You are on page 1of 24

44

POKOK BAHASAN IV
PEMADATAN
(COMPACTION)

4.1 Pendahuluan
Proses pemadatan tanah untuk timbunan badan jalan dan subgrade,
merupakan proses yang sangat penting untuk diketahui. Pada proses
pemadatan ini hasil akhir sangat menentukan kualitas konstruksi, dari
sinilah umur konstruksi perkerasan ditentukan dan hasil pemadatan yang
baik akan menghemat biaya konstruksi diatasnya. Hasil pemadatan sangat
ditentukan oleh macam material yang dipakai sebagai bahan timbunan,
tata cara (prosedur) pemadatan dan alat pemadat yang digunakan.

4.1.1 Deskripsi Singkat


Pokok Bahasan mengenai Pemadatan ini berisi tentang:
1. Konsep dasar pemadatan
2. Pemadatan tanah dilaboratorium
3. Pemadatan tanah dilapangan
4. Penilaian hasil akhir pemadatan

4.1.2 Relevansi
Pemadatan tanah memberikan pengertian yang mendalam terhadap
proses pembentukan timbunan untuk pekerjaan konstruksi jalan. Proses ini
yang akan menjadi pegangan bagi mahasiswa apabila ia kelak
melaksanakan pekerjaan pemadatan atau mengawasi pekerjaan
pemadatan dilapangan. Dengan pengertian mengenai proses pemadatan
ini maka ia kelak tidak ragu lagi dalam memilih material maupun peralatan
pemadat.
45

4.1.3.1 Standar Kompetensi


Setelah mempelajari Pemadatan ini maka mahasiswa akan dapat
menentukan cara pemadatan material timbunan dilapangan. Dengan
demikian kelak sebagai tenaga ahli madia teknik ia dapat memberikan
pengarahan yang benar pada pekerjaan pemadatan.

4.1.3.2 Kompetensi Dasar


Bila diberikan penjelasan tentang cara pemilihan material tanah,
peralatan dan proses pemadatan maka mahasiswa Program Diploma III
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dapat
menerangkan kembali tata cara pemadatan material tanah dengan 95%
benar.

4.2 Penyajian

4.2.1 Konsep Dasar Pemadatan


Semua material timbunan untuk konstruksi jalan raya harus dipadatkan.
Maksud pemadatan tersebut ialah:
1. Untuk menaikkan kepadatan (density) dari tanah.
2. Untuk menaikkan kekuatan tahanan (bearing strength) dari tanah.
3. Untuk mengurangi sifat kemudahan ditembus oleh air (permeability) dari
tanah.
Secara umum, semakin padat tanah semakin besar kekuatannya dan
kemampuannya menahan gaya geser (shearing force).
Pemadatan tanah (earthwoks compaction) ialah dimana sejumlah tanah
yang terdiri dari partikel padat (solid particles), air dan udara direduksi
volumenya dengan menggunakan beban. Beban tersebut dapat berupa
beban yang bergerak (rolling), beban yang dipukulkan (tamping) maupun
beban yang digetarkan (vibrating). Kepadatan didapat dengan keluarnya
udara dari antara butiran tanah dimana proses ini merupakan kebalikan dari
46

proses konsolidasi yang merupakan keluarnya air dari antara butir-butir


tanah. Besarnya kepadatan yang diperoleh tergantung dari usaha alat
pemadat yang digunakan, jenis material tanah, kadar air (moisture content)
dan persentase rongga udara (air voids) yang ada pada tanah. Besarnya
kepadatan tersebut diukur dalam berat jenis kering tanah (dry unit weight of
soil): γd atau kepadatan kering tanah (dry density).

Pemadatan Tanah Di Laboratorium


Setelah mendapatkan daerah yang akan diambil tanahnya sebagai
bahan timbunan (borrow-pit area), maka kita perlu mengambil sampel tanah
untuk diuji sifat-sifatnya agar memenuhi apa yang diharapkan oleh
spesifikasi. Pengambilan tersebut biasanya sebanyak 2 karung besar,
dimana satu karung (beratnya sekitar 50 kg) untuk keperluan pengujian dan
yang satu karung untuk keperluan dokumentasi terhadap jenis tanah
tersebut. Dokumentasi ini penting bila ada komplain dari pihak yang merasa
diragukan terhadap sifat-sifat tanah tersebut.
Ada 3 sifat tanah yang harus diuji dilaboratorium untuk memenuhi
persyaratan bahan timbunan, yaitu:
1. Besarnya nilai CBR (California Bearing Ratio) yang bisa dicapai oleh
sampel tanah.
2. Nilai PI (Plasticity Index) yang ada pada sampel tanah.
3. Pengujian untuk mengetahui tanah ekspansif (determining expansive soil
and remedial actions).
Untuk pekerjaan pemadatan dilaboratorium, maka kita anggap pengujian
No. 2 dan No. 3 diatas diabaikan saja. Seterusnya yang dibahas adalah
hasil pekerjaan pengujian pemadatan tanah saja. Mengenai detail
pelaksanaan pengujian dipelajari di praktikum Mekanika Tanah.
Seperti dikatakan diatas bahwa derajad kepadatan diukur dalam γd (dry
density). Untuk suatu usaha percobaan pemadatan, jika γd digambarkan
sebagai ordinat berpasangan dengan kadar air (moisture content): w
47

