Professional Documents
Culture Documents
Kelompok : 7
Muhammad Anhar
Mena Meidiawati
Radian Sari Dewi
Maratti Julianti
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT semata. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurah bagi junjungan kita, teladan kita dan penerang jalan kita semua, Rasulullah
SAW.
Makalah ini disusun atas penugasan dari dosen mata kuliah Profesi Pendidikan . tema
yang diberikan kepada kami adalah mengenai : Sikap Profesional Keguruan. Disini kami
menerangkan dari beberapa sudut pandang sesuai dengan kapasitas kami yang masih
‘hijau’ dalam dunia pendidikan.
Kami sadar bahwa uraian kami dalam makalah ini masih terbatas dan memerlukan revisi
untuk kedepannya. Untuk ini saran dan kritik - ke : beneranada@Gmail.com – dari anda
sangat kami nantikan, semoga bisa membuat makalah ini jauh lebih baik lagi daripada
saat ini.
Untuk kemudahan informasi, kami memanfaatkan teknologi ‘gratis’ yaitu internet. Kami
meng online kan makalah kami di blog : http://anharonline.blogspot.com dengan harapan
agar siapa saja yang memerlukan makalah ini, atau mau memberi kritiknya , dapat
dengan cepat mengaksesnya dimana saja dan kapan saja.:-)
Akhirnya, ucapan terima kasih kepada berbagai elemen yang telah membantu, semoga
jasa anda semua benar – benar diganjar oleh yang Maha Memberi Ganjaran dengan
ganjaran yang sebaik – baiknya. Semoga ada setitik manfaat dari makalah ini, semoga.
Wassalamu’alaykum
Tembung, 8 April 2008
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................... i
Daftar Isi...................................................................... ii
PendahuluanLatar belakang masalah..................................................... 1
Rumusan masalah............................................................ 1
Tujuan permasalahan........................................................ 2
Pembahasan KONSEP DIRI , SIKAP DAN TIPE – TIPE GURU................................ 3
Menyikapi modalitas belajar yang beragam................................ 5
Sikap Guru dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang efektif. 5
Sikap guru yang dapat menghambat efektifitas belajar.................. 5
Kebiasaan baik guru profesional............................................. 6
Kepribadian guru profesional................................................ 7
Sikap guru dalam mengubah masalah siswanya menjadi vitamin mentalnya .......... 7
Membangun sikap profesional dengan melejjitkan kecerdasan emosional dan spiritual .. 8
PenutupKesimpulan ...................................................................10
Saran ......................................................................... 10
Daftar pustaka................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan, guru memegang peranan penting dan strategis. Seorang guru
diharapkan dapat berkomunikasi , pandai mengasuh dan menjadi teman belajar bagi para
siswa untuk tumbuh dan berkembang. Terjalinnya komunikasi antar guru dan siswa, serta
siswa dengan siswa, tidak bisa dilepaskan dari cara guru tersebut menciptakan suasana
belajar – mengajaryang efektif. Ia harus mampu membangun motivasi siswa, melibatkan
siswa dalam proses belajar – mengajar serta pandai menarik minat dan perhatian siswa.
Sikap profesional seorang guru dapat menumbuhkan konsep diri positif para siswa. Bila
tepat aplikasinya, para siswa lambat laun menjadi manusia yang dapat memandang
dirinya secara positif. Tapi kenyataan berkata lain, sikap keguruan dari calon guru
dewasa ini seolah –olah berkembang dengan sendirinya sebagai hasil sampingan (efek
penggiring ) dari apa yang telah dipelajarinya. Akibatnya sikap keguruan para guru
banyak yang belum muncul , padahal sikap merupakan salah satu unsur yang penting
dalam menjalankan pengajaran.
Penguasaan kecerdasan Spiritual, emosional dan intelektual dari calon guru banyak yang
salah kaprah, bahkan terkesan banyak yang menghindari penerapan ketiga komponen
kecerdasan ini, akibatnya pengelolaan kelas begitu kering, tanpa makna, dan minim
kreatifitas.
