You are on page 1of 13

HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DALAM ISLAM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hukum dan Hak Asasi Manusia atau biasa disingkat HAM merupakan sebuah hal yang
menjadi keharusan dari sebuah negara untuk menjaminnya dalam konstitusinya. Melalui
deklarasi universal ham 10 desember 1948 merupakan tonggak bersejarah berlakunya
penjaminan hak mengenai manusia sebagai manusia. Sejarah HAM dimulai dari magna
charta di inggris pada tahun 1252 yang kemudian kemudian berlanjut pada bill of rights dan
kemudian berpangkal pada DUHAM PBB. Dalam konteks keIndonesiaan penegakan HAM
masih bisa dibilang kurang memuaskan. Banyak faktor yang menyebabkan penegakan HAM
di Indonesia terhambat seperti problem politik, dualisme peradilan dan prosedural acara
(kontras, 2004;160).
Islam sebagai agama bagi pengikutnya meyakini konsep Islam adalah sebagai way of life
yang berarti pandangan hidup. Islam menurut para penganutnya merupakan konsep yang
lengkap mengatur segala aspek kehidupan manusia. Begitu juga dalam pengaturan mengenai
hak asasi manusia Islam pun mengtur mengenai hak asasi manusia. Islam adalah agama
rahmatan lil alamin yang berarti agama rahmat bagi seluruh alam. Bahkan dalam
ketidakadilan sosial sekalipun Islam pun mengatur mengenai konsep kaum mustadhafin yang
harus dibela.

Dalam Islam, konsep mengenai Hukum dan HAM sebenarnya telah mempunyai tempat
tersendiri dalam pemikiran Islam. Perkembangan wacana demokrasi dengan Islam
sebenarnya yang telah mendorong adanya wacana Hukum dan HAM dalam Islam. Karena
dalam demokrasi, pengakuan terhadap hak asasi manusia mendapat tempat yang spesial.
Berbagai macam pemikiran tentang demokrasi dapat dengan mudah kita temukan
didalamnya konsep tentang penegakan HAM.

1
Bahkan HAM dalam Islam telah dibicarakan sejak empat belas tahun yang lalu (Anas
Urbaningrum, 2004;91). Fakta ini mematahkan bahwa Islam tidak memiliki konsep tentang
pengakuan HAM. berangkat dari itu makalah ini akan mencoba memberikan sedikit
penerangan mengenai wacana HAM dalam Islam.

1.2 Rumusan Masalah

Beberapa yang menjadi topik sentral permasalahan dalam makalah ini yang akan dibahas
adalah:

1. Bagaimanakah hukum dalam islam?


2. Bagaimanakah HAM dalam islam?

1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

Setiap kegiatan yang dilakukan scara sistematis pasti mempunyai tujuan yang diharapkan,
begitu pula makalah ini. Tujuan pembahasan makalah ini adalah:

1. Mengetahui tentang dasar-dasar dan sumber hukum islam


2 . Mengetahui bentuk HAM dalam Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.    Pengertian Hukum dalam Islam


Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-Nya yang kini
terdapat dalam Al Qur’an dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya melalui
Sunnah beliau yang kini terhimpun dengan baik dalam kitab-kitab hadits. Terdapat perbedaan
pendapat antara ulama ushul fiqh dan ulama fiqh dalam memberikan pengertian hukum syar’i
karena berbedanya sisi pandang mereka. Ulama fiqh berpendapat bahwa hukum adalah akibat
yang ditimbulkan oleh tuntutan yaitu wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah. Sedangkan
ulama ushul fiqh mengatakan bahwa yang disebut hukum adalah dalil itu sendiri. Mereka
membagi hukum tersebut kepada dua bagian besar yaitu hukum taklifi dan hukum wadh’i.
Hukum taklifi berbentuk tuntutan dan pilihan yang disebut dengan wajib, sunnat, haram, makruh
dan mubah. Dan hukum wadh’i terbagi kepada lima macam yaitu sabab, syarat, mani’, shah dan
bathal. Masyarakat Indonesia disamping memakai istilah hukum Islam juga menggunakan istilah
lain seperti syari’at Islam, atau fiqh Islam. Istilah-istilah tersebut mempunyai persamaan dan
perbedaan. Syari’at Islam sering dipergunakan untuk ilmu syari’at dan fiqh Islam dipergunakan
istilah hukum fiqh atau kadang-kadang hukum Islam, yang jelas antara yang satu dengan yang
lain saling terkait.

