You are on page 1of 17

Gambar di atas menunjukkan sebagian wilayah di Bab yang akan dipelajari:

permukaan bumi yang baru saja menerima cahaya 1. Hukum Gravitasi Newton
matahari. Bumi berotasi pada porosnya sambi 2. Berat
3. Energi Potensial Gravitasi
berevolusi mengelilingi matahari. Matahari, bumi dan 4. Gerak Satelit
5. Hukum Kepler dan Gerak Planet
planet serta benda langit lainnya membentuk sistem
tata surya. Planet-planet berevolusi dalam orbitnya
masing-masing secara teratur. Tidak pernah terjadi Tujuan Pembelajaran:
saling serobot lintasan orbit antara planet satu dengan
1. Menghitung gaya gravtasi yang bekerja pada
planet lainnya. Jagat raya begitu teratur dan tersusun dua benda
2. Menghubungkan berat benda dengan
dengan sangat rapi. persamaan umum gaya gravitasi
3. Menggunakan dan menginterpretasi energi
Seorang ilmuwan jenius abad 16, Sir Isaac Newton, potensial gravitasi
4. Menganalisa hubungan kecpeatan, periode
berhasil merumuskan suatu konsep yang dapat orbit, dan energi mekanik satelit dalam orbit
digunakan sebagai salah satu cara untuk memahami lingkaran
5. Menjelaskan dan menggunakan hukum yang
keteraturan jagat raya melalui hukum gravitasinya menjelaskan gerak planet.
yang sangat terkenal. Pada bab ini kita akan
mempelajari mengenai gravitasi. Pemahaman
mengenai jagat raya telah menginspirasi para ilmuwan
untuk membuat wahana yang digunakan untuk
melakukan penjelajahan ruang angkasa.

Rosari Saleh dan Sutarto


Rosari Saleh dan Sutarto
Bab 12 Gravitasi | 181

Gravitasi merupakan salah satu gaya fundamental di antara ketiga


gaya lainnys antara lain gaya elektromagnetik, gaya nuklir kuat dan
gaya nuklir lemah. Dari keempat gaya tersebut, gravitasi merupakan
gaya yang paling lemah. Dalam konteks analisis partikel-partikel
elementer peran gravitasi diabaikan Karena memberikan kontribusi
yang sangat keci. Namun demikian, untuk benda-benda yang
berukuran sangat besar seperti planet dan benda luar angkasa lainnya
gravitasi justru memegang peranan yang dominan. Gravitasi pada
dasarnya dapat kita pahami sebagai interaksi antara benda-benda yang
memiliki massa. Semakin besar massa suatu benda maka semakin
besar gaya gravitasi yang dihasilkannya. Oleh karena itulah, kajian
terhadap benda-benda angkasa banyak melibatkan konsep gravitasi
untuk memahami bagaimana interaksi yang terjadi antar benda-benda
tersebut. Seperti yang telah kita pelajari pada Bab 4 Tentang Hukum
Newton, secara umum gaya merupakan sesuatu yang mengatur
pergerakan benda-benda. Demikian juga dengan gaya gravitasi.
Gravitasi adalah gaya yang bertanggung jawab terhadap kestabilan
konfigurasi tata surya, formasi bintang dan benda ekstra terestial
lainnya.

12 – 1 Hukum Kepler

Pengamatan terhadap benda-benda langit sudah dimulai bahkan sejak


jaman yang sangat lampau. Dengan mata telanjang, kita juga dapat
melakukan pengamatan terhadap benda-benda langit tersebut. Di
malam hari yang cerah dan terang benderang, kita dapat melihat
dengan jelas bentuk bulan, bintang-bintang dan planet mars walaupun
hanya terlihat seperti setitik cahaya kemerahan kecil yang menempel
di langit malam. Pengamatan demi pengamatan yang dilakukan oleh
nenek moyang kita membawa pada satu kesimpulan mengenai konsep
tata surya. Pada zaman dahulu, sudah tercetus ide bahwa terdapat
sesuatu yang mengitari bumi, yaitu matahari, bulan dan bintang-
bintang. Ide ini merupakan sebuah terobosan yang revolusioner,
walaupun dikemudian hari ide tersebut ternyata salah. Ide tersebut
menyebutkan bahwa bumi merupakan pusat alam semesta, yang
dalam istilah ilmiahnya disebut dengan geosentris. Teori semacam itu,
toeri yang salah tadi, dicetuskan oleh Claudius Ptolemy sekitar abad
ke-2 Masehi. Ptolemy memperkenalkan konsep pergerakan planet
yang berevolusi terhadap suatu sumbu tertentu di samping berevolusi
terhadap bumi. Pendapat ini digunakan untuk menjelaskan
perpindahan planet yang tidak konsisten jika hanya mengambarkan
planet dalam kerangka evolusi tunggal terhadap bumi.

