You are on page 1of 21

DEMOKRASI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu


Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun oleh:
Kelompok: 4 Kelas: 2G
1. Astri Nurmalasari 2109090042
2. Ria Rianti 2109090255
3. Rudi Hadisuwarno 2109090272

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2010
LEMBAR PENGESAHAN

DOSEN PEMBIMBING

H. ABDURRACHMAN, M. Pd
NIP.

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berisi tenteng penjelasan Demokrasi dan pelaksanaannya di
Indonesia, disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan.
Terimakasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah
mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin.

Ciamis, November 2010

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3
2.1 Arti Istilah dan Sejarah Demokrasi .......................................... 3
2.2 Alasan Pelaksanaan Demokrasi di Masyarakat ......................... 4
2.3 Contoh Tindakan yang Menentang Demokrasi ......................... 5
2.4 Demokrasi di Indonesia ........................................................... 5
2.5 Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia ....................................... 6
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ............................................................................. 15
3.2 Saran ....................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Demokrasi adalah sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya
mewujudkan kedaulatan rakyat atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah
segara tersebut. Salah satu pilar demokrrasi adalah prinsip trias politica yang
membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif, legislatif)
untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas dan
berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain.
Kesejajaran ketiga jenis lembaga negara inidiperlukan agar bisa saling
mengawasi dan saling mengontrol. Ketiga jenis lembaga tersebut adalah
lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan
melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga pengadilan yang berwenang
menyelenggarakan kekuasaan yudikatif dan lembaga perwakilan rakyat
memiliki kewenangan menjalankan kekuasaan legislatif. Dibawah sistem ini
keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat ata5u oleh wakil yang wajib
bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat dan yang memilihnya
melalui proses pemilihan umum legoslatif.

1.2 Ruusan Masalah


Dari latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa arti istilah dan sejarah demokrasi?
2. Bagaimana alasan pelaksanaan demokrasi di masyarakat?
3. Apa contoh tindakan yang menentang demokrasi?
4. Bagaimana demokrasi di Indonesia?
5. Bagaimana pelaksanaan demokrasi di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan tetapi juga untuk

1
memberikan informasi dan pengetahuan kepada pembaca mengenai arti istilah
dan sejarah demokrasi, contoh tindakan yang menentang demokrasi, dan
pelaksanaan demokrasi di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Arti Istilah dan Sejarah Demokrasi


Istilah “demokrasi” berasal dari yunani kuno yang diutarakan di
Athena Kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai
contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi
modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan
definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan
perkembangan sistem “demokrasi” di banyak negara.
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti
rakyat, dan kratos /cratein yang berarti pemerintahan. Sehingga dapat diartikan
sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah
kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab
demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu
negara.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian
kekuasaan dalam suatu negara dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari
rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Prinsip semacam ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan
ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang
begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk masyarakat yang adil
dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali menimbulkan
pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain,
misalnya kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri
anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa memperdulikan
aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk rakyat.
Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel
(accountable), tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan
akuntibilitas dari setiap lembaga negara dan mekanisme ini mampu secara

3
operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga negara
tersebut.

2.2 Alasan Pelaksanaan Demokrasi di Masyarakat


Demokrasi adalah sebuah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat. Demokrasi adalah memperbincangkan tentang kekuasaan, atau
lebih tepatnya pengelolaan kekuasaan secara beradab. Demokrasi pada
dasarnya adalah aturan orang (people rule), dan di dalam sistem politik yang
demokratis warga mempunyai hak, kesempatan, dan suara yang sama di dalam
mengatus pemerintahan di dunia publik. Demokrasi adalah keputusan
berdasarkan suara terbanyak. Di Indonesia, pergerakan nasional juga mencita-
citakan pembentukan negara demokratis yang berwatak anti-feodolisme dan
anti-imperialisme, dengan tujuan untuk membentuk masyarakat madani.
Masyarakat madani merupakan suatu bentuk hubungan negara dan warga
masyarakat (sejumlah kelompok sosial) yang dikembangkan atas dasar
toleransi dan menghargai satu sama lainnya. Landasan demokrasi adalah
keadilan, dalam arti terbukanya peluang kepada semua orang, dan berarti juga
otonomi atau kemandirian dari orang yang bersangkutan untuk mengatur
hidupnya, sesuai dengan apa yang dia ingini. Maka dari itu terbentuklah
otonomi daerah.
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan
kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan
dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan yang dimaksud
dengan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat.

