You are on page 1of 23

Proses Go Public Agustus 4, 2008

Posted by luqman hakim in pasar modal.


trackback
Perusahaan memiliki berbagai alternatif sumber pendanaan, baik yang berasal dari dalam
maupun dari luar perusahaan. Alternatif pendanaan dari dalam perusahaan, umumnya dengan
menggunakan laba yang ditahan perusahaan. Sedangkan alternatif pendanaan dari luar
perusahaan dapat berasal dari kreditur berupa hutang, pembiayaan bentuk lain atau dengan
penerbitan surat-surat utang, maupun pendanaan yang bersifat penyertaan dalam bentuk saham
(equity). Pendanaan melalui mekanisme penyertaan umumnya dilakukan dengan menjual saham
perusahaan kepada masyarakat atau sering dikenal dengan go publik.
Untuk go publik, perusahaan perlu melakukan persiapan internal dan penyiapan dokumentasi
sesuai dengan persyaratan untuk go publik atau penawaran umum, serta memenuhi semua
persyaratan yang ditetapkan BAPEPAM-LK.
Penawaran Umum atau sering pula disebut Go Public adalah kegiatan penawaran saham atau
Efek lainnya yang dilakukan oleh Emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual
saham atau Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan
Peraturan Pelaksanaannya.
Penawaran Umum mencakup kegiatan-kegiatan berikut:
• Periode Pasar Perdana yaitu ketika Efek ditawarkan kepada pemodal oleh Penjamin
Emisi melalui para Agen Penjual yang ditunjuk
• Penjatahan Saham yaitu pengalokasian Efek pesanan para pemodal sesuai dengan jumlah
Efek yang tersedia;
• Pencatatan Efek di Bursa, yaitu saat Efek tersebut mulai diperdagangkan di Bursa.
Proses Penawaran Umum saham dapat dikelompokkan menjadi 4 tahapan berikut:
1. Tahap Persiapan
Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan proses Penawaran Umum. Pada tahap yang paling awal perusahaan yang akan
menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk
meminta persetujuan para pemegang saham dalam rangka Penawaran Umum saham. Setelah
mendapat persetujuan, selanjutnya emiten melakukan penunjukan penjamin emisi serta lembaga
dan profesi penunjang pasar yaitu:
• Penjamin Emisi (underwriter). Merupakan pihak yang paling banyak keterlibatannya
dalam membantu emiten dalam rangka penerbitan saham. Kegiatan yang dilakukan
penjamin emisi antara lain: menyiapkan berbagai dokumen, membantu menyiapkan
prospektus, dan memberikan penjaminan atas penerbitan.
• Akuntan Publik (Auditor Independen). Bertugas melakukan audit atau pemeriksaan atas
laporan keuangan calon emiten.
• Penilai untuk melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan dan menentukan
nilai wajar dari aktiva tetap tersebut;
• Konsultan Hukum untuk memberikan pendapat dari segi hukum (legal opinion).
• Notaris untuk membuat akta-akta perubahan Anggaran Dasar, akta perjanjian-perjanjian
dalam rangka penawaran umum dan juga notulen-notulen rapat.
2. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran
Pada tahap ini, dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung calon emiten menyampaikan
pendaftaran kepada BAPEPAM-LK hingga BAPEPAM-LK menyatakan Pernyataan Pendaftaran
menjadi Efektif.
3. Tahap Penawaran Saham
Tahapan ini merupakan tahapan utama, karena pada waktu inilah emiten menawarkan saham
kepada masyarakat investor. Investor dapat membeli saham tersebut melalui agen-agen penjual
yang telah ditunjuk. Masa Penawaran sekurang-kurangnya tiga hari kerja. Perlu
engertian Pasar Modal
Manajemen Investasi. Menurut Husnan (2003) adalah pasar untuk berbagai
instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk
hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public
authorities, maupun perusahaan swasta. Menurut Usman (1990:62), umumnya
surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal dapat dibedakan menjadi
surat berharga bersifat hutang dan surat berharga yang bersifat pemilikan. Surat
berharga yang bersifat hutang umumnya dikenal nama obligasi dan surat berharga
yang bersifat pemilikan dikenal dengan nama saham. Lebih jauh dapat juga
didefinisikan bahwa obligasi adalah bukti pengakuan hutang dari perusahaan,
sedangkan saham adalah bukti penyertaan dari perusahaan.
Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang
terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua
lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga
yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa
gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi,
dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang
efek (Sunariyah, 2000 : 4). Dilihat dari pengertian akan pasar modal diatas, maka
jelaslah bahwa pasar modal juga merupakan salah satu cara bagi perusahaan
dalam mencari dana dengan menjual hak kepemilikkan perusahaan kepada
masyarakat.

Investasi dan Pelaku Pasar Modal


Dewasa ini telah dikembangkan suatu model dalam pengambilan keputusan
tentang usul investasi yang berada dalam suatu portofolio, dimana proyek baru
yang diusulkan itu dikaitkan dengan proyek-proyek lainnya yang ada dalam suatu
perusahaan.
Proyek-proyek investasi itu mempunyai risiko yang tidak independent Awat (1999 :
276).
Harapan keuntungan suatu portofolio adalah rata-rata tertimbang dari harapan
keuntungan surat berharga yang diperbandingkan dalam portofolio tersebut. Para
pemain utama yang terlibat di pasar modal dan lembaga penunjang yang terlibat
langsung dalam proses transaksi antara pemain utama sebagai berikut Kasmir(2001
: 183-189) :
1. Emiten. Perusahaan yang akan melakukan penjualan surat-surat berharga atau
melakukan emisi di bursa (disebut emiten). Dalam melakukan emisi, para emiten
memiliki berbagai tujuan dan hal ini biasanya sudah tertuang dalam rapat umum
pemegang saham (RUPS), antara lain :
a. Perluasan usaha, modal yang diperoleh dari para investor akan digunakan untuk
meluaskan bidang usaha, perluasan pasar atau kapasitas produksi.
b. Memperbaiki struktur modal, menyeimbangkan antara modal sendiri dengan
modal asing.
c. Mengadakan pengalihan pemegang saham. Pengalihan dari pemegang saham
lama kepada pemegang saham baru.
2. Investor. Pemodal yang akan membeli atau menanamkan modalnya di
perusahaan yang melakukan emisi (disebut investor). Sebelum membeli surat
berharga yang ditawarkan, investor biasanya melakukan penelitian dan analisis
tertentu. Penelitian ini mencakup bonafiditas perusahaan, prospek usaha emiten
dan analisis lainnya.
Tujuan utama para investor dalam pasar modal antara lain :
a. Memperoleh deviden. Ditujukan kepada keuntungan yang akan diperolehnya
berupa bunga yang dibayar oleh emiten dalam bentuk deviden.
b. Kepemilikan perusahaan. Semakin banyak saham yang dimiliki maka semakin
besar pengusahaan (menguasai) perusahaan.
c. Berdagang. Saham dijual kembali pada saat harga tinggi, pengharapannya
adalah pada saham yang benar-benar dapat menaikkan keuntungannya dari jual
beli sahamnya.

