You are on page 1of 22

Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang

berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan
maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh
utama.
Hikayat adalah karya sastra lamaMelayu yang berbentuk prosa yangberisi cerita, undang-
undang, dansilsilah bersifat rekaan, keagamaan,historis, biografis, atau gabungansifat-sifat
itu, dibaca untuk pelipurlara, pembangkit semangat juang,atau sekadar untuk
meramaikanpesta. Misalnya: Hikayat Hang Tuah,Hikayat Seribu Satu Mala
Ciri khas sebuah hikayat:
A menimba bahannya dari kehidupan raja-raja dan dewa-dewi,
B isinya dongeng yang serba indah yang membawa pikiranpembaca ke alam khayal, dan
C melukiskan peperangan yang hebat, dahsyat, tempat para raja/dewa mempertunjukkan
kesaktiannya untuk merebut kerajaanatau seorang puter

Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif; biasanya dalam bentuk
cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti
"sebuah kisah, sepotong berita".
Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak
dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel
bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan
menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut.
Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih
kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak.

ciri-ciri novel
Novel adalah salah satu karya fiksi berbentuk prosa.
Ciri-ciri novel antara lain:
(a) ditulis dengan gaya narasi, yang terkadang dicampur deskripsi untuk menggambarkan
suasana;
(b) bersifat realistis, artinya merupakan tanggapan pengarang terhadap situasi
lingkungannya;
(c) bentuknya lebih panjang, biasanya lebih dari 10.000 kata; dan
(d) alur ceritanya cukup kompleks.
2.1.1. Unsur-Unsur Novel
Novel mempunyai unsure-unsur yang terkandung di dalam unsure-unsur tersebut
adalah :
1. Unsur Intrinsik
Unsure Intrinsik ini terdiri dari :
a. Tema
Tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari jalan cerita
novel (Drs. Rustamaji, M.Pd, Agus priantoro, S.Pd)
b. Setting
Setting merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita, setting ini
meliputi waktu, tempat, social budaya (Drs, Rustamaji, M.Pd, Agus Priantoro, S.Pd)
c. Sudut Pandang
Sudut pandang dijelaskan perry Lubback dalam bukunya The Craft Of Fiction
(Lubbock, 1968).
Menurut Harry Show (1972 : 293) sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Pengarang menggunakan sudut pandang took dan kata ganti orang pertama,
mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya
sendiri dengan kata-katanya sendiri.
2. Pengarang mengunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak mengamati
dari luar daripada terlihat di dalam cerita pengarang biasanya menggunakan kata
ganti orang ketiga.
3. Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar
cerita, ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam
pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.
d. Alur / Plot
Alur / plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur dibedakan menjadi 2
bagian, yaitu alur maju (progresif) yaitu apabila peristwa bergerak secara bertahap
berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back
progresif) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung
(Paulus Tukan, S.Pd)
e. Penokohan
Penokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa diketahu karakternya
dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal. (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus
Priantoro, S.Pd)
f. Gaya Bahasa
Merupakan gaya yang dominant dalam sebuah novel (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus
Priantoro, S.Pd)
2. Unsur Ekstinsik
Unsure ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang, dan lain –
lain, di luar unsure intrinsic. Unsur – unsur yang ada di luar tubuh karya sastra.
Perhatian terhadap unsur – unsur ini akan membantu keakuratan penafsiran isi suatu
karya sastra (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus Priantoro, S.Pd).
2.2. Unsur – unsur Novel Sastra
Novel sastra serius dan novel sastra hiburan mempunyai beberapa unsur yang
membedakan keduanya. Unsure – unsure novel sastra serius adalah sebagai berikut :
- Dalam teman : Karya sastra tidak hanya berputar – putra dalam masalah
cinta asmara muda – mudi belaka, ia membuka diri terhadap semua masalah yang
penting untuk menyempurnakan hidup manusia. Masalah cinta dalam sastra
kadangan hanya penting untuk sekedar menyusun plot cerita belaka, sedang masalah
yang sebenarnya berkembang diluar itu.
- Karya sastra : Tidak berhenti pada gejala permukaan saja, tetapi selalu mencoba
memahami secara mendalam dan mendasar suatu masalah, hal ini dengan sendirinya
berhubungan dengan kematangan pribadi si sastrawan sebagai seorang intelektual.
- Kejadian atau pengalaman yang diceritakan dalam karya sastra bisa
dialami atau sudah dialami oleh manusia mana saja dan kapan saja karya sastra
membicarakan hal – hal yang universal dan nyata. Tidak membicarakan kejadian yang
artificial (yang dibikin – bikin) dan bersifat kebetulan.
- Sastra selalu bergerak, selalu segar dan baru. Ia tidak mau berhenti pada
konvensialisme. Penuh inovasi.
- Bahasa yang dipakai adalah bahasa standard an bukan silang atau mode
sesaat.
Sedangkan novel sastra hiburan juga mempunya unsure – unsure sebagai berikut :
- Tema yang selalu hanya menceritakan kisah asmara belaka, hanya itu tanpa
masalah lain yang lebih serius.
- Novel terlalu menekankan pada plot cerita, dengan mengabaikan karakterisasi,
problem kehidupan dan unsur-unsur novel lain.
- Biasanya cerita disampaikan dengan gaya emosional cerita disusun dengan tujuan
meruntuhkan air mata pembaca, akibatnya novel demikian hanya mengungkapkan
permukaan kehidupan, dangkal, tanpa pendalaman.
- Masalah yang dibahas kadang-kadang juga artificial, tidak hanya dalam kehidupan
ini. Isi cerita hanya mungkin terjadi dalam cerita itu sendiri, tidak dalam kehidupan
nyata.
- Karena cerita ditulis untuk konsumsi massa, maka pengarang rata-ratatunduk pada
hokum cerita konvensional, jarang kita jumpai usaha pembaharuan dalam jenis
bacaan ini, sebab demikian itu akan meninggalkan masa pembacanya.
- Bahasa yang dipakai adalah bahasa yang actual, yang hidup dikalangan pergaulan
muda-mudi kontenpores di Indonesia pengaruh gayaberbicara serta bahasa sehari-
hariamat berpengaruh dalam novel jenis ini.
2.3. Nilai-nilai yang terkandung dalam novel sastra.
2.3.1. Nilai Sosial
Nilai sosial ini akan membuat orang lebih tahu dan memahami kehidupan manusia
lain.
2.3.2. Nilai Ethik
Novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri yaitu novel yang isinya dapat
memausiakan para pembacanya, Novel-novel demikian yang dicari dan dihargai oleh
para pembaca yang selalu ingin belajar sesuatu dari seorang pengarang untuk
menyempurnakan dirinya sebagai manusia.
2.3.3. Nilai Hedorik
Nilai hedonik ini yang bisa memberikan kesenangan kepada pembacanya sehingga
pembaca ikut terbawa ke dalam cerita novel yang diberikan
2.3.4. Nilai Spirit
Nialai sastra yang mempunyai nilai spirit isinya dapat menantang sikap hidup dan
kepercayaan pembacanya. Sehingga pembaca mendapatkan kepribadian yang
tangguh percaya akan dirinya sendiri.
2.3.5. Nilai Koleksi
Novel yang bisa dibaca berkali-kali yang berakibat bahwa orang harus membelinya
sendiri, menyimpan dan diabadikan.
2.3.6. Nilai Kultural
Novel juga memberikan dan melestarikan budaya dan peradaban masyarakat,
sehingga pembaca dapat mengetahui kebudayaan masyarakat lain daerah.
2.4. Jenis Novel Hiburan
Jenis dari novel hiburan bermacam-macam menurut upaya, seperti :
a. Novel detektif
b. Novel roman
c. Novel mistery
d. Novel Gothis
e. Novel criminal
f. Novel science fiction(sf)
Novel hiburan ini merupakan bacaan ringan yang menghibur dan novel hiburan ini
jauh lebih banyak ditulis dan diterbitkan serta lebih banyak dibaca orang sebagai
pembaca untuk jenis novel hiburan ini jumlahnya amat banyak karena sifatnya yang
personal dan isinya hanya kenyataan semua dan gambaran fantasi pengarang saja.
Novel hiburan juga menceritakan hal-hal yang indah seperti cerita percintaan yang
sentimentil, sehingga pembaca sangat menyukainya. Novel hiburan ini juga
diperhatikan oleh para kritisi yang menyangkut masalah komersialnya, Novel ini
gemari oleh semua golongan masyarakat mulai dari anak-anak sampai orang dewasa,
baik laki-laki maupun dewasa.