sebagai absisnya, maka pada γd maksimum akan terdapat w (kadar air)


optimum. Grafik hasil percobaan pemadatan di laboratorium dapat dilihat
pada Gambar 4.1. Pada Gambar 4.1 juga digambarkan dry unit weight (dry
density) dengan memisalkan tanah jenuh air (degree of saturation) 100%.
Ini adalah theoritical maximum dry unit weight yang bisa dicapai untuk suatu
kadar air bila tidak ada lagi udara diantara rongga (void) butiran tanah (lihat
zero air void curve pada Gambar 4.1). Dengan kondisi tanah jenuh air
100%, maka:

e = w Gs

dimana, e = void ratio,


w = kadar air dan
Gs = specific gravity

Maximum dry unit weight untuk suatu kadar air dengan rongga udara nol,
atau tanpa rongga udara adalah:

Gsγw Gsγw γw
γ zav = = =
1 + e 1 + wGs 1 / Gs + w

dimana, γw = unit weight of water, dan


γzav = zero air void unit weight (dry)

Variasi harga γzav untuk sebarang kadar air grafiknya dapat dilihat pada
Gambar 4.1.

Secara prinsip didapatkan demikian: bila kadar air sangat rendah maka
tanah akan menjadi keras dan sukar dipadatkan dan hasil pemadatannya
mempunyai density yang rendah karena masih banyak rongga udara (air
48

voids). Bila kadar air dinaikkan maka air akan bekerja sebagai pelumas
dan menjadikan tanah lebih lunak dan lebih mudah dipadatkan dengan
demikian diperoleh dry density yang tinggi dan rongga udara yang rendah.
Apabila air bertambah banyak, maka air cenderung membuat butir-butir
tanah menjauh dengan demikian rongga udara total (udara + air) akan naik
sehubungan naiknya kadar air dan dry density akan berkurang.
Percobaan pemadatan tanah dilaboratorium dikenal sebagai ”Proctor
test” yang telah distandarisir di AASHTO T-99 dan ASTM D-698 dan dikenal
sebagai ”Standard Proctor Test”. Standard Proctor Test ini menggunakan
25 pukulan pemadat seberat 5.5 lbs yang dijatuhkan pada ketinggian 1 ft
pada masing-masing lapisan tanah yang diletakkan pada cetakan (mold),
dimana cetakan tersebut berisi 3 lapis tanah. Usaha pemadatan dalam
standard Proctor test ini secara kasar sebanding dengan usaha alat
pemadat ringan (light rollers) pada pemadatan tanah dilapangan. Pada saat
ini dengan berkembangnya peralatan pemadatan dilapangan maka
dilaboratorium ada ”Modified Proctor Test”. Modified Proctor test ini
menggunakan 25 pukulan pemadat seberat 10 lbs yang dijatuhkan pada
ketinggian 18 in pada masing-masing lapisan tanah yang diletakkan pada
cetakan (mold) yang berisi 5 lapis tanah. Modified proctor test ini telah
distandarisir dalam AASHTO T-180. Usaha pemadatan dalam modified
Proctor test ini secara kasar sebanding dengan usaha alat pemadat berat
(heavy rollers) pada pemadatan tanah dilapangan.
Untuk kedua prosedur Proctor test (standard+modified) ada 4 sub
prosedur yang bisa dipilih, yaitu:
1. Metode A, menggunakan cetakan diameter 4 in dan material tanah
harus lolos saringan No. 4 (4.75 mm).
2. Metode B, menggunakan cetakan diameter 6 in dan material tanah
harus lolos saringan No. 4 (4.75 mm).
3. Metode C, menggunakan cetakan diameter 4 in dan material tanah harus
lolos saringan ¾ in (19 mm).
49

4. Metode D, menggunakan cetakan diameter 6 in dan material tanah harus


lolos saringan ¾ in (19mm).
Apabila tidak ada keterangan metode mana yang digunakan, maka
gunakanlah metode A. Metode A juga biasa digunakan untuk tanah berbutir
halus untuk subgrade.

γd

Maximum
dry density
Zero air void curve

0ptimum
moisture
content
w%

Gambar 4.1 Grafik hasil pemadatan tanah dilaboratorium.

