You are on page 1of 16

Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan

Sistem Neurologis Encephalitis

Makalah diajukan untuk salah satu mata kuliah


Keperawatan Anak I
Kelompok 11
Eni Suryani
Nita Nutria Sari
Wulan Faridhah

AKADEMI KEPERAWATAN KAB. GARUT


2007
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr.wb


Alhamdulillah segala puji dan syukur hanya pada-Mu ya Rabbi semesta alam
pemberi kenikmatan yang tidak berhingga dengan Rahmat –Mu penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga terlimpah curah kepada
junjungan kita tercinta, Nabi Muhammada SAW. Makalh ini disusun sebagai tugas
mata kuliah Keperawatan Anak I dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Anak
Dengan Gangguan Sisitem Neurologi: Encephalitis.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Maka dari itu,
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
perbaikan dimasa yang akan dating. Tidak lupa penyusun ucapkan terimakasih dan
penghargaan setinggi- tingginya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
menyusun makalah ini terutama pada Ibu Ema Arum, S.Kep
Mudah –mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penyusun dan
pemnbaca pada umumnya.

Garut, Juni 2007

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan penyusunana
C. Rumusan Masalah
D. Sistematika Penulisan
E. Metode Penyusunan
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep dasar
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Pathofisiologi
4. Tanda dan Gejala
5. Komplikasi
6. Evaluasi Diagnostik
7. Penatalaksanaan Medis
B. Pendekatan Askep
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan
3. Implementasi
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Enchepalitis adalah inflamasi pada jaringan otak dan kemungkinan meninges.
Penyebab ensefalitis dapat bakteri, virus, protozoa, atau jamur. Enterovirus adalah
penyebab paling sering diikuti dengan arbovirus. Banyak virus dapat ditularkan
melalui nyamuk. Ensefalitis juga dapat disebabkan oleh invasi langsung cairan
serebrospinal selama pungsi lumbal. Ensefalitis juga dapat terjadi sebagai
komplikasi campak, gondongan (mumps), atau cacar. Komplikasi awal ensefalitis
meliputi sistem jantung, pernafasan, dan neurologik biasanya menganai batang
otak. Ensefalitis dapat menyebabkan defek nerologi sisa setelah pemulihan.
Pemulihan komplet dapat terjari, namun kebanyakan kondisi kesehatan dan
kemampuan anak mungkin berubah selamanya.

B. Tujuan Penyusunan
1. Untuk mengetahui penyebab ensefalitis
2. Untuk mengetahui perjalanan penyakit ensefalitis.
3. Unrtuk mengetahui tanda dan gejala yang muncul pada pentakit
ensefalitis.
4. Untuk mengetahui intervensi apa saja yang akan diberikan pada
penderita ensefalitis .

C. Rumusan Masalah
1. Apa faktor penyebab ensefalitis?
2. Bagaimana proses perjalanan penyakit pada ensefalitis?
3. Apa saja tanda dan gejala yang mungkin muncul pada ensefalitis?
4. Intervensi apa saja yang diberikan pada anak penderita ensefalitis?
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penyusunan makalah ini :
BAB I: Pendahuluan, meliputi Latar belakang masalah, Tujuan penyusunan,
Rumusan masalah, Sistematika penuyusunan, metode Penyusunan.
BAB II: Pembahasan meliputi Konsep Dasar, pengertian, etiologi, pathofisiologi,
tanda dan gejala, komplikasi, evaluasi diagnostik dan penatalaksanaan
medis.
Pendekatan Askep terdiri dari, pengkajian, Diagnosa keperawatan dan rencana
keperawatan, dan implementasi.
BAB III: Penutup, meliputi kesimpulan dan saran

