Professional Documents
Culture Documents
3 Lembaga Penunjang. Fungsi lembaga penunjang ini antara lain turut serta
mendukung beroperasinya pasar modal, sehingga mempermudah baik emiten
maupun investor dalam melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pasar
modal. Lembaga penunjang yang memegang peranan penting di dalam mekanisme
pasar modal adalah sebagai berikut :
d. Penjamin emisi (underwriter). Lembaga yang menjamin terjualnya saham/obligasi
sampai batas waktu tertentu dan dapat memperoleh dana yang diinginkan emiten.
e. Perantara perdagangan efek (broker / pialang). Perantaraan dalam jual beli efek,
yaitu perantara antara si penjual (emiten) dengan si pembeli (investor). Kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh broker antara lain meliputi :
1) Memberikan informasi tentang emiten
2) Melakukan penjualan efek kepada investor
f. Perdagangan efek (dealer), berfungsi sebagai :
1) Pedagang dalam jual beli efek
2) Sebagai perantara dalam jual beli efek
g. Penanggung (guarantor). Lembaga penengah antara si pemberi kepercayaan
dengan si penerima kepercayaan. Lembaga yang dipercaya oleh investor sebelum
menanamkan dananya.
h. Wali amanat (trustee). Jasa wali amanat diperlukan sebagai wali dari si pemberi
amanat (investor). Kegiatan wali amanat meliputi :
1) Menilai kekayaan emiten
2) Menganalisis kemampuan emiten
3) Melakukan pengawasan dan perkembangan emiten
4) Memberi nasehat kepada para investor dalam hal yang berkaitan dengan emiten
5) Memonitor pembayaran bunga dan pokok obligasi
6) Bertindak sebagai agen pembayaran
i. Perusahaan surat berharga (securities company). Mengkhususkan diri dalam
perdagangan surat berharga yang tercatat di bursa efek. Kegiatan perusahaan
surat berharga antara lain :
1) Sebagai pedagang efek
2) Penjamin emisi
3) Perantara perdagangan efek
4) Pengelola dana
j. Perusahaan pengelola dana (investment company). Mengelola surat-surat
berharga yang akan menguntungkan sesuai dengan keinginan investor, terdiri dari
2 unit yaitu sebagai pengelola dana dan penyimpan dana.
k. Kantor administrasi efek. Kantor yang membantu para emiten maupun investor
dalam rangka memperlancar administrasinya.
1) Membantu emiten dalam rangka emisi
2) Melaksanakan kegiatan menyimpan dan pengalihan hak atas saham para
investor
3) Membantu menyusun daftar pemegang saham
4) Mempersiapkan koresponden emiten kepada para pemegang saham
5) Membuat laporan-laporan yang diperlukan
Proses Go Public
BEI pada tahun 2008 ini menargetkan sekitar 30 emiten saham yang akan mencatatkan saham di
BEI. Kendati target yang dipatok jumlahnya cukup banyak, bukan berarti untuk tercatat di BEI
menjadi gampangan. Proses go public tetap menggunakan prosedur yang berlaku, sesuai dengan
standar dan aturan yang berlaku, tanpa sedikit pun manajemen BEI terlibat di dalamnya. Karena
memang dalam proses go public ini, pintu pertama yang harus dilakukan adalah Badan Pengawas
Pasar Modal-Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Karena berdasarkan struktur dan UU Pasar
Modal, lembaga pemerintah ini yang diberikan tanggung jawab terhadap proses go public hingga
pasar perdana (pasar primer). Proses go public, secara sederhana dikatakan sebagai kegiatan
penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual saham atau Efek
kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan
Pelaksanaannya. Oleh karena penawaran umum sebuah aktivitas dari sebuah perusahaan maka
setidaknya ada tahapan-tahapan yang mesti dikerjakan oleh perusahaan yang akan melakukan
penawaran umum ini. Terlebih lagi penawaran umum tersebut mencakup penjualan saham di
pasar perdana, penjatahan saham, pencatatan di bursa efek. Dari tahapan-tahapan tersebut BEI
membagi beberapa tahapan kerja dari sebuah proses go public.