Hikayat dan novel sama-sama merupakan ben-tuk karya sastra yang berupa prosa. Bedanya adalahhikayat
merupakan bagian dari prosa lama, sedang-kan novel adalah bagian dari prosa baru. Hikayat me-rupakan
peninggalan sastra Melayu, sementara novelmerupakan bagian dari perkembangan hasil karyasastra
Indonesia.Kegiatan diskusi pada prinsipnya bertujuan untu
Pemetaan Beragam tentang Periodisasi Sastra Indonesia
Periodisasi Sastra Indonesia selama ini telah dipetakan sangat beragam oleh ahli sastra Indonesia. HB. Jassin, misalnya, membagi
periodisasi sastra menjadi dua, yakni (a) Sastra Melayu Lama, dan (b) Sastra Indonesia Modern, yang meliputi (1) Angkatan 20, (2)
Angkatan 33 atau Pujangga Baru; dan (3) Angkatan 45. Sementara itu Boejoeng Saleh membagi periodisasi sejarah sastra Indonesia
menjadi 4: (1.) Sebelum tahun 20-an, (2). Antara tahun 1920 – 1933; (3). 1933 – Mei 1942, dan (4). Mei 1942 hingga kini (1956).
Sedangkan Nugroho Notosusanto membagi PSI menjadi 2: (a) Sastra Melayu Lama, (b) Sastra Indonesia Modern. Sastra modern ini
dibagi menjadi 2: (1) masa Kebangkitan (1920-1945): yang dibagi lagi menjadi: periode 1920, Periode 1933, dan Periode 1942 dan (2)
Masa Perkembangan (1945-sampai tahun 60-an), yang meliputi: periode ’45 dan periode ’50. lain lagi dengan Bakri Siregar. Dia
membagi periodisasi sejarah sastra Indonesia menjadi 4 yaitu (1) Periode Pertama sejak masa abad 20 sampai 1942, (2) Periode
Kedua 1942 – 1945, (3) Periode Ketiga 1945 – 1950, dan (3) Periode Keempat 1950 – skrg (1964). Ajip Rosidi membagi periosisasi
sejarah Indonesia menjadi 2 kelopok besar, yaitu (1) Masa Kelahiran dan Masa Penjadian (1900 – 1945), yang meliputi (a). Periode
awal 1933; (b). Periode 1933 – 1942, dan (c). Periode 1942 – 1945, dan (2) Masa Perkembangan (1945 – 1969), yang meliputi (a)
Periode 1945 – 1953, (b) Periode 1953 – 1961, dan (c). Periode 1961 – 1969. Sedangkan A. Teeuw, menunjuk angkatan tahun 1920
sebagai lahirnya kesusastraan Indonesia modern. Menurut Teeuw para pemuda saat itu untuk pertama kalinya menyatakan perasaan
dan ide yang pada pokoknya menyimpang dari bentuk-bentuk sastra Melayu, Jawa, dan sastra lainnya yang lebih tua. Sementara Ajip
Rosidi menunjuk tahun tersebut karena pada saat itu para pemuda Indonesia (Yamin, Hatta, dll) mengumumkan sajak-sajak mereka
yang bercorak kebangsaan. Secara metode penyampaian sastra Indonesia terbagi atas 2 bagian besar, yaitu:
* lisan
* tulisan
Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:
Karya Sastra Pujangga Lama Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra
di Indonesia di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat.
• Sejarah Melayu
• Hikayat Abdullah – Hikayat Andaken Penurat – Hikayat Bayan Budiman – Hikayat Djahidin– Hikayat Hang
Tuah – Hikayat Kadirun – Hikayat Kalila dan Damina – Hikayat Masydulhak– Hikayat Pandja Tanderan – Hikayat Putri Djohar
Manikam – Hikayat Tjendera Hasan – - Tsahibul Hikayat
• Syair Bidasari – Syair Ken Tambuhan – Syair Raja Mambang Jauhari – Syair Raja Siak
• dan berbagai Sejarah, Hikayat, dan Syair lain
Sastra Melayu LamaKarya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 – 1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat
Sumatera seperti “Langkat, Tapanuli, Padang dan daerah sumatera lainnya”, orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra
pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.Karya Sastra “Melayu
Lama”
• Robinson Crusoe (terjemahan)
• Lawan-lawan Merah
• Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
• Graaf de Monte Cristo (terjemahan)
• Kapten Flamberger (terjemahan)
• Rocambole (terjemahan)
• Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo)
• Bunga Rampai oleh A.F van Dewall
• Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe
• Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
• Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya
• Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indo)
• Cerita Nyi Paina
• Cerita Nyai Sarikem
• Cerita Nyonya Kong Hong Nio
• Nona Leonie
• Warna Sari Melayu oleh Kat S.J
• Cerita Si Conat oleh F.D.J. Pangemanan
• Cerita Rossina
• Nyai Isah oleh F. Wiggers
• Drama Raden Bei Surioretno
• Syair Java Bank Dirampok
• Lo Fen Kui oleh Gouw Peng Liang
• Cerita Oey See oleh Thio Tjin Boen
• Tambahsia
• Busono oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo
• Nyai Permana
• Hikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti (indo)
• dan masih ada sekitar 3000 judul karya sastra Melayu-Lama lainnya
Angkatan Balai PustakaKarya sastra di Indonesia sejak tahun 1920 – 1950, yang dipelopori oleh penerbit Balai
Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat
dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan
cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki
misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda;
dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak dan bahasa Madura. Pengarang dan karya sastra Angkatan Balai
Pustaka
• Merari Siregar
o Azab dan Sengsara: kisah kehidoepan seorang gadis (1921)
o Binasa kerna gadis Priangan! (1931)
o Tjinta dan Hawa Nafsu