Melihat begitu pentingnya sikap bagi seorang guru, maka judul yang kami angkat ini
membahas bagaimana kita dapat mengetahui, melakukan dan menjadi (to know, to do
dan to be ) seorang guru masa depan yang powerful dan menjadi idola. Bisa menjalankan
tugas sesuai dengan kemampuan modalitas karakter kepribadian yang unik dari setiap
siswanya. Mengenali lebih dekat kecerdasan emosional dan spiritual dan bagaiman
melejitkannya, mengkoneksikan dan mensinergikan dalam aktivitas sehari – hari.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, kami ingin mencuatkan hal hal yang berpedoman pada kecerdasan
Spiritual , emosional dan intelektual. Ini menyiratkan bahwa makalah ini bisa jadi
spesifikasinya lebih ke psikologi dan nilai – nilai SEI Quetient ( kecerdasan
spiritual,emotional,intelektual). Dan pasti akan membahas hal ‘berbeda’ dengan dengan
isi diktat Profesi pendidikan, dengan tujuan makalah ini sebagai ‘pengayaan’ dalam segi
Spiritual, emosional dan intelektual. Permasalahan yang diangkat akan diberikan –
insyaallah- solusinya. Secara garis besar pembahasan makalah ini merupakan bagian dari
pengembangan sikap keprofesionalan seorang guru.
C.TUJUAN MASALAH
Makalah ini bertujuan agar kita para calon pendiidk dapat benar –benar memahami fungsi
dan tugas kita sebagai pendidik, dan bagaimana cara kita bersikap baik kepada siswa,
maupun lingkungan luar. Selain itu, seorang calon guru dapat menjadikan makalah ini
untuk men check in apakah dirinya sudah memiliki sikap yang profesional atau malah
mengkoleksi sikap yang merusak, semoga ini bisa membantu anda umumnya, dan kami
yang masih ‘hijau’ ini khususnya. ;-)
BAB II
PEMBAHASAN
Saat ini kita dihadapkan pada situasi pendidikan yang cenderung tidak menghasilkan
kualitas Sumber Daya Lulusan sekolah yang dapat diandalkan. Dan hal tersebut
diakibatkan banyak faktor yang kompleks, mulai dari sistem pendidikan, kurikulum,
fasilitas belajar,kompetensi guru dalam mengajar dan sebagainya. Tetapi yang pertama
dan paling utama, tetap berpulang kembali kepada sikap dari seorang guru dalam
menjalankan tugasnya.
Ada berbagi hal yang patut disorot, yaitu :
Konsep diri
Konsep diri (KD ) adalah sesuatu yang dijadikan pegangan hidup seseorang, bisa jadi
konsepnya itu berbentuk motto hidup atau mengidolakan seseorang, tentunya kita sebagai
umat islam seharusnya mengidolakan sosok rasulullah sebagai uswatun hasanah.
Bagi seorang guru, kita harus dapat membangun KD yang positif, karena bila yang
muncul dikemudian hari malah KD Negatif, maka ini akan berimbas pada diri si guru dan
anak didiknya.
Menurut Clara R.Pudji Jogyanti (1988) individu yang memiliki KD negatif akan
menunjukkan kecemasan yang tinggi, perasa, menolak diri, merasa tak berharga dan sulit
berhubungan dengan orang lain. Seorang individu yang mempunyai KD negatif , secara
umum menunjukkan penyesuaian emosi dan sosial yang buruk. Hal ini menimbukan
asumsi bahwa cukup masuk akal apabila seorang guru memiliki KD negatif akan
mengalami kesulitan emosi dan sosial dalam melaksanakan pengajaran.
Untuk membuat KD kita menjadi positif, pada awalnya kita ingat bahwa
ALLAH SWT dalam surah attin: Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya .jadi kita adalah mahluk yang sangat sempurna.
Tetapi penciptaan Allah ini masih berupa potensi, ibarat suatu barang yang belum diolah
menjadi sesuatu yang lebih ekonomis dan bermanfaat, maka acapkali potensi kita tidak
tergali dengan baik.
Untuk memiliki sikap yang baik dihadapan anak didiknya, seorang guru perlu
mengembangkan 3 potensi dirinya, yaitu :
1. mental (ruhiyah )
Menjadi seorang guru harus senantiasa disertai dengan komitmen yang tinggi, perlu
diingat setiap perbuatan tergantung pada niatnya, begitu pula dalam mendidik, kita harus
selalu ikhlas.
2. akal (aqliyah)
Mencari ilmu itu kewajiban bagi setiap orang muslim
Belajar itu mulai dari buaian ibumu, hingga ke liang lahat.
Jadi seorang guru harus berparadigma pembelajaran dan terus menigkatkan diri.