Selanjutnya bila usaha pemadatan dinaikkan, maka akan didapat harga


γd maksimum yang lebih besar dan nilai optimum moisture content yang
lebih kecil. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.2 dimana grafik B didapat
dengan menggunakan pemadat yang lebih berat dari yang digunakan untuk
grafik A pada kondisi tanah yang sama.
Diatas dikatakan untuk memenuhi spesifikasi pemadatan maka nilai
CBR harus dijadikan pedoman dalam pengujian kepadatan timbunan.
Timbul pertanyaan pada kita apa hubungan Proctor test dengan CBR?
Untuk menjawab pertanyaan ini kita pelajari dulu CBR test di laboratorium.
50

γd

Zav curve

A
W%

Gambar 4.2 Usaha pemadatan B > A, untuk tanah yang sama

CBR (California Bearing Ratio) ialah perbandingan antara beban penetrasi


suatu bahan terhadap bahan standard dengan kedalaman dan kecepatan
penetrasi yang sama. Sebetulnya pengujian ini hanya melihat besarnya
beban yang menyebabkan piston masuk (penetrasi) kedalam bahan yang
diuji dengan tingkat kecepatan tertentu. Beban ini kemudian dibagi dengan
beban yang menyebabkan penetrasi pada kedalaman yang sama pada
material batu pecah. Hasilnya kemudian dikalikan dengan angka 100, dan
itulah yang dinamakan CBR. Beban penetrasi untuk batu pecah telah
distandarisir. Harga CBR material tanah tergantung pada density nya dan
kadar airnya.
Test CBR ini direncanakan untuk mengetahui stabilitas relatif dari tanah
yang telah selesai dipadatkan dengan density dan kadar air tertentu. Test
ini dikerjakan dengan memadatkan tanah pada cetakan silinder kemudian
direndam dalam air selama 4 hari. Pemadatan dalam silinder
51

menggambarkan beban konstruksi dan perendaman air menggambarkan


perubahan kadar air secara kasar bila ada water table 2 ft dibawah
timbunan. Pada pengujian CBR maka kecepatan penetrasi dari mesin 0.05
in per menit. Sehingga CBR didefinisikan sebagai beban yang
menyebabkan penetrasi 0.1 in pada tanah yang dibandingkan dengan
beban standard untuk batu pecah dan hasilnya dinyatakan dalam
persentase. Beban standard tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Beban penetrasi untuk bahan standard (batu pecah)


Penetrasi Beban Standard Beban Standard*
Mm In N Lb MPa Psi
2.5 0.1 13345 3000 6.89 1000
5 0.2 20017 4500 10.34 1500
7.5 0.3 25355 5700 13.10 1900
10 0.4 30693 6900 15.86 2300
12.5 0.5 34696 7800 17.93 2600
2 2
*Luas penampang piston (plunger) = 1935.5 mm (3 in )

Sekarang kita akan menghubungkan antara Proctor test dan CBR test.
Pada percobaan pemadatan tanah (Proctor test) maka akan kita dapatkan
nilai kadar air yang unik (kadar air optimum) dimana akan didapatkan juga
pasangannya yaitu berat jenis tanah kering maksimum (γd max). Dengan
tanah yang sama dan kadar air optimum yang telah ditemukan di Proctor
test sebelumnya, kita buat 3 benda uji dengan memadatkan tanah pada
cetakan untuk CBR test, yaitu dengan 10x, 35x dan 65x tumbukan.
Kemudian benda uji direndam 4 x 24 jam sebelum dilaksanakan pengujian
pembebanan (CBR test). Gambar 4.3 memperlihatkan skematis pengujian
CBR.
Untuk 1 benda uji diatas kita dapatkan 1 grafik nilai CBR (hubungan
antara penurunan dan beban) dan 1 harga γd tertentu. Untuk ke 3 benda uji
harga γd yang didapat berlainan biarpun diawal dipakai kadar air optimum
52

yang sama, hal ini disebabkan usaha pemadatan (jumlah tumbukan) yang
berbeda. Gambar 4.4 menjelaskan bentuk grafik CBR yang diperoleh.

Gambar 4.3 Skematis pengujian CBR

Beban (lbs)
10 x tumbukan

γd = 1.45

150

Penetrasi (in)
0.1

Gambar 4.4 Grafik hasil pengujian CBR


Harga CBR dari Gambar 4.4 diatas = 150/3000 x 100% = 5 %. Dari 3 kali
melakukan pengujian, kita mendapatkan 3 buah grafik seperti Gambar 4.4
53

diatas. Bila ke 3 grafik digabungkan dengan grafik hasil pengujian


pemadatan tanah seperti Gambar 4.1, maka didapat hasil akhir pengujian
CBR lengkap di laboratorium seperti pada Gambar 4.5.

