You are on page 1of 50

SEMINAR SEHARI

SOSIALISASI
UU-RI NO: 36 TAHUN 2008 TENTANG
PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UU NO: 7
TAHUN 1983 TENTANG PAJAK
PENGHASILAN

Oleh :
Agus Raitanto, SH., SE
UU-RI NO: 36 TAHUN 2008
 Diundangkan Tgl 23 September
2008 Pada Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 133
 Pada Pasal II Disebutkan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008
Tersebut Mulai Berlaku Pada Tgl 1
Januari 2009
BEBERAPA PERUBAHAN POKOK
ANTARA LAIN;
 Ayat (1). Penghasilan tidak kena pajak pertahun
diberikan paling sedikit sebesar ;
 Rp.15.840.000,- untuk diri Wajib Pajak Orang
Pribadi;
 Rp.1.320.000,- tambahan untuk Wajib Pajak
yang kawin;
 Rp. 15.840.000,- tambahan untuk seorang istri
yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami;
 Rp. 1.320.000,- tambahan untuk setiap
anggota keluarga sedarah dan keluarga dalam
garis keturunan lurus serta anak angkat, yang
menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak
tiga (3) orang untuk setiap keluarga.
BEBERAPA PERUBAHAN POKOK
ANTARA LAIN;

 Penjelasan atas Pasal 7 ayat (1)


antara lain menyebutkan yang
dimaksud anggota keluarga yang
menjadi Tanggungan Wajib Pajak
sepenuhnya , misalkan orang tua,
mertua, anak kandung atau anak
angkat dan mereka ini tidak
mempunyai penghasilan dan
seluruh biaya hidupnya ditanggung
oleh Wajib Pajak.
BEBERAPA PERUBAHAN POKOK
ANTARA LAIN;
 Ayat (2) penerapan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh keadaan
pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun
pajak.
 Misalkan, pada tgl 1 Januari 2009 Wajib Pajak “B”
berstatus menikah dengan tanggungan satu
orang anak kandung. Apabila anak yang kedua
lahir pada tgl 20 Pebruari 2009, besarnya PTKP
kepada Wajib Pajak “B” untuk tahun pajak 2009
tetap dihitung berdasarkan status kawin dengan 1
(satu) anak; yang ditulis untuk kepentingan Pajak
Penghasilan K/1
CONTOH PENGHITUNGAN PTKP
TAHUN PAJAK 2009:
 Warsidi, status belum menikah = TK/0; besarnya
PTKP ybs adalah untuk Diri Wajib Pajak Sendiri saja Rp
15.840.000,-
 Jayadi, status menikah dan mempunyai 2 anak
kandung = K/2; besarnya PTKP ybs adalah : untuk Diri
Wajib Pajak Rp 15.840.000,- ditambah status kawin
Rp 1.320.000,- serta ditambah 2 x Rp 1.320.000,-
untuk tanggungan 2 anak kandung, sehingga besarnya
PTKP total = Rp. 19.800.000,-
 Susi susanti, status menikah mempunyai 1 anak
kandung, suami bekerja sebagai PNS. Susi susanti
karyawati di PT.”Z”. Perhitungan PTKP untuk Susi
Susanti di mana ia bekerja adalah hanya Diri Wajib
Pajak sendiri yaitu sebesar Rp 15.840.000,-
 Sementara perhitungan PTKP pada suaminya adalah
sebesar Rp 18.840.000,- yang rinciannya adalah untuk
diri wajib pajak sendiri Rp 15.840.000,- ditambah
status kawin Rp 1.320.000,- serta ditambah 1 x Rp
1.320.000,- untuk tanggungan 1 anak kandung.
TENTANG PENGHITUNGAN
PENGHASILAN NETO ; PASAL 14
 Ayat (2). Wajib pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
yang peredaran brutonya dalam satu tahun pajak
kurang dari Rp 4.800.000.000,- boleh
menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan norma penghitungan penghasilan
neto, dengan syarat memberitahukan kepada
Dirjen Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama
dari tahun pajak yang bersangkutan.
 Tahun pajak 2008 ketentuan tentang peredaran
bruto dalam satu tahun pajak kurang dari
Rp 600.000.000,-
 Norma penghitungan penghasilan neto ditentukan
oleh Dirjen Pajak. Sampai saat ini masih mengacu
pada KEP-DJP No.536/PJ/2000.
Contoh :
 Tuan “B” mengelola usaha Rumah Makan
diwilayah Tangerang, selama tahun 2008 jumlah
peredaran usahanya Rp 535.000.000,- maka
Penghasilan Neto untuk tahun 2008 adalah =
20% x Rp 535.000.000,- = Rp 107.000.000,-
 Ternyata selama tahun 2009 peredaran usaha
meningkat menjadi Rp 680.000.000,- karena
masih dibawah Rp 4.800.000.000,- maka untuk
tahun pajak 2009 Wajib Pajak masih boleh
menghitung penghasilan neto usahanya
menggunakan norma, yang perhitungannya
adalah = 20% x Rp 680.000.000,- =
Rp 136.000.000,-
TENTANG TARIF PAJAK
PENGHASILAN ; PASAL 17
 Ayat (1) huruf A. Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri diterapkan tarif Pajak Atas
Penghasilan Kena Pajak Sbb;
 Sampai dengan Rp 50.000.000,-
Terkena 5%
 Rp 50.001.000,- s/d Rp 250.000.000,-
Terkena 15%
 Rp. 250.001.000,- s/d Rp
500.000.000,- Terkena 25%
 Rp.500.001.000 Keatas Terkena 30%
TENTANG TARIF PAJAK
PENGHASILAN ; PASAL 17
 Tahun pajak 2008, Pasal 17 Tarif Pajak
Penghasilan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi
dalam negeri adalah;
 Sampai dengan Rp 25.000.000,- Terkena 5 %;
 Rp 25.001.000,- s/d Rp 50.000.000,- Terkena
10%
 Rp 50.001.000,- s/d Rp 100.000.000,- Terkena
15%;
 Rp 100.001.000,- s/d Rp 200.000.000,- Terkena
25%;
 Rp 200.001.000,- keatas Terkena 35%.
TENTANG TARIF PAJAK
PENGHASILAN ; PASAL 17