2.1.2.     Sumber Hukum dalam Islam


  Ada 2 sumber hukum dalam islam yaitu :

1. Al-Qur’an sebagai sumber hukum

Definisi: al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Muhammad dalam bahasa
Arab yang berisi khitab Allah dan berfungsi sebagai pedoman bagi umat Islam. Fungsi:
sebagai petunjuk bagi umat manusia, yang berupa:

a) doktrin atau pengetahuan tentang struktur kenyataan dan posisi manusia di dalamnya,
seperti: petunjuk moral dan hukum yang menjadi dasar syari’at, metafisika tentang Tuhan
dan kosmologi alam, dan penjelasan tentang sejarah dan eksistensi manusia.
b)   Ringkasan sejarah manusia baik para raja, orang-orang suci, nabi,kaum  
c)   Mukjizat, yaitu kekuatan yang berbeda dengan apa yang dipelajari.

 Penjelasan Al-Qur’an:

a) Ijmali (global): yaitu penjelasan yang masih memerlukan penjelasan lebih   lanjut dalam
pelaksanaannya. Contoh: masalah shalat, zakat

3
b) Tafshili (rinci): yaitu keterangannya jelas dan sempurna, seperti masalah akidah, hukum
waris dan sebagainya.
c) Kategori Ayat Hukum dan Ayat Non-hukum: berdasarkan kandungan ayat, jika
mengandung ketetapan hukum maka disebut dengan ayat hukum dan dapat menjadi dalil
fiqh.  Dalalah atau petunjuk al-Qur’an dibagi dua:
d) Qat’y (definitive text): lafal yang mengandung pengertian tunggal dan tidak  bisa
dipahami dengan makna lainnya. Lafal ini tidak membutuhkan ijtihad dan takwil.
e) Zanny (speculative text): lafal yang mengandung pengertian lebih dari satu dan
memungkinkan untuk ditakwil, dan dapat menerima ijtihad.

2. Hadis sebagai sumber Hukum:

Definisi Hadis adalah penuturan sahabat tentang Rasulullah baik mengenai   perkataan,
perbuatan, dan taqrirnya. Hadis yang dapat digunakan sebagai sumber adalah  hadis yang sahih
dan hasan. Hadis dha’if tidak dapat dipakai sebagai sumber hukum. Sebagian ulama
membolehkan menggunakan hadis dha’if sebagai dalil dengan syarat:

1. Kedha’ifanya tidak terlalu lemah

2. Memiliki beberapa jalur sanad

3. Tidak mengatur masalah yang pokok, hanya sampai hukum  sunnah atau makruh.

   Penentuan kesahihan hadis dibuat oleh ulama sehingga terjadi perbedaan pendapat.

1.3.  Tujuan Hukum Islam


Tujuan hukum islam secara umum adalah Dar-ul mafaasidiwajalbul mashaalihi (mencegah
terjadinya kerusakan dan mendatangkan kemaslahatan). Abu Ishaq As-Sathibi merumuskan lima
tujuan hukum islam:

1) Memelihara agama
Agama adalah sesuatu yang harus dimilki oleh setiap manusia oleh martabatnyadapat
terangkat lebih tinggi dan martabat makhluk lain danmemenuhi hajat jiwanya. Agama
islam memberi perlindungan kepada pemeluk agam lain untuk menjalankan agama
sesuai dengan keyakinannya.
2) Memelihara jiwa
Menurut hukum islam jiwa harus dilindungi. Hukum islam wajib memelihara hak
manusia untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya. Islam melarang
pembunuhan sebagai penghilangan jiwa manusia dan melindungi berbagai sarana
yang dipergunakan oleh manusia untuk mempertahankan kemaslahatannya hidupnya
(Qs.6:51,17:33)
3) Memelihara akal
Islam mewajibkan seseorang untuk memlihara akalnya, karena akal mempunyai
peranan sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia. Seseorang tidak akan

