You are on page 1of 11

Bahasa dan Pikiran dalam Konteks Keragaman Bahasa dan

Keuniversalan Bahasa

PENGANTAR

Pada saat-saat ketika bahasa itu sendiri telah menarik perhatian kemungkinan bahasa

telah berhubungan dengan beberapa aspek keragaman bahasa. Dalam bab ini penulis

sekali lagi ingin membahas beberapa aspek keragaman bahasa dan keumuman bahasa.

Namun, penulis memiliki lebih banyak informasi latar belakang untuk topik-topik

tersebut. Penulis juga akan menggunakan pembahasan mengenai keragaman dan

keumuman sebagai tumpuan untuk pembahasan tambahan mengenai hubungan antara

bahasa dan berpikir. Walaupun penulis telah mengatakan sesuatu mengenai topik ini,

dalam bab ini penulis akan membahasnya dari perspektif yang lebih bersifat historis,

dan penulis juga akan menggambarkan beberapa penelitian baru yang membantu

menjelaskannya. Penelitian ini memiliki dampak yang penting terhadap bagaimana

kebanyakan ahli psikolinguistik memandang hubungan antara bahasa dan pikiran.

Ketika membahas hubungan antara dua hal, maka penting untuk memiliki

pemahaman yang baik mengenai “hal-hal” tersebut. Akan menjadi sulit untuk

membahas hubungan antara struktur sosial dan kejahatan, contohnya, jika kita tidak

memiliki gagasan mengenai bentuk-bentuk struktur sosial yang ada. Para ahli teori

yang telah membahas hubungan antara bahasa dan pikiran telah berada dalam posisi

tidak memahami konsep-konsep yang mereka coba hubungkan. Di masa lalu bahkan

konsep-konsep tersebut tidak dipahami dengan baik. Sekarang ini kita sedikitnya

memiliki kesadaran struktur yang kita peroleh ketika kita menjadi kompeten dalam

bahasa. Kita harus melihat secara seksama apakah kita memiliki pemahaman

mengenai “pikiran.”

1
RINGKASAN ISI BAB

Keragaman Bahasa: Bahasa Inggris Kulit Hitam/BE

Beberapa tahun yang lalu secara umum diyakini bahwa keragaman bahasa

menyiratkan keragaman kognitif. Pola-pola pikiran seseorang terbentuk oleh struktur

bahasa dimana dia bertutur. Oleh karena itu, para penutur bahasa-bahasa yang

divergen akan memiliki sistem-sistem kognitif yang divergen. Opini sekarang ini

tidak sepenuhnya setuju dengan gagasan bahwa keragaman kognitif muncul setelah

keragaman linguistik. Untuk memeriksa beberapa isu yang membantu membentuk

opini tersebut, kita akan membahas suatu bahasa yang berbeda dari bahasa Inggris

Standar. Kita akan mengeksplorasi cara-cara dimana bahasa ini berbeda dari bahasa

Inggris Standar kemudian melihat apakah sistem-sistem kognitif dari para penuturnya

juga berbeda. Kita akan melihat pada apa yang disebut dengan bahasa Inggris Kulit

Hitam (Black English/BE).

Dialek yang sedang kita bahas sekarang ini tidaklah diucapkan oleh semua

penduduk kulit hitam Amerika Serikat. Kemungkinan ada beberapa variasi BE yang

diucapkan dalam kota yang sama dan oleh orang-orang yang sama pada waktu-waktu

yang beragam. Namun versi yang dibahas disini adalah versi yang umum. Menurut

Dillard (1972), dialek ini diucapkan oleh 80% populasi kulit hitam Amerika.

Terkadang sistem bahasa ini disebut dengan bahasa daerah bahasa Inggris kulit hitam,

dan terkadang disebut bahasa Inggris bukan-standar Negro. Dalam pembahasan ini,

kita akan mengikuti apa yang disebut Dillard sebagai bahasa Inggris kulit hitam (BE).

Dalam konteks pembahasan kita pada Bab 1, BE adalah bahasa valid atau dialek.

Yaitu akan menduduki posisi dalam Gbr.1B. BE adalah sistem bahasa dengan

berbagai ungkapan yang diberikan sistem bahasa kepada para penuturnya.

2
Menurut teori rasisme, BE adalah degen merasi dari bahasa Inggris Standar

(SE). Teori yang lebih menarik mengenai sumber BE diajukan oleh Steward (1970).

