Professional Documents
Culture Documents
Metode terjemahan adalah salah satu teknik untuk menunjukan makna kata bahasa
asing. Metode ini paling banyak dipakai dalam pengajaran bahasa asing, dan telah
digunakan sejak zaman Kekaisaran Romawi. Metode ini berlandaskan prinsip bahwa
penguasaan terhadap bahasa asing (selain bahasa ibu) dicapai dengan cara latihan
terjemahan dari bahasa asing ke dalam bahasa ibu, bahasa yang dikuasai siswa.
Metode ini sering disebut metode tradisional. Artinya metode ini merupakan
pencerminan yang paling tepat dari cara bahasa Yunani Kuno dan Latin yang diajarkan
selama berabad-abad.
c. Langkah-langkah Penyajian
1. Guru memulainya dengan memberikan definisi jenis kata, imbuhan, jenis kata, dan
kaidah yang harus dihafalkan dalam bahasa sumber.
2. Guru melatih belajar dalam terjemahan kalimat kemudian paragraf.
3. Guru memberi daftar kosakata untuk dihafalkan.
4. Guru memberi pekerjaan rumah berupa persiapan terjemahan dari halaman buku
sumber untuk dibicarakan pada pertemuan berikutnya.
2. Metode Audiolingual
1. Bahasa lisan digunakan dalam situasi tertentu, misalnya kantor, rumah makan, dan
sebagainya.
2. Kosakata merupakan komponen penting.
3. Membaca merupakan komponen terpenting kedua (membaca pemahaman-reading
comprehension).
Hal diatas dianggap kurang memuaskan bagi para guru dan para ahli bahasa di Amerika
Serikat.
Metode audiolingual atau aural-oral, yang berarti pendengaran dan pembicaraan, mulai
muncul menghangat di Amerika ketika negara tersebut terlibat dalam Perang Dunia ke II.
Pada saat itu, pemerintah Amerika Serikat memerlukan orang-orang yang lancar berbahasa
asing yang akan ditempatkan di negara-negara, seperti Perancis, Belanda, Cina, dan negara
jajahannya. Mereka diharapkan mampu bekerja sebagai penerjemah, asisten dalam badan
penerjemahan dokumen, dan pekerjaan lainnya, yang memerlukan komunikasi langsung
dengan penduduk setempat. Selanjutnya, pemerintah Amerika serikat melalui Departemen
Pertahanan (Pentagon) menugaskan beberapa universitas di negara tersebut untuk
merencanakan program pengajaran bahasa asing bagi para personalia militer.
Pada tahun 1942, dibentuklah ASTP (Army Specialized Training Program), yang
melibatkan sekitar 55 universitas di Amerika Serikat. Pelopornya adalah Universitas
Michigan (Michigan University). Tujuan program militer/tentara ini adalah membekali
keterampilan berbicara dalam bahasa asing kepada peserta program. Pada saat yang sama,
Bloom Field dan Sapir (ahli linguistik) mengembangkan program latihan sebagai bagian dari
penelitian mereka. Program ini bertujuan memberikan keterampilan kepada peserta pelajar
untuk memahami bahasa Indian Amerka. Program tersebut melibatkan para linguis dan para
ahli antropologi untuk membantu mereka dalam menyelidiki bahasa dan kebudayaan suku
Indian di Amerika.
Dalam kegiatan ini Bloom Field dan Sapir menggunakan metode informan, yaitu
menggunakan penutur asli sebagai informan atau sebagai model/contoh bahasa. Informan
disini juga berperan dalam narasumber. Melalui teknik tanya jawab dengan para informan,
terjadilah percakapan para pelajar BT dan para informan. Selanjutnya, para peserta dan para
linguis secara bertahap mampu berbicara dan memahami bahasa Indian sebagai bahasa
kedua (BT).
Program pengajaran BT ini sering disebut “Sandwich Program” karena cara belajarnya
atau kegiatannya sangat padat, seperti roti/kue sandwich.
Program ASTP berjalan sekitar dua tahun. Sepuluh tahun kemudian army method ini
juga digunakan untuk program bahasa asing sipil (non militer). Metode ini menitikberatkan
banyaknya interaksi antara pelajar BT dan para informan.
1. Tata bahasa Tradisional (TBT) menekankan satu tata bahasa semesta. Artinya. Semua
bahasa di dunia mempunyai struktur bahasa yang sama. Adapun tata bahasa struktural
(TBS) menekankan fakta bahwa semua bahasa di dunia tidak sama strukturalnya.
2. Menurut TBT, bahasa yang baik dan benar adalah yang dikatakan oleh para ahli
bahasa(tata bahasa preskiptif). Adapun menurut TBS, bahsa yang baik dan benar adalah
bahasa yang digunakan oleh penutur asli, bukan ahli bahasa.