4
dapat menjalankan hukum islam dengan baik dan benar tanpa mempergunakan akal
sehat. (qs.5:90)
4) Memelihara keturunan
Dalam hukum islam memlihara keturunan adalah hal yang sangat penting. Karena itu,
meneruskan keturunan harus melalui perkawinan yang sah menurut ketentuan Yang
ada dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dan dilarang melakukan perzinahaan.(qs4:23)

5)     Memlihara harta
Menurut ajaran islam harta merupakan pemberian Allah kepada manusia untuk
kelangsungan hidup mereka. Untuk itu manusia sebagai khalifah di bumi dilindungi
haknya untuk memperoleh harta dengan cara-cara yang halal, sah menurut hukum dan
benar menurut aturan moral. Jadi huku slam ditetapkan oleh Allah untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia itu sendiri, baik yang bersifat primer, sekunder, maupun
tersier (dloruri, haaji, dan tahsini).

Dalam pengertian politik murni, Muhammad iqbal dalam tulisanya menegaskan tentang
hubungan anatara consensus, demokratisasi, dan ijtihad, bahwa tumbuhnya semangat legislatif di
Negara – Negara muslim merupakan langkah awal yang besar. Pengalihan wewenang ijtihad dan
individu-individu berbagai madzab kepada suatu majelis legislatif muslim yang dalam kondisi
kemajemukan madzabmerupakan satu-satunya bentuk ijma’ yang dapat diterima di zaman
modern, akan terjamin kontribusi dalam pembahasan hukum dari kalangan rakyat yang memliki
wawasan yang tajam (Muhammad iqbal,1968:173)

2. HAM dalam Islam

Ham dalam Islam harus dirunut secara sejarah dialektika HAM dalam Islam. Menurut Anas
Urbaningrum hak asasi manusia atau lebih dikenal manusia modern sebagai HAM, telah lebih
dahulu diwacanakan oleh Islam sejak empat belas abad silam. Hal ini memberi kepastian bahwa
pandangan Islam yang khas tentang HAM sebenarnya telah hadir sebelum deklarasi universal
HAM PBB pada 18 Shafar 1369 Hijriyah atau bertepatan dengan 10 Desember 1948 Masehi
(Anas, 2004;91). Secara internasional umat Islam yang terlembagakan dalam Organisasi
Konferensi Islam (OKI) pada 5 Agustus 1990 mengeluarkan deklarasi tentang HAM dari
perspektif Islam. Deklarasi yang juga dikenal sebagai “Deklarasi Kairo” mengandung prinsip
dan ketentuan tentang HAM berdasarkan syari’ah (Azra).

5
HAM dalam Islam telah dibicarakan sejak empat belas tahun yang lalu (Anas Urbaningrum,
2004;91). Ini dibuktikan oleh adanya Piagam Madinah (mitsaq Al-Madinah) yang terjadi pada
saat Nabi Muhammad berhijrah ke kota Madinah. Dalam Dokumen Madinah atau Piagam
Madinah itu berisi antara lain pengakuan dan penegasan bahwa semua kelompok di kota Nabi
itu, baik umat yahudi, umat nasrani maupun umat Islam sendiri, adalah merupakan satu bangsa
(Idris, 2004;102). Dari pengakuan terhadap semua pihak untuk bekerja sama sebagai satu
bangsa, didalam piagam itu terdapat pengakuan mengenai HAM bagi masing-masing pihak yang
bersepakat dalam piagam itu. Secara langsung dapat kita lihat bahwa dalam piagam madinah itu
HAM sudah mendapatkan pengkuan oleh Islam

Memang, terdapat prinsip-prinsip HAM yang universal; sama dengan adanya perspektif
Islam universal tentang HAM (huqul al-insan), yang dalam banyak hal kompatibel dengan
Deklarasi Universal HAM (DUHAM). Tetapi juga harus diakui, terdapat upaya-upaya di
kalangan sarjana Muslim dan negara Islam di Timur Tengah untuk lebih
mengkontekstualisasikan DUHAM dengan interpretasi tertentu dalam Islam dan bahkan
dengan lingkungan sosial dan budaya masyarakat-masyarakat Muslim tertentu pula.

