Professional Documents
Culture Documents
Dia ternyata di samping gambaran tentang bagaimana untuk membangunkan tujuh langkah-
langkah yang dianggapnya penting:
Dia kemudian membuat kesimpulan bab mengatakan bahawa "manusia adalah manusia
pada dasarnya kerana dia dapat membaca dan menulis".
Saya akan hadir dalam artikel berikut bagaimana saya menyesuaikan kaedah Glenn Doman
ke tiga saya bayi dan bagaimana aktiviti berkembang menjadi pembelajaran seumur hidup
dan menyenangkan
http://jasmansyah76.wordpress.com/category/tips-membaca-glen-doman/ SEPINTAS,
pernyataan “mengajar anak balita membaca” rasanya seperti mengada-ada. Betapa tidak.
Jangankan anak usia di bawah 5 tahun (balita), untuk mengajar membaca pada anak yang sudah
memasuki usia sekolah (SD) saja bukanlah pekerjaan yang mudah bagi guru, begitu pula bagi orang
tua saat mengajar si anak membaca permulaan. Selanjutnya anak yang sudah melewati kelas 4 SD
pun masih ada yang belum lancar membaca.
————-
Mengajar anak — apalagi masih usia dini atau balita — membaca perlu kesungguhan dan kesabaran
dari pihak guru maupun orangtua. Walau demikian kondisinya, masih banyak orangtua menyerahkan
sepenuhnya pendidikan anaknya kepada guru di sekolah. Kurang banyaknya peran orangtua
bukanlah alasan bagi guru untuk tidak mencari upaya menolong anak agar cepat bisa membaca
dengan lancar. Tentu menjadi suatu kewajiban bagi seorang guru tetap belajar dan menambah
wawasannya dengan berbagai cara.
Orangtua pun sebaiknya ikut belajar bagaimana caranya agar anak cepat bisa membaca dengan
baik. Kalau sudah bisa membaca, hendaknya juga bisa menjadikan buku sebagai kebutuhan rutin
yang diberikan kepada anak. Harus disadari, pertama-tama yang bertanggung jawab soal pendidikan
anak (apalagi balita) adalah orangtua atau keluarga.
Buku-buku yang memuat hasil temuan, teori-teori, atau teknik-teknik pembelajaran sepantasnyalah
menjadi “santapan” bagi guru. Kalau tidak, mutu pendidikan kita akan terus merosot sebagai akibat
dari kurangnya minat baca para guru. Bagi guru, membaca buku-buku itu tentu bisa dijadikan ajang
untuk mengembangkan wawasan, pengetahuan, dan kompetensinya dalam kegiatan belajar-
mengajar. Bagi orangtua, tampaknya pengetahuan ini sangat bermanfaat dalam menumbuhkan
minat-baca anak pada usia dini. Kalau minat baca anak sudah tumbuh dengan baik tinggal
mengarahkan sesuai dengan bakat dan minatnya.
Bukan Mengeja
Sehubungan dengan itu, ada teori yang layak diketahui oleh guru dan orangtua. Glenn Doman
(199 mendapatkan teori dari banyaknya ia berkecimpung membantu anak-anak yang mengalami
kerusakan otak. Hasil penelitiannya ternyata juga dapat diterapkan untuk membuat anak normal
menjadi lebih cerdas. Salah satunya, mengajarkan keterampilan membaca untuk anak balita atau
anak di bawah 5 tahun.
Menurut Glenn, membaca sudah dapat diajarkan pada balita, bahkan lebih efektif daripada sudah
memasuki usia sekolah (6 tahun). Dalam penelitiannya dikemukakan bahwa anak umur 4 tahun lebih
efektif daripada umur 5 tahun. Umur 3 tahun lebih mudah daripada 4 tahun. Jelasnya, makin kecil
makin mudah untuk diajar — tentu dalam batas anak mulai bisa bicara.
Glenn juga berpendapat, balita bisa menyerap informasi secara luar biasa. Semakin muda umur
anak, semakin besar daya serapnya terhadap informasi baru. Belajar bagi anak adalah sesuatu yang
mengasyikkan. Karena belajar mengasyikkan, maka ia bisa menguasai lebih cepat.
Menurut Glenn, mengajar balita membaca bukan dengan mengeja seperti cara konvensional di
sekolah — dimulai pengenalan nama huruf, kemudian mengenal suku kata, barulah mengenal kata,
akhirnya kalimat. Glenn berteori, mengajar balita membaca adalah dengan cara mengenalkan satu
kata yang bermakna dan kata itu sudah akrab pada pikiran anak atau sudah sering didengar dalam
keseharian.