Pada tahun 1543 muncullah sebuah ide segar dan revolusioner yang
dicetuskan oleh Nicolaus Copernicus. Ia berpendapat bahwa yang
menjadi pusat pergerakan benda-benda langit bukanlah bumi
melainkan matahari, yang diistilahkan sebagai heliosentris. Hampir
Rosari Saleh dan Sutarto 
182 | Bab 12 Gravitasi

selama 1 abad pendapat Copernicus ditentang habis-habisan karena


tidak sesuai dogma gereja pada saat itu yang mengapologikan konsep Perihelion Aphelion
Ptolemy dengan ajaran gereja. Ide Copernicus kemudian ditindak
Mayor
lanjuti oleh Tyco Brahe. Permasalahan pada konsep Copernicus
adalah bahwa mekanisme pergerakan planet dalam mengelilingi Bumi Bumi
matahari masih mengadopsi model Ptolemy. Dengan perkembangan
teknologi pada saat itu Tyco dapat melakukan pengamatan terhadap
Minor
pergerakan planet-planet yang cukup akurat.

Tyco Brahe meninggal dunia pada tahun 1601 dengan meninggalkan


data-data hasil pengamatan yang belum selesai diolah. Seorang
Gambar 12.1 Orbit ellips planet
asistennya yang bernama Johannes Kepler melanjutkan mengkaji data
bumi. Titik aphelion adalah titik
hasil pengamatan yang diperoleh Tyco Brahe. Kepler membutuhkan dimana jarak bumi berada pada
waktu selama kurang lebih 20 tahun, waktu yang sama untuk jarak yang paling jauh dengan
menyelesaikan pembuatan tembok besar China, untuk meneliti data- matahari. Sebaliknya, titik
data tersebut, menganalisis keteraturan matematik dan pada akhir perihelion adalah titik dimana bumi
penelitiannya Kepler menyimpulkan bahwa: berada pada jarak paling dekat
dengan matahari.
- Planet-planet tidak bergerak dalam orbit yang benar-benar
berupa lingkaran melainkan dalam bentuk elips dengan matahari
sebagai pusatnya.

Pernyataan tersebut dikenal dengan hukum I Kepler. Gambar 12.1,


menunjukkan sebuah model orbit planet berbentuk ellips. Ellips
memiliki dua sumbu yang menunjukkan sumbu terpanjang dan
terpendek yang masing-masing disebut dengan sumbu mayor dan
minor. Titik dimana bumi berada pada jarak terdekat dengan matahari
disebut dengan titik perihelion sedangkan titik dimana bumi berada
pada jarak yang paling jauh dari matahari disebut titik aphelion.
Karena lintasan planet yang berbentuk ellips maka jarak antara planet
relatif dengan matahari setiap saat selalu berubah-ubah. Kesimpulan
kedua yang diperoleh Kepler adalah:

- Dalam jeda waktu revolusi yang sama, planet akan menempuh


luasan daerah yang sama.

Perhatikan Gambar 12.2, planet mula-mula berada pada titik (1)


kemudian bergerak ke titik (2). Dengan menarik garis yang
menghubungkan titik (1) dan (2) terhadap titik pusat matahari maka 3 Luasan 2
lintasan yang ditempuh planet dan membentuk luasan (1). Planet 2
membutuhkan waktu selama ∆t. Planet kemudian bergerak ke titik (3) Luasan 1
dan (4). Titik (3), (4) dan titik pusat matahari membentuk lintasan (2). 1
4
Luasan (1) dan (2) sama besar dan waktu yang dibutuhkan planet
untuk menyapu luasan tersebut juga sama yaitu ∆t. Itulah yang
dimaksud dengan pernyataan Kepler yang kedua. Pernyataan tersebut
dikenal dengan hukum Kepler II. Gambar 12.2 Pada selang waktu yang
sama planet menempuh luas
Kesimpulan berikutnya yang juga tidak kalah penting tertera dalam permukaan yang sama besar.
pernyataan berikut ini:

Rosari Saleh dan Sutarto 
Bab 12 Gravitasi | 183

- Jika T menyatakan waktu revolusi terhadap matahari, R


menyatakan jari-jari orbit maka:

T2
=C (12–1)
R3

Dimana C adalah sebuah konstanta yang nilainya sama untuk semua


planet. Ketiga pernyataan tersebut dikenal dengan hukum Kepler.

