You are on page 1of 8

kata Pengantar

Segala puji serta syukur kamu ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kami beberapa nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
dalam makalah filsafat umum ini dengan baik dan benar.

Tak lupa kami ucapkan rasa terima kasih kami kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Tanpa adanya
bantuan dari semua pihak tentunya kami tidak dapat menyelesaikannya karena kita
semua itu makhluk social yang saling membutuhkan antara yang satudengan yang
lainnya.

Dan kami pun memohon maaf apabila terdapat kata-kata yang tidak tepat
atau salah dalam makalah kami karena semua manusia itu tak luput dari segala
kesalahan baik yang disengaja ataupun tidak. Semoga makalh kami ini dapat
bermanfaat bagi kita semua didalam mempelajari ataupun memahaminya.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan……………………………………………………………...iii

A. Latar Belakang……………………………………………………...….iii
B. Batasan Masalah……………………………………………………….iii

BAB II Pembahasan………………………………………………………………1

A. Teori Faham Empirisme……………………………………………….1


B. Aliran Empirisme……………………………………………………….2
C. Pandangan-Pandangan Behaviorisme………………………………..2

BAB III Kesimpulan………………………………………………………………4

Daftar Pustaka…………………………………………………………………….5

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia dalam perkembangannya sangat ditentukan oleh pengalaman-


pengalaman yang ia dapatkan dari kehidupan sehari-hari, dalam dunia nyata
disekitarnya berupa stimulant-stimulan. Stimulant-stimulan tersebut bias saja
didapatnya melalui alarm kehidupan bebas, atau pun yang diciptakan oleh manusia
lain melalui kegiatan yang dirancang dengan sengaja maupun tidak sengaja.

Didalam makalah ini akan dibahas tentang aliran atau teori Empirisme dimana
aliran tersebut mengajarkan bahwa perkembangan pribadi seseorang itu ditentukan
oleh fakrot-faktor lingkungan, terutama pendidikan. Yaitu lingkunganlah yang
menjadi pemicu perkembangan seseorang. Baik ataupun buruknya perkembangan
pribadi seseorang sepenuhnya nditentukan oleh lingkungan ataupun pendidikan.

B. Batasan Masalah
1. Pengertian Empirisme
2. Teori Faham Empirisme

iii
BAB II

PEMBAHASAN
A. Teori Faham Empirisme

Kata empirisme berasal dari kata empiris yang dapat diartikan pengalaman.Tokoh aliran ini
adalah John Locko (seorang filsafat dari Inggris). Ia berpendapat bahwa anak yang lahir di dunia ini
sebagai kertas yang kosong (putih) atau sebagai meja berlapis lilin (tabula rasa) yang belum ada
tulisannya. Sehingga aliran ini disebut juga dengan nama aliran tabula rasa. Kertas kosong atau meja
berlapis lilin dapat ditulisi sekehendak hati yang menulisnya, dan lingkungan itulah yang menulisi kertas
kosong tersebut.Teori ini bahwa kepribadian didasarkan pada lingkungan pendidikan yang didapatnya
atau perkembangan jiwa seseorang semata-mata bergantung kepada pendidikan. Dunia luar pada
umumnya, atau yang disebut lingkungan, baik lingkungan hidup maupun lingkungan mati. Lingkungan
hidup seperti manusia,hewan,tumbuhan,dan tanaman. Sedangkan lingkungan mati meliputi benda-
benda mati. Dan setiap lingkungan memiliki situasi tersendiri ada situasi ekonomi,sosial,dan keagamaan.
Dan pendidikan dengan segala aktifitasnya merupakan salah satu lingkungan anak didik juga. Menurut
teori empirisme bahwa pendidikan dapat berbuat sekehendak hati dalam membentuk pribadi anak
sesuai yang diinginkan. Pendidikan dapat berbuat sekehendak hatinya seperti seorang pemahat patung
kayu atau batu atau dari bahan lainnya menurut kesukaan pemahat tersebut.

Disamping tokoh tersebut diatas terdapat juga ahli pendidikan yang lain dan mempunyai
pandangan yang hamper sama dengan John Locke,yaitu Helvatus (seorang ahli filsafat yunani)
berpendapat bahwasannya manusia dilahirkan dengan jiwa dan watak yang hampir sama yaitu bersih
dan suci. Pendidikan dan lingkunganlah yang membuat manusia berbeda-beda. Demikian pula seorang
pemikir yang bernama Claud Adrien Helvitius (1715-1771) telah merumuskan jawaban dari pertanyaan
bagaimana dapat terjadi agar manusia liar itu menjadi manusia yang kuat dan terampil,beradap serta
kaya akan ilmu pengetahuan dan gagasan? Ketika itu seolah-olah manusia berkelas-kelas.Di satu pihak
dididik sebagai pemburu dan di lain pihak memperoleh didikan sosial dan macam-macam didikan.
Mereka membangkitkan kepercayaan bahwa lingkungan dan pendidikan dapat membentuk manusia kea
rah mana saja yang di kehendaki pendidik.

