Professional Documents
Culture Documents
Marga Diraja
PERNIKAHAN
Kejadian 2 : 18 – 24, Matius 19 : 5 – 6
A. Pendahuluan
B. Isi Khotbah
1. M e n i n g g a l k a n
Yang dimaksudkan dengan kata “meninggalkan” di sini berarti orang yang sudah siap menikah
harus sudah dewasa baik secara jasmani, rohani, sosial, dan ekonomi, karena orang yang
sudah menikah harus mandiri dalam mengatasi semua persoalan yang akan timbul dalam
rumah tangganya.
2. B e r s a t u
Maksud Tuhan dengan pernikahan, supaya pernikahan itu menjadi Satu Persekutuan yang
Hidup.
Kehendak Tuhan, pernikahan merupakan Kesatuan, Persekutuan yang sejati yang bersifat
kekal selama-lamanya.
(Tidur sebantal, makan sehidangan, seharta semilik, doa bersama-sama, membaca firman
Tuhan bersama-sama, memuji dan bersyukur kepada Tuhan bersama-sama).
PENDAHULUAN
Sebagaimana emas dimurnikan di dalam tungku perapian, demikian juga iman kita harus
dimurnikan dari elemen-elemen asing seperti prasangka dan pemikiran alamiah.
Iman Petrus bercampur dengan kesombongan dan gagasan-gagasan dan perasaan-perasaan Petrus
sendiri, bahkan begitu eksplosifnya, sehingga mendorong timbulnya sederetan tindakan yang
merusak kesaksiannya bahkan mempermalukan Tuhan.
Petrus terlalu cepat melibatkan diri ke dalam “perkara bagi Kristus”, ia berusaha untuk
“membela Yesus” dgn mengerat telinga pelayan imam besar, ia bertekad utk masuk ke penjara
bahkan disalibkan bersama Kristus, ttp semuanya gagal, krn tekadnya bukanlah kehendak Allah
bagi Petrus.
Tidak ada kasih karunia (kemampuan ilahi) yang diberikan Allah kepada Petrus untuk
melaksanakan rencananya sendiri, tapi Allah hanya memberikan kasih karunia kepada seseorang
untuk menyelesaikan rencana Allah sendiri.
- Ketika Abraham meminta Sarah untuk berkata, “Abram adalah saudara laki-lakiku,”
itu bukan berasal dari iman melainkan ketakutan.
- Ketika Sarah meminta Abram mengambil Hagar untuk beroleh anak-anak darinya, itu
bukan berasal dari iman melainkan “menolong Allah”.
- Ketika Lot memilih dataran Yordan yg dekat Sodom itu bukan berasal dr iman tetapi
dari penglihatan.
- Ketika Ribkah menyuruh Yakub untuk berpura-pura menjadi Esau, itu bukan berasal
dari iman melainkan kemunafikan.
- Ketika Isteri Ayub berkata “kutukilah Allahmu dan matilah” itu bukan dr iman tapi
kejengkelan.
- Ketika bangsa Israel mengeluh di padang belantara, itu bukan dari iman melainkan
hati yang dikeraskan dan tidak percaya.
PENUTUP
Ketika ujian datang, itu adalah sesuatu yang sangat positif. (Yak. 1 : 2 – 3) Pencobaan & Ujian
untuk memurnikan iman kita dan membawa kita ke tingkat yang lebih tinggi di dalam Allah. Semua
perkataan dan tindakan kita harus lahir dari iman yang sejati. Jadi, iman kita harus dimurnikan.
Apapun yang lahir diluar iman sering kali adalah dosa.
Ibrani 12 : 1 - 3
A. PENDAHULUAN
Masalah terbesar orang percaya bukanlah aniaya, sakit penyakit, kesulitan ekonomi atau
bencana alam. Firman Tuhan menjelaskan bahwa bersama dengan Tuhan Yesus, kita pasti cakap
menanggung segala perkara. Masalah yang terbesar adalah ketika orang percaya menjadi lemah
dan putus asa (seperti Elia ketika diancam oleh Izebel). Itulah sebabnya Tuhan Yesus
menekankan pada kita, “Bahwa jika Anak Manusia datang kembali, masihkah dijumpai iman?”
Mungkin kita bertanya : “Bagaimana supaya saya tetap beriman dan tidak menjadi lemah dan
putus asa?” Bukankah saya masih hidup di dunia dan saya masih manusia biasa?
Dalam Ibrani 12 : 3, akan kita jumpai dan pelajari empat alasan agar kita tidak perlu
menjadi lemah dan putus asa.
B. ISI KHOTBAH
1. Hidup orang Kristen memiliki tugas dan tujuan (Ayat 1b dan 2b) : menjadi sempurna.
Dalam pergumulan hidup yang harus kita lalui kita tidak perlu menjadi lemah apalagi putus
asa, karena dalam segala hal yang kita alami ada tujuan yang Tuhan Yesus rencanakan. Dan
tujuan Tuhan Yesus tersebut menjadi tugas kita. Kita hidup untuk mengemban tugas dari
Tuhan Yesus.
C. PENUTUP
Orang Kristen memiliki teladan hidup. Tuhan Yesus turun dari Sorga untuk memberikan
contoh, untuk memberikan teladan. Bagaimana Dia telah menang dalam pergumulan,
bagaimana Dia telah taat kepada Bapa dalam berbagai pencobaan dan mengalahkan Setan,
dan bagaimana Dia telah mengampuni orang-orang yang menyakitiNya. Tuhan Yesus telah
memberikan teladan / contoh bagaimana Dia telah mengalami hidup berkemenangan.
Untuk itu, supaya kita tidak menjadi lemah dan putus asa, kita harus selalu ingat Dia (ayat
3). Ingatlah, Dia sanggup menolong kita, Dia sanggup melepaskan kita dari segala pergumulan,
Dia sanggup menyembuhkan kita, Dia sanggup menghibur kita, Dia sanggup memberi kekuatan
kepada kita, Dia sanggup memberikan jalan keluar kepada kita, Amin.