Ada beberapa wawasan yang penting untuk kita kuasai, yaitu :
v Wawasan secara materi
v Wawasan lingkungan
v Wawasan pada anak didik
3. Fisik (jasadiyah)
b.Sikap
Ketiga tipe guru diatas ini, keberadaannya seperti tidak ada. Bagaimana dengan
ketiadaannyaa? L, sementara keberadaannya tidak dianggap ada ;-(.
a. Visual
Sikap orang visual lebih respect pada informasi yang datang melalui indera penglihatan
sehingga akan cenderung memerlukan tujuan dan gambaran penuh.
b. auditorial
Sikap orang auditorial lebih mudah merespon dan mengingat info yang datang melalui
indera pendengaran, seperti lewat mendengar kaset.
c. Kinestetik
Sikap orang kinestetik lebih cenderung menerima informasi lewat indera peraba, mereka
belajar dari tindakan dan pengalaman (learning by doing).
Sikap Guru dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang efektif perlu untuk
diperbaiki terus menerus, banyak cara untuk hal ini, yaitu :
menciptakan persaingan
guru harus tetap menjaga sasana persaingan dalam batas yang wajar dan normal, yaitu
persaingan yang didalam dapat memacu motivasi belajar, tetapi tidak menimbulkan hal –
hal yang destruktif.
Memberi kesempatan untuk berhasil
Keberhasilan akan menimbulkan rasa puas, senag dan membangkitkan percaya diri, oleh
sebab itu, guru harus bersikap memberikan kesempatan yang seluas luasnya kepada
siswa, tentu saja kesempatan yang diberikan harus ditopang oleh bimbingan guru.
menghargai siswa
manusi cenderung termotivasi untuk melakukan sesuatu apabila dihargai, demikian pula
dengan siswa.apabila seorang guru dapat menghargai siswa sebagai sosok yang memiliki
segudang potensi dan kelebihan, niscaya ia akan termotivasi dalam belajar.
Bagi seorang guru, sikap memegang peranan sangat penting. Mengapa ? sebab, para
siswa tidak saja belajar dari apa yang dikatakan guru, tetapi mereka juga belajar dari
totalitas sikap gurunya, tepatlah pribahasa “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”.
Meskipun hal ini disadari guru, namun dalam praktiknyamasih saja ditemukan guru yang
menampilkan sikap yang tidak efektif.
Beberapa ciri berikut adalah sikap yang menghambat tercapainya pengajaran yang
berkualitas.
Kepribadian seorang guru turut memegang peranan yang penting dalam menunjang
keberhasilan proses belajar dan mengajar. Ada sikap positif dari guru yang dapat
dijadikan gambaran , yaitu :
Mungkin suatu ketika anda begitu marah dan kesal menghadapi tingkah laku siswa anda.
Keadaan sangat ribut, kacau dan anda tidak mampu mengendalikannya. Anda marah dan
siswa anda tidak berani menatap diri anda, apalagi berbicara, apakah menurut anda
masalahnya telah selesai?
Sungguh tindakan diatas sangat tidak baik, hentikanlah kemarahan anda!, bagaimana?
Lihatlah apa yang terjadi dari sisi positifnya, katakanlah “karena itulah mereka ada disini,
untuk menjadi lebih baik”.
Mulailah dengan bersyukur, alhamdulillah;’saya sudah mengetahui apa yang mejadi
kewajiban saya sebagai guru’. Sadarilah! Tidak ada montir bisa memperbaiki mobil tanpa
mengetahui kerusakannya.begitulah, anda akan segera menjadi guru bagi mereka, setelah
mengetahui kondisi terburuk mereka.
H.Membangun sikap profesional dengan melejjitkan kecerdasan emosional dan spiritual
Sikap kita adalah diri kita yang sebenarnya, yang diprogram dalam alam sadar dan bawah
sadar kita. Sikap merupakan bentuk konkrit dari fikiran dan hati, baik fikiran dan hati
kita. kita yang memiliki misteri spiritual,emosional dan intelektual perlu sedikit menggali
potensi diri kita.
Emosional menurut Oxford English Dictionary adalah setiap kegiatan atau pergolakan
pikiran, perasaan, nafsu atau setiap keadaan mental yang hebat.
Daniel Goleman merumuskan emosi sebagi perasaan dan fikiran khas, serta serangkaian
kecenderungan untuk bertindak.
Kecerdasan emosional menurut peter salovey, psikolog dari Yale University, ditentukan
oleh lima hal. Kelimanya yaitu :
Donah zohar dan Ian marshal mendefinisikan SI sebagai kecerdasan utuk menghadapi
dan memecahkan masalah makna dan nilai.
Jauh sebelum Donah zohar dan Ian marshal memunculkan istilah SI, islam sesungguhnya
telah memiliki konsepnya. Dr.Seto Mulyadi menggambarkan SI sebagai hablumminallah,
hubungan manusia dengan Allah.SI mempertanyakan suatu kekuatan maha besar yang
mengatur alam ini. kekuatan yang harus diikuti dan dilaksanakan semua perintah-Nya.
