You are on page 1of 7

Adaptasi pada Hewan dan Tumbuhan

- Adaptasi pada Hewan

1. Burung

Adaptasi morfologi adalah penyesuaian bentuk


tubuh. Struktur tubuh. atau alat-alat tubuh organisme
terhaclap lingkungannya. Kamu dengan mudah dapat
mengamati adaptasi morfologi karena perubahan yang
terjadi merupakan perubahan bentuk luar. Contoh
adaptasi morfologi adalah sebagai berikut.

• Adaptasi Morfologi pada Hewan

Mengapa bentuk paruh burung bermacam-macam?, bentuk paruh burung bermacam-


macarn disesuaikan dengan jenis makanannya. Burung paruhnya sesuai untuk makan biji-
bijian. Burung kolibri, paruhya sesuai untuk mengisap madu dari bunga. Burung pelikan,
paruhnya sesuai untuk menangkap ikan. Burung elang, paruhnya sesuai untuk mengoyak
daging mangsanya. Burung pelatuk. paruhnya sesuai untuk memahat batang pohon dan
menangkap serangga di dalamnya. Adaptasi morfologi pada burung juga dapat dilihat
pada macam-macam bentuk kakinya.

2. Jerapah

Seleksi alam adalah proses di alam. Misalnya perubahan


lingkungan. Persaingan antarorganisme. dan proses makan
dimakan. yang dapat memilih organisme yang dapat bertahan
hidup atau tidak dapat bertahan hidup di alam.
Di Kepulauan Galapagos juga terdapat contoh adanya seleksi alam yang lain. Kaktus
yang hidup di pulau yang tidak dihuni kura-kura tumbuh rendah dengan duri-duri lunak.
Adapun kaktus yang hidup di pulau yang dihuni kura-kura tumbuh seperti pohon dengan
batang tebal dan tinggi serta dilindungi oleh duri yang keras dan kaku. Organisme yang
berhasil lolos dari seleksi alam akan mampu bertahan hidup. Sebaliknya. organisme yang
tidak berhasiI lolos dari seleksi alam akan punah. Contoh organisme yang punah karena
seleksi alam adalah dinosaurus. Beberapa teori berusaha menjelaskan punahnya
dinosaurus. Salah satunya menyebutkan bahwa dinosaurus punah karena jutaan tahun
yang lalu sebuah meteor menabrak bumi. Tabrakan itu menimbulkan ledakan hebat yang
mengakibatkan terlepasnya sejumlah besar debu ke atmoster. Debu tersebut menghalangi
sinar matahari sehingga tumbuhan hijau tidak dapat melakukan fotosintesis. Akibatnya,
banyak tumbuhan mati. Dinosaurus yang herbivor tidak mendapatkan makanan dan mati.
Dinosaurus pemakan daging yang tidak mendapat mangsa akhirnya punah.

3. Kura-kura

Kura-kura hidup di berbagai tempat, mulai


daerah gurun, padang rumput, hutan, rawa, sungai
dan laut. Sebagian jenisnya hidup sepenuhnya
akuatik, baik di air tawar maupun di lautan. Kura-
kura ada yang bersifat pemakan tumbuhan
(herbivora), pemakan daging (karnivora) atau campuran (omnivora).

Kura-kura tidak memiliki gigi. Akan tetapi perkerasan tulang di moncong kura-
kura sanggup memotong apa saja yang menjadi makanannya.

Ukuran tubuh kura-kura bermacam-macam, ada yang kecil ada yang besar.
Biasanya ditunjukkan dengan panjang karapasnya (CL, carapace length). Kura-kura
terbesar adalah penyu belimbing, yang karapasnya dapat mencapai panjang 300 cm.
Labi-labi terbesar adalah labi-labi irian, dengan panjang karapas sekitar 51 inci.
Sementara kura-kura raksasa dari Kep. Galapagos dan Kep. Seychelles panjangnya dapat
melebihi 50 inci. Sedangkan yang terkecil adalah kura-kura mini dari Afrika Selatan,
yang panjang karapasnya tidak melebihi 8 cm.