Persamaan (12–1) menunjukkan bahwa untuk setiap planet yang


mengorbit matahari, kuadrat periode revolusi dibanding jari-jari
lintasan orbitnya pangkat tiga adalah konstan. Pernyataan ketiga ini
sedikit ambigu jika dibandingkan dengan pernyataan pertama yang
mengatakan bahwa planet menempuh lintasan orbitnya dalam bentuk
lintasan ellips. Persamaan (12–1) secara implisit menunjukkan bahwa
jari-jari lintasan planet (R), selalu konstan dan dengan demikian
bentuk orbit planet haruslah lingkaran. Sebenarnya persamaan (12–1)
merupakan pendekatan terhadap bentuk lintasan yang dilalui planet.
Berdasarkan data astronomi diketahui bahwa nilai perbandingan C
adalah sebesar 2,97 x 10 –19 s2 / m3.

Berikut ini adalah beberapa data periode orbit dan jari-jari lintasan
planet dalam tata surya:

Tabel 12.1 Data astronomi beberapa planet dalam tata surya

Planet Periode Jari-jari orbit T2/R3

Merkurius 7,6 x 106 5,79 x 1010 2,97 x 10-19

Venus 1,94 x 106 1,08 x 1011 2,99 x 10-19

Bumi 3,156 x 106 1,496 x 1011 2,97 x 10-19

Mars 5,94 x 106 2,28 x 1011 2,98 x 10-19

Jupiter 3,74 x 106 7,78 x 1011 2,97 x 10-19

Saturnus 9,35 x 106 1,43 x 1012 2,99 x 10-19

Uranus 2,64 x 106 2,87 x 1012 2,95 x 10-19

Neptunus 5,22 x 106 4, 50 x 1012 2,99 x 10-19

Pluto 7,82 x 106 5, 19 x 1012 2,96 x 10-19

Sumber: Serway, et.al. University College, 7th Edition.

Rosari Saleh dan Sutarto 
184 | Bab 12 Gravitasi

Dari Tabel 12.1 terlihat bahwa nilai perbandingan T2/R3 mendekati


konstan dan bekisar pada nilai 2,97 x 10-19 s2 / m3. Jadi, walaupun
pada dasarnya bentuk orbital planet adalah ellips namun bentuk orbital
tersebut hampir mendekati lingkaran.

Hukum Kepler ternyata bukan sekedar menjelaskan bagaimana


pergerakan planet-planet dalam orbitnya yang berbentuk ellips.
Temuan Kepler ternyata menstimulasi Newton untuk berpikit bahwa
karena planet-planet tidak bergerak dalam lintasan yang lurus maka
haruslah terdapat gaya netto yang bekerja pada planet tersebut. Gaya
tersebut haruslah mengarah ke titik pusat lintasan yang ditempuh
planet. Newton mengemukakan bahwa pergerakan planet dapat
dijelaskan dengan apa yang disebut sebagai hukum kuadrat terbalik
yaitu jika titik pusat lintasan adalah O dan massa benda yang dikenai
gaya adalah m dan berada pada posisi r relative terhadap titik pusat O
k
maka gaya yang bekerja pada benda sebanding dengan 2 . Lebih
r
lanjut, Newton juga menunjukkan bahwa gaya tersebut berlaku untuk
semua sistem yang menempuh lintasan lingkaran maupun ellips. Hasil
temuan Newton ini tidak saja menjelaskan hukum pertama dan kedua
Kepler melainkan juga hukum yang ketiga. Begini ceritanya, misalkan
jari-jari orbit planet adalah R maka besar gaya yang bekerja pada
k
planet tersebut adalah 2 . Karena planet bergerak dalam lintasan
R
yang melingkar maka terdapat percepatan ke arah pusat lintasan.
v2
Percepatan ini menghasilkan gaya sentripetal yang besarnya m
.
R
Karena planet berada dalam keadaan stasioner maka Newton
memperoleh persamaan berikut ini:

k v2 2 4π 2 R 2
= m → v =
R2 R T2
k m 4π 2 R 2
=
R2 R T 2
⎛ 4π 2 m ⎞ 3
T 2 = ⎜⎜ ⎟R

⎝ k ⎠ (12–2)

Dimana T menyatakan periode gerak melingkar atau sama dengan


waktu revolusi yang dibutuhkan planet untuk mengitari matahari.
Suku persamaan dalam tanda kurung adalah konstan dengan m
menyatakan massa planet dan k adalah suatu konstanta yang belum
diketahui nilainya tetapi merupakan suatu variable yang sebanding
dengan m.