E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu menggunakan studi
kepustakaan dengan mengumpulkan diberbagai referensi buku.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dasar
1. Pengertian
Ensefalitis adalah suatu radang otak sebagai hasil salah satu penyakit
karena virus atau CNS infeksi/ peradangan. Ensefalitis juga dapat berarti ada
inflamasi jaringan otak, seringkali sebagai akibat infeksi virus. Ensefalitis adalah
inflamsi pada jaringan otak dan kemungkinan meninges.
Invasi susunan saraf pusat oleh virus dapat menimbulkan syndrome,
berikut ini :
a. Syndrome meningitis → identik dengan meningitis aseptik
b. Syndrome ensefalitis → adanya gejala nyeri kepala, mengantuk sampai koma,
demam delirium, paralisis otot dan gagguan autonom.
Pemulihan bisa terjadi, tetapi biaanya ada gejala sisa
seperti hemiplegia, gangguan tingkah laku dan cacat
mental.
c. Syndrome mielitik → medula spinalis yang lebih dominan diserang oleh
virus, dapat terjadi peresthesia dan kelemahan
ektrimitas, gangguan sphincter vesica urinaria.
d. Syndrome radikular → adanya peningkatan khas protein les tanpa pleositosis,
otot-otot lemah, otot proksimal sering lebih terkena
dari pada distol.

2. Etiologi
Penyebab ensefalitis dapat bekteri, virus, protizoa, atau jamur.
Entertovirus adalah penyebab yang paling sering diikuti dengan arbovirus. Banyak
virus dapat ditularkan melalui nyamuk, ensefalitis juga dapat diakibatkan oleh
invasi langsung cairan serebrospinal selama lumbal pungsi. Beberapa penyebab
ensefalitis lainnya duhubungkan dengan suatu penyakit yang terdahulu. Macam-
macam penyakit karena virus seperti herpes simplex, penykit anjing gila, campak,
chickenpox, penyakit gondong, dan rubella semua telah mencakup. Herpes simplex
adalah yang paling umum pada periode neonatal. Virus RNA dan Virus DNA juga
dapat menjadi penyebab ensefalitis.

3. Pathofisiologi
Toksin atau pathogen masuk dan meyebar ke otak yang menyebabkan
radang, setelah terjadinya peradangan pada otak maka timbul edema serebral,
kerusakan selular, dan kelainan fungsi tubuh. Invasi ini terjadi melalui darah dan
jalan kecil disekeliling saraf.

4. Tanda dan Gejala


Sesudah masa inkubasi yang bervariasi antara 4 dan 14 hari, gejala-
gejala pada ensefalitis yang muncul dibagi ke dalam 4 fase :
a) Sakit prodromal (2-3) hari
Dengan gejala nyeri mendadak, anoreksia, mual, nyeri perut, muntah
dan perubahan sensori.
b) Fase akut
Ditujukan dengan demam tinggi, kejang (10-20 % terjadi pada anak),
tremor tidak disadari seperti pada parkinson sedang kekakuan jarang terjadi.
Adanya perubahan cepat tanda sistem saraf sentral seperti hiperefleksi atau
hiporefleksi pada status sensori ditemukan adanya bingung, disorientasi,
delirium, somnoka sampai koma. Selama fase ini lumbal fungsi menunjukan
kenaikan jumlah leukosit yang mulanya polimorfonuklear menjadi dominasi
limfosit, biasanya dalam 10 hari pasien meninggal.
c) Fase sub akut
Adanya pneumonia ortostatik, infeksi sel kencing atau dekubitus, adanya
defisit fungsi saraf seperti paralisis spastik, lemah, fasikulasi, kelainan traktus
extra piramidalis.
d) Konvalesen
Adanya kelemahan, lesu, inkordinasi, tremor dan neurosis, frekuensi
sekuele dilaporkan berkisar dari 5-7 % dengan adanya pemburukan mental,
ketidakstabilan emosi berat, perubahan kepribadian, kelainan maotorik dan
gangguan bicara sekuele paling sering pada anak dibawah 10 tahun dan pada
bayi lebih berat daripada anak yang lebih tua.

