Professional Documents
Culture Documents
Ada tiga faktor sangat berpengaruh penyebab banjir terjadi. Pertama kerusakan
lingkungan, hal ini ditandai peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan
bumi (pemanasan global). Para pakar dan ilmuwan lingkungan yang tergabung
dalam Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) memprediksi peningkatan
temperatur rata-rata global akan meningkat 1,1 hingga 6,4 derajat Celcius atau setara
dengan 2,0 hingga 11,5 derajat fahrenheit antara tahun 1990 dan 2100. Kondisi bumi
yang memanas menyebabkan perubahan iklim semakin tidak stabil. Dampak
perubahan iklim bagi Indonesia dapat dirasakan dengan semakin keringnya musim
kemarau dan intensitas air hujan yang semakin tinggi di musim penghujan. Naiknya
permukaan air laut disebabkan dataran es di kutub mencair serta merta membuat
abrasi pantai semakin cepat. Kedua fenomena alam tersebut membuat terbenamnya
daratan yang biasanya kering dan dapat ditinggali oleh manusia atau biasa kita kenal
dengan istilah banjir.
Faktor ketiga yang lebih penting dari kedua faktor diatas adalah perilaku manusia.
Perbedaan mencolok antara desa dengan kota selain dilihat dari tingkat kepadatannya
adalah pola hidup. Orang di desa lebih mampu bersahabat dengan alam sekitarnya
sedangkan di kota seringkali tidak menghiraukan aspek lingkungan. Buktinya adalah
di kota-kota besar, gedung bertingkat dan jalanan beton menggusur tanah- tanah
resapan air, bahkan situ atau danau ditimbun kemudian dibangun mall. Keegoisan
manusia telah menyebabkan bencana banjir selalu dekat dengan kehidupan kita.
Tingkah laku manusia yang mengesankan keegoisannya terhadap alam juga dapat
dilihat dari persoalan sampah yang berada pada sungai-sungai. Perilaku manusia
dalam sistem pembuangan sampah juga memiliki andil dalam kehadiran bencana
banjir. Setidaknya Walhi mencatat bahwa pada tahun 2000, kota Jakarta
menghasilkan 25.700 m3 sampah per hari. Sehingga volume sampah selama tahun
2000 dapat mencapai 170 kali besar Candi Borobudur (volume Candi Borobudur
adalah 55.000 m3). Perilaku membuang sampah sembarangan telah berakibat pada
terganggunya sistem pembuangan air dan pada gilirannya ketika musim hujan tiba
akan mengakibatkan tergenangnya area di sekitar saluran air yang terhambat tersebut.
Keegoisan tingkah laku manusia lainnya yang berkontribusi terhadap bencana banjir
adalah pengrusakan alam secara membabi buta. Atas nama keuntungan pribadi
seringkali hutan kita ditebang secara serampangan dan melupakan upaya penanaman
kembali. Padahal pohon tersebut memiliki peran sebagai penyerap dan penahan air
yang tidak dapat fungsinya digantikan oleh apapun. Selain itu pepohonan juga dapat
berfungsi sebagai para-paru alam. Situasi yang cukup mengenaskan adalah adanya
fakta tentang penggundulan hutan di sekitar daerah aliran sungai. Jadi sebenarnya
penyebab kerusakan di bumi adalah ulah manusia dan yang akan merasakan
dampaknya adalah manusia juga.