4
2.3 Contoh Tindakan yang Menentang Demokrasi
Salah satu contoh tindakan yang menentang demokrasi di Indonesia
adalah korupsi. Di dalam dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan
tata pemerintahan yang baik dengan cara menghancurkan proses formal.
Korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban hukum. Korupsi di
pemerintahan publik menghasilkan ketidakseimbangan dalam pelayanan
masyarakat. Korupsi bisa menyebabkan sulitnya legitimasi pemerintahan dan
nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.
Contoh lain tindakan yang menentang demokrasi adalah pemidanaan
salah satu jurnalis Ambon, Juhry Samanery yang dikeroyok oleh pegawai PN
Ambon karena meliput persidangan mantan wakil bupati Maluku Tenggara
Barat, Lukas Uwuratuw dalam kasus korupsi. Padahal proses persidangan
dinyatakan terbuka namun pada saat pengadilan berlangsung, para pekerja
media dihalang-halangi masuk oleh pegawai PN. Sehingga terjadi perdebatan
yang berakhir pemukulan. Pemidanaan juhry bukan sekedar tindakan melawan
hukum, lebih dari itu hal tersebut merupakan tindakan menentang hak
masyarakat atas kebebasan informasi, dan dengan demikian melawan
demokrasi.

2.4 Demokrasi di Indonesia


Demokrasi di negara Indonesia sudah mengalami kemajuan yang
pesat. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan dibebaskan menyelenggarakan
kebebasan pers, kebebasan masyarakat dalam berkeyakinan, berbicara,
berkumpul, mengeluarkan pendapat, mengkritik bahkan mengawasi jalannya
pemerintahan. Tapi bukan berarti demokrasi di Indonesia saat ini sudah
berjalan sempurna. Masih banyak persoalan yang muncul terhadap pemerintah
yang belum sepenuhnya bisa menjamin kebebasan warga negaranya. Seperti
meningkatnya angka pengangguran, bertambahnya kemacetan di jalan,
semakin parahnya banjir, dan masalah korupsi.
Dalam kehidupan berpolitik di setiap negara yang kerap selalu
menikmati kebebasan berpolitik namun tidak semua kebebasan berpolitik
berjalan sesuai dengan yang diinginkan, karena pada hakikatnya semua sistem

5
politik mempunyai kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Demokrasi
adalah sebuah proses yang terus menerus merupakan gagasan dinamis yang
terkait erat dengan perubahan. Jika suatu negara mampu menerapkan
kebebasan, keadilan, dan kesejahteraan dengan sempurna, maka negara
tersebut adalah negara yang sukses menjalankan sistem demokrasi.
Sebaliknya, jika suatu negara itu gagal menggunakan sistem pemerintahan
demokrasi, maka negara itu tidak layak disebut sebagai negara demokrasi.
Oleh karena itu, kita sebagai warga negara Indonesia yang menganut sistem
pemerintahan yang demokrasi, kita sudah sepatutnya untuk terus menjaga,
memperbaiki, dan melengkapi kualitas-kualitas demokrasi yang sudah ada.
Demi tercapainya suatu kesejahteraan, tujuan dari cita-cita demokrasi yang
sesungguhnya akan mengangkat Indonesia kedalam suatu perubahan.