 Jadi ditahun Pajak 2009 Lapisan Tarif


Progresif Pajak Penghasilan untuk Wajib
Pajak Orang Pribadi hanya 4 lapisan,
 Sementara ditahun Pajak 2008, 5 lapisan
Tarif.
 Tarif Tertinggi ditahun Pajak 2009 adalah
30%;
 Sementara Tarif Tertinggi Tahun 2008
adalah 35%.
CONTOH PERHITUNGAN PAJAK
PENGHASILAN WP ORANG PRIBADI:
 Wajib Pajak “A” menghitung penghasilan kena pajak
tahun 2009 adalah Rp 58.900.000,-. Maka Pajak
Penghasilan (PPh) terutang adalah :
 Rp 50.000.000,- x 5% = Rp 2.500.000,-
 Rp 8.900.000,- x 15% = Rp 1.335.000,-
 Jadi total PPh Terutang = RP.3.835.000,-

o Jika Tahun 2008 Wajib Pajak “A” menghitung


penghasilan kena pajak dengan jumlah yang sama,
maka perhitungan PPh terutangnya adalah :
 RP 25.000.000,- x 5 % = Rp 1.250.000,-
 Rp 25.000.000,- x 10% = Rp 2.500.000,-
 Rp 8.900.000,- x 15% = Rp 1.335.000,-
 Jadi Total PPh Terutang = RP 5.085.000,-
KESIMPULANNYA :
 Berdasarkan contoh diatas Wajib Pajak
Orang Pribadi dalam negeri untuk tahun
pajak 2009 membayar pajak penghasilan
yang lebih kecil dibandingkan tahun pajak
2008 atas jumlah penghasilan kena pajak
yang sama.
 Berdasarkan contoh ada selisih lebih kecil
bayar pajak penghasilan = Rp 5.085.000,-
- Rp 3.835.000,- = Rp 1.250.000,-
TENTANG PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN
SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA, ATAU
KEGIATAN DENGAN NAMA DAN BENTUK APAPUN YANG
DITERIMA OLEH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM
NEGERI; PASAL 21

 Ayat (5) Tarif Pemotongan atas


Penghasilan adalah Tarif Pasal 17 ayat
(1) huruf a.
 Ayat (5a) besarnya tarif sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) yang diterapkan
terhadap Wajib Pajak yang tidak
memiliki NPWP Lebih Tinggi 20 %
daripada tarif yang diterapkan terhadap
Wajib Pajak yang dapat menunjukkan
NPWP
CONTOH:
 Penghasilan kena pajak dari seorang Wajib Pajak
adalah Rp 75.000.000,-
 Pajak Penghasilan yang harus dipotong jika ia
memiliki NPWP adalah ;
 Rp 50.000.000,- x 5% = Rp 2.500.000,-
 Rp 25.000.000,- x 15% = Rp 3.750.000,-
 Total Potongan = Rp 6.250.000,-