γd γd

100% γd Maks
65x

35x
Zav curve

10x

CBR
w %

Gambar 4.5 Grafik hasil akhir pemadatan dan nilai CBR

Pada pelaporan maka dibawah Gambar 4.5 dicantumkan Tabel 4.2 yang
merupakan resume dari percobaan CBR.

Tabel 4.2 Resume pengujian CBR


Cara Pemadatan Modified
Berat Jenis 2.650
Kadar air optimum 18 %
Maksimum γd 1675 gr/cc
95 % γd Maksimum 1591 gr/cc
Nilai CBR 95 % 12 %
Nilai CBR 100 % 15 %

Angka-angka dalam Tabel 4.2 hanya contoh saja. Dalam kenyataannya


terdapat hubungan antara nilai dalam Tabel 4.2 dengan Gambar 4.5.
Untuk selanjutnya hasil percobaan CBR diatas dipakai untuk pedoman bagi
pekerjaan pemadatan dilapangan.
54

Pemadatan Tanah Dilapangan


Sebelum melaksanakan pekerjaan pemadatan ada 2 hal yang perlu
dilakukan, yaitu:
1. Pemilihan peralatan untuk pekerjaan timbunan badan jalan dan subgrade
2. Mengadakan percobaan pemadatan dilapangan (compaction trial test)
Di Bab II dan III kita telah memilih material yang akan digunakan sebagai
timbunan badan jalan dan subgrade, kemudian di Bab IV kita telah menguji
material tersebut dan mempunyai pedoman bagi hasil akhir pekerjaan
pemadatan. Untuk pekerjaan pelaksanaan pemadatan dilapangan kita perlu
memilih alat pemadat yang digunakan.
Untuk pemadatan tanah sebagai badan jalan/subgrade maka pada
umumnya digunakan vibratory roller. Alat ini cocok digunakan untuk
pemadatan granular material (material berbutir). Selain vibratory roller ada
beberapa alat yang dipakai untuk memadatkan tanah maupun batu-batuan.
Secara garis besar alat pemadat dibagi menjadi 3 group:
1. Rollers, termasuk didalamnya smooth-wheeled, pneumatic-tired, tamping
rollers juga pemadatan oleh beban lalu lintas kendaraan.
2. Vibrators, termasuk didalamnya rollers dan plates
3. Rammers, termasuk didalamnya power rammers, tampers dan falling
weight. Gambar 4.6 vibratory roller yang umum digunakan untuk pekerjaan
pemadatan tanah berbutir.
Smooth-wheeled rollers, alat ini juga sering dipakai untuk memadatkan
tanah. Biasanya mempunyai 3 roda dari drum besi atau tandem yang
mempunyai mesin sendiri untuk bergerak atau berbentuk roda tunggal yang
ditarik dengan traktor. Beratnya antara 1.7 hingga 17 ton dan dapat
diperberat lagi dengan mengisi pasir atau air di roda besinya. Beban yang
terpakai dibagi selebar rodanya. Kecepatan bergeraknya antara 2.5 sampai
5 km/jam.
55

Pneumatic-tired rollers, alat ini mempunyai mesin untuk bergerak


sendiri. Mempunyai 2 sumbu dengan roda dari karet, dimana jumlah roda
depan dan belakang berselisih satu dan letak roda depan belakang
berselang seling hingga yang tidak terinjak oleh roda depan dapat terinjak
oleh roda belakang demikian sebaliknya. Kecepatan bergeraknya berkisar
1.6 hingga 24 km/jam.
Vibratory rollers atau sering disebut vibro saja, mempunyai kisaran
berat 0.5 hingga 17 ton, yang mempunyai sumbu tunggal (1 roda) biasanya
ditarik traktor sedangkan yang mempunyai mempunyai sumbu ganda
menggunakan mesin sendiri untuk bergerak. Frekuensi getarannya
tergantung pabrik pembuatnya namun untuk yang besar berkisar antara 20
hingga 35 Hz (Hertz) dan 40 hingga 75 Hz untuk vibratory roller yang kecil.
Pada umumnya alat bisa disetel getarannya ke 3 posisi: kecil, menengah
dan besar. Untuk alat yang ditarik traktor kecepatannya 1.5 hingga 2.5
km/jam sedangkan untuk alat yang bergerak sendiri kecepatannya 0.5
hingga 1 km/jam. Apabila sedang menggetarkan rodanya maka
kecepatannya semakin rendah.
Vibrating plate compactors, alat ini sering disebut stamper. Mempunyai
kisaran berat 100 kg hingga 2 ton dan luasan pelat antara 0.16 m2
hingga1.6 m2. Alat ini cocok untuk memadatkan luasan yang kecil atau
tempat yang terbatas untuk dipadatkan.
Sesudah menetapkan peralatan yang digunakan untuk pekerjaan
pemadatan di lapangan, maka sebelum melaksanakan pekerjaan
pemadatan tersebut biasanya diadakan percobaan pemadatan dilapangan
(trial compaction test). Maksud dari trial compaction test adalah:
1. Untuk mendapatkan jumlah lintasan yang diperlukan untuk memadatkan
tanah hingga tanah menjadi padat, sesuai dengan hasil test CBR di
laboratorium atau spesifikasi.
2. Untuk mendapatkan ketebalan pemadatan yang sesuai dengan yang
disarankan oleh spesifikasi. Pada umumnya ketebalan jadi (setelah
56