Tahap Persiapan
Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan proses go public. Pada tahap persiapan ini yang paling utama yang harus
dilakukan sebuah perusahaan yang akan go public adalah melakukan Rapat Umum Pemegang
Saham terlebih dulu (RUPS). RUPS bagi sebuah perusahaan merupakan hak penting dan
merupakan kaidah yang diatur dari UU Perseroan Terbatas. Go public harus disetujui terlebih
dulu oleh pemegang saham. Karena go public akan melibatkan modal baru di luar pemegang
saham yang ada maka perlu diputuskan apakah kehadiran modal baru itu nantinya akan
mengubah masing-masing kepemilikan para pemegang saham lama. Berapa modal yang
dibutuhkan, dan berapa modal yang mesti disetor masing-masing pemegang saham harus
terjawab dan memperoleh persetujuan oleh pemegang saham lama. Mekanisme RUPS yang
dilakukan perusahaan yang akan go public ini merupakan mekanisme RUPS sebagaimana yang
ditetapkan leh UU PT.
Setelah memperoleh persetujuan go public ini maka perusahaan mulai mempersiapkan penjamin
emisi (underwriter) dari perusahaan itu. Underwriter adalah perusahaan efek yang nantinya akan
menjembatani perusahaan efek tersebut ke pasar modal. Sebagai penjamin maka perusahaan efek
itu akan menyiapkan dokumen dan bersama dengan perusahaan menunjuk pihak-pihak seperti
akuntan publik, konsultan hukum, notaris, perusahaan penilai (appraisal), dan faktor-faktor lain
yang sifatnya adminsitrasi.
Akuntan publik dibutuhkan untuk menilai berbagai pernyataan keuangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan, konsultan hukum, tentunya antara lain melakukan audit hukum atas aspek hukum
dari bisnis, aset dan berbagai produk hukum yang pernah dikeluarkan dan yang akan dikeluarkan
perusahaan. Sedangkan notaris ditunjuk antara lain untuk mencatat setiap keputusan yang
diambil perusahaan daam rangka proses go public. Tugas notaris antara lain berkaitan dengan
perubahan modal disetor Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).
Appraisal atau perusahaan penilai bertugas untuk menilai aset perusahaan khususnya dari sisi
nilai. Dengan adanya appraisal ini berarti bisa diketahui nilai perusahaan, nilai modal sehingga
nantinya bersama dengan komponen-komponen lainnya, kinerja keuangan dan operasional bisa
dikeluarkan nilai dan harga saham yang layak bila perusahaan itu akan go public.
Praktis dalam tahap persiapan ini yang melakukan pengolahan data-data perusahaan, tidak lagi
manajemen atau direksi, apalagi pemegang saham pendiri yang banyak terlibat, tapi sudah orang-
orang di luar perusahaan ikut terlibat. Pihak-pihak luar seperti underwriter, konsultan hukum,
akuntan, appraisal dan notaris. Mereka itu merupakan pihak-pihak yang sudah memahami tugas
dan fungsinya bagi perusahaan. Karena itu guna kelancaran proses go public sebuah perusahaan
disarankan menggunakan profesi penunjang pasar modal yang memperoleh izin dari Bapepam-
LK.
Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran
Dalam tahap ini, perusahaan bersama underwriter membawa dokumen yang terangkum dalam
prospektus ringkas perusahaan ke Bapepam-LK. Prospektus ringkas merupakan keterangan
ringkas mengenai perusahaan dalam minimal dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Untuk itu
prospektus harus secara ringkas dan padat memuat berbagai informasi terkait dengan perusahaan,
mulai dari company profile, kinerja operasional perusahaan seperti, neraca rugi laba, proyeksi
kinerja perusahaan serta untuk kepentingan apa dana masyarakat itu dibutuhkan. Pada tahap ini
jangan heran kalau perusahaan beserta penjamin emisinya, konsultan hukum, notaris dan akuntan
publik serta appraisal, akan sering modar-mandir ke Bapepam-LK. Sebab pada tahap ini seluruh
pernyataan para profesi pendukung pasar modal itu (notaris, konsultan hukum dan akuntan),
termasuk appraisal dan penjamin emisi mulai diperiksa secara detil, satu per satu lengkap dengan
dokumen pendukungnya. Pada tahap inilah seleksi tersebut berlangsung. Kalau penjamin emisi
memperkirakan harga jual sahamya Rp 6.000 per saham, maka dokumen pendukung tentang itu
harus ada, jelas dan transparan.