5. Kompliksi
Komplikasi awal ensefalitis meliputi sistem jantung, pernafasan, neurologik
biasanya mengenai batang otak. Komplikasi lain dapat menyebabkan defek
neurologik sisa setelah pemulihan, pemulihan komplet dapat terjadi namun
kebanyakan kondisi kesehatan dan kemampuan anak mungkin berubah selamanya.

6. Evaluasi Diagnostik
Melaksanakan lumbal fungsi untuk pemeriksaan cairan serebrospinal.
Biopsy otak atau test serum antibody dapat dilakukan jika pembiakan bernilai
negatif. CT atau MRI untuk mendeteksi tumor focal atau adanya lesi pada otak.
EEG dilakukan untuk membantu diagnosa seperti pertumbuhan yang lambat dengan
derajat yang bervariasi.

7. Penatalaksanaan
Pengobatan pada pasien ensefalitis dilakukan secara terus menerus atau
berkesinambungan. Ancyclovia atau cephalosporia generasi ketiga masih
digunakan. Anak harus dirawat, dimonitor dan diobati untuk menurunkan tekanan
intrakranial dengan antikonvulsant sebagai pengaturnya.
Pada pengkajian neurologis, yang lebih difokuskan diantaranya seperti
frekuensi, durasi, progressi, penilaian spesifik dan onset.

B. Pendekatan Askep
1. Pengkajian
a. Kaji Tanda-tanda Vital
b. Kaji Pola nafas
c. Suhu tubuh tinggi.
d. Kaji pola nutrisi
e. Pada pemeriksaan elektroensefalogram ditemukan inflamasi otak yang
menyebar.

2. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan


Diagnosa keperawatan berikut ini dan dugaan yang benar berdasarkan
pengkajian terhadap anak dengan ensefalitis :
a. DX I : Perubahan perfusi jaringan (cerebral) sehubngan denga peningkatan
tekanan intrakranial
Tujuan : klien tidak mengalami peningkatan tekanan intrakranial
Intervensi : observasi dengan cermat adanya tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial
Rasional : untuk mencegah keterlambatan tindakan
Intervensi : hindari sedasi
Rasional : tingkat kesadaran adalah indikator penting dari peningkatan TIK
Intervensi : ajarkan keluarga tentang tanda-tanda PTIK dan kapan harus
memberitahu praktisi kesehatan
Rasional : untuk mencegah keterlamatan tindakan.
b. DX II : Nyeri sehubungan dengan iritasi meningkat
Tujuan : klien/anak tidak mengalami mengalami nyeri atau nyeri menurun
sampai tingkat yang dapat diterima anak
Intervensi : biarkan anak mengambil posisi yang nyaman, gunakan posisi
miring, bila dapat ditoleransi
Rasional : karena kaku kuduk
Intervensi : tinggikan sedikit kepala tempat tidur tanpa menggunakan bantal
Rasional : karena hal itu sering menjadi posisi yang paling tidak nyaman
Intervensi : berikan analgetik sesuai ketentuan, terutama asetaminofen dengan
kodein
Rasional : untuk mengurangi nyeri otot, sendi dan punggung
Intervensi : gelapkan ruangan dan beri kompres dingin di kepala
Rasional : untuk mengurangi nyeri kepala

c. DX III : pola nafas tidak efektif sehubungan dengan peningkatan tekanan


intrakranial dan penurunan tingkat kesadaran
Tujuan : klien anak menunjukan tanda-tanda fungsi pernafasan yang
adekuat
Intervensi : sediakan alat resositasi disamping tempat tidur
Rasional : untuk digunakan pada malfungsi ventilator
Intervensi : bila pasien memakai trakeostomi, ganti dan pertahankan sesuai
dengan kebutuhan
Rasional : untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas
Intervensi : pantau fungsi pernafaan termasuk bunyi nafas
Rasional : untuk mengevaluasi keadekuatan ventilasi dan mendeteksi
perubahan oksigenasi
Intervensi : oksigenasi sebelum suction dan batasi 10-15 detik untuk pasien
apnea, gunakan mekanika ventilator bila perlu
Rasional : transportasi oksigen ke otak berkurang karena berkurangnya aliran
darah