Dr.H.Arief Rachman Mpd, Guru SMU Labschool, Jakarta, menggambarkan SI sebagai
kecerdasan yang memiliki lima komponen.
Pertama kecerdasan yang meyakini tuhan sebagai penguasa, penentu, pelindung dan
pemaaf dan kita percaya kehadiran-Nya. Artinya semua rukun iman diyakini dengan
kuat.
Bagi guru, ini dijadikan dasar dalam membina ruhiah diri.
Kedua didalam SI ada disebut kemampuan untuk bekerja keras, kemampuan untuk
mencari ridho tuhan. Dengan demikian seorang guru misalnya, akan terdorong untuk
memiliki etos kerja yang tinggi dan senantiasa bersungguh –sungguh dalam beraktivitas
mengajar dan belajar.
Ketiga, SI adalah kemampuan untuk kokoh melakukan ibadah secara disiplin. Rasulullah
Saw. Manusia yang sangat dicintai Allah swt dan telah dijanjikan untuk menempati
surga, telah mencontohkan hal tersebut. Beliau pernah sampai bengkak –bengkak kakinya
karena terlalu lama berdiri saat solat malam.
Seorang guru mengajar dalam rangka ibadah, akan memberikan yang terbaik dan paling
berkualias dari dirinya dengan senantiasa memohon ridho dari tuhan.
Keempat, SI diisi dengan kesabaran, ketahanan, kemampuan untuk melihat bahwa orang
harus selalu berikhtiar supaya tidak putus asa.
Apakah anda pernah menyaksikan seorang pemecah batu yang sedang memecahkan batu
besar? Dia memukul batu itu dengna godam sampai seratus kali tanpa terlihat tanda akan
pecahnya batu tersebut. Akhirnya batu itupun pecah.
Seandainya ia berhenti pada pukulan 99, maka batu tersebut tidak akan pecah, padahal
kalau ia mau bersabar maka satu pukulan lberikutnya akan dapat menghancurkan batu
itu.
Begitu juga bagi seorang guru, perlu sebuah kesabaran yang ekstra dalam proses menuju
kesuksesan membimbing siswanya kedalam perubahan ke arah positif dari waktu
kewaktu.
Terakhir, SI berarti menerima keputusan terakhir dari tuhan. Penerimaan penuh pada
takdir Allah mendatangkan ketenangan dalam kehidupan.gambaran tentang menerima
keputusan terakhir dari tuhan denga ikhlas ini dijelaskan oleh Ibn.Qudamah dalam buku
Minhajul Qasidin. Allah mewahyukan kepada Daud Alaihissalam,”Hai daud, sekali –
sekali kamu tidak akan dapat berjumpa dengan-KU dengan amal yang lebih Kuridhoi dan
penghapusan dosamu kecuali keridhaan terhadap Qadha-Ku.”
Sebagi seorang guru, kita perlu mengakhiri pembelajaran dengan meyerahkan segala
hasil pada kehendak-Nya. Perubahan perilaku hanya dapat diubah oleh yang Maha
Membolak balik Hati, kita selaku guru, hanyalah bisa berikhtiar, faidza azzamta,
fatawakkal alallah (kita hanya berusaha, hasil Allah yang menentukan ).
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari makalah yang kami sampaikan ini, kami mengambil kesimpulan yang menyiratkan
seorang guru yang memiliki sikap yang profesional. Walaupun kami lebih fokus pada
hubungan guru dan muridnya, aspek lainnya tetap terhubung dan saling melengkapi.
Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah :
Bahwasanya seorang guru yang memiliki sikap yang profesional adalah guru yang
menjadi idola bagi orang disekelilingnya, ia menajdi guru yang dapat menyelaraskan kata
dan perbuatan. Seorang sosok guru yang profesional adalah guru yang pembelajar, yang
memahami keunikan siswanya dan membimbing anak tersebut untuk mecapai
keoptimalan potensinya. Guru profesional adalah guru yang dapat menyeimbangkan
kecerdasan spiritual, emosional dan intelektualnya, semua tersinergi dan terkoneksi
dalam dirinya.
B. Saran
Saran yang dapat kami utarakan adalah, segeralah menjadi guru yang keberadaannya itu
berarti. Keberadaannya dinantikan , kepergiannya dirindukan. Segeralah mengenali diri,
karena orang yang mengenal dirinya pasti mengenal tuhannya.
Mulailah dari perubahan positif terkecil lalu bergerak ke perubahan positif yang besar.