Menurutnya, BE memiliki beberapa karakteristik karena hubungan sejarahnya dengan

bahasa-bahasa Afrika Barat yang diucapkan oleh budak-budak pada abad 16, 17 dan

18. Kemungkinan BE dahulunya merupakan pidgin yaitu suatu bahasa yang tidak

memiliki penutur asli. Bahasa tersebut mungkin berkembang ketika para penutur

bahasa-bahasa yang berbeda terlibat dalam perdagangan dan perlu saling

berkomunikasi. Ketika pidgin menjadi bahasa pertama anak, maka dikatakan menjadi

creole. Bahasa Inggris pidgin menjadi bahasa asli anak-anak kulit hitam yang lahir di

perkebunan. Ringkasnya, beberapa ahli yakin bahwa BE berasal dari creole yang

diucapkan di perkebunan-perkebunan di daerah selatan. Bahasa ini telah lama

berkembang dan dipengaruhi oleh bahasa Inggris Standar (SE), terutama ketika para

penuturnya mulai mengalami lebih banyak kontak dengan orang-orang kulit putih.

Menurut pandangan ini, adalah suatu kesalahan untuk menganggap BE berasal dari

SE. BE memiliki dasar sejarah yang terpisah. Aturan-aturan untuk BE juga sangat

berbeda dari SE. Siswa-siswa yang ke sekolah dengan berbicara bahasa Inggris kulit

hitam ini terkadang dikategorikan sebagai siswa yang memiliki defisiensi/kekurangan

secara intelektual. Teori “defisiensi” ini telah ditantang oleh sejumlah peneliti,

salah satunya adalah oleh Labov (1970, 1972). Menurutnya, perbedaan-perbedaan

dalam sintaks tidak menuntun pada perbedaan-perbedaan dalam kemampuan logis.

Ini adalah tantangan untuk hipotesa bahwa keragaman bahasa menuntun pada

keragaman kognitif. Untuk waktu yang lama banyak ahli teori telah menspekulasikan

bahwa sistem kognitif terbentuk oleh bentuk bahasa yang diucapkan. Disini kita

memiliki kasus keragaman bahasa yang tidak menuntun pada kemampuan-

kemampuan logis yang secara jelas berbeda.

3
Keragaman Bahasa dan Kategori-Kategori Kognitif

Kebanyakan ahli-ahli teori klasik (seperti Aristoteles) menganggap bahwa kategori-

kategori berpikir menentukan kategori-kategori bahasa. Menurut pandangan ini, kata-

kata adalah simbol untuk pengalaman mental. Sebaliknya, pandangan tentang

hubungan antara pikiran dan bahasa diungkapkan oleh ahli prilaku John Watson.

Menurutnya, berpikir adalah bahasa. Berpikir dianggap sama dengan berbicara sub-

vokal. Pandangan yang kurang radikal, tetapi ditentang juga oleh teori klasik adalah

bahwa bahasa menentukan pikiran. Menurut pandangan ini, pikiran tidak

diidentifikasikan dengan bahasa sub-vokal, tetapi “kategori-kategori” pikiran

ditentukan oleh kategori bahasa. Ahli-ahli teori dalam aliran ini terbagi kedalam

mereka yang berpikir bahwa bahasa sepenuhnya menentukan kategori-kategori

kognitif dan mereka yang hanya mengatakan bahwa bahasa sangat mempengaruhi

kategori-kategori kognitif.

Sebelum membahas beberapa titik pandang tersebut, kita harus mencatat

bahwa pertanyaan mengenai hubungan antara bahasa dan pikiran bukanlah pertanyaan

tunggal. Namun, merupakan pertanyaan-pertanyaan yang berinterelasi. Sebagai

contoh, terdapat pertanyaan-pertanyaan perkembangan dan pemprosesan yang terlibat.

Pertanyaan perkembangan terkait dengan rangkaian perolehan bahasa dan

hubungannya dengan perolehan kategori-kategori konseptual. Sederhananya, para

ahli teori “Bahasa-Menentukan-Pikiran” akan mengatakan bahwa kategori-kategori

bahasa diperoleh terlebih dahulu dan menentukan kategori-kategori kognitif apakah

yang diperoleh. Para ahli teori “Pikiran-Menentukan-Bahasa” akan mengatakan

bahwa perkembangan kognitif muncul lebih dahulu dalam kehidupan seorang anak

dan kategori-kategori kognitif yang dikembangkannya menentukan kategori-kategori

4
bahasa yang akan diperolehnya. Tentu saja terdapat beberapa ahli teori “murni” dari

salah satu jenis.

