Professional Documents
Culture Documents
POKOK BAHASAN IV
PEMADATAN
(COMPACTION)
4.1 Pendahuluan
Proses pemadatan tanah untuk timbunan badan jalan dan subgrade,
merupakan proses yang sangat penting untuk diketahui. Pada proses
pemadatan ini hasil akhir sangat menentukan kualitas konstruksi, dari
sinilah umur konstruksi perkerasan ditentukan dan hasil pemadatan yang
baik akan menghemat biaya konstruksi diatasnya. Hasil pemadatan sangat
ditentukan oleh macam material yang dipakai sebagai bahan timbunan,
tata cara (prosedur) pemadatan dan alat pemadat yang digunakan.
4.1.2 Relevansi
Pemadatan tanah memberikan pengertian yang mendalam terhadap
proses pembentukan timbunan untuk pekerjaan konstruksi jalan. Proses ini
yang akan menjadi pegangan bagi mahasiswa apabila ia kelak
melaksanakan pekerjaan pemadatan atau mengawasi pekerjaan
pemadatan dilapangan. Dengan pengertian mengenai proses pemadatan
ini maka ia kelak tidak ragu lagi dalam memilih material maupun peralatan
pemadat.
45
4.2 Penyajian
e = w Gs
Maximum dry unit weight untuk suatu kadar air dengan rongga udara nol,
atau tanpa rongga udara adalah:
Gsγw Gsγw γw
γ zav = = =
1 + e 1 + wGs 1 / Gs + w
Variasi harga γzav untuk sebarang kadar air grafiknya dapat dilihat pada
Gambar 4.1.
Secara prinsip didapatkan demikian: bila kadar air sangat rendah maka
tanah akan menjadi keras dan sukar dipadatkan dan hasil pemadatannya
mempunyai density yang rendah karena masih banyak rongga udara (air
48
voids). Bila kadar air dinaikkan maka air akan bekerja sebagai pelumas
dan menjadikan tanah lebih lunak dan lebih mudah dipadatkan dengan
demikian diperoleh dry density yang tinggi dan rongga udara yang rendah.
Apabila air bertambah banyak, maka air cenderung membuat butir-butir
tanah menjauh dengan demikian rongga udara total (udara + air) akan naik
sehubungan naiknya kadar air dan dry density akan berkurang.
Percobaan pemadatan tanah dilaboratorium dikenal sebagai ”Proctor
test” yang telah distandarisir di AASHTO T-99 dan ASTM D-698 dan dikenal
sebagai ”Standard Proctor Test”. Standard Proctor Test ini menggunakan
25 pukulan pemadat seberat 5.5 lbs yang dijatuhkan pada ketinggian 1 ft
pada masing-masing lapisan tanah yang diletakkan pada cetakan (mold),
dimana cetakan tersebut berisi 3 lapis tanah. Usaha pemadatan dalam
standard Proctor test ini secara kasar sebanding dengan usaha alat
pemadat ringan (light rollers) pada pemadatan tanah dilapangan. Pada saat
ini dengan berkembangnya peralatan pemadatan dilapangan maka
dilaboratorium ada ”Modified Proctor Test”. Modified Proctor test ini
menggunakan 25 pukulan pemadat seberat 10 lbs yang dijatuhkan pada
ketinggian 18 in pada masing-masing lapisan tanah yang diletakkan pada
cetakan (mold) yang berisi 5 lapis tanah. Modified proctor test ini telah
distandarisir dalam AASHTO T-180. Usaha pemadatan dalam modified
Proctor test ini secara kasar sebanding dengan usaha alat pemadat berat
(heavy rollers) pada pemadatan tanah dilapangan.
Untuk kedua prosedur Proctor test (standard+modified) ada 4 sub
prosedur yang bisa dipilih, yaitu:
1. Metode A, menggunakan cetakan diameter 4 in dan material tanah
harus lolos saringan No. 4 (4.75 mm).
2. Metode B, menggunakan cetakan diameter 6 in dan material tanah
harus lolos saringan No. 4 (4.75 mm).
3. Metode C, menggunakan cetakan diameter 4 in dan material tanah harus
lolos saringan ¾ in (19 mm).
