Professional Documents
Culture Documents
ini. Perhatian ini merupakan indikasi arti penting perilaku beretika di masyarakat dan
beberapa catatan penting tentang perilaku tidak beretika. Perilaku beretika merupakan
tulang punggung praktik akuntansi public dan harus ditanggapi secara serius oleh
mahasiswa akutansi. Dalam makalah ini membahas beberapa studi. Dimulai dari defenisi
dan pembahasan mengenai etika untuk semua tingkat, pembahasan mengenai dilemma
etika dan bagaimana pendekatannya, dan diakhiri dengan pembahasan mengenai etika
prfesi akuntan dengan perhatian tertentu pada Kode Etik Akuntan Indonesia yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Sepanjang belum diatur dalam Kode etik Akuntan
Indonesia, akan dibahas kode perilaku yang berlaku bagi anggota AICPA.
II. ISI
1. Pengertian Etika
Etika secara umum didefenisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Contoh
perangkat prinsip yang dibangun oleh Josepshon Institute for the Advancement of Ethics
di Amerika Serikat yang merupakan badan usaha nirlaba yang menyusun kode etik
professional dalam bidang pemerintahan, hukum, kesehatan, bisnis, akuntansi, dan
juranalistik, disajikan sebagai berikut :
• Kejujuran.
• Integritas
• Mematuhi janji
• Loyalitas
• Keadilan
• Kepedulian kepada orang lain
• Menghargai orang lain
• Menjadi warga yang bertanggung jawab
• Mencapai yang erbaik
• Ketanggugugatan
2. Dilema Etika
Dilemma etika adalah situasi yang diahadapi seseprang dimana kepitisan mengenai
perilaku yang pantas harus dibuat. Auditor, akuntan dan kalangan bisnis lainnya
menghadapi banyak dilemma etika dalam karier bisnis mereka. Bernegosiasi dengan
klien yang mengancam untuk mencari auditor baru kalau perusahaanya tidak memperoleh
pendapat wajar tanpa pengecualian, jelas merupakan dilemma etika karena pendapat
seperti itu belum memuaskannya. Memutuskan apakah akan menegur supervisor yang
telah lebih saji secara material nilai pendapatan departemen untuk mendapatkan bonus
yang lebih besar meruapakan dilemma etika sulit. Melanjutkan bergabung di perusahaan
yang melecehkan dan memperlakukan pegawai dan pelanggan secra tidak jujur
merupakan dilemma moral, khususnya apabila orang itu memiliki sanak saudaranya yang
mendukung dan lagi pasaran kerja cukup ketat.
Ada beberpa alternative pemecahan dilema etika, tetapi harus berhati hati untuk
menghindari cara yang merupakan rasionalisasi perilaku tidak beretika. Berikut ini adalah
metode rasionalisasi yang biasanya digunakan bagi perilaku tidak beretika :
• Semua orang melakukannya. Argumentasi yang mendukung penyalahgunaan
pajak atau menjual produk rusak biasanya didasarkan pada rasionalisasi bahwa
semua orang melakukan hal yang sama, oleh karena itu dapat diterima.
• Jika itu legal, maka itu beretika. Menggunakan argumentasi bahwa semua
perilaku legal adalah beretika sangat berhubungan dengan ketepatan hokum.
Dengan filosofi ini, tidak ada kewajiban menuntut kerugian yang telah dilakukan
seseorang.
• Kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya. Filosogi ini bergantung pada
evaluasi hasil temuan seseorang. Umumnya, seseorang akan memberikan
hukuman (konsekuensi) pada temuan tersebut.
Alasan yang mendasari diperlukannya perilaku professional yang tinngi pada setiap
profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan public terhdap kualitas jasa yang diberikan
profesi, terlepas dari yang dilakukan secara perorangan. Bagi akuntan public, penting
untuk meyakinkan klien dan pemakai laporan keuangan akan kualitas audit dan jasa
lainnya.