dipadatkan) adalah 20 cm, sehingga untuk ketebalan saat ditebarkan (loose


condition) berkisar antara 22 cm hingga 23 cm.
Pelaksanaan trial compaction test sebagai berikut: Tebarkan tanah
selebar 1.5 hingga 2 kali lebar roda alat pemadat sepanjang 50 m sampai
75 m. Buat ketebalan bervariasi dan gilas dengan vibratory roller 8 x, 10 x
dan 12 x lintasan. Satu kali lintasan adalah satu kali gerakan maju dan
mundur alat pemadat. Ambil waterpass dan ukur ketebalan setelah 8 x, 10 x
dan 12 x lintasan dan catat penurunannya. Akhirnya hasil pemadatan diuji
dengan alat uji kepadatan yaitu dengan metode sand replacement test atau
dikenal dengan nama sand cone test. Catat kondisi mana yang paling
ekonomis sebagai pedoman pelaksanaan berikutnya.

Gambar 4.6 Alat pemadat vibratory roller


Biasanya jumlah lintasan yang paling ekonomis adalah 10 x lintasan.
Karena peningkatan kepadatan antara 8 x sampai 10 x adalah kecil sekali.
57

Setelah kita melakukan trial compaction test, maka hasil trial tadi kita
cari kepadatannya. Hasil dari trial yang 8 x, 10 x dan 12 x tadi diuji
kepadatannya. Ada 2 cara yang sering dipakai untuk menentukan hasil
kepadatan di lapangan:
1. Sand Replacement Method (AASHTO T-191, ASTM D-1556)
2. Rubber Ballon Method (AASHTO T-205, ASTM D-2167)
Sand Replacement Method (pemeriksaan kepadatan dengan sand cone)
merupakan cara yang paling sering digunakan di Indonesia dan hasilnya
cukup akurat. Kepadatan ialah berat isi kering per satuan isi. Untuk
mengukur pencapaian kepadatan di lapangan maka kita membandingkan
berat isi kering (γd) yang dicapai oleh alat pemadat di lapangan dengan
berat isi kering yang dicapai oleh alat pemadat di laboratorium.
Angka hasil perbandingan ini disebut sebagai persen kepadatan atau
derajad kepadatan, untuk jenis tanah yang digunakan untuk subgrade maka
kepadatan lapangan tidak boleh kurang dari 95% dari kepadatan
laboratorium. Berat isi kering (γd):

γm
γd =
1+ w

Dimana: γd = berat isi kering


γm=berat isi massa tanah (mass unit weight)
w = kadar air tanah (water content)

Percobaan sand cone ini pada prinsipnya adalah untuk mengetahui berat isi
massa tanah yang telah dipadatkan dengan menggali lubang pada tanah
hasil pemadatan yang kemudian diisi dengan pasir yang telah diketahui
kepadatannya. Dengan berat dan kadar air tanah yang digali diketahui dan
volume lubang yang terisi pasir diketahui, maka berat isi kering hasil
58

pemadatan lapangan dapat ditentukan. Sehingga derajad kepadatan yang


dicapai ditulis sebagai:

γdlap
D= x100%
γdlab

Dimana: D = derajad kepadatan (harus ≥ 95%)


γdlap=dry density lapangan
γdlab=dry density laboratorium

Gambar 4.7 adalah gambar dari alat sand cone.

Gambar 4.7 Alat sand cone, terdiri dari: botol gelas volume 4 liter berisi
pasir (1), corong kalibrasi diameter 16.51 cm (2) dan pelat besi dengan
lubang ditengah diameter 16.51 cm, ukuran pelat 30.48 x 30.48 cm (3).
59

Untuk tanah yang berbutir maka gradasi memegang peranan penting


untuk kemudahan proses dipadatkannya. Jika gradasi tanah berubah
menjadi bergradasi baik (GW) maka dry densitynya juga akan naik.
Idealnya tanah dengan gradasi yang menghasilkan rongga terkecil adalah
yang paling bagus untuk dipadatkan. Hal tersebut menjadikan upaya agar
didapat dry density yang tinggi, maka tanah yang berbutir seperti yang
dipakai dalam base-course aggregate harus mempunyai kandungan butir-
butir halus. Konsep menaikkan density dan stabilitas bahan agregat dengan
menambahkan butiran halus yang bekerja sebagai bahan pengikat dipakai
dalam merencanakan campuran agregat dan tanah untuk bahan base. Efek
bahan pengikat (butiran halus) terhadap sifat-safat agregat yang dipadatkan
dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Kondisi fisik tanah-agregat setelah dipadatkan

