You are on page 1of 10

SOCIOLINGUISTICS:

LANGUAGE, DIALECT, AND VARIETIES


LANGUAGE

GROUP I

• DEWI PERMATA SARI


(107026001180)

• DEWI ANTARIKSA
(107026001458)

• PICCESIUS YUNKY P.
(107026001309)

• WARITSATUL JANNAH
(107026001521)

LINGUISTICS VII/A
ENGLISH LETTERS DEPARTMENT
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
I. PENDAHULUAN
Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Penguasaan bahasa lebih dari hanya sekedar atribut, melainkan hal yang membedakan
manusia dengan hewan.1 Sebuah bahasa memainkan peranan penting dalam kehidupan,
yaitu sebagai media komunikasi untuk menyampaikan pesan dari seorang pengirim
pesan (sender) kepada seorang yang menerima pesan (pendengar). Pesan adalah
sebuah ungkapan atau ujaran yang berisi maksud dan tujuan yang kemudian
diterjemahkan melalui bahasa agar dapat dimengerti oleh penerima pesan. Oleh karena
itu, bahasa menjadi hal yang sangat penting karena menjadi media untuk berinteraksi
dan menyampaikan pesan kepada orang lain.
Ilmu yang mengkaji tentang bahasa disebut linguistik. Bahasa mencakup hampir
semua aktifitas manusia, maka tak jarang bahasa sering bersinggungan dengan ilmu lain
dan menghasilkan cabang ilmu baru dan diklasifikasikan ke dalam wadah cabang
linguistik yang disebut linguistik terapan. Cabang liguistik ini mengkaji masalah-masalah
praktis, seperti psikolinguistik, sosiolinguistik, pragmatik, dan semiotik. Seringnya
bahasa bersinggungan dengan aktifitas sosial manusia menjadikan sosiolinguistik
sebagai alat untuk memecahkan persoalan yang sering hadir di masyarakat. Dengan
kata lain, sosilinguistik menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat.
Kajian sosiolinguistik berfokus pada variasi bahasa yang muncul di masyarakat
yang biasanya dapat ditelusuri karena berbagai statifikasi sosial dalam masyarakat. 2
Bahasa yang digunakan orang Jawa dengan orang Sumatra sudah pasti berbeda, maka
ketika mereka melakukan percakapan atau berbicara dalam bahasa Indonesia, sudah
tentu cara berbicara mereka berbeda pula. Bahasa ibu mereka akan sangat
mempengaruhinya. Orang Jawa dengan dialect dan aksen mereka yang lembut tentu
berbeda dengan dialect dan aksen orang Sumatra yang cenderung keras.
Perbedaan bahasa dalam masyarakat tersebut memunculkan berbagai macam
istilah kebahasaan, seperti dialect, accent, idiolect, styles, registers, dan beliefs.
Berbagai macam istilah tersebut beserta ragam bahasa selanjutnya akan dibahas lebih
lanjut pada bagian pembahasan dalam makalah ini.

II. PERUMUSAN MASALAH


Berdasarkan deskripsi pada bagian latar belakang, maka rumusan masalah yang
muncul adalah sebagai berikut:
a) Bagaimana membedakan bahasa, dialect, idiolect, aksen, register dan belief?