Kura-kura berbiak dengan bertelur (ovipar). Sejumlah beberapa butir (pada kura-
kura darat) hingga lebih dari seratus butir telur (pada beberapa jenis penyu) diletakkan
setiap kali bertelur, biasanya pada lubang pasir di tepi sungai atau laut, untuk kemudian
ditimbun dan dibiarkan menetas dengan bantuan panas matahari. Telur penyu menetas
kurang lebih setelah dua bulan (50-70 hari) tersimpan di pasir.

4. Unta

Seperti yang diketahui, unta hidup di padang


pasir yang memiliki range temperatur udara yang
mampu membunuh mayoritas makhluk hidup.
Selain itu, mereka mampu untuk tidak makan dan
minum selama beberapa hari.

Ada banyak hal yang membuat mereka mampu beradaptasi. Salah satunya adalah
punuknya. Banyak orang mengira punuknya menyimpan air, tapi sebenarnya tidak.
Punuk unta menyimpan lemak khusus, yang pada suatu saat bisa diubah menjadi air
dengan bantuan oksigen hasil respirasi. Satu gram lemak yang ada pada punuk unta bisa
diubah menjadi satu gram air.

Kemampuan adaptasi lainnya yang luar biasa adalah, sistem respirasinya


meninggalkan sedikit sekali jejak uap air. uap air yang keluar dari paru-paru diserap
kembali oleh tubuhnya melalui sel khusus yang terdapat di hidung bagian dalam,
membentuk kristal dan suatu saat dapat diambil.

Unta mampu bertahan dengan kehilangan massa sekitar 20%-25% selama


berkeringat. Mayoritas makhluk hidup hanya mampu bertahan hingga kehilangan massa
sekitar 3%-4% sebelum terjadi gagal jantung akibat mengentalnya darah. Meski unta
kehilangan banyak cairan tubuh, darahnya tetap terhidrasi, hingga batas 25% tercapai.
5. Ketam kenari

Ketam kenari, Birgus latro, atau disebut


Kepiting Kelapa merupakan artropoda darat terbesar
di dunia. Meskipun disebut ketam/kepiting, hewan
ini bukanlah ketam/kepiting. Ketam ini merupakan
jenis umang-umang yang sangat maju dalam hal
evolusi. Jadi mungkin ia lebih tepat disebut umang-umang kenari, namun demikian
penduduk kepulauan Maluku sudah menyebutnya ketam kenari. Ketam ini dikenal karena
kemampuannya mengupas buah kelapa dengan capitnya yang kuat untuk memakan
isinya. Ia satu-satunya spesies dari genus Birgus.

Ia juga disebut dalam bahasa Inggris "terrestrial hermit crab" (umang-umang


darat) karena penggunaan kulit keong oleh umang muda; tetapi, ada juga umang darat
lain yang tidak menanggalkan kulit keongnya setelah dewasa. Hewan ini - khususnya
genus Coenobita yang masih berkerabat dekat - biasanya disebut "umang-umang darat";
karena dekatnya kekerabatan antara Coenobita dan Birgus maka istilah "umang-umang
darat" ini biasanya mengacu pada anggota famili Coenobitidae.

- Adaptasi pada Tumbuhan

1. Paku Ekor Kuda

Nama paku ekor kuda merujuk pada segolongan kecil


tumbuhan (sekitar 20 spesies) yang umumnya herba kecil dan
semua masuk dalam genus Equisetum (dari equus yang berarti
"kuda" dan setum yang berarti "rambut tebal" dalam bahasa
Latin). Anggota-anggotanya dapat dijumpai di seluruh dunia
kecuali Antartika. Di kawasan Malesia (Indonesia termasuk di
dalamnya) hanya dijumpai satu spesies saja, E. debile Roxb. (Melayu: "rumput betung",
Sunda: "tataropongan", Jawa: "petongan"). Kalangan taksonomi masih memperdebatkan
apakah ekor kuda merupakan divisio tersendiri, Equisetophyta (atau Sphenophyta), atau
suatu kelas dari Pteridophyta, Equisetopsida (atau Sphenopsida). Hasil analisis molekular
menunjukkan kedekatan hubungan dengan Marattiopsida.