3 Lembaga Penunjang. Fungsi lembaga penunjang ini antara lain turut serta
mendukung beroperasinya pasar modal, sehingga mempermudah baik emiten
maupun investor dalam melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pasar
modal. Lembaga penunjang yang memegang peranan penting di dalam mekanisme
pasar modal adalah sebagai berikut :
d. Penjamin emisi (underwriter). Lembaga yang menjamin terjualnya saham/obligasi
sampai batas waktu tertentu dan dapat memperoleh dana yang diinginkan emiten.
e. Perantara perdagangan efek (broker / pialang). Perantaraan dalam jual beli efek,
yaitu perantara antara si penjual (emiten) dengan si pembeli (investor). Kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh broker antara lain meliputi :
1) Memberikan informasi tentang emiten
2) Melakukan penjualan efek kepada investor
f. Perdagangan efek (dealer), berfungsi sebagai :
1) Pedagang dalam jual beli efek
2) Sebagai perantara dalam jual beli efek
g. Penanggung (guarantor). Lembaga penengah antara si pemberi kepercayaan
dengan si penerima kepercayaan. Lembaga yang dipercaya oleh investor sebelum
menanamkan dananya.
h. Wali amanat (trustee). Jasa wali amanat diperlukan sebagai wali dari si pemberi
amanat (investor). Kegiatan wali amanat meliputi :
1) Menilai kekayaan emiten
2) Menganalisis kemampuan emiten
3) Melakukan pengawasan dan perkembangan emiten
4) Memberi nasehat kepada para investor dalam hal yang berkaitan dengan emiten
5) Memonitor pembayaran bunga dan pokok obligasi
6) Bertindak sebagai agen pembayaran
i. Perusahaan surat berharga (securities company). Mengkhususkan diri dalam
perdagangan surat berharga yang tercatat di bursa efek. Kegiatan perusahaan
surat berharga antara lain :
1) Sebagai pedagang efek
2) Penjamin emisi
3) Perantara perdagangan efek
4) Pengelola dana
j. Perusahaan pengelola dana (investment company). Mengelola surat-surat
berharga yang akan menguntungkan sesuai dengan keinginan investor, terdiri dari
2 unit yaitu sebagai pengelola dana dan penyimpan dana.
k. Kantor administrasi efek. Kantor yang membantu para emiten maupun investor
dalam rangka memperlancar administrasinya.
1) Membantu emiten dalam rangka emisi
2) Melaksanakan kegiatan menyimpan dan pengalihan hak atas saham para
investor
3) Membantu menyusun daftar pemegang saham
4) Mempersiapkan koresponden emiten kepada para pemegang saham
5) Membuat laporan-laporan yang diperlukan

Jenis dan Fungsi Pasar Modal


Pasar modal dibedakan menjadi 2 yaitu pasar perdana dan pasar sekunder :
1. Pasar Perdana ( Primary Market )
Pasar Perdana adalah penawaran saham pertama kali dari emiten kepada para
pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak penerbit (issuer) sebelum saham
tersebut belum diperdagangkan di pasar sekunder. Biasanya dalam jangka waktu
sekurang-kurangnya 6 hari kerja. Harga saham di pasar perdana ditetukan oleh
penjamin emisi dan perusahaan yang go public berdasarkan analisis fundamental
perusahaan yang bersangkutan.
Dalam pasar perdana, perusahaan akan memperoleh dana yang diperlukan.
Perusahaan dapat menggunakan dana hasil emisi untuk mengembangkan dan
memperluas barang modal untuk memproduksi barang dan jasa. Selain itu dapat
juga digunakan untuk melunasi hutang dan memperbaiki struktur pemodalan
usaha. Harga saham pasar perdana tetap, pihak yang berwenang adalah penjamin
emisi dan pialang, tidak dikenakan komisi dengan pemesanan yang dilakukan
melalui agen penjualan.
2. Pasar Sekunder ( Secondary Market )
Pasar sekunder adalah tempat terjadinya transaksi jual-beli saham diantara investor
setelah melewati masa penawaran saham di pasar perdana, dalam waktu selambat-
lambatnya 90 hari setelah ijin emisi diberikan maka efek tersebut harus dicatatkan
di bursa.
Dengan adanya pasar sekunder para investor dapat membeli dan menjual efek
setiap saat. Sedangkan manfaat bagi perusahaan, pasar sekunder berguna sebagai
tempat untuk menghimpun investor lembaga dan perseorangan.
Harga saham pasar sekunder berfluktuasi sesuai dengan ekspetasi pasar, pihak
yang berwenang adalah pialang, adanya beban komisi untuk penjualan dan
pembelian, pemesanannya dilakukan melalui anggota bursa, jangka waktunya tidak
terbatas. Tempat terjadinya pasar sekunder di dua tempat, yaitu:
1.Bursa reguler
Bursa reguler adalah bursa efek resmi seperti Bursa Efek Jakarta (BEJ), dan Bursa
Efek Surabaya (BES)
2.Bursa paralel
Bursa paralel atau over the counter adalah suatu sistem perdagangan efek yang
terorganisir di luar bursa efek resmi, dengan bentuk pasar sekunder yang diatur
dan
diselenggarakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE), diawasi
dan dibina oleh Bapepam. Over the counter karena pertemuan antara penjual dan
pembeli tidak dilakukan di suatu tempat tertentu tetapi tersebar diantara kantor
para broker atau dealer.

Fungsi Pasar Modal


Tempat bertemunya pihak yang memiliki dana lebih (lender) dengan pihak yang
memerlukan dana jangka panjang tersebut (borrower). Pasar modal mempunyai
dua fungsi yaitu ekonomi dan keuangan. Di dalam ekonomi, pasar modal
menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower.
Dengan menginvestasikan dananya lender mengharapkan adanya imbalan atau
return dari penyerahan dana tersebut. Sedangkan bagi borrower, adanya dana dari
luar dapat digunakan untuk usaha pengembangan usahanya tanpa menunggu dana
dari hasil operasi
perusahaannya. Di dalam keuangan, dengan cara menyediakan dana yang
diperlukan oleh borrower dan para lender tanpa harus terlibat langsung dalam kep