1
Victoria Fromkin,. An Introduction to Language: Seventh Edition (Boston: Heinle&Thompson Co., 2007) p.3.
2
Harimurti Kridalaksana, Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2005) p.230
b) Ragam bahasa apa saja yang muncul dalam masyarakat?
III. PEMBAHASAN
A. LANGUAGE (BAHASA)
Bahasa adalah suatu sistem vokal simbol yang disepakati oleh masyarakat
dalam sebuah budaya untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan yang lain. 3 Dalam
komunitas bahasa, terdapat beberapa dialek yang berbeda, dan di dalam dialek tersebut
terdapat aksen dan ideolek yang berbeda-beda pula.
Berkaitan dengan dialek, ada satu hal yang menjadi permasalahan. Permasalahan
yang dimaksud adalah dialek memiliki ciri-ciri yaitu adanya rasa saling mengerti di
antara penutur.4 Misalnya, daerah perbatasan antara Belanda dan Jerman. Dalam
berinteraksi, kedua penduduk yang terletak di perbatasan kedua negara ini
menggunakan bahasa negara masing-masing. Meskipun dengan bahasa yang berbeda,
mereka tetap dapat saling mengerti. Apakah kedua bahasa ini merupakan dialek karena
kedua penuturnya dapat saling mengerti terhadap bahasa yang diucapkan oleh masing-
masing lawan tutur?
Berkaitan dengan hal ini, Sumarsono (2007:24) menyebutkan bahwa ciri yang
paling tepat untuk dialek adalah ciri sejarah dan ciri homogenitas. Yang dimaksud
dengan ciri sejarah adalah adanya data dan fakta sejarah yang membuktikan bahwa
sebuah bahasa ‘X’ berbeda dengan bahasa ‘Y’. Ciri homogenitas adalah adanya
kesamaan unsur-unsur bahasa tertentu. Para ahli dialektologi membuktikan apakah ‘X’
dan ‘Y’ merupakan dua bahasa, dua dialek, dua subdialek, atau hanya merupakan variasi
dengan cara mencari kesamaan kosakatanya. Jika persamaan kurang dari 20 %, ‘X’ dan
‘Y’ adalah dua bahasa yang berbeda. Akan tetapi, jika kosakata yang sama 40-60%, X’
dan ‘Y’ merupakan dua dialek, dan jika mencapai 90% jelas keduanya hanya dua variasi
saja dari sebuah bahasa.
Sebenarnya, tidak ada kriteria universal untuk membedakan bahasa dengan
dialek. Beberapa linguis bahkan tidak membedakan antara bahasa dengan dialek.
Mereka berpendapat bahwa bahasa adalah dialek dan sebaliknya. Dengan kata lain,
perbedaan antara bahasa dan dialek bergantung pada pengguna bahasa itu sendiri,
apakah mereka merasa satu bahasa atau tidak. Kutipan Max Weinreich yang
berpendapat bahwa “a language is a dialect with an army and a navy”, menegaskan
betapa pentingnya kekuatan politik dan kedaulatan sebuah bangsa untuk
5
memperkenalkan “bahasa”-nya ketimbang “dialek” mereka. Dengan kata lain, untuk
menyebut bahasa atau dialek tergantung kekuatan dan kekompakan pengguna bahasa
tersebut.
3
Mary Finochiaro, English a Second Language: From Theory to Practice (New York: Regents Publishing Co.,
1974), p.3.
4
http://nahulinguistik.wordpress.com/dialek-dan-bahasa/
5
Jacob Mey, Encyclopedia of Pragmatics (Glasgow: Elvesier Science Ltd., 1998) p. 206.
B. DIALECT (DIALEK)
Dialek merupakan salah satu hal yang sangat sering dibicarakan dalam
sosiolinguistik. Dialek berasal dari bahasa Yunani, dialektos, yaitu variasi bahasa
menurut pemakai (users).6Secara spesifik, dialek ini dipelajari dalam salah satu disiplin
ilmu yaitu dialektologi. Dialektologi mempelajari dialek-dialek.
Dialek berbeda dengan ragam bahasa yang merupakan variasi bahasa menurut
pemakaian (uses). Variasi ini berbeda satu sama lain, tetapi masih banyak menunjukkan
kemiripan sehingga belum pantas disebut bahasa yang berbeda. Sebuah dialek
dibedakan berdasarkan kosa kata, tata bahasa, dan pengucapan (fonologi, termasuk
prosodi). Jika pembedaannya hanya berdasarkan pengucapan, maka istilah yang tepat
ialah aksen dan bukan dialek. Oleh karena itu, dialek dibedakan berdasarkan geografi,
kelompok sosial, kurun waktu tertentu.

1) DIALEK REGIONAL / GEOGRAPHICAL


Yang dimaksud dengan dialek ini adalah bahasa sekelompok masyarakat yang tinggal di
suatu daerah tertentu. Dengan demikian, perbedaan dialek di dalam sebuah bahasa
ditentukan oleh letak geografis kelompok pemakainya. Oleh karena itu, dialek jenis ini
juga sering disebut dialek geografis atau dialek regional karena cirinya yang dibatasi
oleh tempat atau daerah tertentu seperti sungai, gunung, laut, dll. Misalnya, bahasa
Melayu dialek Jakarta, bahasa Jawa dialek Tegal, atau dialek Surabaya. Seperangkat
peta yg menggambarkan distribusi ciri-ciri dialek disebut atlas dialek, sedangkan garis
batas yang membedakannya disebut isogloses.

2) DIALEK SOSIAL
Atau sosiolek adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan dan kelas
sosial para penuturnya. Dialek ini dipakai oleh kelompok sosial tertentu atau menandai
strata sosial tertentu. Misalnya, dialek remaja, dialek wanita dalam bahasa Jepang.
Dalam sosiolinguistik variasi inilah yang menyangkut semua masalah pribadi
penuturnya, seperti usia, pendidikan, keadaan sosial ekonomi, seks, dsb. Sehubungan
dengan variasi bahasa yang berkenaan dengan tingkat, golongan, status, dan kelas
sosial para penuturnya disebut dengan prokem.