Tabel 4.3 merupakan keterangan dari Gambar 4.8


Agregat tanpa butiran halus Agregat dengan cukup butiran Agregat dengan butiran halus
halus untuk maksimum density yang sangat banyak
Kontak antar butiran Kontak antar butiran dan tahan Kontak antar butiran tidak ada.
terhadap deformasi Agregat mengambang ditanah.
Kepadatan bervariasi Kepadatannya meningkat Kepadatannya sangat kurang
Mudah ditembus oleh air Praktis tidak mudah ditembus Praktis tidak mudah ditembus
air air
Stabilitas tinggi bila terjepit Mempunyai stabilitas tinggi baik Mempunyai stabilitas rendah
(confined), rendah bila tidak confined maupun unconfined
terjepit (unconfined)
Tidak terpengaruh oleh air Tidak terpengaruh oleh air yang Sangat terpengaruh oleh air
yang merugikan merugikan yang merugikan
Sangat sulit untuk dipadatkan Agak sulit dipadatkan Mudah dipadatkan
60

Ada suatu kondisi terhadap pemadatan yang dilaksanakan dilapangan


yang disebut dengan ”membal”. Kondisi membal itu terlihat kalau kita berdiri
didepan alat pemadat dan melihat kealat pemadat, terlihat tanah
bergelombang seperti air waktu dipadatkan. Kondisi membal ini diakibatkan
oleh belum padatnya lapisan dibawahnya, sehingga untuk lapisan
berikutnya (diatasnya) akan membal bila dipadatkan. Untuk kondisi membal
ini maka lapisan yang sedang dipadatkan harus dikupas dulu dan lapisan
dibawahnya dipadatkan sampai padat sesuai yang disyaratkan oleh
spesifikasi.
Apabila lapisan yang menyebabkan membal itu kadar airnya terlalu
tinggi, maka tanah harus digaruk dan dijemur dulu sampai kadar airnya
sesuai dengan kadar air optimum laboratorium. Apabila membal diakibatkan
oleh gradasi agregat/tanah yang kurang baik (segregasi) maka disarankan
untuk menambah gradasi yang kurang. Bagian yang kurang digaruk
kemudian ditambah dengan butir-butir yang kurang baru dipadatkan
kembali. Disamping diakibatkan oleh kadar air dan segregasi pada butiran
maka kondisi membal juga diakibatkan oleh terlalu tebalnya lapisan
pemadatan. Untuk ini lapisan harus digaruk lagi kemudian dikurangi
ketebalannya dan dipadatkan lagi. Sebenarnya ada toleransi kadar air
untuk dapat mencapai hasil seperti yang disyaratkan oleh spesifikasi. Kadar
air yang diperbolehkan dalam rentang 3% dibawah kadar air optimum
sampai 1% diatas kadar air optimum.
Ada 2 macam spesifikasi untuk pekerjaan pemadatan tanah dilapangan:
1. Performance Specification
2. Method Specification
Pada Performance Specification, maka kontraktor dapat memilih metoda
pemadatannya sendiri tanpa batas, tetapi harus mencapai hasil yang telah
ditentukan. Hasil akhir biasanya diukur dalam density atau air voids atau
dalam bearing strength, misal density 95%, air voids antara 5% hingga
61

10%. Dengan demikian cara ini maka akan didapatkan timbunan yang
diketahui sifatnya dengan konsisten.
Spesifikasi dengan cara ini menempatkan kontraktor dengan tanggung
jawab yang besar untuk memilih tanah yang akan dipadatkan, alat yang
akan dipakai, ketebalan lapisan yang dipilih untuk dipadatkan dan jumlah
lintasan alat pemadat. Hal diatas akan menyebabkan kontraktor melakukan
sejumlah percobaan pemadatan dilapangan. Untuk itu antara kontraktor
dan pengawas akan melakukan serangkaian pengujian hasil pemadatan
secara rutin dilapangan, yang mana menyebabkan harus tersedianya
peralatan laboratorium dilapangan. Spesifikasi jenis ini cenderung dipakai
untuk pekerjaan besar yaitu timbunan untuk bendungan (dam) atau
kostruksi jalan.
Method Specification, pada cara ini jenis tanah, tebal pemadatan, alat
pemadat, jumlah lintasan dan cara pengukuran hasil akhir ditentukan oleh
pemberi kerja. Kontraktor hanya mengikuti instruksi yang tertulis dari
spesifikasi, apabila terdapat hasil yang kurang baik maka tanggung jawab
ada pada pengawas. Pengawas harus selalu memonitor pekerjaan yang
dilakukan oleh kontraktor dan hasil akhirnya.