Rosari Saleh dan Sutarto 
Bab 12 Gravitasi | 185

12 – 2 Hukum Gravitasi Newton

Sebelumnya kita telah mendefinisikan k sebagai suatu konstanta yang


mencirikan gaya yang bekerja pada dua benda, konsep yang
terakomodasi pada hukum III Newton yaitu aksi – reaksi. Gaya
dihasilkan oleh interaksi antara dua benda bermassa. Dengan
demikian konstanta k selain mengandung variable m juga harus
mengandung variable massa benda lainnya, massa benda yag
berinteraksi dengan m. Konstanta k dapat kita nyatakan dalam
persamaan k = GmM dimana m menyatakan massa benda, M
menyatakan massa benda yang lain sedangkan G adalah sebuah
konstanta baru yang dikenal dengan konstanta gravitasi. Jika kita
kaitkan dengan persamaan (12–2) maka menjadi jelas bahwa
konstanta G ini haruslah memiliki dimensi gaya dibagi massa,
Nm2/kg. Pada tahun 1686 Newton merangkum variable-variabel
tersebut menjadi sebuah rumus yang dikenal dengan hukum gravitasi
universal Newton:

⎛ GmM ⎞^
F = −⎜ 2 ⎟r (12–3)
⎝ r ⎠

Dimana F menyatakan besar gaya gravitasi (N), G menyatakan


konstanta universal gravitasi (N/kg), m dan M masing menyatakan
massa benda yang saling berinteraksi yang dipisahkan pada jarak r.
Dengan mensubstitusikan nilai konstanta k = GmM pada persamaan
(12–2) kita peroleh formulasi hukum Kepler III:

⎛ 4π 2 ⎞ 3
T 2 = ⎜⎜ ⎟R
⎟ (12–4)
⎝ GM ⎠

Pada kasus sistem tata surya kita, M adalah massa matahari. Jika kita
kaitkan dengan hukum hukum Kepler III maka kita peroleh nilai
⎛ 4π 2 ⎞
konstanta C = ⎜⎜ ⎟ . Untuk kasus sistem tata surya maka pernyataan

⎝ GM ⎠
ke III dari hukum Kepler adalah terbukti benar bernilai konstan untuk
semua planet.

Pada saat itu, nilai konstanta G belum diketahui hingga pada


tahun1789 seorang ilmuwan Inggris bernama Henry Cavendish
melakukan percobaan untuk mengukur nilai konstanta G tersebut.
Cavendsih mendapatkan nilai G = 6,673 x 10-11 Nm2/kg dengan
presentasi kesalahan sebesar 0,06%.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sulit untuk mengetahi efek gravitasi


dari dua benda bermassa. Misalnya dua buah benda bermassa masing-
masing 10 kg yang terpisah pada jarak 0,1 m hanya menghasilkan
gaya gravitasi sebesar 7 x 10-7 N. Efek gravitasi benda-benda di
sekitar kita sangat kecil dibanding dengan efek gravitasi yang

Rosari Saleh dan Sutarto 
186 | Bab 12 Gravitasi

ditimbulkan oleh bumi. Kita dapat membayangkan eksperimen yang


dilakukan oleh Cavendish merupakan jenis eksperimen yang rumit
karena gaya yang harus diukur sangat lemah.Konstanta gravitasi G
merupakan salah satu jenis konstanta fundamental yang masuk dalam
kategori akurat.

Pada Bab 4 kita telah mempelajari dua macam massa benda yaitu
massa gravitasi dan massa inersia. Sifat benda yang mempengaruhi
besar kecilnya gravitasi yang dikerjakan terhadap benda lain disebut
dengan massa gravitasi. Massa inersia didefinisikan sebagai ukuran
resistensi benda terhadap percepatan yang dikerjakan pada benda
tersebut. Massa gravitasi dengan demikian didefinisikan sebagai
massa yang dapat dihitung dari persaman (12–3) yaitu:

GMm gravitasi
F= (12–5)
R2

Pada daerah di dekat permukaan bumi maka benda yang jatuh bebas
akan mengalami percepatan sebesar a yang dapat kita tentukan dari
hukum II Newton yaitu:

F
a=
minersia
(12–6)
⎛ GM ⎞ m gravitasi
=⎜ 2 ⎟
⎝ R ⎠ minersia

Berdasarkan hasil eksperimen, perbandingan antara massa gravitasi


dan inersia adalah 1, dengan kata lain massa gravitasi sama dengan
massa inersia atau mgravitasi = minersia. Dengan demikian, suku dalam
kurung pada persamaan di atas dapat kita identifikasi sebagai
percepatan yang ditimbulkan oleh benda bermassa M. Karena sistem
tersebut dianalisis dalam konteks interaksi gravitasi maka percepatan
tersebut kemudian dikenal dengan percepatan gravitasi,

GM
ag = → ag ≡ g
R2

dimana jika M adalah massa bumi maka percepatan gravitasi g adalah


percepatan gravitasi bumi. Sebenarnya setiap benda bermassa
memiliki percepatan gravitasinya masing-masing. Namun karena
konstanta gravitasi sangat kecil sehingga untuk benda-benda di sekitar
kita efek gravitasi yang ditimbulkan sangat kecil sekali. Setiap benda
Gambar 12.3 Medan gravitasi yang
bermassa yang berada di permukaan bumi akan selalu merasakan
dihasilkan oleh bola pejal. Pada pusat
percepatan gravitasi bumi. Hal ini sama dengan bumi selalu menarik bola, medan gravitasi adalah nol.
benda-benda yang ada di dalam jangkauan medan gravitasinya. Jika Medan gravitasi maksimum pada
massa benda adalah m maka gaya yang dihasilkan dari interaksi permukaan bola dan semakin kecil
tersebut adalah F = mg. Besar gaya ini yang sehari-hari kita sebut dengan bertambahnya jarak.
dengan berat, F = w = mg.