Aspek full disclosure akan mulai terungkap di sini. Jadi dapat dipastikan para profesi penunjang
pasar modal itu, tidak akan main-main dalam memberikan pendapatnya. Meleset sedikit saja,
atau berbeda dengan kaidah yang berlaku ancaman bagi para profesional pasar modal itu cukup
berat, dan harus dibayar mahal. Adapun sanksinya bisa berupa denda hingga sanksi pidana atau
pencabutan izin.
Tahap Penjualan Saham
Dipastikan kurang dari 38 hari Bapepam-LK sudah memberikan jawaban atas pernyataan
pengajuan pendaftaran perusahaan yang akan go public ini. Kalau setelah melakukan pendaftaran
dan tidak ada koreksi maka pada periode waktu tersebut, pernyataan tersebut otomatis menjadi
efektif. Apabila perusahaan itu sudah dinyatakan efektif, berarti saham dari perusahaan itu sudah
bisa dijual. Penjualan dilakukan melalui penawaran umum (initial public offering/IPO).
Dalam konteks pasar modal penjualan saham melalui mekanisme IPO ini disebut dengan
penjualan saham di pasar perdana, atau biasa juga disebut dengan pasar perdana. Penjualan
saham dalam pasar perdana mekanismenya diatur oleh penjamin emisi. Penjamin emisi yang
akan melakukan penjualan kepada investor dibantu oleh agen penjual. Agen penjual adalah
perusahaan efek atau pihak lain yang ditunjuk sebelumnya dan tercantum dalam prospektus
ringkas. Oleh Bapepam-LK bagi perusahaan yang akan tercatat di BEI penjualan saham dalam
IPO ini waktunya relatif terbatas, dua atau tiga hari saja. Tapi bagi perusahaan yang setelah
menjual sahamnya tidak mencatatkan di BEI maka penjualan sahamnya bisa lebih lama lagi. Dan
tentunya akan sangat tergantung dari prospektus yang diajukan pada pernyataan pendaftaran.
Hingga tahap IPO ini, perusahaan sudah bisa dinyatakan sebagai perusahaan publik. Gelar di
belakang perusahaan menjadi Tbk (kependekan dari Terbuka). Sebagaimana diungkap
sebelumnya, perusahaan bisa langsung mencatatkan sahamnya di BEI setelah IPO bisa juga
tidak. Jadi setelah menjadi perusahaan public sama sekali tidak ada keharusan bagi saham sebuah
perusahaan untuk langsung tercatat (listed). Ingat ketika PT Abdi Bangsa Tbk perusahaan
penerbit harian Republika pertama kali go public tidak langsung tercatat di BEI, melainkan
beberapa tahun kemudian. Kendati tidak langsung listing namun perusahaan yang telah IPO
tersebut tetap mengikuti aturan mengenai keterbukaan di pasar modal. Itu berarti laporan
keuangan, corporate action dan ketebukaan informasi lainnya harus disampaikan ke publik.
Tahap Pencatatan di BEI
Setelah melakukan penawaran umum, perusahaan yang sudah menjadi emiten itu akan langsung
mencatatkan sahamnya maka yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah apakah perusahaan
yang melakukan IPO tersebut memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku di BEI (listing
requirement). Kalau memenuhi persyaratan, maka perlu ditentukan papan perdagangan yang
menjadi papan pencatatan emiten itu. Dewasa ini papan pencatatan BEI terdiri dari dua papan:
Papan Utama (Main Board) dan Papan Pengembangan (Development Board). Sebagaimana
namanya, papan utama merupakan papan perdagangan bagi emiten yang volume sahamnya
cukup besar dengan kapitalisasi pasar yang besar, sedangkan papan pengembangan adalah
khusus bagi pencatatan saham-saham yang tengah berkembang. Kendati terdapat dua papan
pencatatan namun perdagangan sahamnya antara papan utama dan papan pengembangan sama
sekali tidak berbeda, sama-sama dalam satu pasar.