• Marah Roesli
o Siti Nurbaya
o La Hami
o Anak dan Kemenakan

• Nur Sutan Iskandar


o Apa Dayaku Karena Aku Seorang Perempuan
o Hulubalang Raja (1961)
o Karena Mentua (1978)
o Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)

• Abdul Muis
o Pertemuan Djodoh (1964)
o Salah Asuhan
o Surapati (1950)

• Tulis Sutan Sati


o Sengsara Membawa Nikmat (1928)
o Tak Disangka
o Tak Membalas Guna
o Memutuskan Pertalian (1978)

• Aman Datuk Madjoindo


o Menebus Dosa (1964)
o Si Tjebol Rindoekan Boelan (1934)
o Sampaikan Salamku Kepadanya

• Suman Hs.
o Kasih Ta’ Terlarai (1961)
o Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
o Pertjobaan Setia (1940)

• Adinegoro
o Darah Muda
o Asmara Jaya

• Sutan Takdir Alisjahbana


o Tak Putus Dirundung Malang
o Dian jang Tak Kundjung Padam (1948)
o Anak Perawan Di Sarang Penjamun (1963)

• Hamka
o Di Bawah Lindungan Ka’bah (1938)
o Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1957)
o Tuan Direktur (1950)
o Didalam Lembah Kehidoepan (1940)

• Anak Agung Pandji Tisna


o Ni Rawit Ceti Penjual Orang (1975)
o Sukreni Gadis Bali (1965)
o I Swasta Setahun di Bedahulu (1966)

• Said Daeng Muntu


o Pembalasan
o Karena Kerendahan Boedi (1941)

• Marius Ramis Dayoh


o Pahlawan Minahasa (1957)
o Putra Budiman: Tjeritera Minahasa (1951)

Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai Raja Pengarang Bali Pustaka oleh sebab banyaknya karya tulisnya pada masa
tersebut.Pujangga BaruPujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya
tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan.
Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi “bapak” sastra modern Indonesia.Pada masa itu,
terbit pula majalah “Poedjangga Baroe” yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di
Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 – 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana dkk. Masa ini ada dua kelompok
sastrawan Pujangga baru yaitu 1. Kelompok “Seni untuk Seni” yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah dan; 2.
Kelompok “Seni untuk Pembangunan Masyarakat” yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam
Effendi.Penulis dan karya sastra Pujangga Baru
• Sutan Takdir Alisjahbana
o Layar Terkembang (1948)
o Tebaran Mega (1963)

• Armijn Pane
o Belenggu (1954)
o Jiwa Berjiwa
o Gamelan Djiwa – kumpulan sajak (1960)
o Djinak-djinak Merpati – sandiwara (1950)
o Kisah Antara Manusia – kumpulan cerpen (1953)

• Tengku Amir Hamzah


o Nyanyi Sunyi (1954)
o Buah Rindu (1950)
o Setanggi Timur (1939)

• Sanusi Pane
o Pancaran Cinta (1926)
o Puspa Mega (1971)
o Madah Kelana (1931/1978)
o Sandhyakala ning Majapahit (1971)
o Kertadjaja (1971)

• Muhammad Yamin
o Indonesia, Toempah Darahkoe! (1928)
o Kalau Dewi Tara Sudah Berkata
o Ken Arok dan Ken Dedes (1951)
o Tanah Air

• Roestam Effendi
o Bebasari: toneel dalam 3 pertundjukan (1953)
o Pertjikan Permenungan (1953)

• Selasih
o Kalau Ta’ Oentoeng (1933)
o Pengaruh Keadaan (1957)

• J.E.Tatengkeng
o Rindoe Dendam (1934)

Angkatan ‘45Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan ‘45. Karya sastra
angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik – idealistik.Penulis dan karya sastra Angkatan
‘45
• Chairil Anwar
o Kerikil Tadjam (1949)
o Deru Tjampur Debu (1949)

• Asrul Sani, Rivai Apin Chairil Anwar


o Tiga Menguak Takdir (1950)

• Idrus
o Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
o Aki (1949)
o Perempuan dan Kebangsaan

• Pramoedya Ananta Toer


o Bukan Pasar Malam (1951)
o Ditepi Kali Bekasi (1951)
o Gadis Pantai
o Keluarga Gerilja (1951)
o Mereka jang Dilumpuhkan (1951)
o Perburuan (1950)
o Tjerita dari Blora (1963)

• Mochtar Lubis
o Tidak Ada Esok (1982)
o Djalan Tak Ada Udjung (1958)
o Si Djamal (1964)
o Harimau-Harimau! (1977)

• Achdiat K. Mihardja
o Atheis – 1958

• Trisno Sumardjo
o Katahati dan Perbuatan (1952)
o Terjemahan karya W. Shakespeare: Hamlet, Impian di tengah Musim, Macbeth, Raja Lear, Romeo dan

Julia, Saudagar Venezia, dll.