Proses Go Public
BEI pada tahun 2008 ini menargetkan sekitar 30 emiten saham yang akan mencatatkan saham di
BEI. Kendati target yang dipatok jumlahnya cukup banyak, bukan berarti untuk tercatat di BEI
menjadi gampangan. Proses go public tetap menggunakan prosedur yang berlaku, sesuai dengan
standar dan aturan yang berlaku, tanpa sedikit pun manajemen BEI terlibat di dalamnya. Karena
memang dalam proses go public ini, pintu pertama yang harus dilakukan adalah Badan Pengawas
Pasar Modal-Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Karena berdasarkan struktur dan UU Pasar
Modal, lembaga pemerintah ini yang diberikan tanggung jawab terhadap proses go public hingga
pasar perdana (pasar primer). Proses go public, secara sederhana dikatakan sebagai kegiatan
penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual saham atau Efek
kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan
Pelaksanaannya. Oleh karena penawaran umum sebuah aktivitas dari sebuah perusahaan maka
setidaknya ada tahapan-tahapan yang mesti dikerjakan oleh perusahaan yang akan melakukan
penawaran umum ini. Terlebih lagi penawaran umum tersebut mencakup penjualan saham di
pasar perdana, penjatahan saham, pencatatan di bursa efek. Dari tahapan-tahapan tersebut BEI
membagi beberapa tahapan kerja dari sebuah proses go public.
Tahap Persiapan
Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan proses go public. Pada tahap persiapan ini yang paling utama yang harus
dilakukan sebuah perusahaan yang akan go public adalah melakukan Rapat Umum Pemegang
Saham terlebih dulu (RUPS). RUPS bagi sebuah perusahaan merupakan hak penting dan
merupakan kaidah yang diatur dari UU Perseroan Terbatas. Go public harus disetujui terlebih
dulu oleh pemegang saham. Karena go public akan melibatkan modal baru di luar pemegang
saham yang ada maka perlu diputuskan apakah kehadiran modal baru itu nantinya akan
mengubah masing-masing kepemilikan para pemegang saham lama. Berapa modal yang
dibutuhkan, dan berapa modal yang mesti disetor masing-masing pemegang saham harus
terjawab dan memperoleh persetujuan oleh pemegang saham lama. Mekanisme RUPS yang
dilakukan perusahaan yang akan go public ini merupakan mekanisme RUPS sebagaimana yang
ditetapkan leh UU PT.
Setelah memperoleh persetujuan go public ini maka perusahaan mulai mempersiapkan penjamin
emisi (underwriter) dari perusahaan itu. Underwriter adalah perusahaan efek yang nantinya akan
menjembatani perusahaan efek tersebut ke pasar modal. Sebagai penjamin maka perusahaan efek
itu akan menyiapkan dokumen dan bersama dengan perusahaan menunjuk pihak-pihak seperti
akuntan publik, konsultan hukum, notaris, perusahaan penilai (appraisal), dan faktor-faktor lain
yang sifatnya adminsitrasi.
Akuntan publik dibutuhkan untuk menilai berbagai pernyataan keuangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan, konsultan hukum, tentunya antara lain melakukan audit hukum atas aspek hukum
dari bisnis, aset dan berbagai produk hukum yang pernah dikeluarkan dan yang akan dikeluarkan
perusahaan. Sedangkan notaris ditunjuk antara lain untuk mencatat setiap keputusan yang
diambil perusahaan daam rangka proses go public. Tugas notaris antara lain berkaitan dengan
perubahan modal disetor Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).
Appraisal atau perusahaan penilai bertugas untuk menilai aset perusahaan khususnya dari sisi
nilai. Dengan adanya appraisal ini berarti bisa diketahui nilai perusahaan, nilai modal sehingga
nantinya bersama dengan komponen-komponen lainnya, kinerja keuangan dan operasional bisa
dikeluarkan nilai dan harga saham yang layak bila perusahaan itu akan go public.
Praktis dalam tahap persiapan ini yang melakukan pengolahan data-data perusahaan, tidak lagi
manajemen atau direksi, apalagi pemegang saham pendiri yang banyak terlibat, tapi sudah orang-
orang di luar perusahaan ikut terlibat. Pihak-pihak luar seperti underwriter, konsultan hukum,
akuntan, appraisal dan notaris. Mereka itu merupakan pihak-pihak yang sudah memahami tugas
dan fungsinya bagi perusahaan. Karena itu guna kelancaran proses go public sebuah perusahaan
disarankan menggunakan profesi penunjang pasar modal yang memperoleh izin dari Bapepam-
LK.
Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran
Dalam tahap ini, perusahaan bersama underwriter membawa dokumen yang terangkum dalam
prospektus ringkas perusahaan ke Bapepam-LK. Prospektus ringkas merupakan keterangan
ringkas mengenai perusahaan dalam minimal dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Untuk itu
prospektus harus secara ringkas dan padat memuat berbagai informasi terkait dengan perusahaan,
mulai dari company profile, kinerja operasional perusahaan seperti, neraca rugi laba, proyeksi
kinerja perusahaan serta untuk kepentingan apa dana masyarakat itu dibutuhkan. Pada tahap ini
jangan heran kalau perusahaan beserta penjamin emisinya, konsultan hukum, notaris dan akuntan
publik serta appraisal, akan sering modar-mandir ke Bapepam-LK. Sebab pada tahap ini seluruh
pernyataan para profesi pendukung pasar modal itu (notaris, konsultan hukum dan akuntan),
termasuk appraisal dan penjamin emisi mulai diperiksa secara detil, satu per satu lengkap dengan
dokumen pendukungnya. Pada tahap inilah seleksi tersebut berlangsung. Kalau penjamin emisi
memperkirakan harga jual sahamya Rp 6.000 per saham, maka dokumen pendukung tentang itu
harus ada, jelas dan transparan.
Aspek full disclosure akan mulai terungkap di sini. Jadi dapat dipastikan para profesi penunjang
pasar modal itu, tidak akan main-main dalam memberikan pendapatnya. Meleset sedikit saja,
atau berbeda dengan kaidah yang berlaku ancaman bagi para profesional pasar modal itu cukup
berat, dan harus dibayar mahal. Adapun sanksinya bisa berupa denda hingga sanksi pidana atau
pencabutan izin.
Tahap Penjualan Saham
Dipastikan kurang dari 38 hari Bapepam-LK sudah memberikan jawaban atas pernyataan
pengajuan pendaftaran perusahaan yang akan go public ini. Kalau setelah melakukan pendaftaran
dan tidak ada koreksi maka pada periode waktu tersebut, pernyataan tersebut otomatis menjadi
efektif. Apabila perusahaan itu sudah dinyatakan efektif, berarti saham dari perusahaan itu sudah
bisa dijual. Penjualan dilakukan melalui penawaran umum (initial public offering/IPO).
Dalam konteks pasar modal penjualan saham melalui mekanisme IPO ini disebut dengan
penjualan saham di pasar perdana, atau biasa juga disebut dengan pasar perdana. Penjualan
saham dalam pasar perdana mekanismenya diatur oleh penjamin emisi. Penjamin emisi yang
akan melakukan penjualan kepada investor dibantu oleh agen penjual. Agen penjual adalah
perusahaan efek atau pihak lain yang ditunjuk sebelumnya dan tercantum dalam prospektus
ringkas. Oleh Bapepam-LK bagi perusahaan yang akan tercatat di BEI penjualan saham dalam
IPO ini waktunya relatif terbatas, dua atau tiga hari saja. Tapi bagi perusahaan yang setelah
menjual sahamnya tidak mencatatkan di BEI maka penjualan sahamnya bisa lebih lama lagi. Dan
tentunya akan sangat tergantung dari prospektus yang diajukan pada pernyataan pendaftaran.
Hingga tahap IPO ini, perusahaan sudah bisa dinyatakan sebagai perusahaan publik. Gelar di
belakang perusahaan menjadi Tbk (kependekan dari Terbuka). Sebagaimana diungkap
sebelumnya, perusahaan bisa langsung mencatatkan sahamnya di BEI setelah IPO bisa juga
tidak. Jadi setelah menjadi perusahaan public sama sekali tidak ada keharusan bagi saham sebuah
perusahaan untuk langsung tercatat (listed). Ingat ketika PT Abdi Bangsa Tbk perusahaan
penerbit harian Republika pertama kali go public tidak langsung tercatat di BEI, melainkan
beberapa tahun kemudian. Kendati tidak langsung listing namun perusahaan yang telah IPO
tersebut tetap mengikuti aturan mengenai keterbukaan di pasar modal. Itu berarti laporan
keuangan, corporate action dan ketebukaan informasi lainnya harus disampaikan ke publik.
Tahap Pencatatan di BEI
Setelah melakukan penawaran umum, perusahaan yang sudah menjadi emiten itu akan langsung
mencatatkan sahamnya maka yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah apakah perusahaan
yang melakukan IPO tersebut memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku di BEI (listing
requirement). Kalau memenuhi persyaratan, maka perlu ditentukan papan perdagangan yang
menjadi papan pencatatan emiten itu. Dewasa ini papan pencatatan BEI terdiri dari dua papan:
Papan Utama (Main Board) dan Papan Pengembangan (Development Board). Sebagaimana
namanya, papan utama merupakan papan perdagangan bagi emiten yang volume sahamnya
cukup besar dengan kapitalisasi pasar yang besar, sedangkan papan pengembangan adalah
khusus bagi pencatatan saham-saham yang tengah berkembang. Kendati terdapat dua papan
pencatatan namun perdagangan sahamnya antara papan utama dan papan pengembangan sama
sekali tidak berbeda, sama-sama dalam satu pasar.
Jadi perbedaaan papan perdagangan ini hanya membedakan ukuran perusahaan saja. Papan
Utama ditujukan untuk emiten atau emiten yang mempunyai ukuran (size) besar dan lamanya
menjalankan usaha utama sekurang-kurangnya 36 bulan berturut-turut. Sementara Papan
Pengembangan dimaksudkan untuk perusahaan-perusahaan yang belum dapat memenuhi
persyaratan pencatatan di Papan Utama, termasuk perusahaan yang prospektif namun belum
menghasilkan keuntungan.
(tim bei )
(No Ratings Yet)