Rosari Saleh dan Sutarto 
Bab 12 Gravitasi | 187

Medan gravitasi pada benda dengan massa yang konsentris

Setiap benda bermassa menghasilkan gaya tarik atau gaya gravitasi


yang sebanding dengan massa benda tersebut. Perhatikan Gambar
12.3, pada bumi dan planet-planet lainnya memiliki bentuk yang
hampir bulat seperti bola. Kita dapat memodelkan planet-planet
tersebut sebagai massa yang terdistribusi dalam bentuk bola pejal.
Percepatan gravitasi g yang dihasilkan setiap planet tidak lain lain
adalah medan gravitasi dimana secara umum medan gravitasi tersebut
dinyatakan dengan persamaan:

K GM 
gr = − 2 r (12–7)
R

Tanda (–) pada persamaan (12–7) menunjukkan bahwa medan


gravitasi memiliki arah yang konsentris menuju pusat sumber
gravitasi. Medan gravitasi yang dihasilkan oleh bola pejal memiliki
nilai yang berbeda-beda, bergantung pada jarak suatu titik terhadap
bola tersebut, perhatikan Gambar 12.3.

Medan gravitasi pada daerah r < R semakin kecil seiring dengan


berkurangnya r. Medan gravitasi turun secara linier dengan penurunan
jarak r. Pada daerah tersebut medan gravitasi bola dapat ditentukan
dengan persaman berikut:

GMr
gr = − →r<R (12–8)
R3

Yang mana R menyatakan jari-jari bola dan r menyatakan jarak suatu


titik di dalam bola terhadap titik pusat bola. Medan gravitasi pada
daerah di luar permukaan bola semakin kecil dengan bertambahnya
jarak. Medan gravitasi pada daerah r > R dapat ditentukan dengan
persamaan berikut:

GM
gr = − →r>R (12–7)
r2

Gambar 12.4 Medan gravitasi yang Dimana r menyatakan jarak suatu titik terhadap titip pusat bola.
dihasilkan oleh bola berongga. Pada Medan gravitas turun secara kuadratik.
daerah di dalam bola, medan gravitasi
adalah nol. Medan gravitasi Pada kasus dimana massa bola terdistribusi pada permukaannya saja
maksimum pada permukaan bola dan (bola berongga), medan gravitasi yang dihasilkan tidak sama dengan
semakin kecil dengan bertambahnya medan gravitasi yang dihasilkan oleh bola pejal. Perhatikan Gambar
jarak. 12.4, sebuah bola berongga dengan jari-jari R memiliki massa M.
Medan gravitasi yang dihasilkan pada daerah di dalam bola adalah nol
karena pada daerah tersebut tidak terdapat massa. Medan gravitasi
dihasilkan hanya pada permukaan dan di luar bola.

Rosari Saleh dan Sutarto 
188 | Bab 12 Gravitasi

gr = 0 → r > R (12–8)

GM
gr = − →r>R (12–9)
r2

12 – 3 Energi Potensial Gravitasi

Gaya gravitasi bersifat konsentris dan bergantung pada jarak sebuah


objek terhadap titik pusat gravitasi. Sifat ini menunjukkan bahwa gaya
gravitasi adalah konservatif dan dengan demmikian dapat diturunkan
dari persamaan energi potensial. Energi potensial interaksi gravitasi
dinyatakan dengan persamaan:

U (r ) = −
GmM
(12–10)
r

Dari persaman (12–10) kita dapat mengetahui bahwa semakin jauh


jarak benda m dan M maka makin kecil energi potensial gravitasi yang
dihasilkan.Tanda minus pada persamaan (12–10) menunjukkan bahwa
energi potensial cenderung berpotensi untuk menarik benda-benda ke
arah pusat benda yang menghasilkan gaya gravitasi.

