Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
1) Mempelajari tentang gejala-gejala yang menyertai klien dengan
infertilitas sekunder, dan berbagai faktor yang diduga mempunyai
kaitan dengan gejala-gejala tersebut.
b. Tujuan Khusus
1) Untuk melakukan pengkajian pada klien dengan infertilitas sekunder
1
2) Untuk menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan
infertilitas sekunder
3) Untuk melihat dan melaksanakan intervensi keperawatan pada klien
dengan infertilitas sekunder
4) Untuk melakukan evaluasi pada klien dengan infertilitas sekunder.
C. Manfaat Penulisan
a. Hasil penulisan ini diharapkan bisa menambah pengetahuan dan wawasan
bagi perkembangan ilmu keperawatan.
b. Hasil penulisan ini diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan dan
sebagai bahan masukan bagi sekolah atau instansi kesehatan.
c. Hasil penulisan ini diharapkan bisa menambah pengetahuan bagi
Masyarakat umum mengenai pentingnya dukungan keluarga terhadap
klien dengan infertilitas sekunder
d. Hasil penulisan ini diharapkan bisa menjadi referensi untuk penulisan
selanjutnya.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. ETIOLOGI
Riwayat yang teliti bisa membantu mengarahkan evaluasi, tetapi
penting memeriksa hitung sperma, ada tidaknya ovulasi, dan patensi dari
tuba fallopii sebelum memulai sembarang pengobatan.
1) Sebab-sebab infertilitas:
• Penyakit saluran telur 25-50%
• Anovulasi 20-40%
• Factor pria 40%
• Factor seviks 5 - 10%
• Uterus / endometrium 5 - 10%
(mis : defek fase luteal )
Tidak diketahui 10% Kombinasi
2) Factor-faktor penyebab kemandulan adalah :
• Factor wanita sekitar 60% sampai 75%.
• Factor vagina 3% - 5%
• Serviks 1% - 10%
• Uterus 4% - 5%
• Tuba fallopii 65% - 80%
• Ovarium 5% - 10%
• Peritoneum 5% - 10%
3) Factor suami sekitar 30% sampai 40%
Sebab-sebab infertilitas pada pria :
Infeksi
Prostatitis, epididimis, parotitis.
3
Kerusakan pada testis
Varikokel
Panas –suhu skrotum yang tinggi bisa menurunkan jumlah dan
mortiliyas sperma.
Obat-obatan
• Mariyuana
• Kemoterapi
• Tembakau
• Alcohol : bisa menurunkan testiteron, juga bisa
mengurangi libido.
Ejakulasi retrograde
Hipospadia
Radiasi
Kongnital
Kelainan kromosom
Pernah vasektomi
Anti body anti sperma
Difungsi seksual.
4
2) istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada
kesempatan pertama pasangan itu datang ke dokter
3) pasangan infertile yang berumur 36-40 tahun hanya dilakukan
pemeriksaan infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinan
ini.
4) Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertile yang
tidak satu pasangan anggotannya mengidap penyakit yang
membahayakan kesehatan istri dan anaknya.
5
3) rupa dan bau. Air mani yang baru di ejakulasi rupanya putih-
kelabu, seperti agar-agar.baunya langu seperti bau bunga akasia.
4) volum. Setelah abstinensi selama 3 hari, volum air mani berkisar
antara 2,0-5,0 ml.
5) PH air mani yang baru diejakulasi PH-nya berkisar antara 7,3-7,7,
yang bila dibiarkan lebih lama akn meningkat karena penguapan
CO2-nya.
6) kecepatan gerak sperma 0,8-1,2 detik.
7) persentase gerak sperma motil 60%
8) uji fruktosa posiif.
Uji ketidak cocokan imunologik, Uji kontak air mani dengan
lender serviks (sperm cervical mucus contact test – SCMC test)
yang dikembangkan oleh Kremer dan Jager memperyunjukan
adanya antibody lookal pada pria atau wanita.
2. Masalah vagina
Kemampuan menyampaikan air mani kedalam vagina sekitar
serviks perlu untuk fertilitas. Masalah vagina yang dapat menghambat
penyampaian ini adalah adanya sumbatan dan peradangan. Sumbatan
psikosen disebut Vaginismus atau Disparenia, sedangkan sumbatan
anatomic dapat karena bawaan atau perolehan. Vaginitis karena
Kandida albikans atau Trikomonas vaginalis hebat dapat merupakan
masalah, bukan karena anti spermisidalnya, melainkan arti
sengamanya.
