belajar. Pembelajaran mandiri dapat disertai dengan kegiatan tutorial,
dalam hal ini dosen bertindak sebagai tutornya. Kegiatan tutorial dilaksanakan
minimal 3 kali untuk setiap mata kuliah sebagai layanan belajar yang
dilaksanakan oleh PTAI Penyelenggara, yaitu: di awal perkuliahan, pertengahan
semester, dan menjelang UAS. Jumlah pertemuan kegiatan tutorial dapat
ditambah atas inisiatif mahasiswa dan pengelolaannya diatur oleh PTAI
penyelenggara. Tempat kegiatan tutorial dapat dilaksanakan sesuai dengan
kesepakatan antara PTAI Penyelenggara dengan pihak-pihak terkait. Jika
memungkinkan, untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran mandiri dengan
tutorial dapat menggunakan pembelajaran termediasi (mediated instruction) atau
tutorial on-line dengan memanfaatkan perangkat keras komputer.
PEDOMAN PENYELENGGARAAN 4
menggunakan berbagai peralatan pendukung, antara lain: peralatan praktik dan
laboratorium. Dosen pengampu mata kuliah praktik dan praktikum melakukan
bimbingan untuk:
a. Membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam merencanakan
praktik atau praktikum
b. Mengawasi pelaksanaan kegiatan praktik/praktikum
c. Memberikan arahan, saran dan bantuan untuk mengatasi kesulitan / masalah
yang
d. muncul dalam kegiatan praktik/praktikum.
e. Membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam membuat laporan
kegiatan praktik/praktikum.
PEDOMAN PENYELENGGARAAN 5
diusulkan oleh PTAI penyelenggara kepada Direktur DIKTIS, (3) calon penulis
yang telah ditetapkan selanjutnya mengikuti pelatihan tentang teknik penulisan
modul yang diselenggarakan oleh Direktorat DIKTIS.
PEDOMAN PENYELENGGARAAN 6
f. Membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam menghadapi ujian
sidang skripsi
2. Pengertian
PEDOMAN PENYELENGGARAAN 7
Konversi SKS adalah jumlah satuan kredit semester yang diperoleh mahasiswa
berupa penghargaan terhadap aspek-aspek kinerja dan prestasi mengajar guru,
pelatihan profesional masa kerja yang dimiliki mahasiswa. Sebelum program
kualifikasi akademik S-1 PGMI/PAI. SKS hasil konversi ini merupakan
pengurangan beban sks yang harus ditempuh mahasiswa dalam menyelesaikan
program S-1 PGMI/PAI, misalnya:
a. Jumlah sks yang harus ditempuh oleh mahasiswa lulus D-II adalah 70 sks.
b. Hasil konversi sks dari pengalaman kerja mahasiswa yang bersangkutan
adalah 20 sks.
c. Mahasiswa yang bersangkutan hanya diwajibkan menempuh 50 sks dalam
Program S-1 PGMI/PAI yaitu ( 70 sks – 20 sks = 50 sks)
3. Tujuan Konversi SKS
a. Memberi penghargaan kepada pengalaman kerja guru SD dalam jabatan yang
diperoleh melalui pengalaman kerja yang terkait dalam pembelajaran setelah
menyelesaikan program D-II PGMI/PAI.
b. Mengurangi beban sks yang harus ditempuh guru SD dalam jabatan untuk
menyelesaikan program kualifikasi akademik S-1 PGMI/PAI yang harus
ditempuh.
4. Bentuk dan Fungsi Konversi
Pengalaman kerja guru MI/PAI yang dapat dikonversi ke dalam sks meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
a. Aspek kinerja dan atau prestasi kerja mencakup:
1) Karya cipta atau karya tulis ilmiah/seni/teknologi dalam bidang
pembelajaran yang dipublikasikan dalam jurnal, surat kabar atau media
informasi lainnya .
2) Menjadi tutor pada kegiatan KKG, Pelatihan di tingkat sekolah,
kecamatan, kabupaten atau tingkat yang lebih tinggi.
3) Menjadi panitia UN /US ditingkat sekolah atau yang lebih tinggi.
4) Menjadi guru berprestasi di tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten atau
tingkat yang lebih tinggi.
5) Menjadi tim penyususn soal atau silabus di tingkat sekolah, kecamatan,
kabupaten atau tingkat yang lebih tinggi.
Catatan:
Semua aspek tersebut dibuktikan dengan dokumen /SK dari yang berwenang.
b. Aspek Pelatihan Profesional meliputi:
1) Pelatihan/penataran yang terkait dengan inovasi kepada pembelajaran di
tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten atau tingkat yang lebih tinggi.
2) Pelatihan/penataran yang terkait dengan pengembangan kurikulum atas
bahan ajar di tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten atau tingkat yang
lebih tinggi.
PEDOMAN PENYELENGGARAAN 8
3) Pelatihan penataran yang terkait dengan penggunaan media/sumber
belajar/teknologi pembelajaran di tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten
atau tingkat yang lebih tinggi.