Koperasi

Pengertian tentang Koperasi


Posted on 20 April 2008. Filed under: Indonesia, Koperasi | Tags: Koperasi |

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan


hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas
kekeluargaan. Koperasi bertujuan untuk menyejahterakan anggotanya.
Berdasarkan pengertian tersebut, yang dapat menjadi anggota koperasi
yaitu:
1. Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi;

2. Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi yang menjadi anggota koperasi
yang memiliki lingkup lebih luas.

Pada Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 (Revisi 1998),


disebutkan bahwa karateristik utama koperasi yang membedakan dengan
badan usaha lain, yaitu anggota koperasi memiliki identitas ganda. Identitas
ganda maksudnya anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna
jasa koperasi.

Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh seluruh anggotanya,


dimana setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam setiap
keputusan yang diambil koperasi. Pembagian keuntungan koperasi (biasa
disebut Sisa Hasil Usaha atau SHU) biasanya dihitung berdasarkan andil
anggota tersebut dalam koperasi, misalnya dengan melakukan pembagian
dividen berdasarkan besar pembelian atau penjualan yang dilakukan oleh si
anggota.

Prinsip Koperasi
Menurut UU No. 25 tahun 1992 Pasal 5 disebutkan prinsip koperasi, yaitu :
1. Koperasi Simpan Pinjam
adalah koperasi yang bergerak di bidang simpanan dan pinjaman

2. Koperasi Konsumen
koperasi beranggotakan para konsumen dengan menjalankan kegiatannya
jual beli menjual barang konsumsi

3. Koperasi Produsen
koperasi beranggotakan para pengusaha kecil (UKM) dengan menjalankan
kegiatan pengadaan bahan baku dan penolong untuk anggotanya.

4. Koperasi Pemasaran
koperasi yang menjalankan kegiatan penjualan produk/jasa koperasinya atau
anggotanya

5. Koperasi Jasa
Koperasi yang bergerak di bidang usaha jasa lainnya.

Sumber Modal Koperasi


Seperti halnya bentuk badan usaha yang lain, untuk menjalankan kegiatan
usahanya koperasi memerlukan modal. Adapun modal koperasi terdiri atas
Modal Sendiri dan Modal Pinjaman.

Modal Sendiri meliputi sumber modal sebagai berikut :


1. Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh anggota
kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak
dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota
koperasi. Simpanan pokok jumlahnya sama untuk setiap anggota.

2. Simpanan Wajib
Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang harus dibayarkan
oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu,
misalnya tiap bulan dengan jumlah simpanan yang sama untuk setiap
bulannya. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang
bersangkutan masih menjadi anggota koperasi.

3. Dana Cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa
Hasil usaha, yang dimaksudkan untuk pemupukan modal sendiri, pembagian
kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi, dan untuk menutup
kerugian koperasi bila diperlukan.

4. Hibah
Hibah adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan
uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah/pemberian dan tidak
mengikat.

Adapun Modal Pinjaman koperasi berasal dari pihak-pihak sebagai berikut :


1. Anggota dan calon anggota

2. Koperasi lainnya dan/atau anggotanya yang didasari dengan perjanjian


kerjasama antarkoperasi

3. Bank dan lembaga keuangan lainnya yang dilakukan berdasarkan ketentuan


peraturan perudang-undangan yang berlaku

4. Penerbitan obligasi dan surat utang lainnya yang dilakukan berdasarkan


ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

5. Sumber lain yang sah

Mekanisme Pendirian Koperasi


Mekanisme pendirian koperasi terdiri dari beberapa tahap :
1. Pertama adalah pengumpulan anggota, karena untuk menjalankan koperasi
membutuhkan minimal 20 anggota.

2. Kedua, para anggota tersebut akan mengadakan rapat anggota, untuk


melakukan pemilihan pengurus koperasi (ketua, sekertaris, dan bendahara).

3. Setelah itu, koperasi tersebut harus merencanakan anggaran dasar dan


rumah tangga koperasi itu.