3) DIALEK TEMPORAL
Atau kronolek, yaitu dialek yang dipakai pada kurun waktu tertentu. Misalnya, apa yg
lazim disebut bahasa Melayu kuno, Melayu Klasik, dan Melayu Modern, masing-masing
adalah dialek temporal dari bahasa Melayu.

6
http://kamusbahasaindonesia.org/dialek
C. VARIETIES LANGUAGE (RAGAM BAHASA)
Seperti yang telah di jelaskan pada subbab sebelumnya bahwa setiap orang
memiliki keseluruhan ciri bahasa yang khas yang berkenaan dengan “warna” suara,
lafal, diksi, gaya bahasa, susunan kalimat, dsb dalam berbahasa. Hal yang paling
dominan dari ciri tersebut adalah “warna” suara. Kita dapat mengenali seseorang yang
menyapa atau berbicara kepada kita hanya dengan mendengar suaranya saja. Variasi
bahasa inilah yang dalam sosiolinguistik disebut sebagai ideolek. Sedangkan variasi
bahasa menurut pemakainya (users) dan bersifat kelompok disebut dialek. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebuah dialek dibedakan berdasarkan kosa kata,
tata bahasa, dan pengucapannya. Namun jika berkenaan dengan intonasi atau cara
pengucapan penggunaan bahasa atau pembedanya hanya berdasarkan pengucapan,
maka disebut aksen.
Variasi bahasa di sebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan
oleh masyarakat/kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para
penuturannya yang tidak bersifat homogen. Ada beberapa aspek untuk membedakan
ragam bahasa, yaitu:

1) Macam-macam variasi bahasa berdasarkan segi penutur


a) Fungsiolek, yaitu variasi bahasa yang timbul karena fungsi tertentu
b) Kronolek, yaitu variasi bahasa yang timbul karena waktu tertentu atau
digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi bahasa
Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, lima puluhan, dan variasi bahasa pada
masa kini.
c) Akrolek, yaitu variasi bahasa yang timbul karena sebuah bahasa dianggap
lebih tinggi dari bahasa lain.
d) Basilek, yaitu variasi bahasa yang timbul karena sebuah bahasa dianggap
lebih rendah dari bahasa lain atau bahasa rakyat kebanyakan.
e) Slang, yaitu variasi bahasa yang bercirikan kosakata yang baru ditemukan
dan cepat berubah.
f) Colloquial, yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh penutur dalam
bahasa sehari-hari.
g) Jargon, yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial atau
tertentu yang tidak dimengerti oleh kelompok lain.
h) Argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh profesi
tertentu dan bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para pencuri bahwa “kaca mata”
artinya polisi. Ada juga yang menganggap argot sama dengan jargon dilihat dari
segi kerahasiaan.
i) Ken adalah variasi sosial yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek
penuh dengan kepura-puraan. Misalnya, variasi bahasa para pengemis.
j) Etnolek adalah sebuah variasi bahasa yang digunakan oleh suku tertentu
dan menjadi cirri penanda identitas social diantara mereka. Istilah ini
menggabungkan etnik dan dialek. Misalnya etnolek African American Vernacular
pada konteks bahasa Inggris Amerika sebagai cirri dari pada African American atau
Black society.

2) Variasi bahasa berdasarkan segi penggunaan


a) Register, yaitu ragam tertentu yang digunakan untuk maksud tertentu
sebagai kebalikan dari dialek sosial. Register tidak alamiah, melainkan dibuat
berdasarkan penggunaan.

3) Variasi bahasa berdasarkan segi keformalan, Abdul Chaer membagi variasi


bahasa atas lima macam gaya7, yaitu:
a) Ragam Baku atau Frozen, ragam bahasa ini sangat formal dan tidak
pernah dirubah dari dulu atau bersifat statis. Contoh: kalimat yang digunakan
dalam akad nikah, ikrar, dan perjanjian lainnya.
b) Ragam Formal atau Resmi, ragam bahasa yang digunakan dalam buku-
buku pelajaran, rapat dinas, surat dinas, dll. Ragam bahasa ini bersifat dinamis
atau dapat berubah.
c) Ragam Bahasa Usaha, ragam bahasa yang digunakan di sekolah,
universitas, dll dan bersifat setengah santai.
d) Ragam Bahasa Santai atau Casual, yaitu ragam bahasa yang digunakan
dalam situasi santai. Ragam seperti ini biasanya dipakai antarkawan atau teman
sejawat ataupun juga antaranggota keluarga.
e) Ragam Bahasa Akrab atau Intimate, ragam bahasa yang digunakan
berdasarkan hubungan yang dekat. Ragam intimate biasanya ditandai dengan tidak
adanya rintangan sosial di atara penuturnya. Percakapan antara anggota keluarga,
pasangan suami istri, teman akrab, dan lainnya yang mempunyai kecenderungan
untuk mengungkapkan isi hatinya biasanya menggunakan ragam ini.