Drill adalah teknik pengajaran bahasa yang digunakan oleh semua guru bahasa pada
suatu waktu untuk menyuruh siswa mengulang dan mengucapkan suatu pola kalimat dengan
baik tanpa ada kesalahan teori/teknik drill dalam kelas didasarkan langsung pada teori
psikologi yang disebut behaviorisme, yaitu teori yang sangat berpengaruh pada tahun 1950-
an. Menurut asumsi behaviorisme, perilaku dapat terjadi atau terlatih karena kebiasaan yang
berulang-ulang (Habit Formation). Adapun kebiasaan terjadi karena adanya rangsangan atau
stimulus. Bila kebiasaan telah terbentuk dengan mantap, subjek (manusia atau hewan) tetap
memberikan respon/jawaban dengan benar walaupun tanpa adanya hadiah. Selanjutnya,
hadiah atau hukuman disebut penguatan atau reinforcement. Hadiah tersebut berupa benda
atau pujian/penghargaanmerupakan penguatan yang positif, sedangkan hukuman merupakan
penguatan yang negatif.
Ahli psikologi yang bernama B.F Skinner menyatakan bahwa perilaku berbahasa
manusia dibentuk oleh penguatan yang lazim dipakai dalam masyarakat kita. Adapun
urutannya sebagai berikut: rangsangan – jawaban – penguatan (stimulus – respons –
reinforcement).
Dalam banyak hal/aspek, metode atau pendekatan aural-oral di Amerika Serikat sangat
mirip dengan oral approach yang dikembangkan di Inggris walaupun kedua aliran tersebut
berkembang secara terpisah.
1. Proses belajar adalah menyimak, berbicara, lalu membaca, dan akhirnya mengarang.
2. Tata bahasa harus disajikan dalam bentuk pola kalimat atau dialogdengan topik situasi
sehari-hari.
3. Drill harus mengikuti urutan operant-conditioning. Hadiah juga harus ada.
4. Semua unsur tata bahasa harus disajikan dari yang mudah ke yang sukar.
5. Kemungkinan untuk membuat kesalahan dalam memberi respon harus dihindarkan.
Kesalahn siswa dianggap sebagai ketidakmampuan guru.
1. Siswa cenderung memberi respon secara serentak atau secara individual seperti
membaca dan sering tidak mengetahui makna apa yang diucapkan.
2. Siswa tidak diberi latihan dalam makna-makna lain dari kalimat yang dilatihkan.
3. Siswa tidak berperan aktif melainkan hanya memberi respon pada rangsangan guru.
4. Kesalahn-kesalahan dianggap dosa besar dan harus dihindari. Oleh karena itu, mereka
tidak dianjurkan untuk berinteraksi secara lisan atau tulisan sebelum menguasai pola-
pola yang banyak.
5. Dikatakan bahwa dengan menyimak apa yang dikatakan guru, siswa harus memberi
respon yang benar dan melakukan tugas dengan benar sehingga mereka dianggap
belajar BT dengan benar.
a. Pengertian
Metode struktural analisis sintesis (SAS) merupakan metode yang dikembangkan oleh
PKMM (Pembaharuan Kurikulum dan Metode Mengajar) Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI yang diprogramkan pada tahun 1974. Metode ini dikembangkan dalam
pengajaran membaca dan menulis di Sekolah Dasar.
3. Landasan Pedagogis
a Mendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya serta pengalamannya.
b Membimbing siswa untuk menemukan jawaban dalam memecahkan masalah.
4. Landasan Linguistik
Secara totalitas, bahasa adalah tuturan dan bukan tulisan. Fungsi bahasa adalah alat
komunikasi, maka bahasa berbentuk percakapan.
Bahasa Indonesia mempunyai struktur sendiri. Unsur bahasa dalam metode ini adalah
kalimat. Karena sebagain besar penutur bahasa adalah penutur dua bahasa, yaitu bahasa
ibu dan bahasa Indonesia, penggunaan metode SAS dalam membaca dan menulis
permulaan yang sangat tepat digunakan. Pembelajaran yang dianjurkan adalah analisis
secara normatif, artinya siswa diajak untuk membedakan penggunaan bahasa yang salah
dan benar, serta membedakan bahasa yang baku dan yang tidak baku.
d Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa, siswa dapat lebih mudah
mengikuti prosedur pembelajaran dan dengan cepat dapat menguasai keterampilan
membaca pada kesempatan berikutnya.
e Berdasarkan landasan linguistik, metode ini menolong siswa untuk menguasai bacaan
dengan lancar.
2. Kelemahan Metode SAS
a Penggunaan metode SAS mempunyai kesan bahwa guru harus kreatif dan terampil
serta sabar. Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi guru saat ini.
b Banyak saran yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini, yang bagi
sekolah-sekolah tertentu dirasakan sangat sukar.
c Metode SAS hanya dapat dikembangkan pada masyarakat pembelajar di kota-kota
tidak di pedesaan.
d Karena agak sukar menganjurkan para pengajar untuk menggunakan metode SAS ini,
di berbagai tempat metode ini tidak dilaksanakan.
e. Pemilihan Bahan dan Urutan Pembelajaran
Sesuai dengan kandungan Kurikulum Pendidikan Dasar bahwa proses pembelajaran
dilaksanakan secara tematis dan kontekstual, pemilihan bahan pembelajaran bahasa Indonesia
dengan metode SAS ini disandarkan pada konteks kehidupan sehari-hari.