4.2.2 Latihan
1. Tanah untuk timbunan badan jalan harus dipadatkan. Jelaskan maksud
dari pemadatan tersebut?
2. Bagaimana kepadatan tanah didapatkan?
3. Apa yang menjadi ukuran bahwa tanah telah padat?
4. Bagaimana cara pengujian pemadatan tanah di laboratorium?
5. Berikan penjelasan apakah yang dimaksud dengan CBR?
6. Jelaskan cara mengadakan percobaan pemadatan di lapangan?
7. Bagaimana cara mengukur hasil pemadatan dilapangan?
8. Apa yang dimaksud dengan kondisi ”membal” sewaktu melakukan
pekerjaan pemadatan?
62

4.3 Penutup

4.3.1 Tes Formatif


1. Apa beda proses pemadatan tanah dengan proses konsolidasi tanah?
2. Gambarkan grafik hasil percobaan laboratorium pemadatan tanah?
3. Bagaimana cara menguji CBR tanah?
4. Apa maksud dilakukan perendaman air selama 4 hari pada percobaan
CBR?
5. Gambarkan grafik hasil pengujian CBR?
6. Gambarkan grafik hasil akhir percobaan pemadatan dan nilai CBR nya?
7. Bagaimana cara mengadakan ”trial compaction test” dilapangan?
8. Sebutkan alat pemadat tanah di lapangan?
9. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ”performance specification” pada
pekerjaan pemadatan?
10. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ”method specification” pada
pekerjaan pemadatan?

4.3.2 Umpan Balik


Agar anda dapat menilai sendiri hasil tes formatif diatas, maka setiap
butir jawaban anda, anda beri skor 10 bila benar. Bila jawaban anda benar
semua maka skor total yang anda dapatkan 100. Untuk skor 100 nilai yang
diperoleh A. Apabila terdapat 1 atau 2 buah jawaban anda yang salah,
maka nilai yang anda peroleh B. Apabila terdapat 3 atau 4 buah jawaban
anda yang salah maka nilai yang anda peroleh C. Tes formatif diatas
mempunyai waktu pengerjaan 45 menit.

4.3.3 Tindak Lanjut


Apabila jawaban tes formatif anda masih terdapat kesalahan 4 buah
atau lebih, maka sebaiknya anda mengulang membaca Bab IV keseluruhan
sekali lagi dan coba jawab tes formatif lagi.
63

4.3.4 Rangkuman
Tanah yang digunakan sebagai konstruksi timbunan badan jalan harus
dipadatkan dengan maksud: menaikkan density, menaikkan bearing
strength dan mengurangi permeability nya. Untuk mengetahui sifat-sifat
tanah sewaktu dipadatkan maka perlu diadakan percobaan pemadatan
tanah dilaboratorium atau yang dikenal sebagai Proctor test. Hasil yang
didapat dari Proctor test adalah grafik kadar air dengan dry density dan
grafik zero air void unit weight. Ada satu nilai unik pada grafik tersebut yaitu
nilai optimum water content dan maksimum dry density yang berbeda untuk
setiap jenis tanah.
Hasil percobaan pemadatan dilapangan digunakan untuk menentukan
percobaan CBR. CBR adalah beban yang menyebabkan penetrasi 0.1 in
pada tanah yang dibandingkan dengan beban standar batu pecah. Pada
CBR test ini tanah setelah direndam 4 x 24 jam diuji pembebanannya.
Diakhir percobaan CBR akan didapatkan grafik hubungan antara water
content, dry density dan nilai CBR dari tanah tersebut. Grafik inilah yang
dipakai sebagai pedoman pekerjaan dilapangan.
Pekerjaan pemadatan tanah dilapangan didahului dengan ”trial
compaction test” dengan maksud: agar didapat pemilihan alat pemadat
yang baik, tebal lapisan yang sesuai dan jumlah lintasan alat pemadat yang
cukup sehingga didapat kepadatan tanah yang sesuai dengan hasil
laboratoriumnya. Hasil pekerjaan pemadatan tanah dilapangan diuji dengan
alat sand cone (sand replacement method) guna mengetahui derajad
kepadatannya. Selanjutnya untuk pekerjaan pemadatan dilapangan ada 2
model spesifikasi, yaitu:
1. Performance Specification, dan
2. Method Specification.
Untuk pekerjaan yang besar digunakan performance specification.
64