Mulailah dari diri sendiri, kembangkan potensi diri dan motivasilah diri selalu. Mulailah
dari sekarang, mulai dari hari ini, jam ini, detik ini, camkan diri anda adalah guru yang
menjadi idola dan powerfull.
Daftar Pustaka
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Pendidikan adalah suatu bentuk investasi
jangka panjang yang penting bagi seorang manusia. Pendidikan yang berhasil akan
menciptakan manusia yang pantas dan berkelayakan di masyarakat seta tidak
menyusahkan orang lain. Masyarakat dari yang paling terbelakang sampai yang paling
maju mengakui bahwa pendidik / guru merupakan satu diantara sekian banyak unsur
pembentuk utama calon anggota masyarakat. Namun, wujud pengakuan itu berbeda-beda
antara satu masyarakat dan masyarakat yang lain. Sebagian mengakui pentingnya
peranan guru itu dengan cara yang lebih konkrit, sementara yang lain masih
menyangsikan besarnya tanggung jawab seorang guru, termasuk masyarakat yang sering
menggaji guru lebih rendah daripada yang sepantasnya.
Demikian pula, sebagian orang tua kadang-kadang merasa cemas ketika menyaksikan
anak-anak mereka berangkat ke sekolah, karena masih ragu akan kemampuan guru
mereka. Di pihak lain setelah beberapa bulan pertama mengajar, guru-guru pada
umumnya sudah menyadari betapa besar pengaruh terpendam yang mereka miliki
terhadap pembinaan kepribadian peserta didik.
Dalam makalah ini akan dipaparkan pengertian profesi dan ciri-cirinya berikut syarat-
syarat profesi secara umum. Kemudian di bab selanjutnya diketengahkan profesi guru
dan syarat-syarat dalam membangun profesionalisme guru. Dan yang terakhir,
kesimpulan pembahasan yang telah dipaparkan.
Secara estimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession atau bahasa
latin, profecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli
dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu
pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan
pada pekerjaan mental; yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen
untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual (Danin, 2002). Jadi suatu
profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan
akademik.[1]
Profesi Keguruan, Kata Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dsb)
tertentu. Di dalam profesi dituntut adanya keahlian dan etika khusus serta standar
layanan. Pengertian ini mengandung implikasi bahwa profesi hanya dapat dilakukan oleh
orang-orang secara khusus di persiapkan untuk itu. Dengan kata lain profesi bukan
pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh pekerjaan lain.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta
dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus
diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.[2]
Dengan demikian seorang profesional jelas harus memiliki profesi tertentu yang
diperoleh melalui sebuah proses pendidikan maupun pelatihan yang khusus, dan
disamping itu pula ada unsur semangat pengabdian (panggilan profesi) didalam
melaksanakan suatu kegiatan kerja. Hal ini perlu ditekankan benar untuk mem
bedakannya dengan kerja biasa (occupation) yang semata bertujuan untuk mencari nafkah
dan/ atau kekayaan materiil-duniawi Dua pendekatan untuk mejelaskan pengertian
profesi:
Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang
memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari
Manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian
tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang
lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan
hidupnya; serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok
anggota yang menyandang profesi tersebut.
- Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat.
Dengan kata lain profesi berorientasi memberikan jasa untuk kepentingan umum daripada
kepentingan sendiri. Dokter, pengacara, guru, pustakawan, engineer, arsitek memberikan
jasa yang penting agar masyarakat dapat berfungsi; hal tersebut tidak dapat dilakukan
oleh seorang pakar permainan catur, misalnya. Bertambahnya jumlah profesi dan
profesional pada abad 20 terjadi karena ciri tersebut. Untuk dapat berfungsi maka
masyarakat modern yang secara teknologis kompleks memerlukan aplikasi yang lebih
besar akan pengetahuan khusus daripada masyarakat sederhana yang hidup pada abad-
abad lampau. Produksi dan distribusi enersi memerlukan aktivitas oleh banyak engineers.