4) Pelatihan/penataran yang terkait dengan sistem penilaian pembelajaran di
tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten atau tingkat yang lebih tinggi.
Catatan:
Semua pelatihan tersebut di atas dibuktikan dengan dokumen/sertifikat dari
pihak yang berwenang.
c. Aspek Masa Kerja
Masa kerja dihitung sejak guru yang bersangkutan ditetapkan sebagai guru
dan melaksanakan tugas terus menerus sebagai guru di wilayah negara
kesatuan Republik Indonesia.
5. Perhitungan Konversi
Perhitungan konversi masing-masing aspek dan komponen yang dikonversikan
ditetapkan oleh Tim pakar berdasarkan pedoman ini dan pedoman akademik
pada PTAIN .
PEDOMAN PENYELENGGARAAN 9
Pendidikan Kabupaten/Kota setempat; Bagi guru yang berstatus non-PNS,
mendapatkan rekomendasi/izin dari Kepala Madrasah/Sekolah
c. Berusia maksimal 58 tahun pada tahun 2015;
d. Sehat jasmani dan rohani;
e. Prioritas diberikan kepada guru yang memiliki masa kerja/pengabdian lebih
lama dan/atau memiliki prestasi.
3. Prosedur Seleksi
Penyelenggaran seleksi masuk dilaksanakan secara terbuka sehingga dapat
diketahui oleh calon mahasiswa, baik melalui surat selebaran (pamflet, leaflet,
brosur), iklan dalam surat kabar, maupun media elektronik.
Penetapan peserta Program S-1 Pendidikan Khusus bagi Guru dalam Jabatan
dilaksanakan melalui seleksi administratif terutama yang berkaitan dengan
status guru dalam jabatan dan pengalaman mengajar atau masa kerja.
Pelaksanaan seleksi administratif dan akademik tersebut dilaksanakan oleh
perguruan tinggi penyelenggara, setelah menerima daftar nominator dari setiap
sekolah melalui kantor depag kabupaten/kota, kanwil dan kantor pusat. Cara
penyampaian hasil seleksi mengikuti mekanisme yang berlaku di masing-masing
LPTK Penyelenggara.
Namun demikian untuk menjaga kontinuitas proses belajar mengajar di sekolah
dimana guru bertugas, maka mekanisme pendaftaran calon mahasiswa digambar
dalam alur diagram berikut.
PEDOMAN PENYELENGGARAAN 10
F. REKRUTMEN DAN PELATIHAN DOSEN
1. Persyaratan Dosen
a. Dosen berlatar belakang pendidikan minimal S-2 dalam program studi/mata
kuliah yang sama atau sejenis dibidang yang diajarnya;
b. Dosen diutamakan yang berprofesi sebagai dosen pada Perguruan Tinggi
Negeri dan swasta yang terakreditasi minimal dengan peringkat B;
c. Mempunyai waktu minimal 1 x 3 jam untuk melakukan pengajaran tatap;
d. Kesediaan dinyatakan secara tertulis yang diajukan kepada Dekan Fakultas .
2. Proses Rekrutmen, Seleksi dan Pengangkatan Dosen
a. Pengembang Progran S-1 PGMI/PAI membuat pengumuman tentang
kebutuhan tenaga dosen di semua kampus PTAIN dan PT mitra;
b. Pengembang program S-1 PGMI/PAI melakukan pendaftaran calon dosen
secara langsung, melalui fax atau e-mail dengan melampirkan ijazah, biodata,
kesediaan menjadi dosen dan memperoleh izin dari pimpinan lembaganya;
c. Pengembang program melakukan seleksi berdasarkan ketetuan-ketentuan
yang berlaku;
d. Mereka yang memenuhi semua persyaratan administratif dan menyatakan
kesediaan secara tertulis untuk menjadi dosen pada program ini akan
dipanggil untuk menerima tugas sebagai dosen pengampu mata kuliah.
3. Pelatihan Tenaga Dosen
a. Sebelum melaksanakan tugas pengajaran, para dosen mengikuti pelatihan.
Pelatihan dilakukan dalam bentuk tatap muka atau workshop;
b. Bahan pelatihan disiapkan secara tertulis meliputi:
1) Gambaran umum tentang sistem belajar dual modes sistem pada program
S-1 PGMI/PAI.
2) Pedoman Pengajaran
3) Hal-hal yang terkait dengan tugas dosen
4) Panduan Belajar Mandiri bagi calon dosen.
c. Pelaksanaan Pelatihan
1) Setiap orang yang sudah diangkat sebagai dosen pada program S-1
PGMI/PAI PTAIN mendapatkan seperangkat bahan pelatihan dosen.
2) Para dosen melakukan kegiatan belajar mandiri dengan menggunakan
Panduan Belajar Mandiri (BBM) sebagai Pengajar.
3) Pelatihan pemantapan tatap muka diadakan pada kampus daerah dengan
berada dibawah kordinasi kampus pusat.