 Jika Wajib Pajak tidak memiliki NPWP, Pajak


Penghasilan yang harus dipotong adalah;
 Rp50.000.000,- x 5% x 120% = Rp 3.000.000,-
 Rp. 25.000.000,- x 15% x 120% = Rp 4.500.000,-
 Total Potongan = Rp 7.500.000,-
KESIMPULANNYA :
 Berdasarkan satu contoh diatas terlihat
bahwa di tahun pajak 2009 seseorang
yang bekerja saat memperoleh
penghasilan akan dipotong pajak
penghasilan lebih besar jika tidak dapat
menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP).
 Pada contoh tersebut ada selisih sebesar
Rp 7.500.000,- - Rp 6.250.000,- =
Rp. 1.250.000,-
CONTOH LAIN:
 Ibu Dewi, sebagai distributor perusahaan multilevel
marketing, Pada bulan Februari 2009 memperoleh
penghasilan sebesar Rp 27.400.000,-
 Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Februari 2009 sebagai
berikut;
 Penghasilan Bruto Februari 2009 = Rp 27.400.000,-
 PTKP bulan Februari 2009 = Rp 1.320.000,-
 Penghasilan Kena Pajak = Rp 26.080.000,-
 PPh Pasal 21 adalah : Rp 26.080.000,- x 5 % = Rp
1.304.000,- jika memiliki NPWP.

 Jika tidak memiliki NPWP: Rp 26.080.000,- x 5% x


120% = Rp 1.564.800,-
 Ada selisih sebesar Rp 1.564.800,- - Rp 1.304.000,- = Rp
260.800,- identik dengan = 20% x Rp 1.304.000,- = Rp
260.800,-
CONTOH LAIN:
 Bapak Dadang Saptahadi, MBA, adalah
Penceramah pada suatu acara lokakarya sehari
yang diselenggarakan oleh suatu lembaga.
Honorarium yang dibayarkan sebesar Rp
4.500.000,-
 PPh Pasal 21 yang terutang adalah :
Rp 4.500.000,- x 5 % = Rp 225.000,- jika
memiliki NPWP.
 Jika tidak memiliki NPWP : Rp 4.500.000,- x
5% x 120% = Rp 270.000,-.
 Ada selisih sebesar Rp 270.000,- - Rp 225.000,-
= Rp 45.000,-
CONTOH LAIN:
 Bapak Agung Handoko, seorang petugas dinas luar
Asuransi yang bukan pegawai tetap dari PT. Asuransi
Semesta Raya. Dalam bulan Januari 2009 menerima komisi
sebesar Rp 14.800.000,- dan bulan Februari 2009 sebesar
Rp 52.600.000,-
 Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang bulan Januari
2009: Rp14.800.000,- x 5% = Rp 740.000,- jika
memiliki NPWP.
 Jika tidak memiliki NPWP : Rp 14.800.000,- x 5% x
120% = Rp 880.000,-

 Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang bulan Februari


2009 : Rp 50.000.000,- x 5 % = Rp 2.500.000,-
 Rp 2.600.000,- x 15% = Rp 390.000,-
 Total PPh Pasal 21 terutang = Rp 2.890.000,- jika
memiliki NPWP.
 Jika tidak memiliki NPWP, total PPh Pasal 21 terutang
= Rp 2.890.000,- x 120% = Rp 3.468.000,-
CONTOH LAIN:
 Bapak Kusuma Wardhana, SH, LLM adalah
seorang pengacara, pada bulan Januari 2009
menerima Fee sebesar Rp 64.000.000,- dari PT.
Bangun Contruction sebagai imbalan pemberian
jasa yang dilakukannya.
 Penghitungan PPh pasal 21, Rp. 64.000.000,- x
50% x 15 % = Rp 4.800.000,-jika memiliki
NPWP
 Jika tidak memiliki NPWP, penghitungan
PPh Pasal 21 hasilnya menjadi : Rp
64.000.000,- x 50% x 15% x 120% = Rp
5.760.000,-
TENTANG PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh
PASAL 21 TERHADAP PENGHASILAN PEGAWAI
TETAP.

 Bapak Mastom, bekerja pada PT. Kecubung Raya sudah


sejak tahun 2006. Pada bulan Januari 2009 memperoleh
Gaji sebulan Rp 2.100.000,- dan membayar Iuran Pensiun
sebesar Rp 75.000,-/bulan. Mastom status menikah belum
mempunyai anak .
 Penghitungan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut ;
 Gaji sebulan = Rp 2.100.000,-
 Pengurangan;
1. Biaya jabatan:
5% x Rp 2.100.000,- = Rp 105.000,-
2. Iuran pensiun = Rp 75.000,-
= Rp 180.000,-
 Penghasilan neto sebulan = Rp 1.920.000,-

 Penghasilan neto setahun Rp 1.920.000,- X 12 =


Rp 23.040.000,-
TENTANG PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh
PASAL 21 TERHADAP PENGHASILAN PEGAWAI
TETAP.