2.5 Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia


Pelaksanaan demokrasi di Indonesia terbagi menjadi beberapa periode,
yaitu:
1. Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi (1945-1950)
Tahun 1945-1950 Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda
yang ingin kembali ke Indonesia. Pada masa itu penyelenggaraan
pemerintahan dan demokrasi Indonesia belum berjalan baik. Hal itu
disebabkan masih adanya revolusi fisik. Berdasarkan pada konstitusi
negara, yaitu UUD 1945, Indonesia adalah negara demokrasi yang
berkedaulatan rakyat. Masa pemerintahan tahun 1945-1950
mengindikasikan keinginan kuat dari para pemimpin negara untuk
membentuk pemerintahan demokrasi.
Pada awalnya, pemerintahan Indonesia menunjukkan adanya
sentralisasi kekuasaan pada divi presiden sehubungan belum terbentuknya
lembaga-lembaga politik demokrasi, misalnya belum terbentuknya MPR
dan DPR. Hal ini termuat dalam pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang
berbunyi “Sebelum MPR, DPR, dan DPA dibentuk menurut UUD ini,
segala kekuasaannya dijalankan oleh presiden dengan bantuan sebuah
komite nasional”.

6
Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah negara
absolut, pemerintah melakukan serangkaian kebijakan untuk menciptakan
pemerintahan demokratis. Kebijakan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Maklumat Pemerintah No. X Tanggal 16 Oktober 1945 tentang
Perubahan Fungsi KNIP menjadi Fungsi Parlemen.
2. Maklumat Pemerintah Tanggal 03 November 1945 mengenai
pembentukan Partai Politik.
3. Maklumat Pemerintah Tanggal 14 November 1945 mengenai
Perubahan dari Kabinet Presidensial ke Kabinet Parlementer.

Demikian kebijakan tersebut, terjadi perubahan dalam sistem


pemerintahan di Indonesia. Sistem pemerintahan berubah menjadi sistem
pemerintahan parlementer. Cita-cita dan proses demokrasi masa itu
terhambat oleh revolusi fisik menghadapi Belanda dan pemberontakan
PKI Madiun Tahun 1948. pada masa-masa kritis tersebut, kepemimpinan
dwitunggal Soekarno-Hatta berperan kembali dalam pemerintahan
nasional. Pada akhir tahun 1949, pemerintahan kembali ke sistem
Presidensial.

2. Pelaksanaan demokrasi pada masa orde lama


a. Masa demokrasi liberal
Masa antara tahun 1950-1959 ditandai dengan suasana dan
semangat yang ultra-demokratis. Kabinet berubah ke sistem
parlementer, sedangkan dwitunggal Soekarno-Hatta dijadikan simbol
dengan kedudukan sebagai kepala negara. Demokrasi yang dipakai
adalah demokrasi parlementer atau demokrasi liberal. Masa demokrasi
parlementer dapat dikatakan sebagai masa kejayaan demokrasi karena
hampir semua unsur-unsur demokrasi dapat ditemukan dalam
perwujudannya. Unsur-unsur tersebut meliputi peranan yang sangat
tinggi pada parlemen, akuntibilitas politis yang tinggi, berkembangnya
partai politik, pemilu yang bebas, dan terjaminnya hak politik rakyat.

7
Namun proses demokrasi masa itu telah dinilai gagal dalam
menjamin stabilitas politik, kelangsungan pemerintahan, dan
penciptaan kesejahteraan rakyat. Kegagalan praktik demokrasi liberal
tersebut disebabkan karena:
1. Dominannya politik aliran, artinya berbagai golongan politik dan
partai politik sangat mementingkan kelompok atau alirannya
sendiri daripada mengutamakan kepentingan bangsa.
2. Landasan sosial ekonomi rakyat yang masih rendah.
3. Tidak mempunyai para anggota konstituante bersidang dalam
menetapkan dasar negara sehingga keadaan menjadi berlarut-larut.
Hal ini menjadikan Presiden Soekarno segera mengeluarkan
Dekrit Presiden tanggal 05 Juli 1959 yang isinya:
1. Menetapkan pembubaran konstituante
2. Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali sebagai konstitusi negara
dan tidak berlakunya UUDS 1950
3. Pembentukan MPRS dan DPAS

b. Masa demokrasi terpimpin


Masa antara tahun 1959-1965 adalah masa demokrasi
terpimpin. Demokrasi terpimpin berawal dari ketidaksenangan
Presiden Soekarno terhadap partai-partai politik yang dinilai lebih
mengedepankan kepentingan partai dan ideologinya masing-masing,
serta kurang memperhatikan kepentingan yang lebih luas.
Pengertian dasar demokrasi terpimpin menurut ketetapan
MPRS No. VIII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan yang
berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara
semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan
berporoskan nasakom dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Dominasi presiden
2. Terbatasnya peran partai politik