Jadi perbedaaan papan perdagangan ini hanya membedakan ukuran perusahaan saja. Papan
Utama ditujukan untuk emiten atau emiten yang mempunyai ukuran (size) besar dan lamanya
menjalankan usaha utama sekurang-kurangnya 36 bulan berturut-turut. Sementara Papan
Pengembangan dimaksudkan untuk perusahaan-perusahaan yang belum dapat memenuhi
persyaratan pencatatan di Papan Utama, termasuk perusahaan yang prospektif namun belum
menghasilkan keuntungan.
(tim bei )
(No Ratings Yet)
Koperasi
2. Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi yang menjadi anggota koperasi
yang memiliki lingkup lebih luas.
Prinsip Koperasi
Menurut UU No. 25 tahun 1992 Pasal 5 disebutkan prinsip koperasi, yaitu :
1. Koperasi Simpan Pinjam
adalah koperasi yang bergerak di bidang simpanan dan pinjaman
2. Koperasi Konsumen
koperasi beranggotakan para konsumen dengan menjalankan kegiatannya
jual beli menjual barang konsumsi
3. Koperasi Produsen
koperasi beranggotakan para pengusaha kecil (UKM) dengan menjalankan
kegiatan pengadaan bahan baku dan penolong untuk anggotanya.
4. Koperasi Pemasaran
koperasi yang menjalankan kegiatan penjualan produk/jasa koperasinya atau
anggotanya
5. Koperasi Jasa
Koperasi yang bergerak di bidang usaha jasa lainnya.
2. Simpanan Wajib
Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang harus dibayarkan
oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu,
misalnya tiap bulan dengan jumlah simpanan yang sama untuk setiap
bulannya. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang
bersangkutan masih menjadi anggota koperasi.
3. Dana Cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa
Hasil usaha, yang dimaksudkan untuk pemupukan modal sendiri, pembagian
kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi, dan untuk menutup
kerugian koperasi bila diperlukan.
4. Hibah
Hibah adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan
uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah/pemberian dan tidak
mengikat.
Hal ini menyebabkan koperasi yang ada saat itu berjatuhan karena tidak
mendapatkan izin Koperasi dari Belanda. Namun setelah para tokoh
Indonesia mengajukan protes, Belanda akhirnya mengeluarkan UU no. 91
pada tahun 1927, yang isinya lebih ringan dari UU no. 431 seperti :
1. Hanya membayar 3 gulden untuk materai
• Pengurus
Pengurus adalah badan yang dibentuk oleh rapat anggota dan disertai dan
diserahi mandat untuk melaksanakan kepemimpinan koperasi, baik dibidang
organisasi maupun usaha. Anggota pengurus dipilih dari dan oleh anggota
koperasi dalam rapat anggota. Dalam menjalankan tugasnya, pengurus
bertanggung jawab terhadap rapat anggota. Atas persetujuan rapat anggota
pengurus dapat mengangkat manajer untuk mengelola koperasi. Namun
pengurus tetap bertanggung jawab pada rapat anggota.
• Pengawas
Pengawas adalah badan yang dibentuk untuk melaksanakan pengawasan
terhadap kinerja pengurus. Anggota pengawas dipilih oleh anggota koperasi
di rapat anggota. Dalam pelaksanaannya, pengawas berhak mendapatkan
setiap laporan pengurus, tetapi merahasiakannya kepada pihak ketiga.
Pengawas bertanggung jawab kepada rapat anggota
masalah
Masalah Koperasi Di Indonesia
Posted on Juni 12, 2008 by sawungjati
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara konstitusional, badan usaha yang disebutkan secara eksplisit dalam
Penjelasan UUD 1945, hanya koperasi. “… Bangun perusahaan yang sesuai dengan
itu ialah koperasi”, demikian dinyatakan UUD 1945.