4) Para dosen yang sudah mengikuti pelatihan mendapatkan piagam atau
sertifikat sebagai dosen program S1 PGMI/PTAI STAIN yang layak dan
memenuhi kualifikasi sebagai pengampu mata kuliah yang sesuai dengan
bidang keahliannya.
PEDOMAN PENYELENGGARAAN 11
G. PENDAYAGUNAAN, PENGENDALIAN DAN PENILAIAN DOSEN
1. Pendayagunaan Dosen
a. Fungsi dan Peran Dosen
Pengajar yang ditetapkan oleh Pengembang Program S-1 PGMI/PTAI baik
pengajar dari kampus induk maupun dosen dari kampus daerah berfungsi
membantu dan memotivasi mahasiswa untuk memantapkan penguasaan
materi yang telah dipelajarai melalui bahan belajar mandiri, dalam rangka
mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan fungsi tersebut, dosen
berperan melaksanakan interaksi komunikasi melalui kegiatan tatap muka.
b. Tugas-Tugas yang Dilaksanakan
1) Dosen yang direkrut dari kampus induk dan daerah bertugas
melaksanakan pengajaran tatap muka sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa.
2) Tugas-tugas yang harus dilaksanakan dosen untuk membantu dan
memotivasi mahasiswa adalah memantapkan penguasaan materi yang
dipelajari melalui bahan belajar mandiri (BBM) antara lain meliputi:
a) Penyusunan jadwal kegiatan pembelajaran dengan mahasiswa untuk
setiap semester
b) Mengadakan pertemuan awal dengan mahasiswa untuk
mengkomunikasikan jadwal dan tata tertib kegiatan pembelajaran.
3) Mempersiapkan dan melaksanakan diskusi kelas atau kelompok untuk
membahas materi-materi tertentu yang masih belum dipahami mahasiswa
setelah mempelajarinya secara mandiri.
4) Memberikan bimbingan kepada mahasiswa yang memerlukan bantuan
dalam melakukan kegiatan praktik dan praktikum.
5) Memberikan bimbingan kepada mahasiswa yang memerlukan bantuan
dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dalam rangka:
6) Penyelesaian materi yang terkandung dalam bahan belajar mandiri.
7) Penilaian mahasiswa dalam mata kuliah yang bersangkutan.
8) Mengadakan seminar terbatas untuk mengulang tugas-tugas yang telah
dikerjakan oleh mahasiswa, terutama tugas-tugas yang diberikan dalam
rangka penilaian atas kemampuan yang telah dicapai.
9) Menyiapkan materi tertulis yang akan disampaikan melalui kegiatan
pembelajaran
10) Melakukan hubungan dengan mahasiswa untuk menyampaikan materi
yang telah disiapkan dan memperjelas hal-hal yang masih belum
dipahami oleh mahasiswa.
11) Melakukan komunikasi edukasi dengan mahasiswa secara berkala sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan.
12) Membuat dan menyampaikan laporan secara berkala tentang kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
PEDOMAN PENYELENGGARAAN 12
2. Pengendalian Dosen
a. Dosen kampus pusat maupun daerah harus menyampaikan laporan tentang
kegiatan pembelajaran yang dilakukannya kepada pengembang program
setelah pertengahan dan akhir semester.
b. Isi Laporan meliputi:
1) Jumlah pertemuan dan lama pertemuan kegiatan pembelajaran tatap
muka, jumlah mahasiswa peserta pembelajaran setiap pertemuan,
masalah atau isu yang dibahas dalam setiap pertemuan.
2) Dosen yang tidak menyampaikan laporan dan bekerjanya tidak produktif
dapat diberi peringatan, sangsi sampai dengan penghentian tugas sebagai
dosen.
3. Penilaian Kinerja Dosen
a. Penilaian dosen dilakukan dua kali dalam satu semester, pada tengah semester
dan pada akhir semester.
b. Komponen penilaian bersifat komprehensif, mencakup penilaian terhadap
mutu proses, media/sarana yang digunakan dan hasil yang dicapai.
c. Untuk memperoleh data yang memadai digunakan berbagai cara seperti
pengamatan langsung, kuesioner/wawancara dan analisis hasil kerja
mahasiswa
d. Dari hasil penilaian, diharapkan dapat diperoleh jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1) Bagaimana kualitas kinerja dosen?
2) Bagaimana kelancaran proses pembelajaran ditinjau dari kegiatan
mahasiswa dan dosen?
3) Seberapa jauh media/sarana yang diperlukan tersedia dan digunakan
dalam kegiatan pembelajaran?
4) Seberapa besar kualitas hasil kerja mahasiswa telah memenuhi harapan
yang diinginkan?
5) Aspek-aspek apa yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan kinerja
pembelajaran diwaktu yang akan datang?
6) Penilaian dilakukan oleh penanggung jawab program S-1 PGMI/PAI
dibantu oleh tim pengembang program.
PEDOMAN PENYELENGGARAAN 13