4.3.5 Kunci Jawaban Tes Formatif


1. Proses pemadatan adalah proses keluarnya udara dari ruang antar
butiran tanah, sedangkan konsolidasi adal proses keluarnya butiran air dari
ruang antar butiran tanah.
2. Lihat Gambar 4.1
3. Dengan kadar air optimum seperti pada Proctor test, dibuat 3 buah
benda uji dalam cetakan CBR, masing-masing dipadatkan dengan 10x, 35x
dan 65 x pukulan pemadatan. Kemudian ke 3 benda uji tersebut direndam
dalam air selama 4 x 24 jam. Ke 3 benda uji tersebut akhirnya dengan alat
penetrasi dicari harga CBR nya.
4. Untuk menggambarkan perubahan kadar air tanah timbunan bila ada
water table 2 ft dibawah timbunan tersebut.
5. Lihat Gambar 4.4
6. Lihat Gambar 4.5
7. Tebarkan tanah selebar 1.5 hingga 2 kali lebar roda alat pemadat
sepanjang 50 m sampai 75 m. Buat ketebalan bervariasi dan gilas dengan
vibratory roller 8 x, 10 x dan 12 x lintasan. Satu kali lintasan adalah satu
kali gerakan maju dan mundur alat pemadat. Ambil waterpass dan ukur
ketebalan setelah 8 x, 10 x dan 12 x lintasan dan catat penurunannya.
Akhirnya hasil pemadatan diuji dengan alat uji kepadatan yaitu dengan
metode sand replacement test atau dikenal dengan nama sand cone test.
Catat kondisi mana yang paling ekonomis sebagai pedoman pelaksanaan
berikutnya.
8. a. Rollers, termasuk didalamnya smooth-wheeled, pneumatic-tired,
tamping rollers juga pemadatan oleh beban lalu lintas kendaraan.
b. Vibrators, termasuk didalamnya rollers dan plates
c. Rammers, termasuk didalamnya power rammers, tampers dan falling
weight.
9. Kontraktor dapat memilih metoda pemadatannya sendiri tanpa batas,
tetapi harus mencapai hasil yang telah ditentukan. Spesifikasi dengan cara
65

ini menempatkan kontraktor dengan tanggung jawab yang besar untuk


memilih tanah yang akan dipadatkan, alat yang akan dipakai, ketebalan
lapisan yang dipilih untuk dipadatkan dan jumlah lintasan alat pemadat.
10. Pada cara ini jenis tanah, tebal pemadatan, alat pemadat, jumlah
lintasan dan cara pengukuran hasil akhir ditentukan oleh pemberi kerja.
Kontraktor hanya mengikuti instruksi yang tertulis dari spesifikasi, apabila
terdapat hasil yang kurang baik maka tanggung jawab ada pada pengawas.

DAFTAR PUSTAKA

AASHTO, (1990), Standard Specifications For Transportation Materials


And Methods Of Sampling And Testing, Part II Tests, 15th edition,
AASHTO Publication, Washington.

AMERICAN SOCIETY FOR TESTING AND MATERIALS, (1990), Manual


Book Of ASTM Standards, Section 4 Road and Paving Materials,
Pavement Management Technologies, Volume 04.03, ASTM Publication
Philadelphia, USA.

ASPHALT INSTITUTE, (1983), Asphalt Technology And Construction


Practices (ES-1), 2nd edition, Maryland, USA.

CRONEY, D., AND CRONEY, P., (1992), The Design And Performance
Of Road Pavements, 2nd edition, McGraw-Hill Book Company, London,
UK.

DAS, BRAJA M., (1983), Advanced Soil Mechanics, Hemisphere


Publishing Corporation, Washington, USA.
66

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA, (1976), Manual Pemeriksaan


Bahan Jalan, No. 01/MN/BM/1976, Jakarta.

H0LTZ, R. D., AND KOVACS, W.D., (1981), An Introduction To


Geotechnical Engineering, 10th edition, Prentice-Hall Inc., NJ, USA.

KREBS, R.D., AND WALKER, R. D., (1971), Highway Materials, McGraw-


Hill Book Company, New York, USA.

YODER, E.J., AND WITCZAK, M.W., (1975), Priciples Of Pavement


Design, 2nd edition, John Wiley & Sons, New York, USA.

SENARAI
Air voids Rollers
Base Rolling
Base-course aggregate Rubber ballon method
Bearing strength Sand cone test
Borrow-pit area Sand replacement test
California bearing ratio Shearing force
Compaction trial test Smooth wheeled roller
Degree of saturation Solid particles
Density
Determining expansive soil and remedial actions
Dry density
Dry unit weight of soil Standard Proctor test
Earthworks compaction Stamper
Falling weigt Subgrade
Heavy rollers Tampers
Hertz Tamping
Light rollers Tamping rollers
67

Loose condition Trial compaction test


Maximum dry unit weight Vibrating
Method specification Vibratory plate compactors
Mold Vibratory rollers
Modified Proctor test Void
Moisture content Waterpass
Performance specification Water table
Permeability Zero air void curve
Piston Zero air void unit weight
Plasticity index
Plunger
Pneumatic tired roller
Power rammers
Rammers

You might also like