• Prinsip-prinsip : standar ideal dari perilaku etis yang dapat dicapai dalam
terminology filosofi.
• Peraturan perilaku : standar minimum perilaku etis yang ditetapkan sebagai
peraturan khusus. Merupakan suatu keharusan.
• Interprestasi : interprestasi peraturan perilaku. Tidak merupakan keharusan, tetapi
para praktisi harus memahaminya.
• Ketepatan Etika : penjelasan dan jawaban yang diterbitkan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan peraturan perilaku yang diajukan oleh para praktisi dan
lainnya yang tertarik pada persyaratan etika. Tidak merupakan keharusan, tetapi
para praktisi harus memahaminya.
Peraturan perilaku
Ketentuan perilaku dalam Kode Perilaku Akuntan Indonesia yang termuat dalam
Kode Etik Akuntan Indonesia, Pernyataan Etika Profesi, Interprastasi Pernyataan Etika
profesi berlaku bagi semua anggota IAI untuk semua jasa yang diberikan, baik anggota
tersebut berpraktik sebagai akuntan public atau tudak, kecuali kalau dinyatakan secara
khusus di dalamnya. Misalnya, bila peraturan ditetapkan terbatas bagi anggota dalam
praktik akuntan public, akan dinyatakan secara khusus seperti pada Pasal 6 Kode Etik
Akuntan Indonesia. Butir (1) Pasal tersebut adalah mengenai independensi, yang
berbunyi :
Jika terlibat dalam profesi akuntan public, setiap anggota : (!) Harus mempertahankan
sikap independent. Ia harus bebas dari semua kepentingan yang bisa dipandang tidak
sesuai dengan integritas maupu obyektifitasnya, tanpa tergantung efek sebenarnya dari
kepentingan itu.
Terdapat tiga persyaratan penting yang harus dipenuhi auditor sebelum diterima
melaksanakan jasa pembukuan dan audit bagi klie :
1. Klien harus menerima tanggung jawab penuh atas laporan keuangan tersebut.
2. Akuntan public harus tidak memegang peranana sebagai pegawai atau manajemen
yang menjalankan operasi perusahaan.
3. dalam pemeriksaaan atas laporan keuangan yang disiapkan dari catatan dan buku
klien yang sebagian atau seluruhnya dibuat oleh akuntan public.
Kode Etik Akuntan Indonesia pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa “ Setiap anggota
harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam melaksanakan tugasnya”. Secara
lebih khusus untuk profesi akuntan public. Kode Etik Akuntan Indonesia pasal 6 ayat 1
menyebutkan bahwa seorang akuntan public harus mempertahankan sikap independent.
Objektifitas berarti tidak memihak dalam melaksanakan smua jasa. Misalkna seorang
akuntan public sedang menyiapkan SPT untuk sebuah klien, dan sebagai penasehat klien,
menganjurkan klien itu untuk mengadakan pengurangan pada SPTnya yang menurutnya
sah, dengan sejumlah pendukung tetapi karena dapat diterima seorang akutan public
menjadi pensehat klien untuk perpajakan dan jasa manajemen.
2. Standar-Standar Teknis
Di Indonesia terdapat aturan dalam Bab II : Kecakapan Profesional, Pasal 2 dan Pasal 3
yang berbunyi sebagai berikut :
1. (a) Seorang anggota harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar teknis
dan professional yang relevan.
(b) Jika seorang anggota mempekerjakan staf dan hali lainnya untuk pelaksanakan
tugas profesionalnya, ia harus menjelaskan kepada mereka, keterikatan akuntan
pada kode etik. Dan ia tetap bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut secara
keseluruhan. Ia juga berkewajiban untuk bertindak sesuai dengan kode etik, jika
ia memilih ahli lain untuk memberi saran atau bila merekomendasikan ahli lain itu
kepada kliennya.
(3) Setiap anggota harus menolak setiap penugasan yang tidak akan dapat
diselesaikannya.