Misalnya, anak sudah biasa makan pisang. Tentunya anak balita itu sudah biasa mendengar kata
“pisang”. Kemudian kita ingin mengajar anak agar ia bisa membaca kata “pisang”. Menurut Glenn,
anak tak perlu lagi menghapal huruf p, i, s, a, ng, atau suku kata pi dan sang yang masing-masing
tidak bermakna. Jadi, bayi langsung diajar membaca kata “pisang” pada kartu yang sudah
disiapkan.
Untuk mengajar anak balita membaca, diperlukan kartu-kartu kata yang tercetak cukup besar dan
ditunjukkan secara cepat kepada anak, sekaligus dengan pisang yang biasa dimakan. Anak akan
menangkap apa yang dikatakan orangtuanya dan menghubungkannya dengan tulisan yang
ditunjukkan kepadanya. Demikian juga kata yang lain, kata-kata yang sudah akrab dengan si anak
beserta benda yang diacu. Semuanya dibuatkan kartu-kartunya.
Teori Glenn ini diterapkan dengan pemikiran bahwa membaca adalah fungsi otak, sedangkan
mengajar membaca dengan mengeja huruf (cara konvensional di sekolah) diikat oleh kaidah atau
aturan bahasa. Aturan-aturan bahasa ini malah memperlambat keterampilan anak membaca.
Dengan teori Glenn, anak diajar melihat tulisan seperti halnya melihat gambar. Rangkaian kata bagi
si anak adalah suatu simbol dari benda yang diucapkan si ibu atau si ayah yang membacakannya.
Selanjutnya, karena makin hari jumlah kata dan benda yang dikuasai makin banyak, maka tulisan
kata dalam kartu makin ditambah pula.
Glenn memberi catatan, mengajar bukan menjadi suatu beban, melainkan hak istimewa bagi
orangtua. Anak adalah prioritas yang penting dalam keluarga. Kegiatan belajar membaca perlu
diulang-ulang beberapa kali (15 hingga 25 kali), lalu kartu yang lama diganti dengan kartu yang
baru. Saat mengajar, anak maupun orangtua harus dalam kondisi mood yang baik dan suasana yang
menyenangkan. Durasi membacanya juga harus sangat cepat, hanya sekilas-sekilas saja dan harus
segera berhenti sebelum anak ingin berhenti. Jangan mencoba untuk memberi tes karena anak
tidak suka dites. Suasana pembelajaran membaca pun mesti penuh dengan keramahan dan
kehangatan.
Guru Keliru
Bagaimana dengan pembelajaran bahasa di sekolah? Belajar membaca adalah bagian dari
pembelajaran bahasa. Bertitik tolak dari teori Glenn, tampaknya kekeliruan guru bahasa di sekolah
menyebabkan anak kurang menguasai dengan baik bahasa yang dipelajari. Dalam pembelajaran
bahasa, guru sering menekankan kaidah bahasa daripada perolehan bahasa, belajar menggunakan
bahasa. Jika terjadi kesalahan dalam penerapan kaidah, sepertinya anak itu berbuat dosa. Terlebih
jika ditambah wajah guru yang kurang toleran, bertambahlah rasa takut anak. Suasana pun jadi
menakutkan.
Pada tahap anak sudah mampu membaca dengan lancar (pada kelas 4 ke atas), ternyata dalam
pembelajaran bahasa bukannya anak diajak belajar menggunakan bahasa, melainkan belajar
pengetahuan bahasa. Dari PR anak SD (padahal kurikulum berbasis kompetensi) dalam pelajaran
bahasa tampak dengan jelas anak belajar pengetahuan bahasa, misalnya menyebutkan nama-nama
jenis kalimat.
Kalau demikian, kapan anak mampu menggunakan bahasa? Kalau saja guru mau memperluas
wawasannya, misalnya membaca teori Glenn atau teori yang lain, tampaknya kondisi pembelajaran
bahasa akan lebih menarik dan bermanfaat. Dalam pembelajaran bahasa, sesungguhnya anak
belajar berbahasa lisan dan tertulis, bukan tentang bahasa.
Aktivitas membaca merupakan alternatif yang kita anggap paling baik meningkatkan mutu SDM,
mungkin lebih baik daripada selembar ijazah yang pemiliknya kurang melakoni aktivitas membaca.