 PTKP ;
 Untuk diri WP = Rp 15.840.000,-
 Status kawin = Rp 1.320.000,-
= Rp 17.160.000,-
 Penghasilan Kena Pajak setahun = Rp 5.880.000,-
 PPh Pasal 21 terutang; Rp 5.880.000,- x 5% = Rp
294.000,-
 PPh Pasal 21 sebulan ; Rp 294.000,- : 12 = RP.
24.500,-
 Perhitungan PPh Pasal 21 /bulan sebesar Rp 24.500,-
jika WP memiliki NPWP.
 Jika tidak memiliki NPWP , maka potongan PPh
Pasal 21 /bulan menjadi Rp 24.500,- x 120% =
Rp 29.400,
 Atau = Rp 5.880.000,- x 5% x 120% = Rp 352.800,-
dibagi 12 = Rp 29.400,-
PERBANDINGAN DENGAN TAHUN PAJAK 2008,
ASUMSI PENGHASILAN PERBULAN SAMA.

 Penghitungan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut ;


 Gaji sebulan = Rp 2.100.000,-
 pengurangan;
1. Biaya Jabatan:
5% x rp. 2.100.000,- = Rp 105.000,-
2. Iuran Pensiun = Rp 75.000,-
= Rp 180.000,-
 Penghasilan Neto sebulan = Rp 1.920.000,-

 Penghasilan Neto setahun ; Rp 1.920.000,- x 12 = Rp 23.040.000,-

 PTKP ;
 Untuk diri WP = Rp 13.200.000,-
 Status Kawin = Rp 1.200.000,-
= Rp 14.400.000,-
 Penghasilan Kena Pajak setahun = Rp 8.640.000,-
 PPh Pasal 21 terutang; Rp 8.640.000,- x 5 % = Rp 432.000,-
 PPh pasal 21 sebulan ; Rp 432.000,- : 12 = Rp 36.000,-
KESIMPULANNYA :
 Dari contoh hitungan diatas terlihat bahwa amandemen
Undang-undang Pajak Penghasilan yang mulai berlaku
1 januari 2009 akan memberi manfaat yang cukup
besar kepada Wajib Pajak Orang Pribadi karena
pemotongan pajak oleh pemberi penghasilan akan
menurun karena faktor perubahan PTKP dan tarif, serta
faktor manfaat dari memliki NPWP.

 Demikian juga akan dirasakan manfaatnya oleh


pemberi penghasilan yang menerapkan metode
menanggung pajak karyawannya, sepanjang seluruh
pegawainya sudah memiliki NPWP. Karena jika tidak
maka beban tanggungan PPh pasal 21 atas penghasilan
karyawan akan bertambah sebesar 20% lebih tinggi
dibandingkan jika seluruh karyawan sudah ber NPWP.
CONTOH LAIN;
 Bapak Once Brewok, pegawai pada PT. Utama Karya, status
menikah mempunyai satu anak, istrinya bekerja sebagai
Pegawai Negeri Sipil di Departemen Agama.
 Bapak Once brewok memperoleh gaji sebulan Rp 5.200.000,-
PT. Utama Karya mengikuti program Jamsostek; premi
jaminan kecelakaan kerja sebesar 0,89% dan premi jaminan
kematian sebesar 0,30% dibayar oleh pemberi kerja.
PT.Utama Karya menanggung iuran Jaminan Hari Tua (JHT)
setiap bulan sebesar 3,7% dari gaji sedangkan Once Brewok
membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2% dari gaji
setiap bulan. Disamping itu PT.Utama Karya juga mengikuti
program pensiun untuk pegawainya.
 PT.Utama karya membayar iuran pensiun untuk Once Brewok
ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp 120.000,-
sedangkan Once Brewok membayar iuran pensiun sebesar Rp
80.000,-
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21
ADALAH SEBAGAI BERIKUT ;
 Gaji sebulan = Rp 5.200.000,-
 Premi jaminan Kec. Kerja (JKK) = Rp 46.280,-
 Premi jaminan Kematian (JK) = Rp 15.600,-

 Penghasilan Bruto = Rp 5.261.880,-


 Pengurangan;
 1. Biaya Jabatan : 5% x Rp 5.261.880,-= Rp 108.000,-
 2. Iuran Pensiun = Rp 80.000,-
 3. Iuran JHT = Rp. 104.000,-

= Rp 292.000,-

 Penghasilan Neto sebulan = Rp 4.969.880,-


 Penghasilan Neto setahun : Rp 4.969.880,- x 12
= Rp 59.638.560,-,-
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21
ADALAH SEBAGAI BERIKUT ;
PTKP ;
 Untuk diri WP = Rp 15.840.000,-
 Status kawin = Rp 1.320.000,-
 Tanggungan = Rp 1.320.000,-
= Rp 18.480.000,-