3. Masalah serviks
Infertilitas Sekunder yang berhubungan dengan fakto serviks
dapat disebabkan oleh sumbatan kanalis servikalis, lender serviks yang
abnormal, mal posisi dari serviks, atau kombinasinya. Kelainan
anatomis serviks misalnya ; cacat bawaan (atresia), polip serviks,
stenosis akibat trauma, peradangan serviks, sinekia setelah konisasi,
dan insenimasi yang tidak adekuat.
6
4. Masalah uterus
Prostaglandin memegang peranan penting dalam transportasi
spermatozoa kedalam uterus dan melewati penyempitan pada batas
uterus dan tuba itu, uterus sangat sensitive terhadap prostaglandin pada
akhir fase proliferasi dan permulaan fase sekresi. Dengan demikian,
kurangnya prostaglandin dalam air mani dapat merupakan masalah
infertilitas.
Masalah lain yang dapat mengangu transportasi spermatozoa
melalui uterus adalah distorsi kavum uteri karena sinekia, mioma atau
polip; peradangan endrometrium, dan gangguan kontraksi utrus.
Kelainan-kelainan itu dapat menggangu dalam hal implantasi,
pertumbuhan intra uterin, dan nutrisi serta oksigenasi janin.
5. Masalah tuba
Frekuensi factor tuba dalam infertilitas sangat bergantung pada
populasi yang diselidiki. Peranan factor tuba yang masuk akal adalah
25-50%. Dengan deikian factor tuba dapat dikatakan paling sering
ditemukan dalam masalah infertilitas. Oleh karena itulah, penilain
potensi tuba dianggap sebagai salah satu pemeriksaan terpenting
dalam pengobatan infertilitas.
6. Masalah ovarium
Deteksi tepat ovulasi kini tidak seberap penting lagi setelah
diketahui sperma dapat hidup dalam lender serviks selama 8 hari.
Deteksi tepat ovulasi baru diperlukan kalau akan dilakukan inseminasi
buatan, menentukan saat senggama yang jarang dilakukan, atau karena
siklus hidnya sangat panjang. Bagi pasangan-pasngan infertile yang
bersenggama teratur , cukup dianjurkan bersenggama dua kali sehari
pada minggu dimana ovulasi diharapkan akan terjadi.dengan demikian
nasehat senggama yang terlalu ketat tidak dianjurkan lagi.
7. Masalah peritoneum
Laparoskopi diagnostic telah menjadi bagian integral terahkir
pengelolaan infertilitas untuk memeriksa masalah peritoneum.
7
Menurut Albano, indikasi untuk melakukan laparoskopi dignostik
adalah :
a) Apabila selama 1 tahun pengobatan belum juga terjadi kehamilan
b) Kalau siklus haid tidak teratur, ataun suhu basal badan monofasik;
c) Apabila istri pasangan infertile berumur 20 tahun lebih,atau
mengalami infertilitas selama 30 tahu lebih.
d) Kalau terdapat riwayat laparotomi
e) Kalau pernah dilkukan histerosalpingografi dengan media kontras larut
minyak.
f) Kalu terdapat riwayat apendititis
g) Kalau pasturbasi beulang-ulang abnormal;
h) Klau di diagnosa endrometriosis;
i) Kalau nakan dilkukan inseminasi buatan.
Kalau hasil pemeriksaan laparoskopi sangat meragukan, dapat dilakukan
pemeriksaan histeroskopi.
4. PROGNOSIS INFERTILITAS
8
terjadi penurunan yang tetap setelah umur 30 tahun.pada infertilitas sekunder juga
terjadi penurunan, akan tetapi tidak securam seperti infertilitas primer.
Jones & Pourmand berkesimp[ulan sama, bahwa pasangan yang telah
dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 3 tahun kurang, dapat
mengharapkan kehamilan sebesar 50%; yang lebih dari5 tahun, menurun menjadi
30%.
Turner et at. Menyatakan pula bahwa lamanya infertilitas sangat
mempengaruhi prognosis terjadinya kehamilan.