• M.Balfas
o Lingkaran-lingkaran Retak, kumpulan cerpen (1978)

• Utuy Tatang Sontani


o Suling (1948)
o Tambera (1952)
o Awal dan Mira – drama satu babak (1962)

Angkatan 50-anAngkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya
sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan
dengan majalah sastra lainnya, Sastra.Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung
dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang
berkepanjangan diantara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra
karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.Penulis dan karya sastra
Angkatan 50-60-anNh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada akhir dekade 80-an dengan
beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, danHati Yang Damai. Salah satu
ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya
mempunyai konflik dengan pemikiran timur.
• Ajip Rosidi
o Cari Muatan
o Ditengah Keluarga (1956)
o Pertemuan Kembali (1960
o Sebuah Rumah Buat Hari Tua
o Tahun-tahun Kematian (1955)

• Ali Akbar Navis


o Bianglala: kumpulan tjerita pendek (1963)
o Hudjan Panas (1963)
o Robohnja Surau Kami: 8 tjerita pendek pilihan (1950)

• Bokor Hutasuhut
o Datang Malam (1963)

• Enday Rasidin
o Surat Cinta

• Nh. Dini
o Dua Dunia (1950)
o Hati jang Damai (1960)

• Nugroho Notosusanto
o Hujan Kepagian (1958)
o Rasa Sajangé (1961)
o Tiga Kota (1959)

• Ramadhan K.H
o Api dan Si Rangka
o Priangan si Djelita (1956)

• Sitor Situmorang
o Dalam Sadjak (1950)
o Djalan Mutiara: kumpulan tiga sandiwara (1954)
o Pertempuran dan Saldju di Paris (1956)
o Surat Kertas Hidjau: kumpulan sadjak (1953)
o Wadjah Tak Bernama: kumpulan sadjak (1955)

• Subagio Sastrowardojo
o Simphoni (1957)

• Titis Basino
o Pelabuhan Hati (1978)
o Dia, Hotel, Surat Keputusan (cerpen) (1963)
o Lesbian (1976)
o Bukan Rumahku (1976)
o Pelabuhan Hati (1978)
o Di Bumi Aku Bersua di Langit Aku Bertemu (1983)
o Trilogi: Dari Lembah Ke Coolibah (1997); Welas Asih Merengkuh Tajali (1997);Menyucikan

Perselingkuhan (1998)
o Aku Supiah Istri Wardian (1998)
o Tersenyumpun Tidak Untukku Lagi (1998)
o Terjalnya Gunung Batu (1998)
o Aku Kendalikan Air, Api, Angin, dan Tanah (1998)
o Rumah Kaki Seribu (1998)
o Tangan-Tangan Kehidupan (1999)
o Bila Binatang Buas Pindah Habitat (1999)
o Mawar Hitam Milik Laras (1999)

• Toto Sudarto Bachtiar


o Suara : kumpulan sadjak 1950-1955 (1962)
o Etsa, sadjak-sadjak (1958)

• Trisnojuwono
o Angin Laut (1958)
o Dimedan Perang (1962)
o Laki-laki dan Mesiu (1951)

• W.S. Rendra
o Balada Orang-Orang Tertjinta (1957)
o Empat Kumpulan Sajak (1961)
o Ia Sudah Bertualang dan tjerita-tjerita pendek lainnja (1963)

• dan banyak lagi karya sastra lainnya


Angkatan 66-70-anAngkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Semangat avant-garde sangat menonjol pada
angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra, munculnya karya sastra beraliran
surrealistik, arus kesadaran, arketip, absurd, dll pada masa angkatan ini di Indonesia. Penerbit Pustaka Jayasangat banyak membantu
dalam menerbitkan karya karya sastra pada masa angkatan ini. Sastrawan pada akhir angkatan yang lalu termasuk juga dalam
kelompok ini seperti Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad,Sapardi Djoko
Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia,H.B. Jassin.Seorang sastrawan pada angkatan 50-60-
an yang mendapat tempat pada angkatan ini adalah Iwan Simatupang. Pada masanya, karya sastranya berupa novel, cerpen dan drama
kurang mendapat perhatian bahkan sering menimbulkan kesalahpahaman; ia lahir mendahului jamannya.Beberapa satrawan pada
angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Akhudiat, Darmanto Jatman, Arief
Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail dan banyak lagi
yang lainnya.Karya Sastra Angkatan ‘66
• Sutardji Calzoum Bachri
o O
o Amuk
o Kapak
• Abdul Hadi WM
o Laut Belum Pasang – (kumpulan puisi)
o Meditasi – (kumpulan puisi)
o Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur – (kumpulan puisi)
o Tergantung Pada Angin – (kumpulan puisi)
o Anak Laut Anak Angin – (kumpulan puisi)

• Sapardi Djoko Damono


o Dukamu Abadi – (kumpulan puisi)
o Mata Pisau dan Akuarium – (kumpulan puisi)
o Perahu Kertas – (kumpulan puisi)
o Sihir Hujan – (kumpulan puisi)
o Hujan Bulan Juni – (kumpulan puisi)
o Arloji – (kumpulan puisi)
o Ayat-ayat Api – (kumpulan puisi)

• Goenawan Mohamad
o Interlude
o Parikesit
o Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang – (kumpulan esai)
o Asmaradana
o Misalkan Kita di Sarajevo

• Umar Kayam
o Seribu Kunang-kunang di Manhattan
o Sri Sumarah dan Bawuk – (kumpulan cerita pendek)
o Lebaran di Karet, di Karet – (kumpulan cerita pendek)
o Pada Suatu Saat di Bandar Sangging -
o Kelir Tanpa Batas
o Para Priyayi
o Jalan Menikung

• Danarto
o Godlob
o Adam Makrifat
o Berhala

• Putu Wijaya
o Telegram
o Stasiun
o Pabrik
o Gres – Putu Wijaya
o Bom
o Aduh – (drama)
o Edan – (drama)
o Dag Dig Dug – (drama)

• Iwan Simatupang
o Ziarah
o Kering
o Merahnya Merah
o Koong
o RT Nol / RW Nol – (drama)
o Tegak Lurus Dengan Langit

• Arifin C. Noer
o Tengul – (drama)
o Sumur Tanpa Dasar – (drama)
o Kapai Kapai – (drama)

• Djamil Suherman
o Sarip Tambak-Oso
o Umi Kulsum – (kumpulan cerita pendek)
o Perjalanan ke Akhirat
o Sakerah

dan masih banyak lagi yang lainnya.