 Penghasilan Kena Pajak setahun = Rp. 41.158.560,-


 PPh Pasal 21 terutang ; Rp. 41.158.000,- x 5 % =
Rp 2.057.900,- (jika ber NPWP)
 PPh Pasal 21 sebulan ; Rp 2.057.900,- : 12 = Rp 171.491,-

 Jika tidak ber NPWP, PPh Pasal 21 terutang =


Rp 2.057.900,- x 120% = Rp 2.469.480,-
 Potongan PPh Pasal 21 sebulan menjadi = Rp 2.469.480,- : 12
= Rp 205.790,-
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21
ADALAH SEBAGAI BERIKUT ;
Jika dihitung Pajak Penghasilan tahun 2008 dengan asumsi
penghasilan neto setahun sama yaitu Rp 59.638.560,
Perhitungan PPh Pasal 21 tahun 2008 adalah:
 Penghasilan Neto setahun = Rp 59.638.560,-

PTKP :
 Untuk diri WP = Rp 13.200.000,-
 Status kawin = Rp 1.200.000,-
 Tanggungan = Rp 1.200.000,-
= Rp 15.600.000,-
 Penghasilan Kena Pajak setahun = Rp 44.038.560,-

 PPh Pasal 21 terutang ; Rp 25.000.000,- x 5%


= Rp 1.250.000,-
 Rp 19.038.000,- x 10% = Rp 1.903.800,-
 Total PPh 21 setahun = Rp 3.153.800,-.
KESIMPULAN
 jika dibandingkan perhitungan untuk tahun pajak 2009 dengan
perhitungan tahun 2008.
 Bapak Once Brewok mengalami penurunan pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 21 sebesar Rp 1.095.900,-;
(Rp 3.153.800,- - Rp 2.057.900,- = Rp 1.095.900,-)

 Hal ini disebabkan :


1. Adanya peningkatan di PTKP sehingga Penghasilan Kena Pajak
(PKP) sebagai dasar pengenaan pajak penghasilan menjadi lebih
kecil [tahun 2008 PKP-nya Rp 44.038.560,- sementara tahun
2009 PKP-nya Rp 41.158.560,- ].
2. Adanya penurunan tarif yang berlaku untuk Penghasilan Kena
Pajak dalam contoh ini [tahun 2008 terkena 2 lapisan tarif PPh
yaitu untuk 25 juta kena 5% dan sisanya kena 10%; sementara
tahun 2009 hanya terkena pada 1 lapisan tarif PPh yaitu 5 %
saja]
TENTANG PEMUNGUTAN PAJAK
PENGHASILAN PASAL 22
 Pasal 22 ayat (1) memberi kewenangan kepada
Menteri Keuangan untuk menetapkan
a) Pemungutan pajak sehubungan pembayaran yang
dilakukan oleh bendahara pemerintah atas
pembelian barang. Sebagaimana yang sudah
berlaku selama ini maka baik Orang Pribadi maupun
Badan yang menjadi rekanan pemerintah pada
tahun 2009 akan tetap dipotong PPh pasal 22 atas
pembayaran yang diterima dari bendahara
pemerintah.

 Hal perlu diperhatikan adalah munculnya satu


ayat baru pada pasal 22 ini yaitu ayat (3) yang
menyebutkan pemungutan pajak diterapkan
dengan tarif lebih tinggi 100% terhadap Wajib
Pajak yang tidak memiliki NPWP.
CONTOH :
 Tuan “G” melakukan penjualan barang kepada
Kantor Kecamatan “A” diwilayah Kabupaten Bogor.
harga pembelian barang oleh Kantor Kecamatan
“A” ini misalkan senilai Rp 60.000.000,-; maka
pada waktu dilakukan pembayaran oleh Bendahara
Kecamatan, terjadi pemungutan PPh pasal 22
sebesar = 1,5% x Rp 60.000.000,- =
Rp 900.000,- jika ber-NPWP.
 Jika Tuan “G” tidak dapat menunjukkan Kartu
NPWP, maka besarnya pemungutan PPh pasal 22
nya menjadi = Rp 900.000,- + (100% x Rp
900.000,-) = Rp 1.800.000,-
TENTANG PEMUNGUTAN PAJAK
PENGHASILAN PASAL 22

b) Menteri Keuangan menetapkan


badan-badan tertentu untuk
memungut pajak dari Wajib Pajak
yang melakukan kegiatan impor
atau kegiatan usaha dibidang
tertentu
CONTOH :
 Tuan “M” mengimpor barang dengan Nilai Impor
sebesar Rp 100.000.000,-. Pemungutan PPh pasal 22
(non api) = 7,5% x Rp 100.000.000,- = Rp
7.500.000,- jika ber-NPWP. Besarnya Pungutan PPh
pasal 22 impor ini akan menjadi Rp 15.000.000,- jika
Tuan “M” tidak dapat menunjukkan NPWP-nya.