Dalam Pernyataan Etika Profesi No. 2 tentang Kecakapan Etka Profesional dinyatakan:
Anggota harus memperhatikan standar teknik profesi dan etika dan berupaya terus untuk
menigkatkan kemampuan, kualitas pelayanan dan pelaksanaan tanggung jawab profesioal
untuk mendapatkan kemampuan anggota yang baik.
1. Kerahasiaan
Peraturan 301 – Informasi Rahasia Klien. Seorang anggota dalam praktik public tidak
dibenarkan mengungkapkan semua informasi rahasia klien tanpa ijin khusus dari klien.
Para anggota seuatu lembaga penyelidik yang diakui atau lembaga disiplin dan peninkau
praktik professional tidak diperkenankan menggunakan untuk kepentingannya sendiri
atau mengungkapkan semua informasi rahsia klien anggota yang menarik perhatiannya
dalam melaksanakan tanggungjawab resminya.
Kode perilaku AICPA mempunyai peraturan 302 yang mengaur imbal jasa bersyarat.
Peraturan 302- Imbal jasa bersyarat. Anggota dalam praktik public tidak boleh membuat
imbal jasa bersyarat untuk setiap jas professional atau menerima ongkos dari klien yang
anggota atau perusahaanya juga melakukan.
Kode etik Akuntan Indonesia Pasal 1 ayat (1) menyebutkan. “Setiap anggota harus
selalu mempertahankan nama baik profesi dan menjunjung tinggi etika profesi serta
hokum Negara tempat ia melaksanakan pekerjaanya.
Tindakan yang mendatangkan aib kurang jelas didefenisikan dalam aturan dan
interprestasi. Ada 3 interprestasi, tetapi kecuali untuk yang pertama, semuanya masih
tersamar. Ketiga interprestasi itu diikhtisarkan sbb.
1. merupakan tindakan tercela bila menahan catatan klien setelah mereka meminta.
2. kantor akuntan public tidak boleh melakukan diskriminasi berdasrkan ras, warna
kulit, agama, jenis kelamin, umru ataupung asal kebangsaan.
3. jika seorang praktisi setuju untuk melakukan audit yang berbeda dari standar
auditing yang berlaku umum, baik prosedur badan pemerintah itu maupun GAAS,
kedunya harus diikuti kecuali dinyatakan dalam laporan audit bahwa itu tidak
dilakukan berserta alasan-alasannya.
5. Ketentuan dalam Anggaran Rumah Tangga AICPA
Sebagai pedoman bagi apa yang disebut tindakan tercela, anggaran rumah tangga AIZPA
memberikan pedoman yang lebih jelas daripada Kode Perilaku Profesional. Anggaran
rumah tangga tersebut menetapkan bahwa keanggotaan dalam AICPA dapat dicanbut
tanpa harus mendengar lagi keterangan si pelanggar untuk empat kejahatan berikut :
Peraturan 502 – Periklanan dan bentuk panawaran lainnya. Seorang anggota tidak
dibenarkan untuk mencari klien dengan memasang iklan atau mengajukan penawaran
lainnya yang bersifat mendustai, menyesatkan atau menipu. Semenatara itu Kode Etik
Akuntan Indonesia menyebutkan dalam pasal 6 ayat 8 bahwa seorang akunyan public
dilarang mengiklankan nama atau jasa yang diberikannya, kecuali yang sifatnya
pemberitahuan.
Lebih jauh, dalam Pernyataan Etika Profesi No. 4 memuat contoh mengenai apa yang
boleh dan apa yang tidak boleh dalam hubungannya dengan iklan bagi akuntan public.