Dasawarsa 80-anKarya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan,
dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Majalah Horison tidak ada lagi, karya sastra Indonesia
pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.Beberapa sastrawan yang dapat mewakili Angkatan
dekade 80-an ini antara lain adalah:Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Kurniawan
Junaidi, Ahmad Fahrawie alm, Micky HIdayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani alm,
dan Tajuddin Noor Ganie.
Karya Sastra Angkatan Dasawarsa 80-anAntara lain adalah:
• Badai Pasti Berlalu – Cintaku di Kampus Biru – Sajak Sikat Gigi – Arjuna Mencari Cinta –Manusia Kamar – Karmila
Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka.
Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih
dipengaruhi oleh sastra Eropa abad 19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme,
karya-karya pada era 80-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 80-an ini juga
tumbuh sastra yang beraliran pop (tetapi tetap sah disebut sastra, jika sastra dianggap sebagai salah satu alat komunikasi), yaitu
lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman dengan Serial Lupus-nya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini
tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih “berat”.Budaya barat dan konflik-konfliknya
sebagai tema utama cerita terus mempengaruhi sastra Indonesia sampai tahun 2000.
Sastrawan Angkatan Reformasi (2000)Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH
Abdurahman Wahid (Gus Dur) danMegawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang Sastrawan Angkatan Reformasi. Munculnya
angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya
seputar Reformasi. Di rubrik sastra Harian Republika, misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau
sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema
sosial-politik.Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring
dengan jatuhnyaOrde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatar belakangi kelahiran karya-karya
sastra — puisi, cerpen, dan novel — pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik,
seperti Sutardji Calzoum Bachri,Ahmadun Yosi Herfanda dan Acep Zamzam Noer, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak
sosial-politik mereka.Sastrawan Angkatan 2000-anSetelah wacana tentang lahirnyaSastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun
tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki ‘juru bicara’, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang
lahirnya Sastrawan Angkatan 2000. Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta,
tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000,
termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira
Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami, dan Dorothea Rosa Herliany.Novel paling mutakhir
adalah Saman, 1998, karya Ayu Utami. Ayu Utami termasuk novelis yang membawa pembaharuan dalam perkembangan novel
Indonesia. Dalam Saman, Ayu Utami tidak sungkan-sungkan membahas masalah seks, sesuatu yang di Indonesia dianggap kurang
sopan untuk diungkap. Tapi mungkin zamannya sudah berubah, kini masalah sesks sudah bukan merupakan hal yang tabu untuk
diungkapkan. Ironis, bahwa yang mengungkap secara detail dan sedikit jorok dalam nobvel ini adalah justru seorang wanita, Ayu
Utami.
• Abidah el Khalieqy
• Afrizal Malna
• Ahmad Nurullah
• Ahmad Syubanuddin Alwy
• Ahmadun Yosi Herfanda adalah salah seorang penyair yang dimasukkan oleh Korrie Layun Rampan ke dalam Angkatan
2000, tapi ia sebenarnya telah banyak menulis sajak sejak awal 1980-an.
• Ayu Utami dengan karyanya Saman, sebuah fragmen dari cerita Laila Tak Mampir di New York. Karya ini menandai awal
bangkitnya kembali sastra Indonesia setelah hampir 20 tahun. Gaya penulisan Ayu Utami yang terbuka, bahkan vulgar, itulah
yang membuatnya menonjol dari pengarang-pengarang yang lain. Novel lain yang ditulisnya adalah Larung, lanjutan dari cerita
Saman.
• Dorothea Rosa Herliany
• Seno Gumira Ajidarma
• Fathur ER

Pembagian Waktu Sastra Indonesia

Secara metode penyampaian sastra Indonesia terbagi atas 2 bagian besar, yaitu:

* lisan
* tulisan

Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:

* Pujangga Lama
* Sastra "Melayu Lama"
* Angkatan Balai Pustaka
* Pujangga Baru
* Angkatan '45
* Angkatan 50-an
* Angkatan 66-70-an
* Dasawarsa 80-an
* Angkatan Reformasi

Pujangga Lama
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di Indonesia di dominasi
oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat.
Karya Sastra Pujangga Lama
• Sejarah Melayu
• Hikayat Abdullah - Hikayat Andaken Penurat - Hikayat Bayan Budiman - Hikayat Djahidin - Hikayat Hang Tuah -
Hikayat Kadirun - Hikayat Kalila dan Damina - Hikayat Masydulhak - Hikayat Pandja Tanderan - Hikayat Putri Djohar
Manikam - Hikayat Tjendera Hasan - - Tsahibul Hikayat
• Syair Bidasari - Syair Ken Tambuhan - Syair Raja Mambang Jauhari - Syair Raja Siak
• dan berbagai Sejarah, Hikayat, dan Syair lainnya

Sastra "Melayu Lama"


Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat
Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Padang dan daerah sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-
Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel
barat.
Karya Sastra "Melayu Lama"
• Robinson Crusoe (terjemahan)
• Lawan-lawan Merah
• Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
• Graaf de Monte Cristo (terjemahan)
• Kapten Flamberger (terjemahan)
• Rocambole (terjemahan)
• Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo)
• Bunga Rampai oleh A.F van Dewall
• Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe
• Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
• Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya
• Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indo)
• Cerita Nyi Paina
• Cerita Nyai Sarikem
• Cerita Nyonya Kong Hong Nio
• Nona Leonie
• Warna Sari Melayu oleh Kat S.J
• Cerita Si Conat oleh F.D.J. Pangemanan
• Cerita Rossina
• Nyai Isah oleh F. Wiggers
• Drama Raden Bei Surioretno
• Syair Java Bank Dirampok
• Lo Fen Kui oleh Gouw Peng Liang
• Cerita Oey See oleh Thio Tjin Boen
• Tambahsia
• Busono oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo
• Nyai Permana
• Hikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti (indo)
• dan masih ada sekitar 3000 judul karya sastra Melayu-Lama lainnya

