You are on page 1of 3

ANALISIS KDRT

ABSTRAK
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan fenomena sosial yang sering terjadi di
semua lapisan masyarakat, baik kelas ekonomi tinggi maupun rendah. Kekerasan dalam Rumah
Tangga terjadi karena adanya ketidaksetaraan gender dan ketidaksetaraan kekuasaan yang
diyakini dalam masyarakat. Ketidaksetaraan gender dan ketidaksetaraan kekuasaan
menimbulkan ketidakharmonisan dalam Rumah Tangga sehingga perlu dilakukan perubahan
mendasar dan berkelanjutan.
Dalam kesempatan ini penulis mengemukakan tiga permasalahan mengenai Analisis Yuridis
Kekerasan dalam Rumah Tangga dan gender ditinjau dalam masyarakat suku Madura. Yang
penulis angkat adalah: (1) Bagaimana bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga? (2) Apa
penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga? (3) Bagaimana penanganan kekerasan
dalam Rumah Tangga?
Dalam penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh secara langsung dari lapangan melalui metode diskusi, interview dan
observasi.Sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelaahan buku-buku literatur secara
teoritis, literatur, artikel internet, dan lain-lainnya. Metode yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif. Pendekatan studi kasus. Analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif
kualitatif. Dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian
berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya. Agar penulis dapat memberikan
gambaran dan kesimpulan mengenai analisis yuridis kekerasan dalam rumah tangga dan gender
ditinjau dalam masyarakat suku Madura.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang
dialami oleh responden dalam penelitian ini adalah kekerasan fisik; contohnya memukul,
menampar, menjambak, meninju. Kekerasan psikis, contohnya menghina, mengancam,
mengisolasi; kekerasan seksual contohnya melakukan hubungan dengan cara yang tidak wajar;
kekerasan ekonomi, contohnya tidak memberi nafkah kepada istrinya. Akar masalah terjadinya
kekerasan dalam Rumah tangga disebabkan oleh faktor individu, faktor sosial ekonomi, faktor
sosial Budaya, dan faktor religi. Upaya penanganan kekerasan dalam rumah tangga dilakukan
dengan jalur litigasi (menggunakan jalur hukum) dan jalur non-litigasi (musyawarah dan
mufakat) namun tetap melibatkan pihak ketiga sebagai mediatornya.

ABSTRACT
Household violence was a social phenomena happened in each level of society, whether in
higher economic class or lower economic class. Household violence happened because of gender
and power imbalance which was believed by the society. Gender and power imbalance caused
inharmony in household so that there needed a basic and continuous change.
In this research, the writer describe three statements of problems about juridical analysis violence
in household and gender in Madura society. The writer discussed: (1) what the violence forms in
household violence? (2) What cause household violence? (3) How the handling of household
violence?
In this research, the writer used two data source: primary and secondary data. Primary data
consisted of three respondents who were the victim of violence and one person as informer, the
chief of village. Secondary data found through books, literature in theoretic way. Literature,
internet article, etc. Method used was qualitative descriptive with case study approach. Data
collection technique used interview and observation, then the data analyzed by descriptive
qualitative analysis. By describe the research subject or object according to the facts in order to
give description and conclusion about juridical analysis violence in household and gender in
Madura society.
From the research there found various violence in household happened to respondents. In this
research was physical violence like hit, slap, hair-pulling. The psychic violence like insulting,
isolation, sexual violence like unusual sex, economic violence like ignore his wife in economic.
The root was individual factor, social-economic factor, social-culture and religion factor. The
handling was done by non-litigation (discussion) which often involved third parties as mediator

Deskripsi Alternatif :

ABSTRAK
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan fenomena sosial yang sering terjadi di
semua lapisan masyarakat, baik kelas ekonomi tinggi maupun rendah. Kekerasan dalam Rumah
Tangga terjadi karena adanya ketidaksetaraan gender dan ketidaksetaraan kekuasaan yang
diyakini dalam masyarakat. Ketidaksetaraan gender dan ketidaksetaraan kekuasaan
menimbulkan ketidakharmonisan dalam Rumah Tangga sehingga perlu dilakukan perubahan
mendasar dan berkelanjutan.
Dalam kesempatan ini penulis mengemukakan tiga permasalahan mengenai Analisis Yuridis
Kekerasan dalam Rumah Tangga dan gender ditinjau dalam masyarakat suku Madura. Yang
penulis angkat adalah: (1) Bagaimana bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga? (2) Apa
penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga? (3) Bagaimana penanganan kekerasan
dalam Rumah Tangga?
Dalam penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh secara langsung dari lapangan melalui metode diskusi, interview dan
observasi.Sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelaahan buku-buku literatur secara
teoritis, literatur, artikel internet, dan lain-lainnya. Metode yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif. Pendekatan studi kasus. Analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif
kualitatif. Dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian
berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya. Agar penulis dapat
memberikan gambaran dan kesimpulan mengenai analisis yuridis kekerasan dalam rumah
tangga dan gender ditinjau dalam masyarakat suku Madura.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang
dialami oleh responden dalam penelitian ini adalah kekerasan fisik; contohnya memukul,
menampar, menjambak, meninju. Kekerasan psikis, contohnya menghina, mengancam,
mengisolasi; kekerasan seksual contohnya melakukan hubungan dengan cara yang tidak wajar;
kekerasan ekonomi, contohnya tidak memberi nafkah kepada istrinya. Akar masalah terjadinya
kekerasan dalam Rumah tangga disebabkan oleh faktor individu, faktor sosial ekonomi, faktor
sosial Budaya, dan faktor religi. Upaya penanganan kekerasan dalam rumah tangga dilakukan
dengan jalur litigasi (menggunakan jalur hukum) dan jalur non-litigasi (musyawarah dan
mufakat) namun tetap melibatkan pihak ketiga sebagai mediatornya.
ABSTRACT
Household violence was a social phenomena happened in each level of society, whether in
higher economic class or lower economic class. Household violence happened because of
gender and power imbalance which was believed by the society. Gender and power imbalance
caused inharmony in household so that there needed a basic and continuous change.
In this research, the writer describe three statements of problems about juridical analysis
violence in household and gender in Madura society. The writer discussed: (1) what the violence
forms in household violence? (2) What cause household violence? (3) How the handling of
household violence?
In this research, the writer used two data source: primary and secondary data. Primary data
consisted of three respondents who were the victim of violence and one person as informer, the
chief of village. Secondary data found through books, literature in theoretic way. Literature,
internet article, etc. Method used was qualitative descriptive with case study approach. Data
collection technique used interview and observation, then the data analyzed by descriptive
qualitative analysis. By describe the research subject or object according to the facts in order to
give description and conclusion about juridical analysis violence in household and gender in
Madura society.
From the research there found various violence in household happened to respondents. In this
research was physical violence like hit, slap, hair-pulling. The psychic violence like insulting,
isolation, sexual violence like unusual sex, economic violence like ignore his wife in economic.
The root was individual factor, social-economic factor, social-culture and religion factor. The
handling was done by non-litigation (discussion) which often involved third parties as mediator

You might also like