5. PENANGANAN INFERTILITAS
Penanganan terhadap infertilitas diarahkan kepada penyebab. Saluran telur
yang tidak paten biasanya disebabkan oleh penyakit radang panggul
(PRP). Tiap episode PRP meningkatkan risiko infertitlitas. Dengan PRP
episode pertama terdapt 10-15% risiko kemandulan ; dengan episode
kedua risiko meningkat menjadi 25%, dan setelah episode ketiga resiko
meningkat lagi menjadi 50%. Melepaskan adhesi-adhesi (lisis) saluran
telur dan rekonstruksinya dengan laparotomi atau laparoskopi bisa
mengembalikan patensi tuba. Namun, patensi tuba tidak menjamin
kebersihan menjadi hamil.
Anovulsi atau oligo-ovulasi adalah penyebab infertilitas yang
paling umum. Keberhailan pengobatan anovulasi bergantung kepada
penyebabnya. Adalah penting untuk menyingkirkan latar belakang
gangguan-gangguan endokrin sebelum terapi. Wanita yang kegemukan
seringkali mempunyai penyakit ovarium polikistik disertai anovulasi.
Pasien-pasien ini mempunyai kadar LH yang tetap tinggi dengan kadar
androgen yang tinggi, yang menyebabkan anovulasi. pengobatan dengan
sitras klommifen diindikasikan sebagai langkah pertama wanita yang
terlalu kurus (anoreksia nervosa, penari balet, penari, dsb)seringkali akan
mengalami anovulasi, tetapi mekanisme yang menyerti anovulasi pada
mereka berbeda dengan mekanisme pada pasien-pasien gemuk.
Terapi terhadap anovulasi haruslah pertama-tama mencari dan
mengoreksi sembarang latar belakang kelainan endokrin. Bila kelainan
endokrin tidak ada, selanjutnya diindikasikan untuk melakukan induksi
9
ovulasi. Klomifen dimulai pada hari kelima dari siklus dan diberikan
selama 5 hari.
Human menoupousal gonadotropin (hMG) disediakan dalam
bentuk ampul yang mengandung 75 atau 150 IU untuk masing-masing
LH dan FSH (pergonal) dan urofolitropin disediakan dalam bentuk ampul
yang mengandung 75 IU FSH manusia yang di murnikan (metrodin)
10
6. PENATALAKSANAN INFERTILITAS
11
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
a) Pengkajian
f. Riwayat obstetric
g. Pemeriksaan fisik
12
• Apakah dari perkawinan tersebut mempunyai anak
• Kalau punya berapa umur anak terkecil
• Apakah pernah menderita penyakit yang mungkin dapat
menurunkan kesuburan seperti penyakit hubungan seks atau pernah
mengalami oprasi.
2. Anamnesa khusus :
a. Anamnesa khusus istri :
• Berapa umur saat menarche
• Apakah haid teratur
• Berapa lama terjadi pendaraha.
o Apakah terdapat gumpalan darah
o Apakah disertai rasa nyeri saat menstruasi
o Apakah keputihan
• Apakah terdapat kontak berdarah.
• Riwayat alat reprodruksi.
o Apakah pernah mengalami oprasi alat genetelia
o Apakah pernah memakai KB-IUCD
o Apakah pernah keguguran.
o Apakah pernah infeksi genetelia.
b. Anamnesa suami :
• Bagaimana tingkat ereksi
• Apakah pernah mengalami penyakit hubungan seksual
• Apakah pernah menderita penyakit mump (parotitus epidemika) waktu
kecil
• Infertilitas primer yaitu suatu pasangan yang sudah menikah selama 1
tahun dan bersenggama namun belum menghasilkan keturunan.
b) Diagnosa Keperawatan
13
Aktual atau potensial dan kemungkinan dan membutuhkan tindakan keperawatan
untuk memecahkan masalah tersebut. Adapun diagnosa keperawatan yang
muncul pada pasien infertilitas adalah sebagai berikut :
c) Perencanaan
d) Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan
yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan
sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan
ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan
14
efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan
psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi
intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien.
e) Evaluasi
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
a. PENGKAJIAN
I. Identitas Diri Pasien
Nama : Ny. D.K
Umur : 25 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Woloan, Kec. Tomohon Utara.