Angkatan Balai Pustaka


Karya sastra di Indonesia sejak tahun 1920 - 1950, yang dipelopori oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel,
cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam
khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan
oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis
(liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa
Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak dan bahasa Madura.
Pengarang dan karya sastra Angkatan Balai Pustaka
• Merari Siregar
o Azab dan Sengsara: kissah kehidoepan seorang gadis (1921)
o Binasa kerna gadis Priangan! (1931)
o Tjinta dan Hawa Nafsu
• Marah Roesli
o Siti Nurbaya
o La Hami
o Anak dan Kemenakan
• Nur Sutan Iskandar
o Apa Dayaku Karena Aku Seorang Perempuan
o Hulubalang Raja (1961)
o Karena Mentua (1978)
o Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)
• Abdul Muis
o Pertemuan Djodoh (1964)
o Salah Asuhan
o Surapati (1950)
• Tulis Sutan Sati
o Sengsara Membawa Nikmat (1928)
o Tak Disangka
o Tak Membalas Guna
o Memutuskan Pertalian (1978)
• Aman Datuk Madjoindo
o Menebus Dosa (1964)
o Si Tjebol Rindoekan Boelan (1934)
o Sampaikan Salamku Kepadanya
• Suman Hs.
o Kasih Ta' Terlarai (1961)
o Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
o Pertjobaan Setia (1940)
• Adinegoro
o Darah Muda
o Asmara Jaya
• Sutan Takdir Alisjahbana
o Tak Putus Dirundung Malang
o Dian jang Tak Kundjung Padam (1948)
o Anak Perawan Di Sarang Penjamun (1963)
• Hamka
o Di Bawah Lindungan Ka'bah (1938)
o Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1957)
o Tuan Direktur (1950)
o Didalam Lembah Kehidoepan (1940)
• Anak Agung Pandji Tisna
o Ni Rawit Ceti Penjual Orang (1975)
o Sukreni Gadis Bali (1965)
o I Swasta Setahun di Bedahulu (1966)
• Said Daeng Muntu
o Pembalasan
o Karena Kerendahan Boedi (1941)
• Marius Ramis Dayoh
o Pahlawan Minahasa (1957)
o Putra Budiman: Tjeritera Minahasa (1951)
Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai Raja Pengarang Bali Pustaka oleh sebab banyaknya karya tulisnya pada
masa tersebut.

Pujangga Baru
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis
sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran
kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi "bapak" sastra modern
Indonesia.
Pada masa itu, terbit pula majalah "Poedjangga Baroe" yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah
dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan
Takdir Alisyahbana dkk. Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu 1. Kelompok "Seni untuk Seni"
yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah dan; 2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat"
yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
Penulis dan karya sastra Pujangga Baru
• Sutan Takdir Alisjahbana
o Layar Terkembang (1948)
o Tebaran Mega (1963)
• Armijn Pane
o Belenggu (1954)
o Jiwa Berjiwa
o Gamelan Djiwa - kumpulan sajak (1960)
o Djinak-djinak Merpati - sandiwara (1950)
o Kisah Antara Manusia - kumpulan cerpen (1953)
• Tengku Amir Hamzah
o Nyanyi Sunyi (1954)
o Buah Rindu (1950)
o Setanggi Timur (1939)
• Sanusi Pane
o Pancaran Cinta (1926)
o Puspa Mega (1971)
o Madah Kelana (1931/1978)
o Sandhyakala ning Majapahit (1971)
o Kertadjaja (1971)
• Muhammad Yamin
o Indonesia, Toempah Darahkoe! (1928)
o Kalau Dewi Tara Sudah Berkata
o Ken Arok dan Ken Dedes (1951)
o Tanah Air
• Roestam Effendi
o Bebasari: toneel dalam 3 pertundjukan (1953)
o Pertjikan Permenungan (1953)
• Selasih
o Kalau Ta' Oentoeng (1933)
o Pengaruh Keadaan (1957)
• J.E.Tatengkeng
o Rindoe Dendam (1934)

Angkatan '45
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra
angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik - idealistik.
[sunting] Penulis dan karya sastra Angkatan '45
• Chairil Anwar
o Kerikil Tadjam (1949)
o Deru Tjampur Debu (1949)
• Asrul Sani, Rivai Apin Chairil Anwar
o Tiga Menguak Takdir (1950)
• Idrus
o Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
o Aki (1949)
o Perempuan dan Kebangsaan
• Pramoedya Ananta Toer
o Bukan Pasar Malam (1951)
o Ditepi Kali Bekasi (1951)
o Gadis Pantai
o Keluarga Gerilja (1951)
o Mereka jang Dilumpuhkan (1951)
o Perburuan (1950)
o Tjerita dari Blora (1963)
• Mochtar Lubis
o Tidak Ada Esok (1982)
o Djalan Tak Ada Udjung (1958)
o Si Djamal (1964)
• Achdiat K. Mihardja
o Atheis - 1958
• Trisno Sumardjo
o Katahati dan Perbuatan (1952)
o Terjemahan karya W. Shakespeare: Hamlet, Impian di tengah Musim, Macbeth, Raja Lear, Romeo dan Julia,
Saudagar Venezia, dll.
• M.Balfas
o Lingkaran-lingkaran Retak, kumpulan cerpen (1978)
• Utuy Tatang Sontani
o Suling (1948)
o Tambera (1952)
o Awal dan Mira - drama satu babak (1962)

