Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Tidak dapat dipungkiri bahwa umat Islam di Indonesia adalah unsur paling mayoritas.
Dalam tataran dunia Islam internasional, umat Islam Indonesia bahkan dapat disebut sebagai
komunitas muslim paling besar yang berkumpul dalam satu batas teritorial kenegaraan.
Karena itu, menjadi sangat menarik untuk memahami hukum Islam di tengah-tengah
komunitas Islam terbesar di dunia itu. Pertanyaan-pertanyaan seperti seberapa jauh
pengaruh kemayoritasan kaum muslimin Indonesia itu terhadap penerapan hukum Islam di
Tanah Air ? Maka dapat dijawab dengan hukum Islam di Indonesia. Di samping itu, kajian
tentang sejarah hukum Islam di Indonesia juga dapat dijadikan sebagai salah satu pijakan
bagi umat Islam secara khusus untuk menentukan strategi yang tepat di masa depan dalam
mendekatkan dan “mengakrabkan” bangsa ini dengan hukum Islam. Proses sejarah hukum
Islam yang diwarnai “benturan” dengan tradisi yang sebelumnya berlaku dan juga dengan
kebijakan-kebijakan politik-kenegaraan, serta tindakan-tindakan yang diambil oleh para
tokoh Islam Indonesia terdahulu setidaknya dapat menjadi bahan telaah penting di masa
datang. Setidaknya, sejarah itu menunjukkan bahwa proses Islamisasi sebuah masyarakat
bukanlah proses yang dapat selesai seketika.
Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam, yang kemudian
penulisan makalah ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan serta
dapat dan bisa memeberikan manfaat baik untuk almamater perguruan tinggi maupun bagi
dunia ilmu pengetahuan pada umumnya. walaupun tulisan ini tidak dapat menguraikan
secara lengkap dan detail setiap rincian sejarah hukum Islam di Tanah air, namun
setidaknya apa akan Penulis paparkan di sini dapat memberikan gambaran tentang
perjalanan hukum Islam, sejak awal kedatangan agama ini ke bumi Indonesia hingga di era
reformasi ini.
1. 3. Identifikasi Masalah
Tidak dapat dipungkiri bahwa umat Islam di Indonesia adalah unsur paling mayoritas.
Dalam tataran dunia Islam internasional, umat Islam Indonesia bahkan dapat disebut sebagai
komunitas muslim paling besar yang berkumpul dalam satu batas teritorial kenegaraan.
Bab II
PEMBAHASAN
HUKUM ISLAM
Yaitu hukum yang diberlakukan bagi warga negara indonesia yang beragama Islam yang
tercantum dalam hukum positif yaitu UU Nomor 1 tahun 1974, UU Nomor 7 tahun 1989
tentang peradilan agama, UU Nomor 1991.
Menurut Aulasi Aulawi yaitu hukum yang diyakini memliki keterkaitan dengan sumber dan
ajaran Islam yaitu amali.
Dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 sistem hukum yang diberlakukan adalah hukum adat, barat
dan hukum Islam.
Kafa : bulat (tidak dapat dikurangi atau ditambah)
Keberadaan hukum Islam landasan konsititusionalnya yaitu UUD 1945 Pembukaan alinea
pasal 29.
Hukum islam sebagai hukum nasional diperuntukan bagi warga negara Indonesia yang
beragama islam yaitu menyangkut hukum keluarga, waris, perkawinan, dan harta perkawin
(keempatnya merupakan bidang sensitif karena menyangkut budaya dan keyakinan
masyarakat).
Pembukaan alinea ke 3 dihubungkan dengan teori Thomas Aquino tentang negara terbentuk
atas ketuhanan, teori tersebut terdiri dari :
Legs aeterna (yaitu 10 perintah Tuhan)
Legs divina (zabur, taurat , inzil)
Legs positif (hukum buatan manusia)
Dengan demikian hukum positif merupakan tetesan dari aeterna, positif , divina dan
naturalis.
Dengan demikian UUD 1945 merupakan tetesan dari Al Quran.
Kedudukan Hukum Islam dalam ketatanegaraan Indonesia berkaitan dengan sejarah Hukum
Islam.
Sejarah Hukum Islam
Periode I
Penerimaan hukum islam sepenuhnya dikenal dengan “Receptio in Complexiu” pencetusnya
Winter, Salomon Geyzer dan Cornelius van den Berg.
Menurut teori tesebut memperlakukan penuh hukum Islam bagi orang Islam dengan dasar
bahwa mereka telah memeluk agama islam. Pada masa ini berhasil dibuat suatu kumpulan
peraturan hukum perkawinan yang dikenal dengan “compendium preizer” (dibuat oleh D.W
Preizer) yang berisi tentang hukum waris perkawinan.
Dalam pasal 75 dinyatakan bahwa pemerintah Belanda memerintahkan kepada pengadilan
untuk mempergunakan undang-undang agama, lembaga-lembaga, dan kebiasaan mereka.
Pasal 78 ayat 2 RR
Periode II
Penerimaan hukum islam oleh hukum adat atau teori Resepsi tokoh-tokohnya Van
Hollenhoven, Terhar, Snouck Hurgronye (teori setan). Teori ini intinya bahwa hukum islam
dipandang sebagai sumber hukum apabila telah diterima atau direvisir oleh hukum adat.
Dasar hukumnya dalam Staatblaad 1929 Nomor 212.
Dalam pasal 134 ayat 2 dinyatakan bahwa dalam hal terjadi perkara perdata antar sesama
islam akan diselesaikan oleh hakim agama islam apabila hukum adat mereka menghendaki
dan sejauh itu tidak ditentukan lagi dengan ordonansi.
PENUTUP
Era reformasi yang penuh keterbukaan tidak pelak lagi turut diwarnai oleh tuntutan-tuntutan
umat Islam yang ingin menegakkan Syariat Islam. Ide ini tentu patut didukung. Namun
sembari memberikan dukungan, perlu pula kiranya upaya-upaya semacam ini dijalankan
secara cerdas dan bijaksana.
Karena menegakkan yang ma’ruf haruslah juga dengan menggunakan langkah yang ma’ruf.
Disamping itu, kesadaran bahwa perjuangan penegakan Syariat Islam sendiri adalah jalan
yang panjang dan berliku, sesuai dengan sunnatullah-nya. Karena itu dibutuhkan kesabaran
dalam menjalankannya. Sebab tanpa kesabaran yang cukup, upaya penegakan itu hanya
akan menjelma menjadi tindakan-tindakan anarkis yang justru tidak sejalan dengan
kema’rufan Islam.
Proses “pengakraban” bangsa ini dengan hukum Islam yang selama ini telah dilakukan,
harus terus dijalani dengan kesabaran dan kebijaksanaan. Disamping tentu saja upaya-upaya
penguatan terhadap kekuatan dan daya tawar politis umat ini. Sebab tidak dapat dipungkiri,
dalam sistem demokrasi, daya tawar politis menjadi sangat menentukan sukses-tidaknya
suatu tujuan dan cita-cita.