4. Lalu meminta perizinan dari negara.


5. Barulah bisa menjalankan koperasi dengan baik dan benar.

Sejarah Gerakan Koperasi


Gerakan koperasi digagas oleh Robert Owen (1771–1858), yang
menerapkannya pertama kali pada usaha pemintalan kapas di New Lanark,
Skotlandia.
Gerakan koperasi ini dikembangkan lebih lanjut oleh William King (1786–
1865) – dengan mendirikan toko koperasi di Brighton, Inggris. Pada 1 Mei
1828, King menerbitkan publikasi bulanan yang bernama The Cooperator,
yang berisi berbagai gagasan dan saran-saran praktis tentang mengelola
toko dengan menggunakan prinsip koperasi.

Koperasi akhirnya berkembang di negara-negara lainnya. Di Jerman, juga


berdiri koperasi yang menggunakan prinsip-prinsip yang sama dengan
koperasi buatan Inggris. Koperasi-koperasi di Inggris didirikan oleh Charles
Foirer, Raffeinsen, dan Schulze Delitch. Di Perancis, Louis Blanc mendirikan
koperasi produksi yang mengutamakan kualitas barang. Di Denmark Pastor
Christiansone mendirikan koperasi pertanian.

Gerakan Koperasi di Indonesia


Koperasi diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto,
Jawa Tengah pada tahun 1896. Dia mendirikan koperasi kredit dengan tujuan
membantu rakyatnya yang terjerat hutang dengan rentenir. Koperasi
tersebut lalu berkembang pesat dan akhirnya ditiru oleh Boedi Oetomo dan
SDI.

Belanda yang khawatir koperasi akan dijadikan tempat pusat perlawanan,


mengeluarkan UU no. 431 tahun 19 yang isinya yaitu :
1. Harus membayar minimal 50 gulden untuk mendirikan koperasi

2. Sistem usaha harus menyerupai sistem di Eropa

3. Harus mendapat persetujuan dari Gubernur Jendral

4. Proposal pengajuan harus berbahasa Belanda

Hal ini menyebabkan koperasi yang ada saat itu berjatuhan karena tidak
mendapatkan izin Koperasi dari Belanda. Namun setelah para tokoh
Indonesia mengajukan protes, Belanda akhirnya mengeluarkan UU no. 91
pada tahun 1927, yang isinya lebih ringan dari UU no. 431 seperti :
1. Hanya membayar 3 gulden untuk materai

2. Bisa menggunakan bahasa daerah

3. Hukum dagang sesuai daerah masing-masing

4. Perizinan bisa didaerah setempat


Koperasi menjamur kembali hingga pada tahun 1933 keluar UU yang mirip
UU no. 431 sehingga mematikan usaha koperasi untuk yang kedua kalinya.
Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia. Jepang lalu mendirikan
Koperasi Kumiyai. Awalnya koperasi ini berjalan mulus. Namun fungsinya
berubah drastis dan menjadi alat jepang untuk mengeruk keuntungan, dan
menyengsarakan rakyat.

Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan koperasi


di Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya.
Hari ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia.

Perangkat Organisasi Koperasi


• Rapat Anggota
Rapat anggota adalah wadah aspirasi anggota dan pemegang kekuasaan
tertinggi dalam koperasi. Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, maka
segala kebijakan yang berlaku dalam koperasi harus melewati persetujuan
rapat anggota terlebih dahulu., termasuk pemilihan, pengangkatan dan
pemberhentian personalia pengurus dan pengawas.

• Pengurus
Pengurus adalah badan yang dibentuk oleh rapat anggota dan disertai dan
diserahi mandat untuk melaksanakan kepemimpinan koperasi, baik dibidang
organisasi maupun usaha. Anggota pengurus dipilih dari dan oleh anggota
koperasi dalam rapat anggota. Dalam menjalankan tugasnya, pengurus
bertanggung jawab terhadap rapat anggota. Atas persetujuan rapat anggota
pengurus dapat mengangkat manajer untuk mengelola koperasi. Namun
pengurus tetap bertanggung jawab pada rapat anggota.

• Pengawas
Pengawas adalah badan yang dibentuk untuk melaksanakan pengawasan
terhadap kinerja pengurus. Anggota pengawas dipilih oleh anggota koperasi
di rapat anggota. Dalam pelaksanaannya, pengawas berhak mendapatkan
setiap laporan pengurus, tetapi merahasiakannya kepada pihak ketiga.
Pengawas bertanggung jawab kepada rapat anggota

Logo gerakan koperasi Indonesia


0100090000032a0200000200a20100000000a201000026060f003a03574d4
64301000000000001006d6e00000000010000001803000000000000180300
00010000006c0000000000000000000000350000006f00000000000000000
000004f0300004f03000020454d46000001001803000012000000020000000
000000000000000000000004013000072180000d100000009010000000000
000000000000000000ec2e0300f30a0400160000000c000000180000000a00
00001000000000000000000000000900000010000000c8000000c80000002
50000000c0000000e000080250000000c0000000e000080120000000c0000
0001000000520000007001000001000000a4ffffff0000000000000000000000
00900100000000000004400022430061006c0069006200720069000000000
0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
000000000000000000000000000000000000110048ae110010000000acb11
1002caf110052516032acb11100a4ae11001000000014b0110090b11100245
16032acb11100a4ae11002000000049642f31a4ae1100acb1110020000000ff
fffffffc823701d0642f31ffffffffffff0180ffff0180efff0180ffffffff000007000008000
0000800004300000001000000000000005802000025000000372e90010000
020f0502020204030204ef0200a07b20004000000000000000009f00000000
000000430061006c0069006200720000000000000000006caf1100dee32e31
e88d0832ccb21100d8ae11009c382731040000000100000014af110014af11
00e8782531040000003caf1100fc8237016476000800000000250000000c00
000001000000250000000c00000001000000250000000c000000010000001
80000000c0000000000000254000000540000000000000000000000350000
006f00000001000000dbb68740ad8187400000000057000000010000004c0
00000040000000000000000000000c8000000c80000005000000020000000
3600000046000000280000001c0000004744494302000000ffffffffffffffffc900
0000c90000000000000046000000140000000800000047444943030000002
50000000c0000000e000080250000000c0000000e0000800e000000140000
000000000010000000140000000400000003010800050000000b020000000
0050000000c0224002400040000002e0118001c000000fb020300010000000
000bc02000000000102022253797374656d00000000000000000000000000
00000000000000000000000000040000002d010000040000002d010000040
00000020101001c000000fb02efff0000000000009001000000000440002243
616c696272690000000000000000000000000000000000000000000000000
0040000002d010100040000002d010100040000002d010100050000000902
000000020d000000320a10000000010004000000000024002400202f0a000
40000002d010000040000002d010000030000000000Lambang gerakan
koperasi Indonesia memiliki arti sebagai berikut :
• Rantai melambangkan persahabatan yang kokoh.

• Roda bergigi menggambarkan upaya keras yang ditempuh secara terus


menerus.

• Kapas dan padi berarti menggambarkan kemakmuran rakyat yang


diusahakan oleh koperasi.

• Timbangan berarti keadilan sosial sebagai salah satu dasar koperasi.