Aktivitas membaca bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja secara rutin. Sedangkan lewat
pendidikan formal ada batas waktunya, misalnya anak memasuki usia sekolah, kemudian tamat
perguruan tinggi sudah selesai.
Menurut para pakar, sejak balita anak sudah bisa dibentuk agar bisa membaca. Setelah anak
mampu membaca sendiri, hendaknya terus dibina dengan cara memberikan buku yang bermanfaat
baik untuk menguasai Iptek maupun mengapresiasi nilai-nilai kehidupan manusia. Makin dini usia,
melakukan aktivitas membaca makin baik.
Membaca merupakan salah satu fungsi tertinggi otak manusia dari semua makhluk hidup di dunia ini,
cuma manusia yang dapat membaca. Membaca merupakan fungsi yang paling penting dalam hidup dan
dapat dikatakan bahwa semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Anak-anak dapat
membaca sebuah kata ketika usia mereka satu tahun, sebuah kalimat ketika berusia dua tahun, dan
sebuah buku ketika berusia tiga tahun dan mereka menyukainya.
Tahun 1961 satu tim ahli dunia yang terdiri atas, dokter, spesialis membaca, ahli bedah otak dan
psikolog mengadakan penelitian “Bagaimana otak anak-anak berkembang?”. Hal ini kemudian
berkembang menjadi satu informasi yang mengejutkan mengenai bagaimana anak-anak belajar, apa
yang dipelajari anak-anak, dan apa yang bisa dipelajari anak-anak.
Hasil penelitian juga mendapatkan, ternyata anak yang cedera otak-pun dapat membaca dengan baik
pada usia tiga tahun atau lebih muda lagi. Jelaslah bahwa ada sesuatu yang salah pada apa yang
sedang terjadi, pada anak-anak sehat, jika di usia ini belum bisa membaca.
Begitu pula kalau mata melihat sebuah kata atau pesan tertulis. Pesan visual ini diuraikan menjadi
serentetan impuls elektrokimia dan diteruskan ke otak yang tidak dapat melihat, untuk disusun kembali
dan dipahami. Baik jalur penglihatan maupun jalur pendengaran sama-sama menuju ke otak dimana
kedua pesan ditafsirkan otak dengan proses yang sama.
Belajar adalah:
- Hadiah, bukan hukuman
- Permainan yang paling menggairahkan, bukan bekerja
- Bersenang-senang, bukan bersusah payah
- Suatu kehormatan, bukan kehinaan
2. Membatasi waktu untuk melakukan permainan ini sehingga betul-betul singkat. Hentikan permainan
ini sebelum anak itu sendiri ingin menghentikannya.
Tahap-tahap mengajar:
TAHAP PERTAMA : (perbedaan penglihatan)
Mengajarkan anak anda membaca dimulai menggunakan hanya lima belas kata saja. Jika anak anda
sudah mempelajari 15 kata ini, dia sudah siap untuk melangkah ke perbendaharaan kata-kata lain.
Hari Pertama
Gunakan tempat bagian rumah yang paling sedikit terdapat benda-benda yang dapat mengalihkan
perhatian, baik pendengarannya maupun penglihatannya. Misalnya, jangan ada radio yang dibunyikan.
1. Tunjukkan kartu bertuliskan IBU/AYAH atau yang lainnya
2. Jangan sampai ia dapat menjangkaunya
3. Katakan dengan jelas ‘ini bacaannya IBU/AYAH’
4. Jangan jelaskan apa-apa
5. Biarkan dia melihatnya tidak lebih dari 1 detik
6. Tunjukkan 4 kartu lainnya dengan cara yang sama
7. Jangan meminta anak mengulang apa yang anda ucapkan
8. Setelah kata ke-5, peluk, cium dengan hangat dan tunjukkan kasih sayang dengan cara yang
menyolok
9. Ulangi 3 kali dengan jarak paling sedikit 1,5 jam
Hari Kedua
1. Ulangi pelajaran dasar hari pertama 3 kali
2. Tambahkan lima kata baru yang harus diperlihatkan 3 kali sepanjang hari kedua. Jadi ada 6 pelajaran
3. Jangan lupa menunjukkan rasa bangga anda
4. Jangan lakukan test, belum waktunya !
Hari Ketiga
1. Lakukan seperti hari ke-2
2. Tambahkan lima kata baru seperti hari kedua sehingga menjadi 9 pelajaran
Hari keempat, kelima, keenam ulangi seperti hari ketiga tanpa menambah kata-kata baru.
