Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Kelompok III
Disusun oleh :
Kelompok III
Nafila 0901033
Nuraisyah 0901039
Oviana 0901046
KATA PENGANTAR
Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu dalam
pengupayaan penyusunan makalah ini. Tentu saja, makalah ini tidaklah sempurna.
Oleh karenanya, kami sangat menantikan saran, gagasan dan kritik yang
membangun demi perbaikan dalam penulisan selanjutnya.
Hormat kami,
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar-----------------------------------------------------------------------ii
Daftar isi------------------------------------------------------------------------------iii
Bab I Pendahuluan-------------------------------------------------------------------1
2.3 Pendistribusian-------------------------------------------------------------------13
2.4 Pelaporan-------------------------------------------------------------------------18
PENDAHULUAN
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendirikan suatu PBF adalah sebagai
berikut:
Izin usaha PBF diberikan oleh MENKES. Menteri Kesehatan akan melimpahkan
wewenangnya tersebut kepada Badan POM untuk memberikan izin usahanya yang
berlaku untuk wilayah seluruh Indonesia. Khusus pendiri PBF cabang provinsi wajib
melaporkan kepada kantor Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan kepada balai
besar POM.
Badan POM akan melakukan pencabutan izin usaha PBF apabila PBF yang
bersangkutan:
Sebelum melakukan pencabutan izin usaha PBF, Balai Besar POM akan
melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut terhadap PBF yang bersangkutan dengan
mengeluarkan:
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya PBF juga diberikan larangan oleh
pemerintah yaitu:
1) PBF harus memiliki seorang apoteker atau tenaga teknis kefarmasian yang
memiliki surat izin kerja (SIK) sebagai penanggung jawab teknis
penyimpanan surat penyaluran obat dan alat kesehatan.
2) Memiliki seorang apoteker yang memiliki surat izin kerja (SIK) sebagai
penaggung jawab.
3) Untuk ketenagakerjaan umum di PBF minimal tamatan SLTA atau yang
sederajat.
4) Masing-masing tenaga kerja harus bekerja sesuai dengan keahlian,
kemampuan, dan keterampilan di bidangnya masing-masing.
BAB II
PEDAGANG BESAR FARMASI
Direktur
Pimpinan
Ass. Bagian
Kasir Pembukuan Kepala Penyaluran
Gudang
1. Direktur
Merupakan pimpinan tertinggi pada perusahaan, dan untuk saat ini tugas
direktur dilimpahkan kepada usaha, bagian ini mempunyai tugas dan
wewenang sebagai berikut :
2. Sales Supervisor
4. Salesman
6. Distribution
Bagian ini memiliki tugas dan wewenang untuk membuat dan memberikan
laporan distribusi obat kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan Balai
Pengawasan Obat dan Makan Kota Propinsi. Disamping itu bagian ini juga
bertanggung jawab langsung pada kuasa usaha dan membuat laporan
tentang pengembalian obat-obat yang telah expired date.
7. Kasir
8. Gudang
Bagian gudang mempunyai tugas dan kew ajiban mengontrol,
mengeluarkan serta memasukkan obat-obat dari dan ke gudang.
9. Driver
Dalam hal ini dilakukan adalah pengecekan barang – barang yang datang dari
pabrik mengenai jumlah barang, keadaan barang, dan kecocokkan dengan faktur.
Barang yang telah masuk dicek, diperiksa, disimpan,dan disusun rapi dalam gudang,
sesuai dengan letaknya.
2.2.3 Pergudangan
Barang yang telah diterima oleh PBF dicek kembali oleh tenaga teknis
kefarmasian penanggung jawab.
2.2.4 Penyimpanan
Barang yang masuk dan telah diperiksa, disimpan dan disusun dengan rapi
pada rak-rak penyimpanan berdasarkan:
2.3 Pendistribusian
a. Toko obat.
b. Apotek .
c. Rumah sakit , Puskesmas .
d. Dokter yang mempunyai SIMO (surat izin menyimpan obat).
e. PBF lain .
a. Obat bebas .
b. Obat bebas terbatas .
c. Obat keras (Daftar G).
d. Obat psikotropika (OKT) .
e. Alat – alat kesehatan .
f. Jamu .
Penyaluran obat-obatan dilakukan dengan mencari orderan yang dilakukan
berdasarkan oleh salesman-salesman PBF. Penyaluran dapat juga dilakukan berdasarkan
pesanan dari suatu pelayanan kesehatan atau PBF lain kepada salesman PBF order.
Apotek
Instalasi RS
PBF Konsumen
PBF lain
Apotik
PBF lain
c. Alat kesehatan
Apotik
PBF lain
Surat pesanan obat keras tertentu (OKT), surat ini berisikan nama dan
jumlah pesanan obat OKT periode tertentu . surat ini terdiri dari 5
lembaran yang dibedakan dalam berbagai warna :
Lembaran 1 putih ditujukan kepada pabrik (produsen)
Lembaran 2 merah ditujukan kepada dinas pengawasan narkoba.