Para pengusaha besar konglomerat dan industri manufaktur yang selama ini
diagung-agungkan membawa pertumbuhan ekonomi yang pesat, ternyata tidak
terealisasi. Walau mendapat peluang seperti yang disebutkan diatas, ternyata
dalam upaya pemulihan ekonomi, koperasi tetap dalam posisi yang marjinal.
Beberapa petinggi seakan sering bersuara untuk memberdayakan koperasi, tetapi
tetap saja koperasi tidak terlihat peranan yang signifikan dalam alur pemulihan
ekonomi Indonesia. Yang berkembang hanyalah kuantitas koperasi dan tidak
terlihat perbaikan kualitasnya, baik mikro maupun makro ekonomi.
B. Rumusan Masalah
D. Metode Penulisan
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu bab pertama mengenai pendahuluan
yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan. Bab kedua berisikan pembahasan materi dan
bab ketiga mengenai penutup yang terdiri dari kesimpulan. Terakhir adalah daftar
pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
Koperasi berasal dari kata-kata latin : Cum yang berarti “dengan” dan operasi
yang berarti “bekerja”. Dari dua kata tersebut diperoleh arti secara umum “bekerja
dengan orang-orang lain, atau kerja bersama-sama orang-orang lain untuk suatu
tujuan atau hasil tertentu.”
4. TAP MPR no.II 1983 (bab 3 huruf A no.14 dan huruf D no.30, ekonomi no.8)
Dalam penjelasan UUD pasal 33, dikemukakan bahwa asas yang dimiliki
koperasi :
2. Asas Kekeluargaan
3. Asas Kebersamaan
1. Landasan Koperasi :
Secara implisit disebutkan dalam BAB II pasal 2 ayat 1 mengenai landasan idiil
koperasi Indonesia adalah Pancasila. Pasal 2 ayat 2 mengenai landasan
struktural koperasi Indonesia adalah UUD 1945 dan landasan geraknya adalah
pasal 33 ayat (1) UUD 1945 beserta penjelasannya. Pasal 2 ayat 3 mengenai
landasan mental kperasi Indonesia adalah setia kawan dan kesadaran pribadi.
Pengurus
Manajer
Pemahaman Masalah
Menurut Sritua Arief (1997), ada tiga pendapat yang hidup di kalangan
masyarakat mengenai eksistensi unit usaha koperasi dalam sistem ekonomi
Indonesia. mengutarakan perlunya mengkaji ulang apakah koperasi masih perlu
dipertahankan keberadaannya dalam kegiatan ekonomi.
Tetapi, setelah menempuh alam kemerdekaan, terlebih pada era Orde Baru,
paradigma yang berkembang dan dijalankan tidaklah demikian. Paradigma yang
dijalankan dengan “sungguh-sungguh” adalah apa yang disebut Mubyarto dengan
istilah “kapitalistik-liberal-perkoncoan” (selanjutnya disebut “KLP), atau dalam
istilah Sri-Edi Swasono (1998a) disebut “rezim patronasi bisnis”, yang sesungguhnya
lebih jahat dari kapitalisme kuno yang dikritik oleh Marx dalam bukunya “Das
Kapital”. Sistem KLP tersebut menyebabkan tumbuh suburnya praktik kolusi,
korupsi, kroniisme dan nepotisme (KKKN) dalam perekonomian Indonesia.
Dalam sistem hukum pun, masih banyak perangkat peraturan yang belum
dijiwai semangat demokrasi ekonomi sebagaimana disebutkan pada Pasal 33 UUD
1945. Permasalahan sistem hukum yang mixed-up ini, telah mempengaruhi moral
ekonomi dan motif ekonomi para pelaku ekonomi Indonesia, sehingga akhirnya
justru memarjinalkan koperasi yang seharusnya menjiwai bangun perusahaan
lainnya.