Pertanyaan pemprosesan terkait dengan apakah pikiran-pikiran kita terbentuk

sebelum kata-kata yang kita ucapkan atau apakah gagasan-gagasan kita terbentuk

menyangkut kata-kata itu sendiri. Ahli teori “Bahasa-Menentukan-Pikiran” akan

mengatakan bahwa pikiran-pikiran kita terdiri dari gambaran-gambaran mental kata-

kata kita. Sedang ahli teori “Pikiran-Menentukan-Bahasa” akan menganggap bahwa

gagasan-gagasan kita sedikitnya terbentuk dalam kode mental bukan-bahasa sebelum

diberikan selubung bahasa.

Orang yang mempopulerkan posisi “Bahasa-Menentukan-Pikiran” adalah

Benyamin Lee Whorf (1897-1941). Menurut Whorf, sistem kognitif anak bersifat

sangat plastik; yaitu, sistem tersebut mudah diatur dalam banyak cara berbeda.

Penentu utama bagaimana sistem itu diatur adalah struktur bahasa yang diperoleh

anak. Menurut Whorf, struktur-struktur linguistik tidaklah sama dalam bahasa yang

berbeda-beda, maka sistem kognitif yang dihasilkan juga tidak sama. Oleh karena itu,

pandangan Whorf memiliki dua bagian. Klaim pertama biasanya disebut dengan

hipotesa determinisme bahasa. Hipotesa ini mengatakan bahwa struktur bahasa

menentukan struktur kognitif. Sedang klaim kedua yang disebut dengan relatifitas

bahasa mengatakan bahwa sistem-sistem kognitif yang dihasilkan sangatlah berbeda

pada para penutur dari bahasa yang berbeda-beda.

Whorf mengklaim bahwa peristiwa-peristiwa perseptual yang kita alami dapat

menjadi sangat berbeda dari yang dialami oleh penutur bahasa lain yang berdiri

disamping kita. Ketika anda melihat pelangi, berapa banyak warna yang anda lihat?

Kebanyakan penutur bahasa Inggris melihat warna merah, oranye, kuning, hijau, biru

dan ungu. Warna-warna yang baru saja dinamakan adalah warna-warna dasar. Whorf

5
yang mengatakan bahwa warna-warna yang kita terima sebagai hasil dasar dari

praktek penamaan warna yang kita peroleh ketika kita mempelajari bahasa Inggris.

Terdapat beberapa bukti yang tampaknya konsisten dengan pandangannya. Beberapa

bahasa tidak membagi warna-warna kedalam sejumlah kategori dasar yang sama

sepertihalnya bahasa Inggris. Sebagai contoh, salah satu bahasa mungkin tidak

membedakan antara hijau dan biru. Oleh karena itu, penutur bahasa tersebut tidak

akan menggambarkan pelangi dalam cara yang sama sepertihanya para penutur

bahasa Inggris.

Determinasi Bahasa: Versi Kuat. Terdapat versi kuat dan lemah dari

determinasi bahasa ini. Pandangan bahwa konsep-konsep kita terbentuk oleh

kategori-kategori bahasa disebut dengan versi “kuat” hipotesa Whorf. Telah

ditunjukan oleh banyak orang terutama oleh Lenneberg (1953), bahwa Whorf tidak

pernah memberikan beberapa bukti untuk versi kuat hipotesanya. Data satu-satunya

yang disajikannya adalah observasi mengenai praktek-praktek bahasa dari orang-

orang. Dia tidak memberikan bukti bukan-bahasa mengenai keadaan-keadaan

kognitif penutur. Kategori-kategori pikiran berbeda dengan untuk para penutur dari

bahasa-bahasa yang berbeda. Bagaimana kita tahu? Lihatlah pada cara-cara berbeda

dimana bahasa mengkodekan dunia, yaitu lihatlah pada praktek-praktek bahasa yang

berbeda-beda. Hipotesa dimulai dengan observasi mengenai praktek-praktek bahasa

dan berakhir dengan observasi yang sama. Agar teori ini didukung dengan tepat,

bukti mengenai kognisi harus juga diberikan.

Determinisme Bahasa: Versi Lemah. Terdapat juga versi “lemah” hipotesa

Worf. Menurut versi ini, item-item leksik dan struktur-struktur linguistik yang

diberikan oleh bahasa dapat memiliki pengaruh yang penting terhadap proses-proses

berpikir walaupun tidak menentukan kesemua proses tersebut. Versi lemah hipotesa

6
ini lebih mudah diterima dibanding versi kuat. Kebanyakan bukti negatif yang

dibahas diatas hanya berlaku untuk versi kuat.