Lembaran 3 kuning ditujukan kepada depertemen kesehatan
Lembaran 4 biru ditujukan kepada balai POM.
Lembaran 5 hijau ditujukan kepada apotek yang memesan
Surat pesanan obat precursor, ini berisikan obat golongan
precursor (jumlah dan nama obatnya). Obat prekursor adalah obat yang
bisa salah gunakan, kegunaanya dari yang seharusnya. Contohnya
formalin ,lacoldin (PT. Lapi),efedrin Hcl (PT. Kimia Farma), Quantidex tab
(PT. Ifars), Lapifed (PT. Lapi).
Surat pesanan obat bebas dan obat keras, ini berisikan nama dan
jumlah obat bebas dan obat keras untuk periode tertentu,surat pesan
obat bebas dan obat keras dapat digabungkan.
Perbedaan dari surat pesanan di atas adalah:
PBF hanya boleh menjualan obat bebas kepada toko obat yang ada izin.
PBF hanya boleh menjual obat bebas, obat keras, dan obat keras tertenu
kepada apotek, rumah sakit dan PBF lain.
PBF hanya boleh menjual obat keras tertentu kepada apotek, rumah sakit,
PBF lain harus ada surat pesanan terlebih dahulu.
Pada barang kampas hanya boleh untuk obat bebas dan tidak dibolehkan
obat daftar G.
Proses ini dilakukan untuk suatu nomor batch atau satu kode produksi tertentu
yang dinyatakan tidak layak untuk dikomsumsi. Contohnya setelah balai POM
melakukan pengamatan untuk produk Quantidex tab ditemukan ketidak cocokan
dengan keadaan fisiknya, maka balai POM memberi surat kepada pabrik untuk menarik
Quantidex tab dari pasaran melalui distributor-distributor yang memesan produk
Quantidex tersebut.
Dari distributor akan mengirim surat kepada para pelanggannya seperti toko
obat, apotek, rumah sakit dll.
Pada PBF PT. Kumala Melur tidak melakukan pemusnahan obat karena obat-
obat yang rusak dan kadaluarsa dikirimkan ke pabrik untuk dimusnahkan langsung
disana. Pemusnahan obat dilakukan dengan menggunakan alat khusus dengan membuat
berita acaranya dan dihadiri oleh balai POM, aparat kepolisian, dan pemerintah.
2.3.7 Pelaporan
2.4 PELAPORAN
Laporan ini berisikan data logistik obat yang mencakup pengeluaran dan
pemasukan obat golongan daftar G selama kurun waktu 3 bulan.
Dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan Propinsi Riau, kepada Kepala
Balai POM yang terletak di Jl.Diponegoro no.10 Pekanbaru, terakhir sebagai
arsip PBF di Pekanbaru.
Data logistik ini diiringi dengan surat pengantar, yang berisikan data PBF dan
diterangkan periode laporan tersebut.
Laporan ini dikirimkan setiap 3 bulan sekali.
Laporan ini berisikan data keluar masuknya obat golongan psikotropika dari
dan ke PBF selama 1 bulan.
Laporan ini ditujukan kepada direktorat jendral bina kefarmasian dan
alkes
Dengan tembusan kepada :
-Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Riau
-Sebagai arsip.
KESIMPULAN
PBF ialah suatu badan hukum berbentuk perseroan terbatas dan koperasi yang
memiliki badan besar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
Izin usaha PBF, diberikan oleh Menteri Kesehatan dalam hal ini Menteri
Kesehatan melimpahkan wewenang pemberian izin usaha PBF berlaku untuk
seterusnya selama PBF yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan
usahanya jika ada cabang dibuat izin baru.
Tenaga teknis kefarmasian di PBF mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:
1. Bertanggung jawab atas pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat
dan alat kesehatan.
2. Menyusun obat-obatan dan alat kesehatan yang ada di gudang dengan
dibantu oleh asisten gudang.
3. Membuat laporan distribusi obat setiap bulan dan setiap triwulan
menyangkut penerimaan serta penyalura kepada balai POM.
4. Membuat surat pengembalian obat-obatan yang telah kadaluarsa ke pabrik.
5. Menyiapkan faktur penjualan obat-obatan dan alat kesehatan beserta foto
copy surat pesanan dan instalasi kesehatan yang untuk informasi untuk
Balai POM.
Peran tenaga teknis kefarmasian dalam PBF sangat penting karena memerlukan
ketelitian, keterampilan dan kejujuran di samping pengetahuan yang diperoleh
di lembaga atau instansi pendidikan terkait yang harus diterapkan dan
dikembangkan untuk bertanggung jawab di PBF. Bahwa seorang tenaga teknis
kefarmasian mempunyai peran dan tanggung jawab yang tinggi dalam
melaksanakan tugas serta ikut membantu pemerintah dalam melayani
pendistribusian, perbekalan farmasi ke tempat pelayanan kesehatan.