Islam sebagai agama universal membuka wacana signifikan bagi HAM. tema-tema HAM
dalam Islam, sesungguhnya merupakan tema yang senantiasa muncul, terutama jika dikaitkan
dengan sejarah panjang penegakan agama Islam. Menurut Syekh Syaukat Hussain yang
diambil dari bukunya Anas Urbaningrum, HAM dikategotrikan dalam dua klasifikasi.
Pertama, HAM yang didasarkan oleh Islam bagi seseorang sebagai manusia. Dan kedua,
HAM yang diserahkan kepada seseorang atau kelompok tertentu yang berbeda. Contohnya
seperti hak-hak khusus bagi non-muslim, kaum wanita, buruh, anak-anak dan sebagainya,
merupakan kategori yang kedua ini (Anas, 2004;92).

Berdasarkan temuan diatas akan kita coba mencari kesamaan atau kompatibilitas antara
HAM yang terkandung dalam Islam. Akan kita coba membagi hak asasi manusia secara
klasifikasi hak negatif dan hak positif. Dalam hal ini hak negatif yang dimaksud adalah hak
yang memberian kebebasan kepada setiap individu dalam pemenuhannya.

6
Yang pertama adalah hak negatif yaitu memberikan kebebasan kepada menusia dalam
pemenuhannya. Bebrapa yang dapat kita ambil sebagai contoh yaitu:

Hak atas hidup, dan menghargai hidup manusia. Islam menegaskan bahwa pembunuhan
terhadap seorang manusia ibarat membunuh seluruh umat manusia. Hak ini terkandung
dalam surah Al-Maidah ayat 63 yang berbunyi :

Oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi bani israil, bahwa: barang siapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barang siapa yang memlihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-
olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keternagan-keterangan yang jelas,
kemudian banyak diantar amereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam
berbuat kerusakan dimuka bumi. (QS 5;63)

Hak untuk mendapat perlindungan dari hukuman yang sewenarg wenang. yaitu dalam
surat Al An’am : 164 dan surat Fathir 18 yang masing masing berbunyi :

Katakanlah: “Apakah aku mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah tuhan bagi
segala sesuatu. Dan tidaklah sesorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali
kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.
Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa
yang kamu perselisihkan”. (QS 6;164)

Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika sesorang yang
berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan
untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya
yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya
(sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan sembahyang. Dan
barangsiapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan
dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah kembali(mu). (QS 35;18)

7
Hak atas keamanan dan kemerdekaan pribadi terdapat dalam surat An Nisa ayat 58 dan
surat Al-Hujurat : 6 yang berbunyi seperti ini:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS 4;58)

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang yang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada
suatu kaum tanpa mengetahui keadaanya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu. (QS 49;6)

Hak atas kebebasan beragama memilih keyakinan berdasar hati nurani. Yang bisa kita
lihat secara tersirat dalam surat Al Baqarah ayat 256 dan surat Al Ankabut ayat 46 yang
berbunyi:

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada yang
thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali
yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(QS 2;256)

Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling
baik, kecuali dengan orang-orang zhalim di antara mereka, dan katakanlah: “kami telah
beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu;
Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri”. (QS
29;46)

Hak atas persamaan hak didepan hukum secara tersirat terdapat dalam surat An-Nisa ayat
1 dan 135 dan Al Hujurat ayat13:

8
Hai sekalian manusia bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciotakan dari diri
yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah)hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu. (QS 4;1)

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak
keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan
kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tau kemaslahatannya. Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika
kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah
adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. (QS 4;135)

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjdaikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal. (QS 49;13)

Dalam hal kebebasan berserikat Islam juga memberikan dalam surat Ali Imran ayat 104-
105 yang berbunyi:

Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang yang
beruntung. (QS 3;104)

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih
sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang
mendapat siksa yang berat. (QS 3;105)

Dalam memberikan suatu protes terhadap pemerintahan yang zhalim dan bersifat tiran.
Islam memberikan hak untuk memprotes pemerintahan yang zhalim, secara tersirat dapat