Hubungan antara energi potensial dan gaya gravitasi dinyatakan oleh


persamaan berikut;

()
r
U (r ) − U (∞ ) = − ∫ F r ' • d r ' (12–11)

Dengan memasukkan persamaan (12–4) ke persaman (12–8) kita


peroleh:

r
⎛ GmM ⎞ ^
U (r ) − U (∞ ) = − ∫ ⎜ 2
⎟ r '• d r ' → U (∞ ) = 0
∞⎝ r' ⎠
r
U (r ) = −
GmM
r' ∞
Gambar 12.5 Demonstrasi Newton
U (r ) = −
GmM
r untuk menggambarkan ekuivalensi
gerak apel jatuh dengan gerak
melingkar bulan relative terhadap
bumi. Ilustrasi tersebut menjadi
12 – 4 Gerak Satelit logis. Gaya yang bekerja pada apel
sama dengan gaya yang mengatur
Persamaan gravitasi Newton pada persamaan (12–4) mendefinisikan pergerakan bulan. Permasalahan
bentuk orbital atau lintasan benda di bawah pengaruh gaya gravitasi. utama yang membedakan antara
Newton mengusulkan sebuah ide yang cukup menarik yaitu bahwa apel dan bulan adalah lintasannya. 
gaya yang bekerja pada sebuah apel yang jatuh sama dengan gaya
yang bekerja pada bulan yang mengorbit bumi. Agaknya ide ini
kontradiktif dan mengada-ada. Namun demikian, dengan sebuah
Rosari Saleh dan Sutarto 
Bab 12 Gravitasi | 189

eksperimen yang sederhana Newton menunjukkan bahwa tidak ada


yang bermasalah dengan idenya tersebut. Sebuah apel dan meriam
digunakan ntuk mendemmonstrasikan ide Newton tersebut. Jika kita
menembakkan peluru dari meriam dalam arah dengan sudut elevasi
tertentu maka kita akan mendapatkan lintasan berbentuk parabola.
Lintasan tersebut sama dengan lintasan apel yang dilempar dengan
kecepatan awal dan sudut elevasi tertentu. Jika kecepatan awal peluru
dalam meriam diperbesar maka jangkauan peluru akan semakin jauh,
sementara lintasannya tetap berupa parabola. Semakin besar kecepatan
awal peluru maka jangkauannya semakin jauh dan hingga batas
kecepatan tertentu maka peluru tidak akan jatuh ke bumi melainkan
terus bergerak melingkar mengelilingi bumi. Perhatikan Gambar
12.5.

Ide Newton ini kemudian menstimulasi gagasan baru untuk membuat


suatu objek mengorbit bumi. Apel dan peluru meriam yang ketika
dilempar kemudian jatuh kembali ke bumi dikarenakan kecepatan
lempar kurang besar sehingga tidak mampu mengatasi gaya tarik
bumi. Untuk itu agar suatu benda dapat mengorbit bumi maka
diperlukan suatu batas kecepatan minimum untuk lepas dari pengaruh
gravitasi bumi. Kecepatan ini disebut dengan kecepatan lepas atau
escape velocity, vev.

Suatu benda yang bergerak dengan kecepatan v dan berada pada jarak
tertentu dari permukaan bumi memiliki energi total E = EK + EP.
Agar menjadi efektif maka kecepatan dan gerak benda kita asumsikan
ke arah vertical. Dengan demikian,

E = EK + EP
1 GmM (12–12)
= mv 2 −
2 r

Dimana r menyatakan jari-jari bumi. Agar benda dapat melepaskan


diri dari pengaruh gravitasi bumi maka energi kinetiknya harus sama
dengan atau lebih besar dari energi potensial gravitasi.

1 2 GmM
0= mv −
2 r
1 2 GmM
mv ≥
2 r

Kecepatan minimum agar benda lepas dari pengaruh gravitasi bumi


adalah:

2GM
v ev = (12–13)
r

Rosari Saleh dan Sutarto 
190 | Bab 12 Gravitasi

Yang mana vev kecepatan lepas minimum, G adalah konstanta


gravitasi universal, M menyatakan massa bumi sedangkan r adalah
jari-jari bumi.

Dari persamaan (12–12) kita dapat mengidentifikasi bentuk orbital


suatu objek yang bergerak dalam medan gravitasi tertentu. Perhatikan
bahwa suku energi kinetic bisa lebih besar, lebih kecil atau sama
dengan energi potensial. Ketika energi total sistem adalah positif, E >
0, maka benda akan bergerak dalam lintasan yang tidak tertutup.
Lintasan benda cenderung berbentuk hiperbola. Benda memulai
geraknya dari satu titik dan berhenti di titik yang lain di permukaan
tanah.