• Bintang dalam perisai artinya Pancasila, merupakan landasan ideal koperasi.

• Pohon beringin menggambarkan sifat kemasyarakatan dan kepribadian


Indonesia yang kokoh berakar.

• Koperasi Indonesia menandakan lambang kepribadian koperasi rakyat


Indonesia.

• Warna merah dan putih menggambarkan sifat nasional Indonesia.

masalah
Masalah Koperasi Di Indonesia
Posted on Juni 12, 2008 by sawungjati

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara konstitusional, badan usaha yang disebutkan secara eksplisit dalam
Penjelasan UUD 1945, hanya koperasi. “… Bangun perusahaan yang sesuai dengan
itu ialah koperasi”, demikian dinyatakan UUD 1945.

Namun uniknya, ternyata koperasi Indonesia selama setengah abad lebih


kemerdekaannya, tidak menunjukkan perkembangan yang menggembiarkan.
Koperasi tidak tampak di permukaan sebagai “bangun perusahaan” yang kokoh dan
mampu sebagai landasan (fundamental) perekonomian, serta dalam sistem
ekonomi Indonesia, koperasi beradapada sisi marjinal.

Dalam usaha pemulihan krisis ekonomi Indonesia dewasa ini, sesungguhnya


koperasi mendapatkan peluang (opportunity) untuk tampil lebih eksis. Krisis nilai
tukar dan kemudian membawa krisis hutang luar negeri, telah membuka mata
semua pemerhati ekonomi bahwa fundamental ekonomi yang semula diyakini
kesahihannya, ternyata hancur lebur.

Para pengusaha besar konglomerat dan industri manufaktur yang selama ini
diagung-agungkan membawa pertumbuhan ekonomi yang pesat, ternyata tidak
terealisasi. Walau mendapat peluang seperti yang disebutkan diatas, ternyata
dalam upaya pemulihan ekonomi, koperasi tetap dalam posisi yang marjinal.
Beberapa petinggi seakan sering bersuara untuk memberdayakan koperasi, tetapi
tetap saja koperasi tidak terlihat peranan yang signifikan dalam alur pemulihan
ekonomi Indonesia. Yang berkembang hanyalah kuantitas koperasi dan tidak
terlihat perbaikan kualitasnya, baik mikro maupun makro ekonomi.

Karena masih kurangnya pemahaman tentang perkoperasian dan gerakan


koperasi di Indonesia, maka makalah ini disusun.

B. Rumusan Masalah

Koperasi sebagai salah satu badan usaha yang berkecimpung dalam


perekonomian Indonesia saat ini sedang mengalami masa-masa yang suram.
Penyebab kesuraman masa depan koperasi adalah kurangnya daya saing yang
dimiliki oleh koperasi melawan badan usaha yang lain. Selain itu kurangnya minat
masyarakat untuk bergabung kedalam koperasi terutama masyarakat perkotaan.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu evaluasi
kerja terstruktur mata kuliah Sistem Ekonomi Indonesia. Selain itu juga untuk
memberikan pemahaman bagi pembaca mengenai Sistem Perkoperasian Indonesia.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan untuk memperoleh data adalah metode


studi literature. Metode tersebut yang dilakukan dengan membaca buku-buku
mengenai koperasi. Keuntungan dari metode tersebut adalah data yang didapat
jelas dan akurat. Selain mengunakan studi literature, penulis juga mencari data
melalui internet karena lebih mudah dan banyak sumber yang dapat dijadikan
referensi.

E. Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu bab pertama mengenai pendahuluan
yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan. Bab kedua berisikan pembahasan materi dan
bab ketiga mengenai penutup yang terdiri dari kesimpulan. Terakhir adalah daftar
pustaka.

BAB II
PEMBAHASAN
Koperasi berasal dari kata-kata latin : Cum yang berarti “dengan” dan operasi
yang berarti “bekerja”. Dari dua kata tersebut diperoleh arti secara umum “bekerja
dengan orang-orang lain, atau kerja bersama-sama orang-orang lain untuk suatu
tujuan atau hasil tertentu.”

Dua macam koperasi :

1. Koperasi Sosial, yaitu koperasi yang dilakukan berdasar tolong-menolong baik


untuk kepentingan umum maupun pribadi.

2. Koperasi Ekonomi, yaitu koperasi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan


barang dan jasa.
Pada masa Orde Baru, koperasi diatur oleh :

1. UUD 1945 pasal 33

2. UU No.12 tahun 1967

3. Instruksi Presiden RI no.2 tahun 1978

4. TAP MPR no.II 1983 (bab 3 huruf A no.14 dan huruf D no.30, ekonomi no.8)

5. Lain-lain peraturan atau keputusan-keputusan yang erat hubungannya dengan


perkoperasian.

Dalam penjelasan UUD pasal 33, dikemukakan bahwa asas yang dimiliki
koperasi :

1. Asas Demokrasi Ekonomi

2. Asas Kekeluargaan

3. Asas Kebersamaan

4. Asaas Keadilan Sosial

Koperasi Indonesia berdasarkan UU pokok perkoperasian no.12 tahun 1967

“Pemanfaatan kekayaan alam tersebut oleh rakyat Indonesia diselenggarakan


dengan susunan ekonomi atas asaas kekeluargaan dan kegotongroyongan.”

Dalam UU no.12 tahun 1967 diatur mengenai antara lain :

1. Landasan Koperasi :

Secara implisit disebutkan dalam BAB II pasal 2 ayat 1 mengenai landasan idiil
koperasi Indonesia adalah Pancasila. Pasal 2 ayat 2 mengenai landasan
struktural koperasi Indonesia adalah UUD 1945 dan landasan geraknya adalah
pasal 33 ayat (1) UUD 1945 beserta penjelasannya. Pasal 2 ayat 3 mengenai
landasan mental kperasi Indonesia adalah setia kawan dan kesadaran pribadi.

2. Pengertian dan Fungsi Koperasi


Koperasi Indonesia adalah kumpulan dari orang yang sebagai manusia secara
bersama-sama bergotong royong berdasarkan persamaan, bekerja untuk
memajukan kepentingan-kepentingan ekonomi mereka dan kepentingan
masyarakat.

Fungsi koperasi dalam pasal 4 UU no.12 tahun 1967

1. Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat

2. Alat pendemokrasian ekonomi Nasional

3. Sebagai salah satu urat nadi perokonomian bangsa Indonesia

4. Alat pembina insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi


bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur tata laksana perokonomian
rakyat.

Struktur Organisasi Koperasi


Rapat Anggota

Pengurus

Manajer

Bid. Keuangan Bid. Pemasaran Bid. Produksi Bid. Administrasi

Pemahaman Masalah

Menurut Sritua Arief (1997), ada tiga pendapat yang hidup di kalangan
masyarakat mengenai eksistensi unit usaha koperasi dalam sistem ekonomi
Indonesia. mengutarakan perlunya mengkaji ulang apakah koperasi masih perlu
dipertahankan keberadaannya dalam kegiatan ekonomi.

