You are on page 1of 9

Prinsip Kaidah Agama

Seperti yang kita ketahui,semua agama pasti memiliki prinsip kaidah agama,
tetapi tidak semua agama memiliki persamaan prinsip yang sama, ada beberapa agama
yang memiliki perbedaan prinsip yang cukup mencolok.
Belakang ini banyak sekali orang-orang yang tidak bisa mengenali agama yang
diyakininya, sehingga tidak bisa mengenali prinsip kaidah agama yang diyakininya.
Hal tesebut diharapkan tidak terjadi secara terus menerus, karena suatu agama
itu bagaikan rumah yang dapat melindungi kita dari gangguan-gangguan yang berasal
dari luar diri kita.Begitu juga dengan prinsip kaidah agama itulah yang dapat
menjadikan kita menjadi lebih baik lagi dan melindungi kita dari gangguan-gangguan
yang dapat menggoyahkan keimanan(keprcayaan) kita.
Prinsip kaidah agama tersebut berisi tentang falsafah dan ajaran-ajaran agama
dan juga fungsi serta cara menjalani hidup berdasarkan agama.
Makalah ini diharapkan dapat menjadi pelajaran dan ilmu agama yang bisa
memperkuat keimanan kita terhadap agama yang diyakini.

1. Falsafah Agama
2. Fungsi Agama bagi Kehidupan

Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan
manusia, antara lain adalah :

 Karena agama merupakan sumber moral


 Karena agama merupakan petunjuk kebenaran
 Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
 Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka,
maupun di kala duka.

Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta tidak
mengetahui apa-apa sebagaimana firman Allah dalam Q. S. al-Nahl (16) : 78

Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia
menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka
yang mensyukurinya.

Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam
godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar dirinya. Godaan dan rayuan
daridalam diri manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu

 Godaan dan rayuan yang berysaha menarik manusia ke dalam lingkungan kebaikan,
yang menurut istilah Al-Gazali dalam bukunya ihya ulumuddin disebut dengan
malak Al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada
hidayah ataukebaikan.

 Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada kejahatan,yang


menurut istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah, yakni kekuatan-kekuatan
yang berusaha menarik manusia kepada kejahatan

Disinilah letak fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia
kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran.

 Fungsi Agama Kepada Manusia

Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh
fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup.
Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang
dihuraikan di bawah:

- Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.

Agama dikatankan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia sentiasanya


memberi penerangan mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan), dan juga kedudukan
manusia di dalam dunia. Penerangan bagi pekara ini sebenarnya sukar dicapai melalui
inderia manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam
menerangkan kepada umatnya bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWTdan setiap manusia
harus menaati Allah SWT

-Menjawab pelbagai soalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.

Sesetangah soalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan soalan yang tidak
terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya soalan kehidupan selepas mati, matlamat 
menarik dan untuk menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk
menjawab soalan-soalan ini.

- Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia.

Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah kerana
sistem agama menimbulkan keseragaman bukan sahaja kepercayaan yang sama, malah
tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.

– Memainkan fungsi kawanan sosial.

Kebanyakan agama di dunia adalah menyaran kepada kebaikan. Dalam ajaran agama
sendiri sebenarnya telah menggariskan kod etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya.
Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi kawanan sosial

 Fungsi Sosial Agama

Secara sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang bersifat
positif atau pengaruh yang menyatukan (integrative factor) dan pengaruh yang bersifat
negatif atau pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah-belah (desintegrative factor).

Pembahasan tentang fungsi agama disini akan dibatasi pada dua hal yaitu agama sebagai
faktor integratif dan sekaligus disintegratif bagi masyarakat.

 Fungsi Integratif Agama


Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran agama dalam
menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat
maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Hal
ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung
bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya
konsensus dalam masyarakat.

 Fungsi Disintegratif Agama.

Meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat, dan
memelihara eksistensi suatu masyarakat, pada saat yang sama agama juga dapat
memainkan peranan sebagai kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan
menghancurkan eksistensi suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu
kuatnya agama dalam mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali
mengabaikan bahkan menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain.