8
3. Berkembangnya pengaruh PKI dan militer sebagai kekuatan sosial
politik di Indonesia.
Demokrasi terpimpin yang dijalankan oleh Presiden Soekarno
ternyata menyimpang dari prinsip-prinsip negara demokrasi.
Penyimpangan-penyimpangan tersebut antara lain:
1. Mengaburnya sistem kepartaian dan lemahnya peranan partai
politik
2. Peranan parlemen yang lemah
3. Jaminan hak-hak dasar warga negara masih lemah
4. Terjadinya sentralisasi kekuasaan pada hubungan antara pusat dan
daerah
5. Terbatasnya kebebasan pers
Akhir dari demokrasi terpimpin memuncak dengan adanya
pemberontakan G30-S/PKI pada tanggal 30 September 1965.
Demokrasi terpimpin berakhir karena kegagalan Presiden Soekarno
dalam mempertahankan keseimbangan antara kekuatan yang ada
disisinya, yaitu PKI dan militer yang sama-sama berpengaruh. Saat itu
PKI ingin membentuk angkatan kelima, sedangkan militer tidak
menyetujui pembentukan tersebut. Akhir dari demokrasi terpimpin
ditandai dengan keluarnya Surat Perintah tanggal 11 Maret 1966 dari
Presiden Soekarno kepada Jendral Soeharto untuk mengatasi keadaan.

3. Pelaksanaan demokrasi pada masa orde baru


Masa orde baru dimulai tahun 1966. Pemerintahan Orde Baru
mengawali jalannya pemerintahan dengan tekad melaksanakan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Orde Baru menganggap
bahwa penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945 adalah sebab
utama kegagalan dari pemerintahan sebelumnya. Orde Baru adalah tatanan
peri kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia atas dasar
pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Demokrasi yang dijalankan dinamakan demokrasi yang didasarkan atas
nilai-nilai dari sila-sila pada pancasila.

9
Pemerintahan orde baru diawali dengan keluarnya Surat Perintah
11 Maret sampai tahun 1968 dengan pengangkatan Jendral Soeharto
sebagai Presiden RI. Orde baru melanjutkan pembangunan demokrasi
berdasarkan pada ketentuan-ketentuan dalam UUD 1945. Semua lembaga
negara, seperti MPR dan DPR dibentuk. Orde baru juga berhasil
menyelenggarakan pemilihan umum secara periodik, yaitu pada tahun
1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Untuk berjalannya demokrasi,
pemerintah Orde Baru menyusun mekanisme kepemimpinan nasional lima
tahun yang merupakan serangkaian garis besar kegiatan kenegaraan yang
dirancang secara periodik selama masa lima tahun.
Dengan berjalannya mekanisme kepemimpinan nasional lima
tahun, pemerintahan orde baru berhasil menciptakan stabilitas politik dan
menyelenggarakan pembangunan nasional yang dimulai dengan adanya
pembangunan lima tahun (Pelita), yaitu Pelita I tahun 1973-1978 sampai
Pelita VI tahun 1993-1998. Keberhasilan tersabut ditandai dengan
meningkatnya pertumbuhan ekonomi, meningkatnya tingkat pendidikan
warga negara, pembangunan infrastruktur, berhasil menekan laju
pertumbuhan penduduk.
Namun, dalam perkembangan selanjutnya pemerintahan Orde Baru
mengarah pada pemerintahan yang sentralistis. Demokrasi masa Orde
Baru bercirikan pada kuatnya kekuasaan Presiden dalam menopang dan
mengatur seluruh proses politik yang terjadi. Lembaga kepresidenan telah
menjadi pusat dari seluruh proses politik dan menjadi pembentuk dan
penentu agenda nasional, mengontrol kegitan politik dan pemberi legacies
bagi seluruh lembaga pemerintah dan negara. Akibatnya, secara subtantif
tidak ada perkembangan demokrasi justru penurunan derajat demokrasi.
Sejumlah indikator yang menyebabkan demokrasi tidak terjadi pada masa
Orde Baru yaitu:
1. Rotasi kekuasan eksekutif hamper dapat dikatakan tidak ada.
2. Rekvutmen politik yang tertutup
3. Pemilu yang jauh dari semangat Demokrasi
4. Pengakuan terhadap hak-hak dasar yang terbatas.