Jika energi total sistem sama dengan nol, maka benda akan menempuh
lintasan berupa parabola. Seperti halnya lintasan hiperbola, lintasan
parabola juga termasuk dalam lintasan yang terbuka. Kondisi energi
total sama dengan nol juga dapat terjadi pada benda yang dilempar ke
atas dengan kecepatan sangat besar. Semakin jauh posisi benda dari
bumi kecepatannya semakin kecil dan ketika mencapai suatu jarak
yang sangat jauh dimana medan gravitasi sudah tidak ada lagi maka
pada titik tersebut berhenti pada titik tersebut. Logika semacam ini
telah kita gunakan untuk menurunkan persamaan kecepatan lepas,
lihat persamaan (12–12)

Kasus lainnya yang menarik adalah pada saat energi total sistem
negatif. Hal ini dapat dicapai hanya jika energi potensial lebih besar
dibanding dengan energi kinetic sistem. Karena jarak r tidak dapat
menjadi sangat besar sekali maka benda akan cenderung mengorbit
pada bumi dalam bentuk elips atau lingkaran. Jarak r tidak dapat
menjadi tidak berhingga karena kecepatan benda tidak mungkin
imaginer atau v2 tidak boleh lebih kecil dari nol. Beberapa benda
langit dapa memiliki bentuk orbit yang sangat lonjong seperti komet.
Bentuk orbit planet-planet biasanya adalah ellips dengan ukuran yang
berbeda-beda antara satu planet dengan planet lainnya. Planet yang
dekat dengan matahari cenderung memiliki bentuk orbit yang tidak
terlalu ellips, hampir mendekati lingkaran.

Orbit Lingkaran
Gambar 12.6 Sebuah satelit
Dalam kasus yang paling sederhana lintasan orbit benda pada suatu diorbitkan di atas bumi dengan jari-
planet adalah berbentuk lingkaran. Dalam keadaan semacam ini, gaya jari lintasan r. Satelit mengorbit
gravitasi planet yang bekerja pada benda sama dengan gaya sentripetal dengan lintasan berbentuk lingkaran. 
benda yang tersebut.

Fg = Fs

GMm mv 2
= (12–14)
r2 r

Rosari Saleh dan Sutarto 
Bab 12 Gravitasi | 191

Orbit benda melingkar banyak digunakan sebagai prinsip dasar untuk


mengorbitkan satelit. Jika diasumsikan bahwa gaya-gaya yang bekerja
pada sebuah satelit yang mengorbit bumi hanya gaya gravitasi dan
gaya gaya sentripetal maka, seperti yang telah kita pelajari pada Bab
Gerak dalam Dua dan Tiga Dimensi, gerak satelit tersebut
merupakan jenis gerak melingkar beraturan.

Perhatikan Gambar 12.6, sebuah satelit diorbitkan di atas permukaan


bumi dengan jari-jari lintasan sebesar r. Orbit satelit berbentuk
lingkaran. Dalam gambar terlihat bahwa komponen gaya yang bekerja
pada satelit antara lain gaya gravitasi dan gaya sentripetal. Gaya
sentripetal dihasilkan oleh percepatan sentripetal a. Komponen v
menunjukkan vektor kecepatan satelit. Jika satelit diletakkan pada
ketinggian r, kita dapat menentukan besar kecepatan satelit tersebut
agar tetap stabil mengorbit di atas permukaan bumi.

GM
= v2
r
(12–14)
GM
v=
r

Yang mana M menyatakan massa bumi dan r menyatakan jari-jari


orbit lintasan satelit.

GM
v=
r

Gambar 12.7 Grafik yang merepresentaskan kebergantungan jari-jari


lintasan orbit terhadap kecepatan satelit. *Grafik tidak dibuat berdasarkan
data riil, grafik digunakan untuk mengetahui trend kebergantungan r dan v
saja.

Dari persamaan (12–14) terlihat bahwa kecepatan orbit satelit dan jari-
jari lintasan bergantung satu sama lain. Hal ini berarti kita tidak dapat
meletakkan satelit pada jari-jari orbit tertentu dengan sembarang nilai
kecepatan. Perhatikan grafik pada Gambar 12.7, grafik tersebut
merepresentasikan kebergantungan jari-jari orbit lintasan terhadap
kecepatan satelit. Terlihat bahwa semakin kecil jari-jari orbit (semakin
dekat dengan permukaan bumi) maka agar dapat mengorbit dengan
stabil satelit harus bergerak dengan kecepatan yang semakin besar.

Rosari Saleh dan Sutarto 
192 | Bab 12 Gravitasi

Periode orbit satelit dapat dihitung dengan persamaan:


v = ωr → r
T
(12–15)
2πr
T=
v

Dimana v adalah kecepatan satelit dalam mengorbit planet.

Rosari Saleh dan Sutarto 
Lampiran Referensi Gambar
Bab 12 Gravitasi 
Gambar Cover Bab 12 Gravitasi 
Sumber: http://www.topwallpapers.com

Gambar  Sumber 

Gambar  12.1  Orbit  ellips  planet  bumi.  Titik 


aphelion  adalah  titik  dimana  jarak  bumi  berada 
pada  jarak  yang  paling  jauh  dengan  matahari. 
Dokumentasi Penulis 
Sebaliknya,  titik  perihelion  adalah  titik  dimana 
bumi  berada  pada  jarak  paling  dekat  dengan 
matahari. 