Manusia dalam perkembangannya sangat ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang ia


dapatkan dari kehidupan sehari-hari dalam dunia nyata di sekitarnya berupa stimulan-stimulan.
Stimulan-stimulan tersebut bisa saja diperolehnya melalui alam kehidupan bebas, ataupun yang
diciptakan oleh manusia lain melalui kegiatan yang dirancang dengan sengaja maupun tidak sengaja. 1

Adapun yang termasuk aliran ini adalah aliran progresivisme yang bersifat evolusionitis dan
percaya kepada kemampuan-kemampuan manusia untuk mengadakan perubahan-perubahan 2. Manusia

1
Ahmad Fatah Yasin, Dimens-dimensi Pendidikan islam,Cet.1, Hal.59
2
Djunaidatul Munawwaroh, Tanenji, Filsafat Islam dan Umum, Cet.1, Hal.58
1
dalam perkembangannya sangat ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang ia dappatkan dari
kehidupan sehari-hari dalam dunia nyata disekitarnya berupa stimulan-stimulan.Stimulan-stimulan
tersebut bisa saja diperolehnya melalui alam kehidupan bebas,ataupun yang diciptakan oleh manusia
lain melalui kegiatan yang dirancang dengan sengaja maupun tidak sengaja.

B. Aliran Empirisme

Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam
perkembangan manusia,dan menyatakan bahwa perkembangan nak tergantung kepada lingkungan
,sedangkan pembawaan tidak dipentingkan.Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-
hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas
ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan. Tokoh perintis pandangan ini
adalah seorang filsuf Inggris bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula
Rasa”,yakni anak lahir di dunia bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman empiric yang diperoleh
dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak. Menurut pandangan
empirisme (Environmentalisme) pendidik memegang peranan yang sangat penting sebab pendidik dapat
menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman-
pengalaman. Pengalaman-pengalaman itu tentunya yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Aliran ini dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang
diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak
menentukan,menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena
berbakat , meskipun lingkungan sekitarnya tidak mendukung. Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya
kemampuan yang berasal dari dalam diri yang berupa kecerdasan atau kemauan keras.

Anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan
yang telah ada dalam dirinya. Meskipun demikian,penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-
pendapat yang memandang manusia sebagai makhluk yang pasif dan dapat dimanipulasi,umpama
melalui modifikasi tingkah laku.

Hal itu tercermin pada pandangan Scientific Psychology dari B.F Skinner ataupun pandangan
behavioral (behaviorisme) lainnya. Behaviorisme itu menjadikan perilaku manusia yang tampak keluar
sebagai sasaran kajiannya,dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar
semata-mata.

C. Pandangan –pandangan Behaviorisme

Pandangan behavioral ini juga masih bervariasi dalam menentukan factor apakah yang paling
utama dalam proses belajar itu (Milhollan dan Forisha ,1972: 31-79;Ivey,et.al,1987:231-
263),sebagai berikut :

2
1. Pandangan yang menekankan peranan stimulus (rangsangan) terhadap perilaku

Seperti dalam “Classical Conditioning”atau “Respondent Learning”oleh Ivan

Pavlov(1849-1936) di Rusia dan Jon B.Watson(1878-1958) di Amerika Serika.

2. Pandangan yang menekankan peranan dari dampak ataupun balikan dari sesuatu
Perilaku seperti dalam “Operant Conditioning”atau “Instrumental Learning”dari

Edward L.Thorndike (1874-1949) dan Burrhus F.Skinner (1904-) di Amerika Serikat

3. Pandangan yang menekankan peranan pengamatan dan imitasi seperti dalam


“Observational Learning” yang dipelopori oleh N.E Miller dan J.Dollard dengan

“Social learning and imitation (diterbitkan pada tahun 1941) dan dikembangkan lebih lanjut
oleh A.Bandura dengan “Participant modeling” (diterbitkan tahun1976) maupun dengan”Self
–efficacy”(diterbitkan tahun 1982

3
BAB III

KESIMPULAN
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua
pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia
telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Empirisme lahir di inggris
dengan tiga komponennya yaitu : David Hume, George Berkeley dan John Locke.

Aliran empirisme bertolak dari lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal
dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada
lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diperolah anak dalam
kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulant-stimulan.

Dan teori ini menganggap bahwa factor pembawaan tidak berperan sama sekali dalam
proses perkembangan manusia. Menurut pendapat kaum empiris, lingkunganlah yang maha
kuasa dalam menentukan perkembangan pribadi seseorang. Oleh karena itu dalam ilmu
pendidikan aliran ini disebut dengan aliran pendidikan : “pedagogic optimism” artinya
pendidikan maha kuasa untuk membentuk atau mengembangkan bentuk pribadi seseorang.

4
DAFTAR PUSTAKA
Djunaidatul Munawwaroh, Tanenji, Filsafat Islam dan Umum, Cet.1, Hal 58.

Ahmad Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, Cet.1, Hal 59

http://id.shvoong.com/humanities/history/1948258-kerajaan-gowa-tallo-kekuatan-perkasa

http://indopedia.gunadarma.ac.id/content/145/5552/id/kerajaan-gowa-dan-tallo.htmi

Tirtararhardja Umar, 1995, Filsafat Pendidikan,Jakarta:

You might also like