Tujuan Agama

Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwa nya ber-budipekerti dengan adab yang
sempurna baik dengan tuhan-nya maupun lingkungan masyarakat.semua agama sudah
sangat sempurna dikarnakan dapat menuntun umat-nya bersikap dengan baik dan benar
serta dibenarkan. keburukan cara ber-sikap dan penyampaian si pemeluk agama
dikarnakan ketidakpahaman tujuan daripada agama-nya. memburukan serta
membandingkan agama satu dengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk
agama

Beberapa tujuan agama yaitu :

 Menegakan kepercayaan manusia hanya kepada Allah,Tuhan Yang Maha Esa


(tahuit).
 Mengatur kehidupan manusia di dunia,agar kehidupan teratur dengan  baik,
sehingga dapat mencapai kesejahterahan hidup, lahir dan batin, dunia dan akhirat.
 Menjunjung tinggi dan melaksanakan peribadatan hanya kepada Allah.
 Menyempurnakan akhlak manusia.

3. Prinsip-prinsip Kehidupan Agama

Berikut ini tak sediain link tentang 10 prinsip hidup dalam islam
1. Islam adalah satu-satunya sistem hidup yang dibebankan pada seluruh ummat
manusia, di barat atau di timur, di utara atau di selatan, berkulit kuning, merah,
putih atau hitam. Allah swt telah mengumumkan bahwa Dia tidak akan
menerima sistem hidup (ad-Dien) selain Islam dengan firman-Nya:
Sesungguhnya dien (sistem hidup) yang diridhai di sisi Allah ialah Islam. (Qs.Ali
Imran:19)
Barangsiapa yang mencari dien (sistem hidup) selain Islam, maka sekali-kali
tidak akan diterima (dien itu) darinya. (Qs.Ali Imran:85)
Yang dimaksud dengan Islam adalah risalah yang diturunkan Allah swt melalui
Nabi Muhammad saw. Risalah ini merupakan penutup seluruh risalah Allah swt,
dan demikian risalah atau agama yang diturunkan Allah sebelumnya melalui
para Nabi-Nya yang terdahulu tidak berlaku lagi. Karena itu seluruh manusia
diwajibkan untuk memeluk Islam sampai Hari Kiamat. Barangsiapa yang tidak
mengimani Islam, sedangkan seruan Islam telah sampai kepadanya, maka ia
dianggap sebagai ahli neraka.
Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak mendengar seseorang
tentangku dari ummat ini, apakah ia Yahudi atau Nasrani, kemudian ia tidak
beriman dengan apa yang diutus kepadaku melainkan ia akan tergolong dari ahli
neraka. (HR.Muslim)

2. Islam adalah satu-satunya jawaban yang benar dan bersih terhadap semua
persoalan manusia. Ia mencakup seluruh aspek kehidupan manusia yang
meliputi keyakinan, ibadat, syari'at dan syi'ar-syi'ar. Islam merupakan neraca
dan satu-satunya tolok ukur untuk semua sisi kehidupan manusia. Dari Islamlah
terefleksinya petunjuk yang benar dan lurus serta selamat dalam segala hal.
Dan Kami turunkan kepadamu (Muhammad) Kitab (al-Qur'an) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri. (Qs.an-Nahl:89)
Al-Qur'an menerangkan segala persoalan, apakah melalui nash-nashnya atau
melalui kesimpulan-kesimpulan yang tepat tentang nash-nash tersebut
berdasarkan hadits, qiyas, ijma' ulama, istihsan, istishab, istislah, 'urf, hukum-
hukum yang diakui oleh akal, syara' atau hukum adat menurut batas-batas yang
dibenarkan oleh nash tersebut.

3. Bila seseorang masuk Islam, berarti ia telah menyerah secara mutlak kepada
Allah swt dalam semua persoalan yang mencakup semua aspek kehidupan,
termasuk yang berhubungan dengan jiwa, akal, hati, ruh, perasaan, emosi,
perbuatan, pemikiran, kepercayaan dan peribadatan. Termasuk dalam hal
konstitusi dan undang-undang kehakiman. Di samping itu Islam berarti
penolakan total terhadap seluruh bentuk penyekutuan dengan selain Allah. Allah
swt berfirman:
....Barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak
akan putus.... (Qs.al-Baqarah:256)

4. Dalam Islam pemikiran eksperimental merupakan salah satu fenomena proses


pembentukan pribadi Muslim atau karakteristik Islam. Oleh karena itu segala
sesuatu yang telah dicapai oleh akal yang sehat dan melalui proses percobaan
adalah sesuatu yang dapat diterima dari sudut pandangan Islam dan diberi
jaminan kepercayaan terhadap kesahannya. Rasulullah pernah bersabda:
Hikmah (ilmu pengetahuan) itu merupakan hak orang Mu'min. Maka di mana
saja ia jumpai, ia lebih berhak terhadapnya.Namun jika pemikiran-pemikiran
eksperimental itu sudah tidak murni lagi, telah diwarnai oleh sistem hidup yang
tidak Islami, maka kita berkewajiban untuk membersihkannya terlebih dahulu,
dan mewarnainya dengan nilai-nilai Islam yang bersih, sebelum kita
menggunakannya.