4) Variasi bahasa dalam segi sarana atau media


a) Ragam Tulis, suatu bahasa yang dibantu oleh unsur suprasegmental, yang
unsure suprasegmentalnya dipresentasikan dengan pungtuasi, seperti koma, titik,
seru, dll.

7
Abdul Chaer, Linguistik Umum. 1994. Jakarta: Rineka Cipta. Pg. 70.
b) Ragam Lisan, suatu bahasa yang dibantu oleh unsur suprasegmental,
yaitu nada, tekanan, dan jeda.

D. REGISTERS
Register secara sederhana dapat dikatakan sebagai variasi bahasa berdasarkan
penggunaannya. Di dalam konsep ini register tidak terbatas pada pilihan kata saja tetapi
juga termasuk pada pilihan penggunaan struktur teks. Karena register meliputi seluruh
pilihan aspek kebahasaan atau linguistik, maka banyak linguis menyebut register
sebagai style atau gaya bahasa. Variasi pilihan bahasa register tergantung pada konteks
situasi, yang meliputi 3 variabel: field (medan), tenor (pelibat) dan mode (sarana)
yang bekerja secara simultan untuk membentuk konfigurasi makna.

 Konsep Register Berdasarkan Perspektif Sosiolinguistik


Pada mulanya, register digunakan oleh kelompok-kelompok profesi tertentu.
Bermula dari adanya usaha orang-orang yang terlibat dalam komunikasi secara cepat,
tepat dan efisien di dalam suatu kelompok kemudian mereka menciptakan ungkapan-
ungkapan khusus.
Setiap anggota kelompok itu beranggapan sudah dapat saling mengetahui karena
mereka sama-sama memiliki pengetahuan, pengalaman, dan kepentingan yang sama.
Akibat dari interaksi semacam itu akhirnya bentuk tuturan (kebahasaannya) akan
menunjukkan ciri-ciri tertentu, misalnya pengurangan struktur sintaktik dan pembalikan
urutan kata yang normal dalam kalimat (Holmes, 1992:276-282). Oleh sebab itu, ciri-ciri
tuturan (kebahasaan) mereka selain akan mencerminkan identitas kelompok
tertentu, juga dapat menggambarkan keadaan apa yang sedang dilakukan oleh
kelompok tersebut.
Konsep register telah banyak diutarakan oleh para sosiolinguis dengan
pemahaman yang berbeda-beda. Holmes (1992:276) memahami register dengan
konsep yang lebih umum karena disejajarkan dengan konsep ragam (style), yakni
menunjuk pada variasi bahasa yang mencerminkan perubahan berdasarkan faktor-faktor
situasi (seperti O2, tempat/waktu, topik pembicaraan). Lebih lanjut dijelaskan bahwa
kebanyakan para sosiolinguis menjelaskan konsep register secara lebih sempit, yakni
hanya mengacu pada pemakaian kosakata khusus yang berkaitan dengan kelompok
pekerjaan yang berbeda. Karena perbedaan ragam dan register tidak begitu penting
maka kebanyakan para sosiolinguis tidak begitu mempermasalahkannya. Dengan
demikian, berdasarkan pada situasi pemakaiannya, Chaer (1995:90) menjelaskan bahwa
variasi bahasa akan berkaitan dengan fungsi pemakaiannya,dalam arti setiap bahasa
yang akan digunakan untuk keperluan tertentu disebut dengan fungsiolek, ragam, atau
register.
Di dalam buku Sosiolinguistik II (Depdikbud, 1995:164) dikemukakan bahwa slang
dalam bahasa Inggris disebut register. Slang atau register merupakan bagian leksikal,
yang termasuk bidang yang disebut unsur bahasa tidak baku. Unsur tidak baku tersebut
mencakup (1) kata-kata dengan gaya tertanda yaitu kata-kata ekspresif yang
digunakan sehari-hari dan (2) kata-kata yang ditentukan secara sosial yang
penggunaannya terbatas pada kelompok sosial dan profesi tertentu.
Sementara itu, Wardaugh (1986:48), memahami register sebagai
pemakaian kosakata khusus yang berkaitan dengan jenis pekerjaan maupun kelompok
sosial tertentu. Misalnya pemakaian bahasa para pilot, manajer bank, para penjual,
para penggemar musik jazz, perantara (pialang), dan sebagainya. Konsep Wardaugh
ternyata lebih jelas dibandingkan dengan konsep Holmes.