1. Contoh-contoh iklan dan bentuk yang palsu, menipu atau menyesatkan antara lain
:
1. seorang akuntan publijk memberikan janji-janji muluk
2. menggambarkan seolah-olah dapat mempengaruhi kiputusan pejabat
pengadilan, instansi pengatur atau badan/instansi yang serupa
3. membuat pernyataan yang tidak didukung oleh fakta yang dapat
dibuktikan kebenarannya
4. membuat perbandingan dengan akuntan public lainnya uang tidak
didasarkan pada akta yang dapat diversivikasi
5. membuat pernyataan bahwa jasa professional spesifik sedang/akan
diberikan dengan upah tertentu yang bisa naik dan calon kliennya tidak
diberitahu kemungkinan ini
6. membuat pernyataan yang dapat mengakibatkan orang lain tertipu atau
salah menafsirkannya
7. akuntan public tidak diperbolehkan menawarkan jasanya secara tertulis
kepada calon klien, kecuali atas permintaan calon klien yang
bersangkutan.
Pasal 8
1. nama kantor akuntan publik bentuk usaha sendiri adalah nama pimpinan
penanggungjawab kantor,
2. nama kantor akuntan publik kerja sama adalah nama rekan pimpinan dan nama
rekan, atau nama pimpinan “& Rekan”, atau nama rekan pimpinan, nama rekan
dan nama rekan,
3. apabila rekan namanya dicantumkan pada nama kantor akutan publik bentuk kerja
sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak aktif lagi karena mengundurkan
diri, pensiun, meninggal dunia, ataupun alasan lain sepanjang tidak dikenakan
sanksi sebagaimana diatur dalam pasal 20, nama kantor akuntan publik dimaksud
dalam ayat (2) pasal ini dapat dipertahankan sepanjang hal tersebut dikehendaki.
4. apabila terdapat rekan yang tidak aktif lagi karena mengundurkan diri, pensiun,
meninggal dunia atau alasan lain harus dilaporkan secara tertulis kepada Menteri
Keuangan paling lambat dalam waktu satu bulan, dengan tembusan kepada
Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
Divisi Etika Profesi AICPA ( di Indonesia, Badan Pengawas Profesi IAI-KAP dan
Dewan Pertimbngan Profesi IAI) bertanggung jawab untuk mengadakan penyelidikan
atas pelanggaran lainnya terhadap kode dan memutuskan tindakan pelanggaran disiplin.
Yang lebih penting dalam hal ini pemberhentian dari keanggotaan AICPA adalah
penentuan perilaku, yang serupa dengan peraturan perilaku AICPA, yang diterapkan oleh
dewan akuntansi di ke -50 negara bagia. Karena setiap Negara bagian memberikan ijin
praktik bagi para praktisi untuk berpraktik senagai akuntan public terdaftar, pelanggaran
yang berat atas kode etik dewan Negara bagian dapat mengakibatkan dicabutnya
sertifikat serta ijin praktik akuntan public.meskipun hal ini jarang terjadi , pencabutan ini
menghapus kesempatan untuk berpraktik sebagai akuntan public.
III. KESIMPULAN
Etika secara umum didefenisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai.
Kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup penting sehingga banyak diantara
nilai-nilai etika yang dimasukkan dalam undang-undang. Banyak profesi mengalami
dilema etika, dilema etika adalah situasi yang diahadapi seseprang dimana kepitisan
mengenai perilaku yang pantas harus dibuat. Auditor, akuntan dan kalangan bisnis
lainnya menghadapi banyak dilemma etika dalam karier bisnis mereka. Cara
memecahkannya Pendekatan enam langkah berikut ini merupakan pendekatan
sederhana untuk memecahkan dilema etika dapatkan fakta-fakta yang relevan,
Identifikasikan issue-isue etika dari fakta-fakta yang ada, Tentukan siapa dan
bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi oleh dilemma, Identifikasikan
alternative yang tersedia bagi orang yang harus memcahkan dilemma, Identifikasikan
konsekuensi yang mungkin timbul dari setiap alternative dan Putuskan tindakan yang
tepat.
Daftar Putaka :
Arens & Loebbecke, Adaptasi oleh Amir Abadi Jusuf. Auditing Pendekatan
Terpadu.1996. Salemba Empat. Edisi Revisi.