Hari Ketujuh
Beri kesempatan pada anak untuk memperlihatkan kemajuannya:
1. Pilih kata kesukaannya
2. Tunjukkan kepadanya dan ucapkan denga jelas ‘ini apa?’
3. Hitung dalam hati sampai sepuluh, Jika anak anda mengucapkan, pastikan anda gembira dan
tunjukkan kegembiraan anda Jika anak anda tidak memberikan jawaban atau salah, katakan dengan
gembira apa bunyi kata itu dan teruskan pelajarannya.
Ancaman
Kebosanan adalah satu-satunya ancaman. Jangan sampai anak menjadi bosan. “Mengajarnya terlalu
lambat akan lebih cepat membuatnya bosan daripada mengajarnya terlalu cepat”
Pada tahap pertama ini, dua hal luar biasa telah anda lakukan:
1. Dia sudah melatih indera penglihatan, dan yang lebih penting: dia telah melatih otaknya cukup baik
untuk dapat membedakan bentuk tulisan yang satu dengan yang lainnya.
2. Dia sudah menguasai salah satu bentuk abstraksi yang paling luar biasa dalam hidupnya: dia dapat
membaca kata-kata. Hanya ada satu lagi abstraksi besar harus dikuasainya, yaitu huruf-huruf dalam
abjad.
TAHAP KEEMPAT :
1. Ukuran kartu 4 cm tinggi dan 20 cm panjang
2. Ukuran huruf 5 cm
3. Huruf kecil, warna hitam
4. Tunjukkan kata demi kata seperti tahap sebelumnya lalu gabungkan misalnya
‘ini’ dan kata ‘bola’ menjadi ‘ini bola’.
5. Lakukan beberapa kata beberapa kali setiap hari.
2. Salinlah kata-kata yang ada setiap halaman tersebut ke dalam satu kartu kira-kira ukuran 1 kertas
A4. Huruf hitam, ukuran tinggi huruf 2,5 cm. Jumlah kartu ‘susunan kata-kata’ sama dengan jumlah
halaman buku. Ukuran kartu harus sama walaupun jumlah kata tidak sama. Sekarang anda sudah
mempunyai kartu-kartu dengan kata-kata yang ada dalam setiap halaman buku yang akan dibaca anak.
Lubangi sisi kartu-kartu untuk dijilid menjadi sebuah buku yang isinya sama namun ukurannya lebih
besar.
3. Bacakan kartu demi kartu pelan-pelan, sehingga anak belajar kalimat demi kalimat.
4. Bacakan dengan ekspresi sesuai dengan kalimat bacaan.
5. Lakukan secara rutin, minimal 5 kartu sebanyak 3 kali selama 5 hari.
6. Ketika membaca kartu pada hari lainnya, kartu yang lama sebaiknya diulang. Setelah selesai kartu-
kartu dibaca, simpanlah beurutan di dalam sebuah map atau dibinding deperti buku.
7. Pada saat selesai 1 buku, berilah ijazah yg ditandatangani ibu, yg menyatakan bahwa pada hari ini,
tanggal ini, pada usia anak sekian, telah selesai dibaca buku ini.
TAHAP KEENAM : (susunan kata dalam kalimat)
Pada tahap ini, anak sudah siap membaca buku yg sebenarnya, karena dia sudah 2 kali melakukan hal
itu. Perbedaan ukuran huruf dari 5 cm (Tahap 4), 2,5 cm (Tahap 5) dan 5 mm (Tahap 6 ini) adalah
sangat berarti khususnya bagi anak yang masih sangat muda, karena itu juga berarti anda membantu
mendewasakan dan memperbaiki indera penglihatannya.
Kunci Keberhasilan
1. Jangan membosankan anak
2. Jangan memaksa anak
3. Jangan tegang
4. Jangan mengajarkan abjad terlebih dahulu
5. Bergembiralah
6. Ciptakan cara baru
7. Jawablah semua pertanyaan anak
8. Berilah buku bacaan yang bermutu
Penutup
Pada dasarnya anak memiliki kemampuan yang luar biasa, khususnya pada usia yg semakin kecil.
Hanya diperlukan perhatian, kemauan,ketekunan serta yang utama kasih sayang orangtua untuk
membuatnya mampu mengeluarkan potensinya yg luar biasa tsb.
Jadi, dengan buku yg merupakan “JENDELA ILMU”, anak akan mampu membuka cakrawala kehidupan
masa depannya dengan keceriaan.