Status perkawinan : Nikah
Agama : Kristen Protestan Pentakosta
Suku /Bangsa : Minahasa / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tgl. MRS/Tgl operasi : 12 Oktober Jam : 07.00 wita
Tgl. Pengkajian : 12 Oktober 2010. Jam : 10.00 wita
Sumber informasi : Pasien
16
II. Status Kesehatan saat ini
a. Keluhan Utama
Saat dikaji klien mengeluh nyeri perut.
b. Riwayat keluhan utama
Keluhan dirasakan pada daerah perut, karena haid tidak teratur, selama 4 hari
sejak tanggal 12 Oktober 2010.
c. Riwayat keluhan MRS.
Klien MRS dengan keluhan nyeri pada bagian perut, karena haid yang tidak
teratur, pusing, kepala terasa melayang dan nyeri seperti ditusuk-tusuk secara
hilang timbul. Pada tanggal 12 Oktober 2010 Jam 07.00 Wita klien dibawa
ke RSU Bethesda Via UGD dan dipindahkan ke Paviliun Maria Jam 12.00
Wita.
b. Pola Nutrisi
o Sebelum Sakit
BB : 49 kg TB : 157 cm
Jenis makanan : 4 sehat 5 sempurna
Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
Makanan yang disukai : Lalapan.
Makanan pantangan : Tidak ada
Nafsu makan : Baik
o Perubahan setelah sakit
Intake cairan : ± 2500 ml
17
Output cairan : ± 1500 ml
Porsi makan : 2 x/hari, masih rasa mual
Nafsu makan : Tidak ada
c. Poal Eliminasi
o Sebelum Sakit
BAB : Frekuensi : 1-2 x/hari Konsistensi : Lembek
waktu : pagi penggunaan pencahar : Tidak ada
BAK : Frekuensi : 4-5 x/Hari
Warna : Kuning
Bau : Ammonia
o Perubahan setelah sakit
BAB : Saat dikaji klien mengatakan belum BAB
BAK : Melalui kateter.
18
c. Menjadi peserta KB
V. Riwayat Keluarga
Genogram :
: Laki-laki
: Perempuan
* : meninggal
: tinggal bersama
/serumah
Komentar :
Dikeluarga klien tidak ada yang menderita penyakit ini, hanya klien yang
menderita penyakit ini. Mengenai penyakit turunan seperti : hipertensi, DM,
disangkal oleh keluarga. Penyakit menular seperti : TBC, dan infeksi daerah
kewanitaan disangkal oleh keluarga.
b. Hubungan/komunikasi
19
Bicara relevan, jelas dan mampu mengekspresikan, menggunakan adat
istiadat lebih dominant suku tombulu.
Pola komunikasi langsung, pola keuangan memadai, biaya hidup ditanggung
oleh suami, kesulitan dalam keluarga tidak ada.
c. Pertahanan/mekanisme koping
Pengambilan keputusan adalah suami dan dibantu oleh klien sebagai istri,
mampu memecahkan masalah, selau mencari jalan keluar dalam setiap
permasalahan yang dihadapi.
e. Tingkat perkembangan
Usia : tahun karakteristik : dalam tahap perkembangan dewasa muda.
20
Cancha : tidak kemerahan, tidak ada pembengkakan,
Tidak ada pengeluaran lendir.
Mulut dan kerongkongan : Tidak ada peradangan,
kesulitan menelan : Tidak ada.
e. Dada dan paru-paru
Suara nafas : Bronchoveskuler batuk : tidak ada
Ronchi/wheezing : Tidak ada sputum : tidak ada
Pola nafas : Thorax
Mamae : Agak Simetris
21
Akral : Hangat
o Terpasang IVFD Sol Ringle Laktat : 20 gtt/mnt
o Lokasi : Tangan kanan
X. Klasifikasi data
a. Data subjektif
1. klien mengatakan nyeri daerah perut.
2. klien mengatakan cemas dengan keadaan penyakitnya.
3. klien mengatakan tidak ada nafsu makan.
b. Data objektif
1. Nyeri tekan pada daerah abdomen
2. Wajah Meringis
3. Cemas dengan keadaan penyakit
4. Tanda-tanda vital
TD : 110/90 mmHg R : 24 x/menit
N : 84 x/menit SB : 36,6 0C.