Tes-Tes Eksperimen Determinismen: Warna. Sejumlah istilah warna dasar

dapat berbeda-beda antara dua bahasa. Menurut hipotesa determinisme bahasa dan

relatifitas bahasa, ketika dua bahasa berbeda dalam hal ini, maka para penutur bahasa-

bahasa tersebut harus mengalami dunia warna secara berbeda. Konsep-konsep

warna, bukan saja nama-nama warna, dikatakan berbeda untuk dua kelompok penutur.

Sebelumnya kita mengkritik Whorf karena hanya bergantung pada bukti linguistik

untuk mendukung klaim ini. Kenyataannya, sejumlah ahli psikologi telah mencoba

mendapatkan bukti mengenai sistem kognitif para penutur untuk warna-warna.

Kebanyakan tes-tes terhadap hipotesa Worf telah menggunakan para penutur

dari satu bahasa saja (biasanya bahasa Inggris). Tradisi penelitian ini dimulai oleh

Brown dan Lenneberg (1954). Para peneliti ini kira-kira berpikir sebagai berikut.

Jika beberapa warna lebih “dapat dinamakan” dibanding yang lainnya, maka warna-

warna yang mudah dinamai harus memiliki status khusus dalam sistem konseptual

individu. Secara khusus, jika seseorang diperlihatkan sebuah warna yang memiliki

nama dasar dalam bahasa, maka warna tersebut haruslah lebih dapat diingat. Kita

dapat mengujikan kemampuan mengingat warna-warna dengan pertama-tama

memperlihatkan kepada subjek sebuah warna dan kemudian meminta mereka untuk

menemukan warna tersebut diantara banyak warna berbeda. Mereka harus dapat

mengambil warna semula dengan keakuratan yang lebih besar jika ini mengacu pada

salah satu istilah warna dasar dalam bahasa. Ini adalah tes yang dilakukan oleh

Brown dan Lenneberg.

Langkah pertama yang diambil Brown dan Lenneberg adalah mengetahui

manakah warna dasar atau terbaik untuk para penutur bahasa Inggris. Untuk

7
melakukan hal ini mereka membuat skala yang disebut dengan “kemampuan

mengode.” Brown dan Lenneberg mengujikan sejumlah warna dan memperoleh skor

kemampuan mengode untuk setiap warna. Hasil-hasil eksperimen ini ditafsirkan

mendukung versi lemah dari hipotesa Whorf.

Penelitian terhadap kemampuan mengingat warna dan pembelajaran memiliki

hasil yang ironis. Penelitian tersebut dimulai ketika gagasan relatifitas bahasa

mendominasi, dan studi-studi dibuat untuk mengujikan konsep tersebut. Namun,

daripada mendukung hipotesa relatifitas bahasa, penelitian tersebut akhirnya

mendukung hipotesa yang berlawanan. Tampaknya bahwa terdapat keuniversalan

perseptual yang digambarkan dalam bahasa-bahasa dunia, walaupun cara

digambarkannya bervariasi antar bahasa. Tetapi sejauh istilah-istilah warna berada

dalam bahasa, maka mencerminkan keuniversalan yang telah kita nyatakan. Oleh

karena itu jelas bahwa versi kuat dari hipotesa Whorf tidak dapat menjadi benar.

Sistem-sistem kognitif kita tidak sepenuhnya peka terhadap perbedaan apapun yang

dibuat oleh bahasa. Sesungguhnya, bahasa-bahasa dunia tampaknya mencerminkan

keuniversalan perseptual-kognitif.

Pikiran dan Bahasa

Walaupun kita telah menentang versi kuat dari hipotesa Whorf, mungkin ada juga

sesuatu untuk versi yang lebih lemah. Versi ini kemungkinan begitu lemah sehingga

Whorf tidak mengenalinya. Mempelajari sebuah istilah umum untuk sekumpulan

objek memungkinkan kumpulan tersebut untuk lebih mudah dimanipulasi dalam

sistem kognitif kita. Akibatnya, objek-objek dalam budaya yang diacu oleh istilah

bahasa umum akan cenderung dimanipulasi bersama-sama dalam sistem kognitif

penutur. Namun, penting untuk dicatat bahwa bahasa tidak memiliki kebebasan

8
penuh untuk menggolong-golongkan beberapa kumpulan objek bersama-sama.