Semua anggota paku ekor kuda bersifat tahunan, terna berukuran kecil (tinggi 0.2-
1.5 m), meskipun beberapa anggotanya (hidup di Amerika Tropik) ada yang bisa tumbuh
mencapai 6-8 m (E. giganteum dan E. myriochaetum).

2. Kedelai
Kedelai dikenal dengan berbagai nama:
sojaboom, soja, soja bohne, soybean, kedele,
kacang ramang, kacang bulu, kacang gimbol, retak
mejong, kaceng bulu, kacang jepun, dekenana,
demekun, dele, kadele, kadang jepun, lebui bawak,
lawui, sarupapa tiak, dole, kadule, puwe mon,
kacang kuning (aceh) dan gadelei. Berbagai nama
ini menunjukkan bahwa kedelai telah lama dikenal di Indonesia.

Kedelai merupakan terna dikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem


perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kedelai dapat berubah penampilan
menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah. Kedelai,
khususnya kedelai putih dari daerah subtropik, juga merupakan tanaman hari-pendek
dengan waktu kritis rata-rata 13 jam. Ia akan segera berbunga apabila pada masa siap
berbunga panjang hari kurang dari 13 jam. Ini menjelaskan rendahnya produksi di daerah
tropika, karena tanaman terlalu dini berbunga.
3. Hutan Bakau

Hutan bakau atau disebut juga hutan


mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas
rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis
pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut.
Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di
mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan
organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar
muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari
hulu.

Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran tadi --yang
mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami
daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang
bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan
bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.

4. Tumbuhan Runjung

Tetumbuhan runjung atau Pinophyta, atau


lebih dikenal dengan nama konifer (Coniferae),
merupakan sekelompok tumbuhan berbiji terbuka
(Gymnospermae) dengan ciri yang paling jelas yaitu
memiliki runjung ("cone") sebagai pembawa biji.
Kelompok ini dulu dalam klasifikasi berada pada takson
"kelas" namun sekarang menjadi divisio tersendiri setelah diketahui bahwa pemisahan
Gymnospermae dan Angiospermae secara kladistik adalah polifiletik.

Kurang lebih ada 550 spesies anggota divisio ini, berbentuk berupa semak, perdu
atau pohon. Kebanyakan anggotanya memiliki tajuk berbentuk kerucut dan memiliki
daun yang memanjang (lanset) atau berbentuk jarum (sehingga dikenal juga sebagai
tumbuhan berdaun jarum). Bentuk daun semacam ini dianggap sebagai adaptasi
terhadap habitat hampir semua anggotanya yang banyak dijumpai di wilayah bersuhu
relatif sejuk, seperti sekeliling kutub (circumpolar) atau di dataran tinggi.

5. Api-Api
Api-api adalah nama sekelompok
tumbuhan dari marga Avicennia, suku
Acanthaceae. Api-api biasa tumbuh di tepi atau
dekat laut sebagai bagian dari komunitas hutan
bakau. Nama Avicennia dilekatkan pada genus ini
untuk menghormati Ibnu Sina, di dunia barat
terkenal sebagai Avicenna, salah seorang pakar dan perintis kedokteran modern dari
Persia.

Pohon kecil atau besar, tinggi hingga 30 m, dengan tajuk yang agak renggang.
Dengan akar nafas (pneumatophores) yang muncul 10-30 cm dari substrat, serupa paku
serupa jari rapat-rapat, diameter lk. 0,5-1 cm dekat ujungnya. Pepagan (kulit batang)
halus keputihan sampai dengan abu-abu kecoklatan dan retak-retak. Ranting dengan
buku-buku bekas daun yang menonjol serupa sendi-sendi tulang.

Daun-daun tunggal, bertangkai, berhadapan, bertepi rata, berujung runcing atau


membulat; helai daun seperti kulit, hijau mengkilap di atas, abu-abu atau keputihan di sisi
bawahnya, sering dengan kristal garam yang terasa asin; pertulangan daun umumnya tak
begitu jelas terlihat. Kuncup daun terletak pada lekuk pasangan tangkai daun teratas.

You might also like