 PT. ”K” Eksportir Ikan Kalengan (ikan kemasan),


membeli ikan dari pedagang pengumpul senilai
Rp 98.000.000,-. Pada peristiwa ini ada Pungutan PPh
pasal 22 yang harus dilakukan oleh PT. ”K” sebesar =
0,5% x Rp 98.000.000,- = Rp 490.000,-. Besarnya
Pungutan PPh pasal 22 tersebut akan menjadi
Rp 980.000,- jika si pedagang pengumpul sebagai
pihak yang dipungut tidak dapat menunjukkan kartu
NPWP-nya.
TENTANG PEMOTONGAN
PENGHASILAN YANG DIATUR PADA
PASAL 23
 Pada Tahun 2009 atas Bunga Simpanan yang
dibayar oleh Koperasi tidak dipotong PPh pasal
23, karena ketentuan pasal 23 ayat (1) huruf
b dihapus.
 Pada tahun 2008 atau sebelumnya atas bunga
simpanan yang dibayarkan oleh Koperasi
dipotong PPh pasal 23 sebesar 15% dan bersifat
final, dengan ketentuan bunga simpanan yang
jumlahnya diatas Rp 240.000,-/bulan. [KMK 522 /
1998 & SE.DJP 43/98].
 Ketentuan pada ayat (1) huruf a, tetap
dipertahankan; misalkan atas penghasilan berupa
Dividen, bunga, royalti dan hadiah, penghargaan,
bonus dan sejenisnya selain yang sudah dipotong
PPh pasal 21.
CONTOH :
 PT. Babendi Raya mengadakan sayembera merancang logo
perusahaan dengan hadiah Rp 50.800.000,- pemenangnya
Kantor Desain Nur Gelap and Partner, maka pemotongan PPh
pasal 23 nya adalah = 15% x Rp 50.800.000,- =
Rp 7.620.000,- jika Kantor Desain Nur Gelap and
Partner ber-NPWP. Besarnya Pungutan PPh pasal 23 akan
menjadi Rp 15.240.000,- jika Kantor Desain Nur Gelap
and Partner tidak ber-NPWP.

 PT. Kutu Buku, membayar royalti kepada Andre Kiroto ,atas


penerbitan buku tulisannya senilai Rp 60.000.000,-; pada
peristiwa ini PT. Kutu Buku harus melakukan pemotongan
PPh pasal 23 sebesar = 15% x Rp 60.000.000,- = Rp
9.000.000,- jika Andre Kiroto ber NPWP. Besarnya
Pungutan PPh pasal 23 akan menjadi Rp 18.000.000,- jika
Andre Kiroto tidak ber-NPWP

 Hal ini karena adanya tambahan ayat


(1a) pada Pasal 23
TENTANG PEMOTONGAN
PENGHASILAN YANG DIATUR PADA
PASAL 23
 Khusus untuk Dividen kita harus memperhatikan
ketentuan pada Pasal 17 ayat (2b) dan ayat (2c).
 Ketentuan pasal 23 ayat (1) huruf c. pada Undang-Undang
PPh sebelum diamandemen adalah : dipotong pajak
sebesar 15% dari perkiraan Penghasilan Neto atas ;
1. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta,
2. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen,
jasa konstruksi, jasa konsultan dan jasa lain selain yang telah
dipotong PPh pasal 21.
 Yang pelaksanaannya mengacu pada ketentuan peraturan
Dirjen Pajak Nomor: PER- 70/ PJ /2007.
 Pada Tahun 2009, ketentuan Pasal 23 ayat (1) huruf c.
menjadi : dipotong pajak sebesar 2% (dua persen) dari
jumlah bruto.
 Dan berdasarkan ketentuan pada ayat (2) ketentuan
lebih lanjut mengenai jenis jasa lain akan diatur
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
TENTANG PEMOTONGAN
PENGHASILAN YANG DIATUR PADA
PASAL 23
 Hal ini diharapkan akan memudahkan buat mereka yang
sudah ditunjuk sebagai Wajib Potong PPh pasal 23, karena
hanya ada satu tarif untuk pemotongan pajak atas
pembayaran sehubungan atas sewa / penggunaan harta
kecuali yang sudah terkena pasal 4 ayat (2) dan sehubungan
dengan konsumsi jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konstruksi, jasa konsultasi dan jasa lainnya.
 Karena jika melihat ketentuan untuk tahun 2008 dan
sebelumnya tarifnya bervariasi sekali ada yang terkena
1,5%; 2%; 3%; 4% dan 4,5%.