Angkatan 50-an
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya
sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan
diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan
Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan
diantara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra
karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
Penulis dan karya sastra Angkatan 50-60-an
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada akhir dekade 80-an dengan
beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang
Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya
barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.
• Ajip Rosidi
o Cari Muatan
o Ditengah Keluarga (1956)
o Pertemuan Kembali (1960
o Sebuah Rumah Buat Hari Tua
o Tahun-tahun Kematian (1955)
• Ali Akbar Navis
o Bianglala: kumpulan tjerita pendek (1963)
o Hudjan Panas (1963)
o Robohnja Surau Kami: 8 tjerita pendek pilihan (1950)
• Bokor Hutasuhut
o Datang Malam (1963)
• Enday Rasidin
o Surat Cinta
• Nh. Dini
o Dua Dunia (1950)
o Hati jang Damai (1960)
• Nugroho Notosusanto
o Hujan Kepagian (1958)
o Rasa Sajangé (1961)
o Tiga Kota (1959)
• Ramadhan K.H
o Api dan Si Rangka
o Priangan si Djelita (1956)
• Sitor Situmorang
o Dalam Sadjak (1950)
o Djalan Mutiara: kumpulan tiga sandiwara (1954)
o Pertempuran dan Saldju di Paris (1956)
o Surat Kertas Hidjau: kumpulan sadjak (1953)
o Wadjah Tak Bernama: kumpulan sadjak (1955)
• Subagio Sastrowardojo
o Simphoni (1957)
• Titis Basino
o Pelabuhan Hati (1978)
o Dia, Hotel, Surat Keputusan (cerpen) (1963)
o Lesbian (1976)
o Bukan Rumahku (1976)
o Pelabuhan Hati (1978)
o Di Bumi Aku Bersua di Langit Aku Bertemu (1983)
o Trilogi: Dari Lembah Ke Coolibah (1997); Welas Asih Merengkuh Tajali (1997); Menyucikan Perselingkuhan (1998)
o Aku Supiah Istri Wardian (1998)
o Tersenyumpun Tidak Untukku Lagi (1998)
o Terjalnya Gunung Batu (1998)
o Aku Kendalikan Air, Api, Angin, dan Tanah (1998)
o Rumah Kaki Seribu (1998)
o Tangan-Tangan Kehidupan (1999)
o Bila Binatang Buas Pindah Habitat (1999)
o Mawar Hitam Milik Laras (1999)
• Toto Sudarto Bachtiar
o Suara : kumpulan sadjak 1950-1955 (1962)
o Etsa, sadjak-sadjak (1958)
• Trisnojuwono
o Angin Laut (1958)
o Dimedan Perang (1962)
o Laki-laki dan Mesiu (1951)
• W.S. Rendra
o Balada Orang² Tertjinta (1957)
o Empat Kumpulan Sajak (1961)
o Ia Sudah Bertualang dan tjerita-tjerita pendek lainnja (1963)
• dan banyak lagi karya sastra lainnya

Angkatan 66-70-an
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Semangat avant-garde sangat menonjol pada
angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra, munculnya karya
sastra beraliran surrealistik, arus kesadaran, arketip, absurd, dll pada masa angkatan ini di Indonesia. Penerbit
Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya karya sastra pada masa angkatan ini. Sastrawan
pada akhir angkatan yang lalu termasuk juga dalam kelompok ini seperti Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro,
Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo
dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Seorang sastrawan pada angkatan 50-60-an yang mendapat tempat pada angkatan ini adalah Iwan Simatupang.
Pada masanya, karya sastranya berupa novel, cerpen dan drama kurang mendapat perhatian bahkan sering
menimbulkan kesalah-pahaman; ia lahir mendahului jamannya.
Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Akhudiat,
Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi,
Wing Kardjo, Taufik Ismail dan banyak lagi yang lainnya.
Karya Sastra Angkatan '66
• Sutardji Calzoum Bachri
oO
o Amuk
o Kapak
• Abdul Hadi WM
o Laut Belum Pasang – (kumpulan puisi)
o Meditasi – (kumpulan puisi)
o Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur – (kumpulan puisi)
o Tergantung Pada Angin – (kumpulan puisi)
o Anak Laut Anak Angin – (kumpulan puisi)
• Sapardi Djoko Damono
o Dukamu Abadi – (kumpulan puisi)
o Mata Pisau dan Akuarium – (kumpulan puisi)
o Perahu Kertas – (kumpulan puisi)
o Sihir Hujan – (kumpulan puisi)
o Hujan Bulan Juni – (kumpulan puisi)
o Arloji – (kumpulan puisi)
o Ayat-ayat Api – (kumpulan puisi)
• Goenawan Mohamad
o Interlude
o Parikesit
o Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang – (kumpulan esai)
o Asmaradana
o Misalkan Kita di Sarajevo
• Umar Kayam
o Seribu Kunang-kunang di Manhattan
o Sri Sumarah dan Bawuk – (kumpulan cerita pendek)
o Lebaran di Karet, di Karet - (kumpulan cerita pendek)
o Pada Suatu Saat di Bandar Sangging -
o Kelir Tanpa Batas
o Para Priyayi
o Jalan Menikung
• Danarto
o Godlob
o Adam Makrifat
o Berhala
• Putu Wijaya
o Telegram
o Stasiun
o Pabrik
o Gres – Putu Wijaya
o Bom
o Aduh – (drama)
o Edan – (drama)
o Dag Dig Dug – (drama)
• Iwan Simatupang
o Ziarah
o Kering
o Merahnya Merah
o Koong
o RT Nol / RW Nol – (drama)
o Tegak Lurus Dengan Langit
• Arifin C. Noer
o Tengul – (drama)
o Sumur Tanpa Dasar – (drama)
o Kapai Kapai – (drama)
• Djamil Suherman
o Sarip Tambak-Oso
o Umi Kulsum – (kumpulan cerita pendek)
o Perjalanan ke Akhirat
o Sakerah
dan masih banyak lagi yang lainnya.

Dasawarsa 80-an
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan,
dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Majalah Horison tidak ada lagi, karya
sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili Angkatan dekade 80-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira
Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Kurniawan Junaidi.

Karya Sastra Angkatan Dasawarsa 80-an


Antara lain adalah:
• Badai Pasti Berlalu - Cintaku di Kampus Biru - Sajak Sikat Gigi - Arjuna Mencari Cinta - Manusia Kamar - Karmila
Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-
ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-
novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad 19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk
menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 80-an biasanya selalu mengalahkan peran
antagonisnya.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 80-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop (tetapi tetap sah disebut
sastra, jika sastra dianggap sebagai salah satu alat komunikasi), yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori
oleh Hilman dengan Serial Lupus-nya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca
yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih "berat".
Budaya barat dan konflik-konfliknya sebagai tema utama cerita terus mempengaruhi sastra Indonesia sampai tahun
2000.

Sastrawan Angkatan Reformasi


Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus
Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang Sastrawan Angkatan Reformasi. Munculnya angkatan ini
ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya
seputar Reformasi. Di rubrik sastra Harian Republika, misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak
peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga
didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an,
seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatar belakangi
kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh
dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda dan Acep Zamzam Noer, juga
ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.

