Professional Documents
Culture Documents
Palung Jawa
• sejak daerah Yogya
dan sekitarnya
dihantam gempa
tektonik berkekuatan
6.3 skala Richter, • Mengapa gempa
namun hingga kini sedahsyat itu terjadi
satu pertanyaan di Yogya? Apakah
masih terus ada hubungannya
menghantui: dengan Gunung
Merapi yang sedang
aktif?
• Rabo, June 27, 2007 jam 5:23:02 pagi
terjadi gempa di selatan Jawa dengan
magnitude 6.0 Mw.
• Kedalaman pusat gempa sekitar 10 Km.
• Lokasi tepatnya pada Lintang 10.545
Selatan, dan Bujur 108.065 Timur, atau
sekitar 399 km (248 miles) sebelah
selatan Yogyakarta.
• Lokasi di Samodra Indonesia. Laporan
BMG menyebutkan kedalaman 30 Km.
• Bahwa fault di laut selatan
lebih AKTIF dr san
andreas fault di
amerika(hsl riset),
• jadi kalau melihat
frekuensi gempanya yg
tendensinya akan
menghasilkan magnitude
yg lebih besar.
• Parameters
Nst=170, Nph=170,
Dmin=545.1 km,
Rmss=1.18 sec, Gp=
36°, M-type=moment
magnitude (Mw),
Version=7 Bisa
dilihat bahwa ini
• Kalau dangkal (< 60 gempa yang kuat,
km), dengan untung berasal dari
kekuatan 7.0 SR, kedalaman
menengah-dalam
bisa dibayangkan (hampir 300 km).
bagaimana
kerusakan yang
akan terjadi
Data momen tensor solution dari
NEIC USGS menunjukkan bahwa
pematahan akibat gempa ini
berupa strike-slip faulting dengan
komponen thrust berarah strike 323
deg NE dan dip 28 dip.
Berdasarkan plate tectonic setting Jawa dan
Indonesia Barat, pusat gempa ini terjadi
jauh di bawah kerak kontinen Laut Jawa di
wilayah astenosfer pada zone gempa miring
Wadati-Benioff di kedalaman 290 km.
• Berdasarkan histori kejadian gempa,
episentrum2 gempa di wilayah ini akan
berasal dari kedalaman sekitar 300 km
atau lebih.
• Berdasarkan peta kontur kedalaman zone
Wadati-Benioff, pusat2 gempa di wilayah
pantura Jawa sampai ke Laut Jawa akan
lebih dalam daripada 250 km, untuk dapat
menimbulkan kerusakan yang besar di
kota2 besar di wilayah pantura, maka
gempa harus sekuat seperti yang
menggoncang Aceh dan sekitarnya
Desember 2004 (8.9 SR).
peta kegempaan Dunia dan
Australasia
• Tim BPPT (Tempo, Edisi 5-11 Juni 2006)
telah melakukan penelitian awal untuk
mencoba menjawab pertanyaan di atas
dan menyimpulkan bahwa gempa Yogya
terjadi akibat pelepasan energi di sesar
Opak yang tertekan dari dua arah
sekaligus, dari utara sesar ini ditekan
Merapi dan dari selatan patahan itu
ditekan oleh lempeng samudera India-
Australia yang menunjam di palung Jawa.
• Aktifitas Merapi yang tinggi sampai saat ini
dan sekaligus gempa yang terjadi
merupakan akibat dari dinamika palung
Jawa yang merupakan sumber terjadinya
gesekan akibat lempeng India-Australia
menunjam di bawah pulau Jawa yang
merupakan bagian dari lempeng benua
Eurasia.
Gempa akibat penunjaman lempeng umumnya
merupakan gempa-dalam (kedalaman >30 km),
namun yang terjadi di Yogya adalah gempa-
dangkal dengan kedalaman sekitar 10 km.
• di Sumatra jalur
• di pulau Jawa gunung-api aktifnya
terletak di terletak di sisi barat
bagian dekat dengan pantai
tengahnya, Samudera India.
YANG ANEH
Kenampakan lain yang menarik perhatian adalah
terdapatnya “zona tenang” (silent zone) atau
seismic gap di selatan Jawa di sekitar garis bujur
110° BT.
• Ini menunjukkan
gaya gesekan
antar-lempeng
lebih besar di
Sumatra.
• Meskipun demikian, dua gempa besar
dengan magnitude >8 terjadi juga di
selatan Jawa yang menunjukkan secara
lokal adanya zona tegasan kompresif
yang tinggi di wilayah ini.
• Untuk mengetahui apakah yang
mendominasi dinamika penunjaman
lempeng di tiga wilayah, Sumatra, Jawa,
dan Nusa Tenggara, adalah faktor tektonik
yang bersifat lokal atau regional, Ghose
dan Oike (1988) mengevaluasi variasi
temporal (menurut waktu kejadian)
seismisitas di ketiga wilayah tersebut.
• . Antara tahun 1935- 1940, jumlah gempa
cenderung meningkat. Kemudian dari
tahun 1940 sampai sekitar 1960, dalam
kurun 20 tahun, terjadi sedikit gempa
besar di seluruh ketiga segment Busur
Sunda.
• Selanjutnya sampai Mei
1981, aktifitas seismik
meningkat lagi. Kemiripan
pola temporal
seismisitasnya ini
membuktikan bahwa
variasi tegasan tektonik
(tegasan kompresif akibat
penunjaman lempeng
Samudera India-Australia
ke bawah Asia Tenggara)
menurut waktu untuk ketiga segment busur Sunda
adalah sama, dan mengontrol secara keseluruhan
pola temporal jangka panjangnya.
• Dalam jangka waktu yang panjang ini
dinamika subduksi menimbulkan efek
lokal yang berbeda-beda tergantung dari
kondisi interaksi lempeng di masing-
masing segment, dalam kurun waktu yang
sama, yakni dari tahun 1900 sampai 1981,