Bahwa unit usaha koperasi dipandang perlu untuk dipertahankan sekadar


untuk tidak dianggap menyeleweng dari UUD 1945.

Bahwa koperasi sebagai organisasi ekonomi rakyat yang harus dikembangkan


menjadi unit usaha yang kukuh dalam rangka proses demokratisasi ekonomi.
Ketiga pendapat yang hidup itu, sedikit-banyak telah mempengaruhi arah
perubahan dan permasalahan koperasi di Indonesia, baik secara makro (ekonomi
politik), maupun secara mikro ekonomi. Dalam bagian ini, akan dibahas
permasalahan-permasalahan dalam koperasi dan environment-nya, sebagai unit
usaha yang hidup ditengah sistem dan paradigma ekonomi Indonesia.

Koperasi dan Kontradiksi Paradigma Perekonomian Indonesia


Ketika negara Republik Indonesia ini didirikan, para founding fathers
memimpikan suatu negara yang mampu menjamin hajat hidup orang banyak dan
diusahakan secara bersama. Hal itu, tidak mengherankan, sebab pemikiran dan
gerakan sosialisme memang sedang menjadi trend pada waktu itu, untuk melawan
para pengusaha kapitalis dan kolonialis yang dianggap membawa penderitaan di
kalangan buruh, tani dan rakyat kecil lainnya.

Tampak bahwa cita-cita membentuk negara Republik Indonesia, adalah untuk


kemakmuran semua orang dengan bangun usaha yang diusahakan secara
bersama; “koperasi”. Karena itu, kemudian, dalam penjelasan Pasal 33 UUD 1945
disebutkan, “…Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran
orang-seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah
koperasi”.

Koperasi dalam Dualisme Sistem Ekonomi Indonesia.

Menurut Hatta (1963), sosialisme Indonesia timbul karena tiga faktor.


Pertama, sosialisme Indonesia timbul karena suruhan agama. Etik agama yang
menghendaki persaudaraan dan tolong menolong antara sesama manusia dalam
pergaulan hidup, mendorong orang ke sosialisme. Kemudian, perasaan keadilan
yang menggerakkan jiwa berontak terhadap kesengsaraan hidup dalam
masyarakat,terhadap keadaan yang tidak sama dan perbedaan yang mencolok
antara si kaya dan si miskin, menimbulkan konsepsi sosialisme dalam kalbu
manusia. Jadi, sosialisme Indonesia muncul dari nilai-nilai agama, terlepas dari
marxisme. Sosialisme memang tidak harus merupakan marxisme. Sosialisme disini
tidak harus diartikan sebagai hasil hukum dialektika, tetapi sebagai tuntutan hati
nurani, sebagai pergaulan hidup yang menjamin kemakmuran bagi segala orang,
memberikan kesejahteraan yang merata, bebas dari segala tindasan.

Kedua, sosialisme Indonesia merupakan ekspresi daripada jiwa berontak


bangsa Indonesia yang memperoleh perlakuan yang sangat tidak adil dari si
penjajah. Karena itu dalam Pembukaan UUD 1945 dikatakan bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di
atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan. Lebih lanjut Pembukaan UUD 1945 juga mengatakan, “…
mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara
Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur“.

Ketiga, para pemimpin Indonesia yang tidak dapat menerima marxisme


sebagai pandangan yang berdasarkan materialisme, mencari sumber-sumber
sosialisme dalam masyarakat sendiri. Bagi mereka, sosialisme adalah suatu
tuntutan jiwa, kemauan hendak mendirikan suatu masyarakat yang adil dan
makmur, bebas dari segala tindasan. Sosialisme dipahamkan sebagai tuntutan
institusional, yang bersumber dalam lubuk hati yang murni, berdasarkan
perikemanusiaan dan keadilan sosial. Agama menambah penerangannya. Meskipun
dalam ekonomi modern gejala individualisasi berjalan, tetapi hal itu tidak dapat
melenyapkan sifat perkauman (kolektivan) di dalam adat (dan hukum adat)
Indonesia. Ini adalah akar dalam pergaulan hidup Indonesia.

Jadi, dasar ekonomi Indonesia adalah sosialisme yang berorientasi kepada:


Ketuhanan Yang Maha Esa (adanya etik dan moral agama, bukan materialisme);
kemanusiaan yang adil dan beradab (tidak mengenal pemerasan/eksploitasi
manusia); persatuan (kekeluargaan, kebersamaan, nasionalisme dan patriotisme
ekonomi); kerakyatan (mengutamakan ekonomi rakyat dan hajat hidup orang
banyak); serta keadilan sosial (persamaan, kemakmuran masyarakat yang utama,
bukan kemakmuran orang-seorang).

Tetapi, setelah menempuh alam kemerdekaan, terlebih pada era Orde Baru,
paradigma yang berkembang dan dijalankan tidaklah demikian. Paradigma yang
dijalankan dengan “sungguh-sungguh” adalah apa yang disebut Mubyarto dengan
istilah “kapitalistik-liberal-perkoncoan” (selanjutnya disebut “KLP), atau dalam
istilah Sri-Edi Swasono (1998a) disebut “rezim patronasi bisnis”, yang sesungguhnya
lebih jahat dari kapitalisme kuno yang dikritik oleh Marx dalam bukunya “Das
Kapital”. Sistem KLP tersebut menyebabkan tumbuh suburnya praktik kolusi,
korupsi, kroniisme dan nepotisme (KKKN) dalam perekonomian Indonesia.

Dalam sistem hukum pun, masih banyak perangkat peraturan yang belum
dijiwai semangat demokrasi ekonomi sebagaimana disebutkan pada Pasal 33 UUD
1945. Permasalahan sistem hukum yang mixed-up ini, telah mempengaruhi moral
ekonomi dan motif ekonomi para pelaku ekonomi Indonesia, sehingga akhirnya
justru memarjinalkan koperasi yang seharusnya menjiwai bangun perusahaan
lainnya.

Jadi, permasalahan mendasar koperasi Indonesia terletak pada paradigma


yang saling bertolak belakang antara apa yang dicita-citakan (Das Sollen) dan apa
yang sesungguhnya terjadi (Das Sein). Selama paradigma ini tidak dibenahi,
niscaya koperasi tidak akan dapat berkembang, ia hanya menjadi retorika.

Permasalahan Makroekonomi (Ekonomi Politik).

Tidak banyak negara yang memiliki “Departemen Koperasi” (Depkop).


Indonesia adalah satu dari sedikit negara tersebut.