d. DX IV : perubahan nutrisi; kehilangan cairan tubuh sehubungan dengan


penurunan tingkat kesadaran
Tujuan : kebutuhan nutrisi dan cairan tubuh terpenuhi
Intervensi : perhatikan intake dan output pada anak
Rasional : untuk memonitor perkembangan nutrisi dan cairan didalam tubuh
dan penting untuk pemberian cairan yang tepat
Intervensi : kaji apakah ada oedema dan timbang BB
Rasional : sebagai indikasi terjadinya kelebihan cairan
Intervensi : monitor tanda-tanda vital
Rasional : menurunnya tekanan darah menandakan adanya pendarahan
Intervensi : sajikan makanan yang menarik
Rasional : agar nafsu makan klien meningkat
Intervensi : perkaya makanan denga suplemen nutrisi seperti susu bubuk atau
suplemen yang dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan qualitas masukan

e. DX V : ketidak efektifan bersihan jalan nafas sehubungan dengan perubahan


tingkat kesadaran
Tujuan : aspirasi sekret dapat dihindari
Intervensi : monitor terus menerus pasien kejang/delirium, pertahankan
keututuhan jalan nafas pada pasien dengan tik meningkat; suction
secret; lakukan perawatan endoktrakeal.
Rasional : untuk mencegah aspirasi

f. DX VI : potensial injuri (cedera) sehubungan dengan perubahan tingkat


kesadaran
Tujuan : pasien anak tidak akan mengalami cedera (injuri)
Intervensi : - awasi terus pasien yang kejang dan delirium
- beri bantalan dan ikatan pada pasien delirium
- jaga agar rel sisi tempat tidur tetap berdiri
- cegah aspirasi atau injuri selama kejang
Rasional : untuk mencegah injury
Intervensi : pertahankan lingkungan yang tenang
Rasional : rangsangan yang berlebihan dapat mencetuskan kejang

g. DX VII : kurangnya pengetahuan sehubngan denga proses peradangan


dengan kondisi anak
Tujuan : keluarga faham dan dapat menjelaskan tentang kondisi anak,
berpartisifasi dalam peratan anak
Intervensi : berikan penjelasan pada keluarga tentang perkembangan kesehatan
anak
Rasional : keluarga klien akan mengerti dan dapat mengatasi kecemasan
mereka
Intervensi : berikan penjelasan tentang tanda-tanda jika anak kritis
Rasional : agar keluarga dapat segera memberitahu perawat atau staf
kesehatan lainnya sehingga tindakan dapat segera dilakukan
h. DX VIII : Perubahan pada keadaan keluarga sehubungan dengan sakit anak
yang serius
Tujuan : pasien dan keluarga mendapatkan dukungan yang adekuat
Intervensi : beri dorongan pada keluarga untuk mendiskusikan perasaan
Rasional : untuk meminimalkan rasa bersalah dan saling menyalahkan
Intervensi : yakinkan keluarga bahwa awitan ensefalitis bersifat tiba-tiba dab
bahwa mereka sudah bertindak dengan penuh tanggung jawab
dengan mencari bantuan medis
Rasional : untuk meminimalkan rasa bersalaha dan saling menyalahkan
Intervensi : pertahankan agar keluarga tetap mendapat infromasi tentang
kondisi anak, kemajuan prosedur dan tindakan
Rasional : untuk mengurangi kecemasan