Berjalannya pasar uang dan modal memerlukan tenaga akuntan, analis sekuritas,
pengacara, konsultan bisnis dan keuangan. Singkatnya profesi memberikan jasa penting
yang memerlukan pelatihan intelektual yang ekstensif.’[3]
Menurut Ornstein dan Levine (1984) menyatakan bahwa profesi itu adalah jabatan yang
sesuai dengan pengertian profesi di bawah ini:
m. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari pablik dan kpercayaan diri setiap
anggotanya
Pada sisi lain profesi mempunyai pengertian seorang yang menekuni pekerjaan
berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik dan prosedur berdasarkan intelektual. Hal
demikian dapat dibaca pula pendapat Volmer dan Mills (1966), Mc Cully (1969), dan
Diana W. Kommer (dalam sagala, 2000:195-196), mereka sama-sama mengartikan
profesi sebagai spesialisasi dari jabatan intelektualyang diperoleh melalui study dan
training, bertujuan menciptakan keterampilan, pekerjaan yang bernilai tinggi, sehingga
keterampilan dan pekerjaan itu diminati, disenangi oleh orang lain, dan dia dapat
melakukan pekerjaan itu dengan mendapat imbalan berupa bayaran, upah, dan gaji
(payment).[4]
Berdasarkan pengertian dan cirri-ciri profesi yang telah disebutkan di atas, maka dapat
ditarik beberapa hal yang menjadi syarat-syarat Profesi seperti;
4. Organisasi profesi.
6. Sistem imbalan.
7. Pengakuan masyarakat.
Guru adalah sebuah profesi, sebagaimana profesi lainnya merujuk pada pekerjaan atau
jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan. Suatu profesi tidak bisa
di lakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau dipersiapkan untuk itu. Suatu
profesi umumnya berkembang dari pekerjaan (vocational), yang kemudian berkembang
makin matang serta ditunjang oleh tiga hal: keahlian, komitmen, dan keterampilan, yang
membentuk sebuah segitiga sama sisi yang di tengahnya terletak profesionalisme.
Senada dengan itu, secara implisit, dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan, bahwa guru adalah : tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi (pasal 39
ayat 1).
Menurut Dedi Supriadi (1999), profesi kependidikan dan/atau keguruan dapat disebut
sebagai profesi yang sedang tumbuh (emerging profession) yang tingkat kematangannya
belum sampai pada apa yang telah dicapai oleh profesi-profesi tua (old profession)
seperti: kedokteran, hukum, notaris, farmakologi, dan arsitektur. Selama ini, di Indonesia,
seorang sarjana pendidikan atau sarjana lainnya yang bertugas di institusi pendidikan
dapat mengajar mata pelajaran apa saja, sesuai kebutuhan/ kekosongan/ kekurangan guru
mata pelajaran di sekolah itu, cukup dengan “surat tugas” dari kepala sekolah.[5]
Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh. Walaupun ada yang
berpendapat bahwa guru adalah jabatan semiprofesional, namun sebenarnya lebih dari
itu. Hal ini dimungkinkan karena jabatan guru hanya dapat diperoleh pada lembaga
pendidikan yang lulusannya menyiapkan tenaga guru, adanya organisasi profesi, kode
etik dan ada aturan tentang jabatan fungsional guru (SK Menpan No. 26/1989).
Usaha profesionalisasi merupakan hal yang tidak perlu ditawar-tawar lagi karena uniknya
profesi guru. Profesi guru harus memiliki berbagai kompetensi seperti kompetensi
profesional, personal dan sosial.
Jabatan guru dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan tenaga guru. Kebutuhan ini
meningkat dengan adanya lembaga pendidikan yang menghasilkan calon guru untuk
menghasilkan guru yang profesional. Pada masa sekarang ini LPTK menjadi satu-satunya
lembaga yang menghasilkan guru. Walaupun jabatan profesi guru belum dikatakan
penuh, namun kondisi ini semakin membaik dengan peningkatan penghasilan guru,
pengakuan profesi guru, organisasi profesi yang semakin baik, dan lembaga pendidikan
yang menghasilkan tenaga guru sehingga ada sertifikasi guru melalui Akta Mengajar.
Organisasi profesi berfungsi untuk menyatukan gerak langkah anggota profesi dan untuk
meningkatkan profesionalitas para anggotanya. Setelah PGRI yang menjadi satu-satunya
organisasi profesi guru di Indonesia, kemudian berkembang pula organisasi guru sejenis
(MGMP).
8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
BAB IV KESIMPULAN
Kesadaran umum akan besarnya tanggung jawab seorang guru serta berbagai pandangan
masyarakat terhadap peranannya telah mendorong para tokoh dan ahli pendidikan untuk
merumuskan ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan kualifikasi yang seharusnya
dipenuhi oleh guru, sebagai pengajar guru mempunyai tugas menyelenggarakan proses
belajar-mengajar tugas yang mengisi porsi terbesar dari profesi keguruan ini pada garis
besarnya meliputi minimal empat pokok, yaitu :
Jabatan guru belum dapat memenuhi secara maksimal persyaratan itu, namun
perkembangannya di tanah air menunjukkan arah untuk terpenuhinya persyaratan
tersebut. Usaha untuk ini sangat tergantung kepada niat, perilaku dan komitmen dari guru
sendiri dan organisasi yang berhubungan dengan itu, selain juga, oleh kebijaksanaan
pemerintah.