Hal itu terjadi karena adanya kontradiksi akut dalam pemahaman koperasi.
Secara substansial koperasi adalah gerakan rakyat untuk memberdayakan dirinya.
Sebagai gerakan rakyat, maka koperasi tumbuh dari bawah (bottom-up) sesuai
dengan kebutuhan anggotanya. Hal itu sangat kontradiktif dengan eksistensi
Depkop. Sebagai departemen, tentu Depkop tidak tumbuh dari bawah, ia adalah
alat politik yang dibentuk oleh pemerintah. Jadi, Depkop adalah datang “dari atas”
(top-down). Karena itu, lantas dalam menjalankan operasinya, Depkop tetap dalam
kerangka berpikir top-down. Misalnya dalam pembentukan koperasi-koperasi unit
desa (KUD) oleh pemerintah. Padahal, rakyat sendiri belum paham akan gunanya
KUD bagi mereka, sehingga akhirnya KUD itu tidak berkembang dan hanya menjadi
justifikasi politik dari pemerintah agar timbul kesan bahwa pemerintah telah peduli
pada perekonomian rakyat, atau dalam hal ini khususnya koperasi.
Hal lain yang menandakan kontradiksi akut itu, adalah pada usaha Depkop
(dan tampaknya masih terus dilanjutkan sampai saat ini oleh kantor menteri negara
koperasi) untuk “membina” gerakan koperasi. Penulis sungguh tidak mengerti
mengapa istilah “membina” tersebut sangat digemari oleh para pejabat
pemerintahan. Sekali lagi, koperasi adalah gerakan rakyat yang tumbuh karena
kesadaran kolektif untuk memperbaiki taraf hidupnya. Karena itu penggunaan kata
(atau malah paradigma) “membina” sangatlah tidak tepat dan rancu. Koperasi tidak
perlu “dibina”, apalagi dengan fakta bahwa “pembinaan” pemerintah selama ini
tidak efektif. Yang diperlukan koperasi adalah keleluasaan untuk berusaha; untuk
akses memperoleh modal, pangsa pasar, dan input (bahan baku).
Permasalahan Mikroekonomi.
• Masalah Input.
Pada sisi input sumber daya manusia, koperasi mengalami kesulitan untuk
memperoleh kualitas manajer yang baik. Di sinilah campur tangan pemerintah
diperlukan untuk memberikan mutu modal manusia yang baik bagi koperasi.
• Kualitas output.
• “Mapping Product”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Koperasi memiliki peluang seiring dengan krisis yang terjadi di Indonesia dan
Asia pada umumnya. Kegagalan industri besar untuk menghasilkan pembangunan
yang brkelanjutan, memberikan peluang bagi koperasi untuk menyatakan dirinya
sebagai fundamental perekonomian.
Untuk menggapai peluang itu dan menempatkan kembali koperasi sebagai “soko
guru” diperlukan perubahan radikal (mengubah dari akar masalah) dan
komprehensif. Yang harus dibenahi segera adalah pertama, reorientasi dan
reorganisasi koperasi. Koperasi diorientasi dan diorganisasikan sebagai bangun
perusahaan yang profesional. Koperasi harus berdiri tegak sebagai bengun
perusahaan yang mandiri dan efisien. Kedua, reaktualisasi peranan pemerintah,
seperti disebutkan pada uraian sebelumnya. Koperasi jangan lagi dieksploitasi
menjadi jargon politik kepentingan. Ketiga, pembenahan sestem ekonomi Indonesia
sehingga kembali pada cita-cita didirikannya negara Republik Indonesia. Sistem,
praktik dan peraturan-peraturan yang berjiwa kapitalistik-liberal-perkoncoan, harus
segera diganti dan di-Pasal 33-kan, sehingga memberikan keleluasaan bagi
koperasi dan unit usaha ekonomi rakyat lainnya dapat berkembang dan tidak
ditindas oleh unit usaha yang besar dan kuat.
Daftar Pustaka
Hatta, Mohammad. “Ekonomi Rakjat”, dalam Daulat Rakjat, No. 79., 1933.