5. Islam adalah satu sistem yang sempurna dan lengkap, karena ia mencakup
seluruh sistem politik, sosial, ekonomi dan moral. Oleh karena itu mengabaikan
atau melupakan sebagian dari sistem Islam berarti menghalangi perjalanan
seluruh sistem itu sendiri. Begitu juga menegakkan politik yang tidak
berdasarkan pada pilar-pilar Islam merupakan satu kendala dan sekaligus
tantangan terhadap Islam.

6. Seluruh kaum Muslimin dibebani kewajiban menegakkan kalimatullah agar


Islam menjadi satu-satunya Dien yang tegak di bumi ini. Allah berfirman:
Dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah dan kalimatullah
itulah yang tinggi. (Qs.at-Taubah:40)
Barangsiapa yang berperang untuk menjadikan kalimatullah yang tertinggi
sekali, maka ia berjuang di jalan Allah. (al-Hadits)

7. Kaum Muslimin dalam satu negara, bahkan di seluruh dunia harus merupakan
satu sekutu, satu blok dan satu jama'ah. Sekutu ini adalah sekutu iman dan
politik. Apa pun bentuknya yang memisahkan dan mengesampingkan hal ini
adalah satu kekufuran dan kesesatan yang amat besar. Sekutu dan blok tersebut
harus mempunyai imam tersendiri.
Kepemimpinan dan persatuan bagi ummat Islam sangat penting sekali. Para
sahabat Rasulullah saw telah mendahulukan pemilihan khalifah ketimbang
mengubur jenazah Rasulullah saw.
8. Dalam kondisi kekuasaan politik Islam dan kaum Muslimin di seluruh penjuru
dunia sedang mengalami kehancuran dan kelumpuhan seperti sekarang, maka
merupakan kewajiban bagi setiap Muslim untuk cepat-cepat melantik seorang
imam yang akan memimpin perjuangan, atau untuk mempersiapkan diri
menghadapi peperangan, atau melakukan persiapan yang matang untuk memilih
seorang yang akan memimpin mereka. Hal ini merupakan salah satu masalah
yang sangat mendesak untuk segera dilaksanakan.
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan
persiapan itu) kamu menggentarkan musuh-musuh Allah, musuhmu dan orang-
orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya. (Qs.al-Anfaal:60)

9. Menyertai dan bergabung dengan jama'ah Islam dan imamnya adalah suatu
kewajiban besar di dalam Islam. Kewajiban ini secara langsung tidak
memberikan peluang untuk mengelakkan diri dari keterlibatannya dengan
jama'ah dan imamnya, kecuali dalam kondisi dimana orang-orang Islam tidak
mempunyai jama'ah dan imamnya. Maka dalam keadaan seperti itu, seorang
Muslim harus memisahkan diri dari perkumpulan sesat dan tetap berpegang
kepada yang haq.

10. Ummat Islam, sebenarnya merupakan satu jama'ah atau satu partai, dan maju
mundurnya jama'ah ini tergantung pada pencapaian ilmu, karakteristik, dan
komitmen ummat terhadap Islam. Oleh karena itu segenap kaum Muslimin harus
terikat pada rencana atau program yang telah disusun. Dan rencana atau
program yang disusun secara spontanitas pun harus tunduk kepada kaidah-
kaidah yang ketat, dan tidak boleh membelakangi ke arah tercapainya tujuan.
Karakteristik ummat Islam dan jama'ahnya adalah sesuai dengan ayat 36-43
surat asy-Syura. Karakteristik ummat Islam ialah beriman, bertawakkal,
menjauhkan diri dari dosa-dosa kecil maupun besar dan perbuatan keji,
mengontrol diri dari marah, menyambut seruan Allah dalam semua hal,
mendirikan shalat, berinfaq di jalan Allah dan berlaku adil sesama manusia.
Sedangkan ciri-ciri khusus dari jama'ah Islamiah ialah adanya syura dan selalu
menentang kezaliman.