Hal itu terjadi karena adanya kontradiksi akut dalam pemahaman koperasi.
Secara substansial koperasi adalah gerakan rakyat untuk memberdayakan dirinya.
Sebagai gerakan rakyat, maka koperasi tumbuh dari bawah (bottom-up) sesuai
dengan kebutuhan anggotanya. Hal itu sangat kontradiktif dengan eksistensi
Depkop. Sebagai departemen, tentu Depkop tidak tumbuh dari bawah, ia adalah
alat politik yang dibentuk oleh pemerintah. Jadi, Depkop adalah datang “dari atas”
(top-down). Karena itu, lantas dalam menjalankan operasinya, Depkop tetap dalam
kerangka berpikir top-down. Misalnya dalam pembentukan koperasi-koperasi unit
desa (KUD) oleh pemerintah. Padahal, rakyat sendiri belum paham akan gunanya
KUD bagi mereka, sehingga akhirnya KUD itu tidak berkembang dan hanya menjadi
justifikasi politik dari pemerintah agar timbul kesan bahwa pemerintah telah peduli
pada perekonomian rakyat, atau dalam hal ini khususnya koperasi.

Hal lain yang menandakan kontradiksi akut itu, adalah pada usaha Depkop
(dan tampaknya masih terus dilanjutkan sampai saat ini oleh kantor menteri negara
koperasi) untuk “membina” gerakan koperasi. Penulis sungguh tidak mengerti
mengapa istilah “membina” tersebut sangat digemari oleh para pejabat
pemerintahan. Sekali lagi, koperasi adalah gerakan rakyat yang tumbuh karena
kesadaran kolektif untuk memperbaiki taraf hidupnya. Karena itu penggunaan kata
(atau malah paradigma) “membina” sangatlah tidak tepat dan rancu. Koperasi tidak
perlu “dibina”, apalagi dengan fakta bahwa “pembinaan” pemerintah selama ini
tidak efektif. Yang diperlukan koperasi adalah keleluasaan untuk berusaha; untuk
akses memperoleh modal, pangsa pasar, dan input (bahan baku).

Permasalahan Mikroekonomi.

• Masalah Input.

Dalam menjalankan kegiatan usahanya koperasi sering mengalami kesulitan


untuk memperoleh bahan baku. Salah satu bahan baku pokok yang sulit
diperoleh adalah modal. Yang harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi
masalah permodalan ini adalah dengan memberikan keleluasaan bagi koperasi
dalam akses memperoleh modal. Jangan dipersuli-sulit dengan bermacam
regulasi. Biarkan koperasi tumbuh dengan alami (bukan direkayasa), belajar
menjadi efisien dan selanjutnya dapat bertahan dalam kompetisi.

Pada sisi input sumber daya manusia, koperasi mengalami kesulitan untuk
memperoleh kualitas manajer yang baik. Di sinilah campur tangan pemerintah
diperlukan untuk memberikan mutu modal manusia yang baik bagi koperasi.

Masalah Output, Distribusi dan Bisnis.

• Kualitas output.

Dalam hal kualitas, output koperasi tidak distandardisasikan, sehingga secara


relatif kalah dengan output industri besar. Hal ini sebenarnya sangat berkaitan
dengan permasalahan input (modal dan sumberdaya manusia).

• “Mapping Product”.

Koperasi (dan usaha kecil serta menengah/UKM) dalam menentukan output


tidak didahului riset perihal sumber daya dan permintaan potensial (potential
demand) daerah tempat usahanya. Sehingga, dalam banyak kasus, output
koperasi (dan UKM) tidak memiliki keunggulan komparatif sehingga sulit untuk
dipasarkan.

• Distribusi, Pemasaran dan Promosi (Bisnis).

Koperasi mengalami kesulitan dalam menjalankan bisnisnya. Output yang


dihasilkannya tidak memiliki jalur distribusi yang established, serta tidak
memiliki kemampuan untuk memasarkan dan melakukan promosi. Sehingga,
produknya tidak mampu untuk meraih pangsa pasar yang cukup untuk dapat
tetap eksis menjalankan kegiatan usahanya.

Peranan pemerintah sekali lagi, diperlukan untuk menyediakan sarana


distribusi yang memadai. Sarana yang dibentuk pemerintah itu, sekali lagi, tetap
harus dalam pemahaman koperasi sebagai gerakan rakyat, sehingga jangan
melakukan upaya-upaya “pengharusan” bagi koperasi untuk memakan sarana
bentukan pemerintah itu. dalam aspek bisnis, koperasi –karena keterbatasan
input modal—sulit untuk melakukan pemasaran (marketing) dan promosi
(promotion). Karena itu, selaras dengan mapping product seperti diuraikan
diatas, pemerintah melanjutkannya dengan memperkenalkan produk-produk
yang menjadi unggulan dari daerah itu. Dengan demikian, output koperasi dapat
dikenal dan permintaan potensial (potential demand) dapat menjadi permintaan
efektif (effective demand).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Koperasi memiliki peluang seiring dengan krisis yang terjadi di Indonesia dan
Asia pada umumnya. Kegagalan industri besar untuk menghasilkan pembangunan
yang brkelanjutan, memberikan peluang bagi koperasi untuk menyatakan dirinya
sebagai fundamental perekonomian.

Untuk menggapai peluang itu dan menempatkan kembali koperasi sebagai “soko
guru” diperlukan perubahan radikal (mengubah dari akar masalah) dan
komprehensif. Yang harus dibenahi segera adalah pertama, reorientasi dan
reorganisasi koperasi. Koperasi diorientasi dan diorganisasikan sebagai bangun
perusahaan yang profesional. Koperasi harus berdiri tegak sebagai bengun
perusahaan yang mandiri dan efisien. Kedua, reaktualisasi peranan pemerintah,
seperti disebutkan pada uraian sebelumnya. Koperasi jangan lagi dieksploitasi
menjadi jargon politik kepentingan. Ketiga, pembenahan sestem ekonomi Indonesia
sehingga kembali pada cita-cita didirikannya negara Republik Indonesia. Sistem,
praktik dan peraturan-peraturan yang berjiwa kapitalistik-liberal-perkoncoan, harus
segera diganti dan di-Pasal 33-kan, sehingga memberikan keleluasaan bagi
koperasi dan unit usaha ekonomi rakyat lainnya dapat berkembang dan tidak
ditindas oleh unit usaha yang besar dan kuat.

Daftar Pustaka

Arief Sritua. “Koperasi Sebagai Organisasi Ekonomi Rakyat”, dalam


Pembangunanisme dan Ekonomi Indonesia. Pemberdayaan Rakyat dalam
Arus Globalisasi. Jakarta: CSPM dan Zaman, 1997.

Hatta, Mohammad. “Ekonomi Rakjat”, dalam Daulat Rakjat, No. 79., 1933.

Soekarno, “Demokrasi Politik dan Demokrasi Ekonomi”, dalam Pikiran Rakjat,


1932.

Swasono, Sri-Edi. “Orientasi Ekonomi Pancasila” di dalam Abdul Madjid dan


Sri-Edi Swasono (Eds), Wawasan Ekonomi Pancasila. Jakarta: UI-Press, 1981
Modul Ekonomi Koperasi Universitas Terbuka.

You might also like