[1] http://qade.wordpress.com/2009/02/11/profesi-keguruan/
[2] http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/konsep-profesi-keguruan
[3] http://erwadi.polinpdg.ac.id
[4] http://qade.wordpress.com/2009/02/11/profesi-keguruan/
[5] http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/konsep-profesi-keguruan
[6] http://ilmuwanmuda.wordpress.com/profesi-keguruan/
Posted in Pendidikan | Tags: guru, makalah, Profesi
Pendidikan merupakan aspek terpenting untuk dimiliki oleh setiap umat manusia. Karena
dengan pendidikan dapat menciptakan perubahan sikap yang baik pada diri seseorang.
Pendidikan mempunyai dua proses utama yaitu mengajar dan diajar. Mengajar ditingkat
pendidikan formal biasanya dilakukan oleh seorang guru. Guru dalam proses belajar
mengajar mempunyai tiga peranan yaitu sebagai pengajar, pembimbing dan administrator
kelas.
Guru sebagai pengajar berperan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
Oleh sebab itu guru dituntut untuk menguasai seperangkat pengetahuan dan keterampilan
mengajar. Guru sebagai pembimbing diharapkan dapat memberikan bantuan kepada
siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Peranan ini termasuk ke dalam aspek
pendidik sebab tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga mendidik
untuk mengalihkan nilai-nilai kehidupan. Hal tersebut menjelaskan bahwa tujuan
pendidikan adalah sikap yang mengubah tingkah laku peserta menjadi lebih baik. Guru
sebagai administrator kelas berperan dalam pengelolaan proses belajar mengajar di kelas.
Guru merupakan komponen penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan nasional.
Guru yang berkualitas, profesional dan berpengetahuan, tidak hanya berprofesi sebagai
pengajar, namun juga mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik. Berdasarkan Standar Nasional Kependidikan, guru harus
memiliki empat kompetensi dasar yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi sosial,
kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional. Namun, kompetensi-kompetensi
yang dimiliki guru saat ini masih terbatas, sehingga diperlukan suatu upaya untuk
mengoptimalkan kompetensi-kompetensi tersebut. Kompetensi-kompetensi yang akan
dibahas dalam makalah ini terbatas pada kompetensi-kompetensi kepribadian dan
kompetensi profesional. Kompetensi kepribadian adalah karakteristik pribadi yang harus
dimiliki guru sebagai individu yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa dan menjadi
teladan bagi peserta didik. Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan mereka
membimbing peserta didik dalam menguasai materi yang diajarkan.
Guru yang bermutu dan profesional menjadi tuntutan masyarakat seiring dengan tuntutan
persyaratan kerja yang semakin ketat mengikuti kemajuan era globalisasi. Untuk
membentuk guru yang profesional sangat tergantung pada banyak hal yaitu guru itu
sendiri, pemerintah, masyarakat dan orang tua. Berdasarkan kenyataan yang ada,
pemerintah telah mengupayakan berbagai hal, diantaranya sertifikasi guru. Dengan
adanya program sertifikasi tersebut, kualitas mengajar guru akan lebih baik.
Program sertifikasi tersebut juga dapat diterapkan untuk guru-guru IPA agar dapat
memiliki standar kompetensi yang telah diterangkan di atas. Guru IPA diharapkan
mampu memahami dan menguasai materi ajar yang ada dalam kurikulum, memahami
struktur, konsep dan metode keilmuan yang koheren dengan materi ajar, memahami
hubungan konsep antar mata pelajaran yang terkait dan menginternalisasikan nilai-nilai
IPA dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu melalui sertifikasi guru IPA diharapkan
mampu menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam
pengetahuan dan materi bidang studi IPA.
Oleh karena itu, kami mengangkat sebuah judul “Upaya Memperbaiki Kualitas Mengajar
yang Mendidik Guru IPA dengan Memaksimalkan Terpenuhinya Kompetensi
Kepribadian dan Profesional Guru”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana upaya untuk memperbaiki kualitas mengajar yang mendidik guru IPA dengan
memaksimalkan terpenuhinya kompetensi kepribadian dan profesional guru?