49
γd
Maximum
dry density
Zero air void curve
0ptimum
moisture
content
w%
γd
Zav curve
A
W%
Sekarang kita akan menghubungkan antara Proctor test dan CBR test.
Pada percobaan pemadatan tanah (Proctor test) maka akan kita dapatkan
nilai kadar air yang unik (kadar air optimum) dimana akan didapatkan juga
pasangannya yaitu berat jenis tanah kering maksimum (γd max). Dengan
tanah yang sama dan kadar air optimum yang telah ditemukan di Proctor
test sebelumnya, kita buat 3 benda uji dengan memadatkan tanah pada
cetakan untuk CBR test, yaitu dengan 10x, 35x dan 65x tumbukan.
Kemudian benda uji direndam 4 x 24 jam sebelum dilaksanakan pengujian
pembebanan (CBR test). Gambar 4.3 memperlihatkan skematis pengujian
CBR.
Untuk 1 benda uji diatas kita dapatkan 1 grafik nilai CBR (hubungan
antara penurunan dan beban) dan 1 harga γd tertentu. Untuk ke 3 benda uji
harga γd yang didapat berlainan biarpun diawal dipakai kadar air optimum
52
yang sama, hal ini disebabkan usaha pemadatan (jumlah tumbukan) yang
berbeda. Gambar 4.4 menjelaskan bentuk grafik CBR yang diperoleh.
Beban (lbs)
10 x tumbukan
γd = 1.45
150
Penetrasi (in)
0.1
γd γd
100% γd Maks
65x
35x
Zav curve
10x
CBR
w %
Pada pelaporan maka dibawah Gambar 4.5 dicantumkan Tabel 4.2 yang
merupakan resume dari percobaan CBR.
Setelah kita melakukan trial compaction test, maka hasil trial tadi kita
cari kepadatannya. Hasil dari trial yang 8 x, 10 x dan 12 x tadi diuji
kepadatannya. Ada 2 cara yang sering dipakai untuk menentukan hasil
kepadatan di lapangan:
1. Sand Replacement Method (AASHTO T-191, ASTM D-1556)
2. Rubber Ballon Method (AASHTO T-205, ASTM D-2167)
Sand Replacement Method (pemeriksaan kepadatan dengan sand cone)
merupakan cara yang paling sering digunakan di Indonesia dan hasilnya
cukup akurat. Kepadatan ialah berat isi kering per satuan isi. Untuk
mengukur pencapaian kepadatan di lapangan maka kita membandingkan
berat isi kering (γd) yang dicapai oleh alat pemadat di lapangan dengan
berat isi kering yang dicapai oleh alat pemadat di laboratorium.
Angka hasil perbandingan ini disebut sebagai persen kepadatan atau
derajad kepadatan, untuk jenis tanah yang digunakan untuk subgrade maka
kepadatan lapangan tidak boleh kurang dari 95% dari kepadatan
laboratorium. Berat isi kering (γd):
γm
γd =
1+ w
Percobaan sand cone ini pada prinsipnya adalah untuk mengetahui berat isi
massa tanah yang telah dipadatkan dengan menggali lubang pada tanah
hasil pemadatan yang kemudian diisi dengan pasir yang telah diketahui
kepadatannya. Dengan berat dan kadar air tanah yang digali diketahui dan
volume lubang yang terisi pasir diketahui, maka berat isi kering hasil
58
γdlap
D= x100%
γdlab
Gambar 4.7 Alat sand cone, terdiri dari: botol gelas volume 4 liter berisi
pasir (1), corong kalibrasi diameter 16.51 cm (2) dan pelat besi dengan
lubang ditengah diameter 16.51 cm, ukuran pelat 30.48 x 30.48 cm (3).
59
10%. Dengan demikian cara ini maka akan didapatkan timbunan yang
diketahui sifatnya dengan konsisten.
Spesifikasi dengan cara ini menempatkan kontraktor dengan tanggung
jawab yang besar untuk memilih tanah yang akan dipadatkan, alat yang
akan dipakai, ketebalan lapisan yang dipilih untuk dipadatkan dan jumlah
lintasan alat pemadat. Hal diatas akan menyebabkan kontraktor melakukan
sejumlah percobaan pemadatan dilapangan. Untuk itu antara kontraktor
dan pengawas akan melakukan serangkaian pengujian hasil pemadatan
secara rutin dilapangan, yang mana menyebabkan harus tersedianya
peralatan laboratorium dilapangan. Spesifikasi jenis ini cenderung dipakai
untuk pekerjaan besar yaitu timbunan untuk bendungan (dam) atau
kostruksi jalan.