9
diambil dari surat An-Nisa ayat 148, surat Al Maidah 78-79, surat Al A’raf ayat 165, Surat
Ali Imran ayat 110 yang masing masing berbunyi:

Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh
orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS 4;148)

Telah dila’nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan ‘Isa Putera
Maryam. Yang demikian itu. Disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. (QS
5;78)

Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan yang munkar yang mereka
perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (QS 5;79)

Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami
selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada
orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. (QS
7;165)

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
Beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka yang ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS 3;110)

Dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti bentuk hak positif dalam hak ekonomi
sosial dan Islam pun mengandung secara tersirat mengenai hak ini.

Hak mendapatkan kebutuhan dasar hidup manusia secara tersirat terdapat dalam surat Al
Baqarah ayat 29, surat Ad-Dzariyat ayat 19, surat Al Jumu’ah ayat 10, yang berbunyi:

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada dimuka bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu. (QS 2;29)

10
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang
miskin yang tidak mendapat bagian. (QS 51;19)

Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS
62;10)

Dalam hak mendapatkan pendidikan Islam juga memiliki pengaturan secara tersirat
dalam surat Yunus ayat 101, surat Al-Alaq ayat 1-5, surat Al Mujadilah ayat 11 dan surat Az-
Zumar ayat 9 yang masing-masing berbunyi berbunyi:

Katakanlah: “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfa’at
tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang
tidak beriman”. (QS 10;101)

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “berlapang-lapanglah


dalam majlis”, maka lapangkanlah. Niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan:berdirilah kamu, maka berdirilah kamu, niscaya Allah akan meninggikan
orang orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS 58;11)

(apakah kamu hai orang yang musyrik) ataukah orang-orang yang beribadat di waktu-
waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhrat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”. Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran.

11
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan paparan diatas dan pembahasan diatas dapat ditarik keimpulan sebagai berikut,

Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-Nya yang kini
terdapat dalam Al Qur’an dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya melalui
Sunnah beliau yang kini terhimpun dengan baik dalam kitab-kitab hadits.

Dalam Islam HAM telah dibicarakan sejak empat belas tahun yang lalu (Anas Urbaningrum,
2004;91). Fakta ini mematahkan bahwa Islam tidak memiliki konsep tentang pengakuan HAM.
Ini dibuktikan oleh adanya piagam madinah (mitsaq Al-Madinah) yang terjadi pada saat Nabi
Muhammad berhijrah ke kota Madinah. Dalam dokumen madinah atau piagam madinah itu
berisi antara lain pengakuan dan penegasan bahwa semua kelompok di kota Nabi itu, baik umat
yahudi, umat nasrani maupun umat Islam sendiri, adalah merupakan satu bangsa (Idris,
2004;102). Dalam dokumen itu dapat disimpulkan bahwa HAM sudah pernah ditegakkan oleh
Islam

12
Daftar Pustaka
1. Al-Qur’an

2. Ilyas, Muhtarom, 2009. Pendidikan Agama Islam, Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
3. Pramudya, Willy, Cak Munir, Engkau Tak Pernah Pergi, Jakarta: GagasMedia 2004
4. Thaha, Idris, Demokrasi Religius: Pemikiran Politik Nurcholish Madjid dan M. Amien
Rais, Jakarta: Penerbit Teraju, 2004
5. Radjab, Suryadi, Dasar-Dasar Hak Asasi Manusia, Jakarta: PBHI, 2002
6. Idrus, Junaidi, Rekonstruksi Pemikiran Nurcholish Madjid Membangun Visi dan Misi
Baru Islam Indonesia, Jogjakarta: LOGUNG PUSTAKA, 2004
7. Pramudya, Willy, Cak Munir, Engkau Tak Pernah Pergi, Jakarta: GagasMedia 2004
8. Nainggolan, Zainuddin S., Inilah Islam, Jakarta: DEA, 2000
9. Urbaningrum, Anas, Islamo-Demokrasi Pemikiran Nurcholish Madjid, Jakarta: Penerbit
Republika, 2004

Sumber lain:

Google.com

13

You might also like