E. BELIEFS
Banyak orang meyakini beberapa isu tentang bahasa dalam menghakimi bahwa
sebuah bahasa yang satu jauh lebih baik dari bahasa yang lain. Mereka percaya bahwa
bahasa “X” memiliki tata bahasa yang buruk dan meyakini bahwa bahasa “Y” jauh lebih
baik. Sebagai contoh, orang-orang Perancis menganggap bahwa bahasa Inggris buruk
dan memiliki tata bahasa yang kurang sempurna. Mereka berpendapat bahwa siapapun
dapat dengan mudah berbicara bahasa Inggris tanpa aksen dan bahasa Perancis lebih
masuk akal daripada bahasa Inggris.8

IV. KESIMPULAN
Banyaknya keragaman kebudayaan baik lokal maupun asing menciptakan bahasa
dan dialek yang banyak pula. Seperti yang telah di jelaskan pada subbab sebelumnya,
bahwa perbedaan antara bahasa dan dialek sebenarnya tergantuk pengguna bahasa
yang merasa apakah bahasanya berbeda atau sama dengan yang lain. Adanya bahasa
memunculkan pula istlah-istilah lain, seperti ideolek yaitu variasi bahasa yang bersifat
perorangan, dialek adalah variasi bahasa yang bersifat kelompok, dan aksen yang
berkenaan dengan intonasi atau cara pengucapan penggunaan bahasa.
Selain menyimpulkan perbedaan bahasa dan dialek, disimpulkan juga tentang
perbedaan antara dialek dan register. Diambil dari Halliday dan Hasan, 1985 dengan
modifikasi.
Perbedaan Register dan Dialek
Dialek Register
1) Variasi bahasa berdasarkan ‘users’ 1) Variasi bahasa berdasarkan ‘uses’.
2) Dialek menunjukkan struktur sosial 2) Register menunjukkan tipe proses

8
Ronald Wardhaugh, An Introduction to Sociolinguistics 4th edition (Oxford: Blackwell Publishers, 2002) p. 52.
atau tipe hirarki sosial yang dimiliki sosial yang sedang terjadi.
oleh penggunanya.
3) Pada dasarnya dialek adalah 3) Pada hakekatnya register mengata-
mengatakan hal yang sama secara kan hal yang berbeda. Maka register
berbeda. Maka dialek cenderung cenderung berbeda dalam bidang:
berbeda dalam hal: fonetik, fonologi, semantik dan oleh karena itu berbeda
kosa kata, dan dalam beberapa hal tatabahasa dan kosa katanya, tetapi
tatabahasa; tetapi tidak pernah jarang berbeda dalam fonologinya.
berbeda di dalam semantik. 4) Contoh ekstrem register ialah:
4) Contoh ekstrem dialek ini adalah: bahasa terbatas, dan bahasa untuk tujuan
‘anti-bahasa’, prokem, dan ‘bahasa khusus.
ibu’. 5) Contoh lainnya, mislanya: variasi
profesi (ilmiah, tehnologis), kelembagaan
5) Contoh-contoh lainnya, misalnya: (doktor-pasien; guru-murid) dan konteks-
variasi sub-kultur, kasta, klas sosial, konteks lain yang mempunyai struktur
keaslian (rural atau urban), generasi dan strategi tertentu (seperti : dalam
(orang/anak), usia (tua/muda, dan diskusi belanja, ngobrol, dll).
seks (pria/wanita) .
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Finochiaro, Mary. 1974. English a Second Language: From Theory to Practice.


New York: Regents Publishing Co.

Fromkin Victoria. 2007. An Introduction to Language: Seventh Edition. Boston:


Heinle&Thompson Co.

Kridalaksana, Harimurti. 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami


Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mey, Jacob. 1998. Encyclopedia of Pragmatics. Glasgow: Elvesier Science Ltd.

Wardhaugh, Ronald. 2002. An Introduction to Sociolinguistics 4th Edition. Oxford:


Blackwell Publishers.

http://nahulinguistik.wordpress.com/dialek-dan-bahasa/

http://kamusbahasaindonesia.org/dialek

You might also like