 Penting untuk memperhatikan ketentuan pada Pasal


23 ayat (1a) dalam hal Wajib Pajak yang menerima
penghasilan tidak ber-NPWP diterapkan Tarif
Pemotongan lebih tinggi 100%. Karena jika tidak, bisa
saja waktu terjadi proses pemeriksaan terhadap diri
Wajib Potong oleh Kantor Pajak kekurangan potong
PPh akan ditagihkan kepada diri Wajib Potong dengan
penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB).
TENTANG ANGSURAN MASA :
PASAL 25
 Terdapat perubahan pada ayat (8) yang untuk tahun
2009 menjadi : Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri
yang tidak memiliki NPWP dan telah berusia 21 tahun
yang bertolak keluar negeri wajib membayar pajak
yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
 Sekarang sedang disiapkan peraturannya, terdengar
kabar fiskal keberangkatan keluar negeri via udara
diusulkan naik dari ketentuan yang berlaku sekarang
Rp 1.000.0000,- menjadi Rp 3.000.000,- bahkan ada
yang usul naikkan 400%.
 Ada tambahan satu ayat yang membuat kita bertanya-
tanya, yaitu muncul ayat (8a) ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (8) berlaku sampai dengan
tanggal 31 Desember 2010
TENTANG PASAL 25
 Bagi Orang Pribadi dengan kriteria pengusaha
tertentu patut bersyukur karena adanya
perubahan pada pasal 25 ayat (7) yang mengatur
bahwa pengenaan tarif bagi Wajib Pajak
Orang Pribadi pengusaha tertentu tertinggi
0,75% .
 Artinya jika selama Tahun 2008 dan sebelumnya
melunasi PPh pasal 25 ayat (7) ditiap-tiap tempat
kegiatan usaha dilakukan adalah 2% dari
Peredaran Bruto, maka Tahun 2009 kemungkinan
tertinggi penyetoran PPh pasal 25 ayat (7) ditiap-
tiap tempat kegiatan usaha menjadi hanya 0,75%
dari peredaran bruto.
CONTOH:
Asen pengusaha, yang memiliki beberapa Toko Onderdil Motor
dibeberapa wilayah Kantor Pajak.

1. Toko yang diwilayah KPP Pratama Serpong pada bulan


Januari 2009 Total Peredaran Usahanya Rp 60.000.000,-
maka PPh pasal 25 ayat (7) yang harus disetor dan
dilaporkan diwilayah Serpong adalah =
0,75% x Rp 60.000.000,- = Rp 450.000,-
2. Toko yang diwilayah KPP Pratama Jakarta Senen pada bulan
Januari 2009 Total Peredaran Usahanya Rp 86.000.000,-
maka PPh pasal 25 ayat (7) yang harus disetor dan
dilaporkan diwilayah Jakarta Senen adalah
= 0,75% x Rp 86.000.000,- = Rp 645.000,-
3. Toko yang diwilayah KPP Pratama Bekasi Selatan pada bulan
Januari 2009 Total Peredaran Usahanya Rp 54.500.000,-
maka PPh pasal 25 ayat (7) yang harus disetor dan
dilaporkan diwilayah Bekasi Selatan adalah =
0,75% x Rp 54.500.000,- = Rp 408.750,-
PERHITUNGAN TAHUN 2008
1. Untuk Wilayah KPP Pratama Serpong =
2% x Rp 60.000.000,- = Rp
1.200.000,-
2. Untuk wilayah KPP Pratama Jakarta
Senen = 2% x Rp 86.000.000,- =
Rp 1.720.000,-
3. Untuk wilayah KPP Pratama Bekasi
Selatan = 2% x Rp 54.500.000,- =
Rp 1.090.000,-
TENTANG PELUNASAN PAJAK
TERUTANG UNTUK SUATU TAHUN
PAJAK; PASAL 29
 Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak
ternyata lebih besar dari Kredit Pajak, kekurangan
pembayaran pajak yang terutang harus dilunasi
sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT tahunan)
Pajak Penghasilan disampaikan atau dilaporkan
kekantor Pelayanan Pajak. Hal ini sejalan dengan
ketentuan pada pasal 9 ayat (2) UU-No.28 Tahun 2007
tentang Perubahan Ketiga atas UU-No. 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
 Ketentuan sebelum amandemen adalah
kekurangan pajak pada SPT Tahunan PPh harus
dilunasi selambat-lambatnya tanggal 25 (dua
puluh lima) bulan ketiga setelah tahun pajak
berakhir,sebelum SPT Tahunan disampaikan.
CONTOH :
 PT. ”HAHAHA” membuat SPT Tahunan PPh
Badan Tahun Pajak 2009, perhitungan kurang
bayar pajak terutang misalkan sebesar =
Rp 10.000.000,- Tahun Buku Wajib
Pajak = Tahun Kalender, maka pelunasan PPh
Pasal 29 sebesar Rp 10.000.000,- tersebut paling
lambat tanggal 30 April 2010.