1. Dia sudah melatih indera penglihatan, dan yang lebih penting: dia telah
melatih otaknya cukup baik untuk dapat membedakan bentuk tulisan yang satu
2. Dia sudah menguasai salah satu bentuk abstraksi yang paling luar biasa
dalam hidupnya: dia dapat membaca kata-kata. Hanya ada satu lagi abstraksi
masing-masing 1 kata lama dan tambahkan dengan 1 kata baru di tahap kedua
6. Dari 20 kata baru pada tahap kedua, ambil 10 kata dan jadikan 2 kelompok
· 3 kelompok kata dari tahap pertama yang sudah ditambah kata-kata baru
9. Setelah 5 hari ganti 1 kata dari masing-masing kelompok dengan kata baru,
10. Setelah itu setiap hari ganti 1 kata lama dari masing-masing kelompok
data dengan 1 kata baru. Dengan demikian setiap hari anak belajar 5 kata
baru masing-masing datu dalam setiap kelompok kata, dan 5 kata lama diambil
setiap harinya.
TIPS:
1. Usahakan jangan ada 2 kata yang dimulai dengan yang sama secara
2. Anak-anak usia 6 bulan sudah bisa diajarkan. Lakukan dengan cara yang
4. Usaha mengajar bayi membaca dapat membaca dapat mempercepat berbicara dan
Sampai tahap ini, baik orang tua maupun anak harus melakukan permainan
membaca ini dengan kesenangan dan minat besar. Ingatlah bahwa anda sedang
menanamkan cinta belajar dalam diri anak anda, dan kecintaan ini akan
2. Ukuran huruf 5 cm tinggi dan 3,5 cm lebar dengan jarak lebih dekat
4. Terdiri dari nama-nama benda di sekeliling anak serta lebih dari 2 suku
kata, misalnya: kursi, meja, dinding, lampu, pintu, tangga, jendela, dll
5. Gunakan cara pada tahap kedua dengan setiap hari menambah 5 kata baru
6. Setelah kata benda, masukkan kata milik, misalnya: piring, gelas, topi,
8. Pada tahap kata perbuatan , agar lebih menarik, sambil menunjukkan kata
dsb
4. Tunjukkan kata demi kata seperti tahap sebelumnya lalu gabungkan misalnya
persyaratan tersebut
Jadikan kartu-kartu ini 'susunan kata-kata' yang akan digunakan pada tahap
kelima.
Jumlah kartu 'susunan kata-kata' sama dengan jumlah halaman buku. Ukuran
1. Sekarang anda sudah mempunyai kartu-kartu dengan kata-kata yang ada dalam
setiap halaman buku yang akan dibaca anak. Lubangi sisi kartu-kartu untuk
dijilid menjadi sebuah buku yang isinya sama namun ukurannya lebih besar
3. Setiap kartu sudah diperintahkan tiga kali sehari selama lima hari.
Semoga bermanfaat
Kesimpulan :
Dari beberapa kalimat diatas dapat disimpulan dengan teori belajar Guildford yaitu belajar adalah
peubahan perilaku yang berasal dari stimulus luar. Stimulus luar yang dilihat oleh mata, didengar oleh
telinga dan lain ditampung dalam sebuah proses. Proses inilah yang terjadi didalam otak. Saraf dan sel
– sel otak akan mengumpulkan semua stimulus dari luar tersebut. Perubahan perilaku itulah yang
disebut sebagai hasil belajar. Belajar adalah proses kognitif. Maka orang tidak bisa belajar apabila
fungsi otaknya terganggu. Metode Glenn Doman mengajak anak belajar dalam suasana yang sangat
nyaman seolah olah sianak diajak bukan belajar akan tetapi diajak bermain dengan riang. Suasana
inilah yang menimbulkan keingintahuan anak meningkat. dan kegiatan ini dilaksanakan dengan penuh
kasih orang tua terhadap anak dalam artian orang tua tidak diijinkan untuk menguji sianak. Kegiatan
harus dihentikan ketika si anak kelihatan sudah bosan. Namun hal ini mungkin tidak akan
berlangsung lama. Dikarenakan anak yang masih berumur 2-7 tahun pada masa pra-Operasioanal
(teori Piaget) hanya akan melakukan suatu coping. Mungkin bila beranjak dewasa si anak ini tahu apa
yang diplajari namun tidak akan mengerti maksudnya dan mungkin anak tersebut akan lupa yang
sudah dipelajarinya pada umur 2 tahun.