Method Specification, pada cara ini jenis tanah, tebal pemadatan, alat
pemadat, jumlah lintasan dan cara pengukuran hasil akhir ditentukan oleh
pemberi kerja. Kontraktor hanya mengikuti instruksi yang tertulis dari
spesifikasi, apabila terdapat hasil yang kurang baik maka tanggung jawab
ada pada pengawas. Pengawas harus selalu memonitor pekerjaan yang
dilakukan oleh kontraktor dan hasil akhirnya.
4.2.2 Latihan
1. Tanah untuk timbunan badan jalan harus dipadatkan. Jelaskan maksud
dari pemadatan tersebut?
2. Bagaimana kepadatan tanah didapatkan?
3. Apa yang menjadi ukuran bahwa tanah telah padat?
4. Bagaimana cara pengujian pemadatan tanah di laboratorium?
5. Berikan penjelasan apakah yang dimaksud dengan CBR?
6. Jelaskan cara mengadakan percobaan pemadatan di lapangan?
7. Bagaimana cara mengukur hasil pemadatan dilapangan?
8. Apa yang dimaksud dengan kondisi ”membal” sewaktu melakukan
pekerjaan pemadatan?
62
4.3 Penutup
4.3.4 Rangkuman
Tanah yang digunakan sebagai konstruksi timbunan badan jalan harus
dipadatkan dengan maksud: menaikkan density, menaikkan bearing
strength dan mengurangi permeability nya. Untuk mengetahui sifat-sifat
tanah sewaktu dipadatkan maka perlu diadakan percobaan pemadatan
tanah dilaboratorium atau yang dikenal sebagai Proctor test. Hasil yang
didapat dari Proctor test adalah grafik kadar air dengan dry density dan
grafik zero air void unit weight. Ada satu nilai unik pada grafik tersebut yaitu
nilai optimum water content dan maksimum dry density yang berbeda untuk
setiap jenis tanah.
Hasil percobaan pemadatan dilapangan digunakan untuk menentukan
percobaan CBR. CBR adalah beban yang menyebabkan penetrasi 0.1 in
pada tanah yang dibandingkan dengan beban standar batu pecah. Pada
CBR test ini tanah setelah direndam 4 x 24 jam diuji pembebanannya.
Diakhir percobaan CBR akan didapatkan grafik hubungan antara water
content, dry density dan nilai CBR dari tanah tersebut. Grafik inilah yang
dipakai sebagai pedoman pekerjaan dilapangan.
Pekerjaan pemadatan tanah dilapangan didahului dengan ”trial
compaction test” dengan maksud: agar didapat pemilihan alat pemadat
yang baik, tebal lapisan yang sesuai dan jumlah lintasan alat pemadat yang
cukup sehingga didapat kepadatan tanah yang sesuai dengan hasil
laboratoriumnya. Hasil pekerjaan pemadatan tanah dilapangan diuji dengan
alat sand cone (sand replacement method) guna mengetahui derajad
kepadatannya. Selanjutnya untuk pekerjaan pemadatan dilapangan ada 2
model spesifikasi, yaitu:
1. Performance Specification, dan
2. Method Specification.
Untuk pekerjaan yang besar digunakan performance specification.
64
DAFTAR PUSTAKA
CRONEY, D., AND CRONEY, P., (1992), The Design And Performance
Of Road Pavements, 2nd edition, McGraw-Hill Book Company, London,
UK.
SENARAI
Air voids Rollers
Base Rolling
Base-course aggregate Rubber ballon method
Bearing strength Sand cone test
Borrow-pit area Sand replacement test
California bearing ratio Shearing force
Compaction trial test Smooth wheeled roller
Degree of saturation Solid particles
Density
Determining expansive soil and remedial actions
Dry density
Dry unit weight of soil Standard Proctor test
Earthworks compaction Stamper
Falling weigt Subgrade
Heavy rollers Tampers
Hertz Tamping
Light rollers Tamping rollers
67