Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia. Umat
Islam tersebut tersebar di seluruh wilayah nusantara dengan berbagai tradisi dan
kebudayaan. Dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut menyebabkan ekspresi
keagamaan di masing-masing daerah sangat bervariasi. Salah satu ekspresi
keagamaan yang cukup menarik adalah yang dilakukan oleh sebagian warga desa
Bogem, kecamatan Bayat, kabupaten Klaten.
Desa ini terletak di bagian paling selatan dari wilayah kabupaten Klaten yang
berbatasan langsung dengan kecamatan Gedangsari, kabubaten Gunungkidul,
Yogyakarta. Sebagian besar masyarakatnya adalah petani dan pedagang yang
merantau ke daerah lain, umumnya ke Jakarta. Latar belakang pendidikan
masyarakat di desa ini masih dapat dikatakan rendah, mayoritas penduduknya
hanya merasakan pendidikan di tingkat SD, bahkan ada yang tidak lulus SD.
Mayoritas warga desa Bogem beragama Islam, warga yang beragama selain Islam
jumlahnya sedikit sekali, hanya sekitar 3-5 kepala keluarga saja.
Hal yang menarik dari sebagian di desa ini adalah bahwa selain menjalankan
ajaran agama Islam, sebagian besar warga, terutama yang sudah berusia di atas 50
tahun, mengekspresikan keagamaan mereka dengan cara yang unik dan
berhubungan erat dengan budaya yang diwarisi dari nenek moyang mereka.
Secara khusus ekspresi keagamaan ini berhubungan erat dengan ajaran Islam yang
menganjurkan umatnya untuk melakukan shadaqah.
Hal ini penting untuk dibahas karena banyak warga di desa ini yang ikut-
ikutan melakukan acara ini tanpa mengetahui asal-usulnya, dan apa tujuan dari
acara ini. Maka, kami berusaha untuk menemukan dan mencari informasi
mengenai acara ini baik tentang namanya, asalnya, caranya, tujuannya dan
sebagainya.
1
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Wancara dengan ibu Sogi, salah satu tokoh acara Adang di desa Bogem, (Kamis, 18 November
2010).
2
Ibid, ibu Sogi.
3
dihaluskan menjadi bubuk), gereh (ikan asin yang digoreng dengan tepung),
krecek gendar, rempeyek, tahu, tempe, dan sayur lodhoh.3
Pertama, alasan yang paling mendasar adalah mereka mengikuti naluri kaki-
nini (nenek moyang) yang sudah sejak dahulu melaksanakan sedekahan/adang.
Mereka menganggap apabila mereka tidak melaksanakan apa yang sudah
dilaksanakan oleh nenek moyang mereka, maka mereka akan mendapatkan
malapetaka.5
3
Ibid. ibu Sogi
4
Ibid. ibu Sogi
5
Ibid. ibu Sogi
4
Kedua, menurut mereka, desa Bogem dijaga oleh sang Gusti Semare yaitu
roh-roh nenek moyang yang telah meninggal dunia, sehingga mereka memberikan
sedekah kepada sang Gusti Semare agar mereka tetap menjaga desa Bogem.6
Ketiga, sedekahan/adang ditujukan kepada para nabi dan para wali yang telah
meninggal, sehingga tanggal dilaksanakannya sedekahan/adang selalu beriringan
dengan hari-hari peringatan dalam Islam, seperti tanggal 1 Sura berkaitan dengan
tahun baru Hijriah, tanggal 10 Mulud berkaitan dengan kelahiran Nabi
Muhammad shalallahu ‘alihi wasalam pada tanggal 12 Rabi’ulawal, tanggal 21
Pasa berkaitan dengan nuzulul qur’an pada tanggal 17 Ramadhan, tanggal 1
Sawal berkaitan dengan hari raya Idul Fitri tanggal 1 Syawal, dan tanggal 10
Besar berkaitan dengan hari Raya Idul Adha tanggal 10 Dzulhijah. Sedangkan
pada tanggal 15 Ruwah atau bulan Sya’ban dalam tahun Hijriah secara khusus
berkaitan dengan permintaan Sunan Pandanaran/Sunan Bayat yang pada saat
menjelang kematiannya tanggal 15 Ruwah, dia meminta agar dibuatkan ketupat
dengan lauk bubuk dhele, untuk mengenang dan menghormatinya, maka dibuatlah
sedekahan dengan membuat ketupat dan bubuk dhele sebagai sedekah kepada
sunan Bayat.7
BAB III
PENUTUP
6
Wawancara dengan ibu Sugini, mantan pelaku sedekahan/adang, (Jum’at 19 November 2010).
7
Wawancara dengan bapak Sagimin, tokoh sedekahan/adang di desa Bogem (Kamis, 18
November 2010).
5
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tentang ekspresi keagamaan warga desa Bogem di atas dapat
kami simpulkan bahwa:
1. Warga desa Bogem menamai ekspresi keagamaan mereka dengan nama
Sedekahan/Adang.
2. Dalam melaksanakan sedekahan/adang warga desa Bogem membuat
makanan yang terdiri dari nasi, sayur lodhoh, tahu bacem, tempe bacem,
rempeyek, dan sambal goreng atau ketupat dan bubuk dhele khusus pada
tanggal 15 Ruwah. Selanjutnya makanan tersebut dibagikan/disedekahkan
kepada keluarga dan tetangga.
3. Ada tiga alasan yang mendorong warga desa Bogem melakukan
sedekahan/adang:
a. mengikuti ajaran nenek moyang
b. sebagai sedekah kepada sang Gusti Semare agar mereka tetap menjaga
desa Bogem.
c. sebagai sedekah kepada para nabi dan wali.
B. Saran
Hendaknya kita senantiasa berhati-hati dalam hidup di tengah masyarakat
yang memiliki aneka budaya dan tradisi ataupun berbagai macam bentuk
ekspresi keagamaan agar tidak terjerumus pada perbuatan yang melanggar
syariat Islam bahkan dapat menjerumuskan kepada perbuatan syirik.