4. Sumber Ajaran Agama


Sumber ajaran islam dirumuskan dengan jelas oleh Rasulullah SAW, yakni
terdiri dari tiga sumber, yaitu kitabullah (Alquran), as- sunnah (hadist), dan ra’yu
atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk berijtihad. Ketiga sumber
ajaran ini merupakan satu rangkaian kesatuan dengan urutan yang tidak boleh
dibalik. Sumber-sumber ajaran islam ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
sumber ajaran islam yang primer (Alquran dan hadist) dan sumber ajaran islam
sekunder (ijtihad). Pembahasan mengenai karakteristik masing-masing sumber
ajaran islam tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sumber-Sumber Ajaran Islam Primer
a. Alqur’an
Secara etimologi Alquran berasal dari kata qara’a, yaqra’u,
qiraa’atan, atau qur’anan yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan
menghimpun (al-dlammu). Sedangkan secara terminologi (syariat), Alquran
adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para
Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, diawali dengan surat al-
Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas. Dan menurut para ulama klasik,
Alquran adalah Kalamulllah yang diturunkan pada rasulullah dengan bahasa
arab, merupakan mukjizat dan diriwayatkan secara mutawatir serta
membacanya adalah ibadah
Pokok-pokok kandungan dalam Alquran antara lain:
1) Tauhid, yaitu kepercayaan ke-esaann Allah SWT dan semua kepercayaan
yang berhubungan dengan-Nya
2) Ibadah, yaitu semua bentuk perbuatan sebagai manifestasi dari
kepercayaan ajaran tauhid
3) Janji dan ancaman, yaitu janji pahala bagi orang yang percaya dan mau
mengamalkan isi Alquran dan ancaman siksa bagi orang yang
mengingkari
4) Kisah umat terdahulu, seperti para Nabi dan Rasul dalam menyiaran
syariat Allah SWT maupun kisah orang-orang saleh ataupun kisah orang
yang mengingkari kebenaran Alquran agar dapat dijadikan pembelajaran.
b. As-sunah
Sunnah menurut syar’i adalah segala sesuatu yang berasal dari Rasulullah
SAW baik perbuatan, perkataan, dan penetapan pengakuan. Sunnah
berfungsi sebagai penjelas ayat-ayat Alquran yang kurang jelas atau sebagai
penentu hukum yang tidak terdapat dalam Alquran.
Sunnah dibagi menjadi empat macam, yaitu:
1) Sunnah qauliyah, yaitu semua perkataan Rasulullah
2) Sunnah fi’liyah, yaitu semua perbuatan Rasulullah
3) sunnah taqririyah, yaitu penetapan dan pengakuan Rasulullah terhadap
pernyataan ataupun perbuatan orang lain
4) Sunnah hammiyah, yaitu sesuatu yang telah direncanakan akan
dikerjakan tapi tidak sampai dikerjakan
2. Sumber-Sumber Ajaran Islam Sekunder
a. Ijtihad
Ijtihad berasal dari kata ijtihada yang berarti mencurahkan tenaga dan
pikiran atau bekerja semaksimal mungkin. Sedangkan ijtihad sendiri berarti
mencurahkan segala kemampuan berfikir untuk mengeluarkan hukum syar’i
dari dalil-dalil syara, yaitu Alquran dan hadist. Hasil dari ijtihad merupakan
sumber hukum ketiga setelah Alquran dan hadist. Ijtihad dapat dilakukan
apabila ada suatu masalah yang hukumnya tidak terdapat di dalam Alquran
maupun hadist, maka dapat dilakukan ijtihad dengan menggunakan akal
pikiran dengan tetap mengacu pada Alquran dan hadist.
Macam-macam ijtidah yang dikenal dalam syariat islam, yaitu
1) Ijma’, yaitu menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau sependapat.
Sedangkan menurut istilah adalah kebulatan pendapat ahli ijtihad umat
Nabi Muhammad SAW sesudah beliau wafat pada suatu masa, tentang
hukum suatu perkara dengan cara musyawarah. Hasil dari Ijma’ adalah
fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang
berwenang untuk diikuti seluruh umat.
2) Qiyas, yaitu berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan
menyamakannya. Dengan kata lain Qiyas dapat diartikan pula sebagai
suatu upaya untuk membandingkan suatu perkara dengan perkara lain
yang mempunyai pokok masalah atau sebab akibat yang sama. Contohnya
adalah pada surat Al isra ayat 23 dikatakan bahwa perkataan ‘ah’, ‘cis’,
atau ‘hus’ kepada orang tua tidak diperbolehkan karena dianggap
meremehkan .

You might also like