Sastrawan Angkatan 2000-an


Setelah wacana tentang lahirnya Sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena
tidak memiliki 'juru bicara', Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya Sastrawan
Angkatan 2000. Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta,
tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan
2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan
Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami, dan Dorothea Rosa Herliany.
• Abidah el Khalieqy
• Afrizal Malna
• Ahmad Nurullah
• Ahmad Syubanuddin Alwy
• Ahmadun Yosi Herfanda adalah salah seorang penyair yang dimasukkan oleh Korrie Layun Rampan ke dalam
Angkatan 2000, tapi ia sebenarnya telah banyak menulis sajak sejak awal 1980-an.
• Ayu Utami dengan karyanya Saman, sebuah fragmen dari cerita Laila Tak Mampir di New York. Karya ini menandai
awal bangkitnya kembali sastra Indonesia setelah hampir 20 tahun. Gaya penulisan Ayu Utami yang terbuka, bahkan
vulgar, itulah yang membuatnya menonjol dari pengarang-pengarang yang lain. Novel lain yang ditulisnya adalah
Larung, lanjutan dari cerita Saman.
• Dorothea Rosa Herliany
• Seno Gumira Ajidarma
• Fathur ER

Cybersastra
Era internet memasuki komunitas sastra di Indonesia. Banyak karya sastra Indonesia yang tidak dipublikasi berupa
buku namun termaktub di dunia maya (internet)baik yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit
maupun situs pribadi. Ada beberapa situs Sastra Indonesia di dunia maya
BERDISKUSI
Konsep Dasar Diskusi
Pengertian Diskusi adalah suatu kegiatan yang dilakukan Antara dua orang atau lebih
bahkan bisa dikatakan berkelompok sebagai sarana bertukar pikiran dalam
musyawarah yang direncanakan atau dipersiapkan sebelumnya.
Tujuan Diskusi
Adalah untuk mencari pemecahan masalah, menampung pendapat, pandangan, saran
dari para peserta diskusi. Untuk mencari solusi dalam sebuah diskusi, peserta diskusi
hendaknya secara bijaksana dapat mempertimbangkan, menilai dan menentukan
kemungkinan keputusan yang akan diterima oleh para peserta atau sebagian peserta
diskusi.

Pihak-pihak yang terlibat dalam diskusi :

1 . Moderator (Pemandu Diskusi)


2. Notulis
3. Pembicara (Penyampai makalah diskusi)
4. Peserta Diskusi (audience)
5. Peninjau
6. Pengunjung
Pemandu Diskusi
Dalam sebuah diskusi perlu dipimpin oleh seorang pemandu diskusi, yang bertugas
antara lain:
1. Membuka Diskusi
2. Mengendalikan jalannya diskusi agar tidak terjadi debat kusir dalam diskusi
3. Mengatur lalu lintas komunikasi diantara peserta diskusi
4. Menyimpulkan hasil diskusi
5. Menutup Diskusi
Sifat Pemandu Diskusi :
1. Tegas dan berwibawa
2. Memahami topik diskusi
3. Kreatif dalam memancing pembicaraan dan mengatasi kebekuan
4. Demokratis
Tata cara dalam pelaksanaan Diskusi
1. Pemandu diskusi membuka diskusi
2. Pemandu mengemukakan masalah yang akan dibicarakan dalam diskusi
3. Pelaksanaan diskusi dipimpin oleh Pemandu Diskusi
4. Kemungkinan pemecahan masalah dalam diskusi ,dengan beradu argumen antar
peserta diskusi, dengan bijaksana dan penuh tanggung jawab
5. Mempertimbangkan baik buruk argumen yang disampaikan peserta diskusi,
usahakan agar dapat mencapai kata mufakat tetapi apabila tidak gunakan
pengambilan suara terbanyak.
6. Pemandu menutup diskusi dengan mengemukakan hasil diskusi, menyampaikan
harapan-harapan dan diakhiri dengan salam penutup
Tata cara mengajukan pertanyaan pada diskusi
Peserta diskusi yang baik adalah peserta yang aktif mengajukan pertanyaan maupun
sanggahan yang berkaitan dengan pembicaraan. Dibawah ini ada beberapa syarat
untuk menjadi peserta diskusi yang baik adalah :
1. Berbicara jika sudah dipersilahkan oleh pemimpin diskusi
2. Dalam bertanya harus disertai dengan fakta-fakta, contoh dan pendapat para ahli
3. Mengikuti jalannya diskusi dengan penuh perhatian
4. Memahami dan menghormati pendapat orang lain
Cara mengemukakan pendapat dalam diskusi adalah sebagaii berikut:
1. Mengemukakan pendapat dengan bahasa yang baik, logis, dan masuk akal.
2. Pendapat harus langsung mengena pada pokok masalah, jangan keluar dari
permasalahan yang sedang dibahas.
3. Jangan memaksakan pendapatnya harus diterima dan jauhkan dari sikap
emosional.
4. Jangan mengejekkan pendapat orang lain.
Adapun kata-kata yang dapat digunakan jika ingin menyanggah pendapat
orang lain secara sopan antara lain :
1. Menurut saya, pendapat Anda kurang dapat diterima.
2. Menurut saya, pendapat Anda belum sesuai dengan pokok masalah.
3. Menurut saya, pendapat Anda perlu ditinjau kembali
4. Saya merasa kurang sependapat dengan Anda.
Latihan :
1. Bentuklah kelompok diskusi dengan anggota sebanyak 3 hingga 5 siswa.
2. Diskusikanlah dengan tata cara berdiskusi yang benar , soal soal berikut dan
jawablah dengan menggunakan kalimat lengkap :
a. Sebutkan nama-nama tokoh penting dalam novel
“SALAH PILIH”
b. Siapakah diantara tokoh itu yang menjadi tokoh utama
c. Diantara tokoh itu , siapakah yang dapat disebut tokoh
protagonis, antagonis, dan tritagonis.
d. Bagaimanakah karakter dari tiap-tiap tokoh tersebut, Sebutkan beberapa karakter
yang sangat menonjol dan berilah bukti dengan cara mengutip teks.
3. Presentasikanlah hasil diskusimu didepan kelas, dalam sebuah diskusi panel

You might also like