Gambar  12.2  Pada  selang  waktu  yang  sama  Serway, R.A and Faughn, J.S., 1999. 


planet  menempuh  luas  permukaan  yang  sama  College Physics, 7th Edition, USA: 
besar.  Harcourt Brace College Publisher. 
Page: 215. 

Gambar  12.3  Medan  gravitasi  yang  dihasilkan 


Tipler, P.A. and Mosca, G. Physics For 
oleh bola pejal. Pada pusat bola, medan gravitasi 
Scientist and Engineers: Extended 
adalah  nol.  Medan  gravitasi  maksimum  pada 
Version, 5th Edition. W.H. Freeman & 
permukaan  bola  dan  semakin  kecil  dengan 
Company. 
bertambahnya jarak. 

Gambar 12.4 Medan gravitasi yang dihasilkan 
Tipler, P.A. and Mosca, G. Physics For 
oleh bola berongga. Pada daerah di dalam bola, 
Scientist and Engineers: Extended 
medan gravitasi adalah nol. Medan gravitasi 
Version, 5th Edition. W.H. Freeman & 
maksimum pada permukaan bola dan semakin 
Company. 
kecil dengan bertambahnya jarak. 

Gambar  12.5  Demonstrasi  Newton  untuk 


menggambarkan  ekuivalensi  gerak  apel  jatuh 
dengan  gerak  melingkar  bulan  relative  terhadap  Fishbane, P.M., et.al. 2005. Physics for 
bumi.  Ilustrasi  tersebut  menjadi  logis.  Gaya  yang  Scientists and Engineers with Modern 
bekerja  pada  apel  sama  dengan  gaya  yang  Physics, 3rd Edition. New Jersey: 
mengatur  pergerakan  bulan.  Permasalahan  Prentice Hall, Inc. Page: 345. 
utama  yang  membedakan  antara  apel  dan  bulan 
adalah lintasannya. 

Gambar  12.6  Sebuah  satelit  diorbitkan  di  atas  Young, Freedman. 2008. Sears and 


bumi dengan jari‐jari lintasan r. Satelit mengorbit  Zemanky’s University Physics with 
dengan lintasan berbentuk lingkaran.  Modern Physics, 12th Edition. Pearson 
Education Inc. Page: 394. 

Gambar  12.7  Grafik  yang  merepresentaskan 


kebergantungan  jari‐jari  lintasan  orbit  terhadap  Dokumentasi Penulis 
kecepatan satelit. 

 
Serway, R.A and Faughn, J.S., 1999. 
Tabel  12.1  Data  astronomi  beberapa  planet  College Physics, 7th Edition, USA: 
dalam tata surya  Harcourt Brace College Publisher. 
Page: 216. 

 
Daftar Pustaka

Serway, R.A and Faughn, J.S., 1999. College Physics, 7th Edition, USA: Harcourt Brace
College Publisher.
Dick, Greg, et.al. 2001. Physics 11, 1st Edition. Canada: McGraw-Hill Ryerson.
Dick, Greg, et.al. 2001. Physics 12, 1st Edition. Canada: McGraw-Hill Ryerson.
Fishbane, P.M., et.al. 2005. Physics for Scientists and Engineers with Modern Physics, 3rd
Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Huggins, E.R. 2000. Physics 2000. Moose Mountain Digital Press. Etna, New Hampshire
03750.
Tipler, P.A. and Mosca, G. Physics For Scientist and Engineers: Extended Version, 5th
Edition. W.H. Freeman & Company.
Young, Freedman. 2008. Sears and Zemanky’s University Physics with Modern Physics,
12th Edition. Pearson Education Inc.
Crowell, B. 2005. Vibrations and Waves. Free Download at:
http://www.lightandmatter.com.
Crowell, B. 2005. Newtonian Physics. Free Download at:
http://www.lightandmatter.com.
Crowell, B. 2005. Conservations Law. Free Download at:
http://www.lightandmatter.com.
Halliday, R., Walker. 2006. Fundamental of Physics, 7th Edition. John-Willey and Sons,
Inc.
Pain, H.J. 2005. The Physics of Vibrations and Waves, 6th Edition. John Wiley & Sons
Ltd, The Atrium, Southern Gate, Chichester, West Sussex PO19 8SQ,
England.
Mason, G.W., Griffen, D.T., Merril, J.J., and Thorne, J.M. 1997. Physical Science
Concept, 2nd Edition. Published by Grant W. Mason. Brigham Young
University Press.
Cassidy, D., Holton, G., and Rutherford, J. 2002. Understanding Physics, Springer-Verlag
New York, Inc.
Serway, R.A. and Jewet, J. 2003. Physics for Scientist and Engineers, 6th Edition. United
State of America: Brooks/Cole Publisher Co.

You might also like