XI. Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
22
1. DS : klien mengatakan nyeri Nyeri perut Nyeri Akut
daerah perut. ↓
DO : Merangsang reseptor nyeri
- wajah tampak meringis mengeluarkan zat kimia
- TD : 110/90 mmHg ↓
- N : 84 x/mnt Dikirim dalam bentuk impuls
- R : 24 x/mnt elektrokimia ke dorsal karena pola
spiral cord
↓
Diantar ke thalamus sebagian pusat
rasa
↓
Dialirkan ke cortex serebri
↓
Persepsi nyeri
↓
Nyeri akut
23
DX HARI/TGL IMPLEMENTASI EVALUASI
I Selasa, 13 Tanggal 13 Oktober 2010 Jam :
Oktober 08.30 wita
2010 1. Mengatur posisi pasien
dengan cara posisi kepala S : Pasien mengatakan nyeri
lebih tinggi dari badan pada daerah perut
24
penekanan dan pergerakan N : 84 x/mnt
berlebih pada perut . R : 20 x/mnt
3. Mengkaji TTV
hasil : A : Masalah belum teratasi
TD : 110/90 mmHg
N : 24 x/mnt P : Lanjutkan intervensi,
R : 84 x/mnt
4. Mengkaji ketidaknyamanan
yang berasal dari perut
Hasil : klien merasakan
nyeri hanya di daerah perut
5. Menganjurkan teknik
relaksasi, menarik nafas
dalam
Hasil : klien mampu
mempraktekkan dan merasa
sedikit nyaman.
25
setiap merasa nyeri
A : Masalah teratasi
P :-
3. Menganjurkan keluarga P : -
untuk memberikan support
atau dukungan pada pasien.
4. Memberikan dorongan
26
spiritual terhadap pasien
27
• Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, menangis, waspada,
iritabel, nafas panjang, mengeluh)
• Perubahan dalam nafsu makan.
Indikasi :
140201 Kontrol instensitas cemas
140202 Eliminasi tanda cemas
140206 Menggunakan strategi koping efektif
140207 Menggunakan teknik relaksasi untuK
Menekan Kecemasan
Batasan karakteristik :
a) Perilaku
a. Penurunan produktivitas
b. Gelisah
c. Insomnia
d. Resah
b) Afektif
a. Kesedihan yang mendalam
b. Takut
c. Gugup
d. Mudah tersinggung
e. Nyeri hebat
f. Ketakutan
g. Distres
h. Khawatir
i. Cemas
c) Fisiologi
a. Goyah
b. Peningkatan respirasi (simpatis)
c. Peningkatan keringat
d. Wajah tegang
e. Anoreksia (simpatis)
f. Kelelahan (parasimpatis)
g. Gugup (simpatis)
h. Mual (parasimapatis)
i. Pusing (parasimpatis)
29
d) Kognitif
a. Bingung
b. Kerusakan perhatian
c. Ketakutan terhadap hal yang tidak jelas
d. Sulit berkonsentrasi
Indikasi :
140201 Kontrol instensitas cemas
140202 Eliminasi tanda cemas
140206 Menggunakan strategi koping efektif
140207 Menggunakan teknik relaksasi untuk menekan kecemasan
30
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Di bidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurang
mampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah
ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan. Jadi, pasangan suami istri
dikategorikan mengalami infertilitas bila tidak juga mengalami pembuahan,
sekalipun sudah melakukan hubungan seksual secara teratur - tanpa kontrasepsi
- dalam periode setahun. Sedangkan kemandulan atau sterilitas adalah perempuan
yang rahimnya telah diangkat atau laki-laki yang telah dikebiri
(dikastrasi).infertilitas terbagi menjadi infertilitas primer dab inrfertilitas
sekunder. Infertilitas primer adalah bila pasangan tersebut belum pernah
mengalami kehamilan sama sekali, sedangkan infertilitas sekunder adalah bila
pasangan tersebut sudah memiliki anak, kemudian memakai kontrasepsi namun
setelah di lepas selama satu tahun belum juga hamil.
B. SARAN
31
infertilitas, apalagi kalau kejadiannya sebelum pasangan memperoleh anak-anak
yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
32
Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan
Ilmu Kandungan, Editor ketua Prof. Hanifa Wiknjosatro, dr , DSOG. Editor Prof.
Abdul Bari saifudin, dr, DSOG, MPH & Trijatmo Rachimhadhi, dr, dsog,edisi
Kapita selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid Pertama. Editor Arief Mansjoer,
Kuspuji Trianti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setio Wulan.
33