3. Implementasi
Ensefalitis disebaban oleh infeksi virus yang memproduksi proses inflamasi
di otak respon dari proses tersebut akan menyebabkan perubahan fungsi neurologis.
Untuk keakuratan pengkajian status CNS pada anak, yaitu perubahan deteksi
essensial dan peningkatan manajemen klinik peraat harus mengantisifasi
peningkatan tekanan intrakranial, meminimalkan faktor penularan, mempersiapkan
pengobatan. Anak harus dikaji secara berkala dari perubahan tingkat kesadaran atau
kepribadian, sakit kepala, kaku kuduk, perubahan pada nadi, respirasi, respon pupil
dan penurunan aktivitas.
Temperatur anak harus dijaga pada keadaan normal. Demam meningkatkan
metabolisme cerebral dan menekan metabolik. Antipyeritik, kompres dingin dan
hangat suam-suam kuku mungkin menjadi dasar tindakan pada hypotermi. Gunakan
selimut, jika dengan selimut masih tetap hipotermi maka perawat harus memonitor
temperatur tubuh anak setiap jam untuk mengetahui cepat lambatnya hipotermi
kondisi kulit anak harus sering dikaji karena sirkulasi perifer menurun.
Keseimbangan cairan dan elektrolit adalah hal yang penting lainnya dalam
pertimbangan keputusan. Hati-hati dalam memperhatikan intake dan output pada
anak, sebagai status indikator hidrasi. Tanda yang menunjukan kelebihan cairan
seperti penambahan BB, elektrolit dan hematokrit abnormal, oedema dan perubahan
tingkat kesadaran.
Anak dengan ensefalitis mungkin terdapat sakit kepala dengn intensitas
berubah-ubah dan pengaturan terhadap nyeri adalah penting. Kombinasi seirus pada
ensefalitis dengn periode penyembuhan yang lama dan kemungkinan terjadi
penurunan neurologis atau stressor utama pada anak dan keluarganya.
Ensefalitis ada dengan disertai symptom-symptom yang timbul, anak
mungkin mengalami penyembuhan atau sebaliknya terjadi deferiorientasi
neurologis dan koma atau (+).
Prognosisnya tergantung jumlah faktor : agen penyebab, status kesehatan
dan kondisi anak dan intervensi mudah dan efektif oleh tim kesehatan.

4. Evaluasi
- Apakah ada peningkatan status neurologis pada anak?
- Apakah tanda-tanda vital ada pada batas normal pada anak?
- Apakah orang tua dapat mengatakan pengertian, proses penyakit secara nyata
dan follow up apakah yang dibutuhkan?
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
1. Ensefalitis adalah inflamasi pada jaringan otak.
2. Penyebab ensefalitis salah satunya adalah Virus RNA dan Virus DNA, bakteri,
protozoa, dan jamur.
3. Pada awalnya kuman pathogen masuk ke pembuluh darah kecil yang ada
disekitar saraf yang dan pembuluh darah kemudian menyebar masuk kedalam otak
sehingga menyebabkan edema serebral, kerusakan serular, dan kealinan fungsi tubuh.
4. intervensi yang diberikan pada anak encephalitis ialah:
 Obsarvasi tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial
 Biarkan anak mengambil posisi yang nyaman.
 Perhatikan intake dan out put pada anak.
 Monitor terus menerus pasien kejang/ delirium.
 Berikan penjelasan pada keluarga tentang perkembangan kesehatan anak.

2. Saran

Dengan terselesaikannya makalah ini, kami harapkan saran dan kritik yang dapat
membangun agar pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih sempurna.
Daftar Pustaka

Rendle short, Jhon. Gray, OP. Dodge, J. 1994. ikhtisar Penyakit Anak. Jakarta:
Binarupa Aksara
Jean, Weiler Colvert, Susan. Nursing Care of children 2: Saundrs
Pillittery, adele. 2002. Perwatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta : EGC

Nelson. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta : EGC

Catzel, Pincus & Roberts, Ian. 1990. Kapita Selekta Pediatri Edisi 2. Jakarta : EGC

Short, John Renbdle, dkk. 1994. Ikhtisar Penyakit Anak, Edisi Ke-6 Jilid Kedua.
Jakarta : Bina Rupa Aksara

You might also like