10
Orde Baru sesungguhnya telah mampu membangun stabilitas
pemerintahan dan kemajuan ekonomi. Namun, makin lama jauh dari
semangat demokrasi dan kontrol rakyat. Akibatnya, pemerintahan menjadi
korup, sewenang-wenang, dan akhirnya jatuh. Sebab-sebab kejatuhan
Orde Baru adalah:
1. Hancurnya ekonomi nasional (krisis ekonomi)
2. Terjadinya krisis politik
3. Tidak bersatunya lagi pilar-pilar pendukung Orde Baru (Menteri dan
TNI)
4. Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto
untuk mundur dari jabatannya.
Dengan demikian, maka berakhirlah pemerintaha masa Orde Baru
dengan diumumkannya pengunduran diri Presiden Soeharto dari
kekuasaannya pada tanggal 21 Mei 1998.

4. Pelaksanaan demokrasi pada masa reformasi (1998-sekarang)


Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang
demokratis antara lain:
1. Keluarnya ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok
reformasi
2. Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang
Referendum.
3. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang
bebas dari KKN
4. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan masa jabatan
Presiden dan Wakil Presiden RI.
5. Amandemen UUD 1945 sudah sampai aman demen I, II, III
Pelaksanaan demokrasi pada masa reformasiterdiri dari beberapa
periodisasi pemerintaham, antara lain:
1. B.J. Habiebie
Kebijakan-kebijakan yang dilakukan Habiebie pada masa
pemerintahanya antara lain:

11
1. Membentuk kabinet reformasi pembangunan
Dibentuk pada tanggal 22 Mei 1998, dengan jumlah menteri 16
orang yang merupakan perwakilan dari GOLKAR, PPP, PDI
2. Mengadakan reformasi pada bidang politik.
Habiebie berusaha menciptakan politik yang transparan,
mengadakan pemilu yang bebas, jujur, dan adil, membebaskan
tahanan politik, dan mencabut larangan berdirinya Serikat Buruh
Independen
3. Kebebasan menyampaikan pendapat
Kebebasan menyampaikan pendapat diberikan asal tetap
berpedoman pada aturan yang ada yaitu UU No. 9 Tahun 1998
tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum.
4. Reformasi dalam bidang hukum
Target reformasinya yaitu subtansi hukum, aparator penegak
hukum, yang bersih dan berwibawa, dan instansi peradilan yang
independen.
5. Mengatasi masalah dwifungsi ABRI
Keanggotaan ABRI dalam DPR/ MPR dikurangi bahkan pada
akhirnya ditiadakan.
6. Mengadakan sidang istimewa pada tanggal 10-13 November 1998
oleh MPR
7. Mengadakan pemilu tahun 1999
Pelaksanaan pemilu dilakukan dengan asas LUBER (langsung,
umum, bersih) dan JURDIL (jujur dan adil)

2. Abdurrahman Wahid
Kebijakan-kebijakan yang ditempuh Abdurrahman Wahid
antara lain:
1. Meneruskan kehidupan demokrasi seperti pemerintahan
sebelumnya (memberikan kebebasan berpendapat di kalangan
masyarakat minoritas, kebebasan beragama, memperbolehkan
kembali penyelenggaraan budaya Tionghoa)

12
2. Merestrukturisasi lembaga pemerintahan seperti menghapus
departemen yang dianggapnya tidak efisien (menghilangkan
departemen penerangan dan sosial untuk mengurangi pengeluaran
anggaran, membentuk Dewan Keamanan Ekonomi Nasional).
3. Ingin memanfaatkan jabatan sebagai Panglima tertinggi dalam
militer dengan mencopot Kapolri yang tidak sejalan dengan
keinginan Gusdur.