 Tuan “Dede” membuat SPT Tahunan PPh Orang


Pribadi Tahun Pajak 2009 [tahun buku = tahun
kalender]. Perhitungan kurang bayar pajak
terutang misalkan sebesar = Rp 2.900.000,-,
maka pelunasan PPh Pasal 29 tersebut wajib
dilunasi paling lambat tanggal 31 Maret 2010.
TENTANG PELUNASAN PAJAK
TERUTANG UNTUK SUATU TAHUN
PAJAK; PASAL 29
 Catatan: Sesuai UU-No.28 Tahun 2007 tentang
Perubahan Ketiga atas UU-No. 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pasal 3
ayat (3) ada perbedaan batas waktu penyampaian SPT
Tahunan antara Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib
Pajak Badan.
 Pasal 3 Ayat (3) Undang-Undang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan
 Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
adalah:
1. A.untuk SPT Masa, paling lama 20 hari
setelah akhir masa pajak;
2. B.untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan WP
Orang Pribadi, paling lama 3 bulan setelah akhir tahun
pajak;
3. C.untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan WP
Badan, paling lama 4 bulan setelah akhir tahun
pajak.
TENTANG PELUNASAN PAJAK
TERUTANG UNTUK SUATU TAHUN
PAJAK; PASAL 29
 Jika wajib Pajak tidak memperhatikan ketentuan
diatas maka akan dikenakan SANKSI.

1. Jika pelunasan PPh Pasal 29 lewat batas waktunya


maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2% (dua persen) per-bulan yang
dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran
sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian
bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. [pasal 9 ayat
(2a) KUP].
2. Atas keterlambatan menyampaikan/melaporkan
SPT Tahunan dikenakan sanksi administrasi berupa
denda sebesar Rp 100.000,- untuk SPT Tahunan
PPh WP Orang Pribadi dan Rp 1.000.000,- untuk
SpT Tahunan PPh WP Badan. [pasal 7 ayat (1)
KUP].
TENTANG TARIF PAJAK
PENGHASILAN UNTUK WP BADAN

 Untuk Tahun Pajak 2009 Wajib


Pajak Badan diterapkan Tarif Pajak
atas Penghasilan Kena Pajak
Tunggal yaitu 28 %. [pasal 17
ayat (1) b].
 Untuk tahun pajak 2010 menjadi
25 % [pasal 17 ayat (2a)].
TENTANG FASILITAS PERPAJAKAN
 Untuk Tahun Pajak 2009 ada tambahan
ketentuan yang mengatur fasilitas perpajakan
bagi Wajib Pajak Badan, yaitu ketentuan pasal
31e;
 Ayat (1) Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan
peredaran bruto sampai dengan
Rp 50.000.000.000,- (limapuluh milyar
rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan
tarif sebesar 50% (limapuluh persen) dari
tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat
(1) huruf b.
 ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena
Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan
Rp.4.800.000.000,- (empat milyar delapan
ratus juta rupiah).
CONTOH :
 PT “BLABLA” dalam Tahun 2009 mencatat jumlah
Peredaran Bruto sebesar Rp 40.000.000.000,- (empat
puluh milyar rupiah), dengan Penghasilan Kena Pajak
sebesar Rp 4.000.000.000,- (empat milyar rupiah).
Perhitungan Pajak Penghasilan yang terutang pada tahun
pajak 2009 adalah :
1. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran
bruto yang memperoleh fasilitas = [Rp 4.800.000.000,-
: Rp 40.000.000.000,-] x Rp 4.000.000.000,- =
Rp 480.000.000,-
2. Jumlahpenghasilan kena pajak dari bagian Peredaran
Bruto yang tidak memperoleh fasilitas =
Rp 4.000.000.000,- - Rp 480.000.000,- =
Rp 3.520.000.000,-
3. Baru menghitung PPh Yang Terutang =
Rp 480.000.000,-x (28% x 50%)= Rp 67.200.000,-
Rp 3.520.000.000,- x 28% = Rp 985.600.000,-

Jumlah PPh Terutang = Rp 1.052.800.000,-


CONTOH :
 PT.”YAHYAHYAH” dalam Tahun Pajak 2009
mencatatkan jumlah Peredaran Bruto sebesar Rp
4.600.000.000,- (empat milyar enam ratus juta rupiah)
dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp
620.000.000,- (enam ratus duapuluh juta rupiah).
 Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang
untuk Tahun Pajak 2009 adalah : Rp
620.000.000,- x ( 28% x 50 % ) = Rp
86.800.000,-

 Dalam kasus ini karena Peredaran Bruto


PT. “YAHYAHYAH” tidak melebihi Rp
4.800.000.000,- (empat milyar delapan ratus juta
rupiah) sebagaimana disebut Pasal 31e, maka seluruh
Penghasilan Kena Pajaknya dikenai fasilitas.

You might also like