Ketika kita mendapatkan lebih jauh dari objek-objek perseptual seperti bentuk dan

warna, maka fleksibilitas kita dalam memilih apa yang dapat menjadi anggota-

anggota kelas umum mungkin meningkat, tetapi kemungkinan selalu ada

keterbatasan-keterbatasan kognitif mengenai apakah objek-objek konseptual dapat

berkumpul bersama sebagai anggota-anggota dari kategori kognitif yang berguna.

Untuk dapat membuat jelas hubungan antara bahasa dan berpikir, maka kita

pertama-tama harus menjelaskan gambaran kita mengenai bahasa dan berpikir secara

terpisah. Kita perlu memiliki teori yang lebih baik mengenai proses-proses kognitif

secara umum dan pemrosesan bahasa secara khusus.

Keuniversalan Kembali

Kita mulai dengan keragaman yang tampak, dan kita akhiri dengan keuniversalan.

Ada empat keuniversalan dalam bahasa. Yang pertama adalah kekhususan yang

berhubungan dengan fakta bahwa pesan-pesan bahasa dibangun dari elemen-elemen

yang khusus. Dua lainnya adalah kearbiteran dan dualitas pemolaan. Yang dimaksud

dengan kearbiteran adalah bahwa tidak ada hubungan yang penting antara bunyi suatu

kata dan maknanya. Yang dimaksud dengan dualitas pemolaan adalah bahwa sistem

bahasa dapat dibagi kedalam dua sub-sistem besar, salah satu berhubungan dengan

bunyi dan satunya lagi dengan makna. Kedua keuniversalan ini berhubungan. Jika

hubungan antara bunyi dan makna tidak bersifat arbiter, maka tidak akan ada dua sub-

sistem tetapi hanya satu.

Sedang keuniversalan keempat yang paling penting adalah keterbukaan, yaitu

kemampuan para pengguna bahasa untuk menghasilkan dan memahami sejumlah

kalimat-kalimat baru tidak terbatas.

9
KESIMPULAN

Hubungan antara bahasa dan pikiran telah dibahas sejak zaman kuno. Ahli-ahli teori

klasik yakin bahwa pikiran menentukan bahasa sementara sejumlah ahli teori baru

sebaliknya berpendapat bahwa bahasa menentukan pikiran.

Untuk membantu memeriksa isu-isu ini, suatu dialek yang berbeda dari bahasa

Inggris Standar, yaitu bahasa Inggris Kulit Hitam digambarkan. Dialek ini memiliki

sumber sejarah yang terpisah dari bahasa Inggris Standar. Kemungkinan dialek ini

dimulai sebagai bahasa pasaran (pidgin) dan menjadi bahasa campuran (creole). Ada

sejumlah perbedaan struktural antara bahasa Inggris kulit hitam dan bahasa Inggris

standar. Secara khusus, kata-kata kerja bahasa Inggris kulit hitam menunjukan

apakah aktifitas itu berlanjut atau bersifat sementara. Juga, aturan-aturan untuk tense

dan jumlah berbeda diantara dua dialek tersebut. Namun, perbedaan-perbedan dalam

bentuk sintaksis tidak menuntun pada kemampuan-kemampuan logis mendasar para

penuturnya.

Pandangan bahwa bahasa menentukan pikiran (determinisme bahasa)

dipopulerkan oleh Whorf. Ada versi kuat dan lemah dari determinisme bahasa. Versi

kuat, yang mengatakan bahwa persepsi dan konsep itu terbentuk dari kategori-

kategori bahasa, memiliki sedikit bukti untuk mendukungnya. Versi lemah dari

hipotesa menyatakan bahwa struktur-struktur bahasa dapat mempengaruhi proses dan

kategori kognitif.

Tes-tes terhadap versi lemah telah dilakukan dengan menggunakan masalah-

masalah berpikir dan yang lebih umum adalah ingatan untuk warna-warna. Beberapa

bukti awal memperlihatkan bahwa warna yang dapat sangat dikodekan dalam bahasa

menuntun pada jawaban-jawaban yang lebih benar pada tes pengenalan dibanding

warna-warna dengan kemampuan dikodekan yang rendah. Baru-baru ini telah

10
terbukti bahwa para penutur bahasa-bahasa yang berbeda tidak bereaksi secara

berbeda pada tes-tes ingatan warna. Daripada bahasa yang menentukan kategori-

kategori-kategori warna yang disediakan untuk penutur, tampaknya bahwa terdapat

sistem yang universal dari kategori-kategori warna yang dicerminkan dalam bahasa.

Warna-warna dasar atau fokal ditentukan oleh pertimbangan perseptual, bukan

pertimbangan bahasa.

11

You might also like