C. Pembahasan
1. Guru sebagai Pendidik
Guru sebagai pendidik adalah seorang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan
bangsa. Tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat, maju atau mundurnya tingkat
kebudayaan suatu masyarakat dan negara sebagian besar bergantung pada pendidikan dan
pengajaran yang diberikan oleh guru-guru. Makin tinggi pendidikan guru, makin baik
pula mutu pendidikan dan pengajaran yang diterima anak, dan makin tinggi pula derajat
masyarakat. Oleh sebab itu guru harus berkeyakinan dan bangga bahwa ia dapat
menjalankan tugas itu dan berusaha menjalankan tugas kewajiban sebaiknya sehingga
dengan demikian masyarakat menginsafi sungguh-sungguh betapa berat dan mulianya
pekerjaan guru.
Pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang mulia, baik ditinjau dari sudut masyarakat
dan negara maupun ditinjau dari sudut keagamaan. Tugas seorang guru tidak hanya
mendidik. Maka, untuk melaksanakan tugas sebagai guru tidak sembarang orang dapat
menjalankannya. Sebagai guru yang baik harus memenuhi syarat, yang ada dalam
undang-undang No. 12 Tahun 1954 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di
sekolah untuk seluruh Indonesia. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :
a. Berijazah,
b. Sehat jasmani dan rohani,
c. Takwa kepada Tuhan YME dan berkelakuan baik,
d. Bertanggungjawab,
e. Berjiwa nasional.
Disamping syarat-syarat tersebut, tentunya masih ada syarat-syarat lain yang harus
dimiliki guru jika kita menghendaki agar tugas atau pekerjaan guru mendatangkan hasil
yang lebih baik. Salah satu syarat diatas adalah guru harus berkelakuan baik, maka
didalamnya terkandung segala sikap, watak dan sifat-sifat yang baik. Beberapa sikap dan
sifat yang sangat penting bagi guru adalah sebagai berikut:
1.1 Adil
Seorang guru harus adil dalam memperlakukan anak-anak didik harus dengan cara yang
sama, misalnya dalam hal memberi nilai dan menghukum anak.
1.2 Percaya dan suka terhadap murid-muridnya
Seorang guru harus percaya terhadap anak didiknya. Ini berarti bahwa guru harus
mengakui bahwa anak-anak adalah makhluk yang mempunyai kemauan, mempunyai kata
hati sebagai daya jiwa untuk menyesali perbuatannya yang buruk dan menimbulkan
kemauan untuk mencegah hal yang buruk.
1.3 Sabar dan rela berkorban
Kesabaran merupakan syarat yang sangat diperlukan apalagi pekerjaan guru sebagai
pendidik. Sifat sabar perlu dimiliki guru baik dalam melakukan tugas mendidik maupun
dalam menanti jerih payahnya.
1.4 Memiliki Perbawa (gezag) terhadap anak-anak
Gezag adalah kewibawaan. Tanpa adanya gezag pada pendidik tidak mungkin pendidikan
itu masuk ke dalam sanubari anak-anak. Tanpa kewibawaan, murid-murid hanya akan
menuruti kehendak dan perintah gurunya karena takut atau paksaan; jadi bukan karena
keinsyafan atau karena kesadaran dalam dirinya.
1.5 Penggembira
Seorang guru hendaklah memiliki sifat tertawa dan suka memberi kesempatan tertawa
bagi murid-muridnya. Sifat ini banyak gunanya bagi seorang guru, antara lain akan tetap
memikat perhatian anak-anak pada waktu mengajar, anak-anak tidak lekas bosan atau
lelah. Sifat humor yang pada tempatnya merupakan pertolongan untuk memberi
gambaran yang betul dari beberapa pelajaran. Yang penting lagi adalah humor dapat
mendekatkan guru dengan muridnya, seolah-olah tidak ada perbedaan umur, kekuasaan
dan perseorangan. Dilihat dari sudut psikologi, setiap orang atau manusia mempunyai 2
naluri (insting) : (1) naluri untuk berkelompok, (2) naluri suka bermain-main bersama.
Kedua naluri itu dapat kita gunakan secara bijaksana dalam tiap-tiap mata pelajaran,
hasilnya akan baik dan berlipat ganda.
1.6 Bersikap baik terhadap guru-guru lain
Suasana baik diantara guru-guru nyata dari pergaulan ramah-tamah mereka di dalam dan
di luar sekolah, mereka saling menolong dan kunjung mengunjungi dalam keadaan suka
dan duka. Mereka merupakan keluarga besar, keluarga sekolah. Terhadap anak-anak,
guru harus menjaga nama baik dan kehormatan teman sejawatnya. Bertindaklah
bijaksana jika ada anak-anak atau kelas yang mengajukan kekurangan atau keburukan
seorang guru kepada guru lain.