3. Megawati Soekarno Putri


Kebijakan-kebijakan yang ditempuhnya antara lain:
1. Meningkatkan kerukunan antar elemen bangsa dan menjaga
persatuan dan kesatuan.
2. Membangun tatanan politik yang baru, diwujudkan dengan
dikeluarkannya UU tentang pemilu, susunan dan kedudukan
MPR/DPR, dan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
3. Menjaga keutuhan NKRI, setiap usaha yang mengancam keutuhan
NKRI ditindak tegas seperti kasus Aceh, Ambon, Papua, Poso
4. Melanjutkan amandemen UU 1945, keluarnya UU tentang otonomi
daerah menimbulkan penafsiran yang berbeda tentang pelaksanaan
otonomi daerah. Oleh karena itu, pelurusan dilakukan dengan
pembinaan terhadap daerah.

4. Susilo Bambang Yudhoyono


Kebijakan-kebijakan yang ditempuh SBY antara lain:
1. Anggaran pendidikan ditingkatkan menjadi 20% dari keseluruhan
APBN
2. Konversi minyak tanah ke gas
3. Pembayaran utang secara bertahap kepada PBB
4. Buy-back saham BUMN
5. Pelayanan UKM (Usaha Kecil Menengah) bagi rakyat kecil
6. Subsidi BBM
7. Memudahkan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia

13
8. Meningkatkan sektor pariwisata “Visit Indonesia 2008”
9. Pemberian bibit unggul pada petani
10. Pemberantasan korupsi melalui dengan dibentuknya KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi)

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Istilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di
Athena Kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai
contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi
modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu dan
definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan
perkembangan sistem “demokrasi” dibanyak negara.
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti
rakyat dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan
sebagai pemerintahan rakyat atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah
kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab
demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu
negara.
Negara Indonesia menunjukkan sebuah Negara yang sukses menuju
demokrasi sebagai bukti yang nyata, dalam pemilihan langsung presiden dan
wakil presiden. Selain itu bebas menyelenggarakan kebebasan pers. Semua
warga negara bebas berbicara, mengeluarkan pendapat, mengkritik bahkan
mengawasi jalannya pemerintahan. Demokrasi memberikan kebebasan untuk
mengeluarkan pendapat bahkan dalam memilih salah satu keyakinanpun
dibebaskan.
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia yang meliputi: pada masa orde
lama, orde baru, masa reformasi yang terdiri dari: Reformasi pada masa B.J.
Habiebie, Megawati Soekarno Putri, Abdurrahman Wahid/Gusdur, hingga
presiden yang sekarang Susilo Bambang Yudhoyono.

3.2 Saran
Demokrasi adalah sebuah proses yang terus menerus merupakan
gagasan dinamis yang terkait erat dengan perubahan. Oleh karena itu, kita

15
sebagai warga negara Indonesia yang menganut sistem pemerintahan
demokrasi kita sudah sepatutnya untuk terus menjaga, memperbaiki, dan
melengkapi kualitas-kualitas demokrasi yang sudah ada. Demi terbentuknya
suatu sistem demokrasi yang utuh di dalam wadah pemerintahan bangsa
Indonesia.

16
DAFTAR PUSTAKA

Jutmini, Sri. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Solo: Tiga Seangkai Pustaka


Mandiri
Syarifudin. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Bogor: Pustaka Gemilang

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/06/sejarah-dan-perkembangan-
demokrasi.html
http://www.balagu.com/Hakim%20Tengku%20Oyong%20Dilaporkan%20ke%20
Dewan%20Pers
http://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah
http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi

17

You might also like