You are on page 1of 14

ORGANISASI LEMBAGA PENDIDIKAN

Tugas ini memenuhi Mata Kuliah Manajemen Pendidikan

Dosen Pengampu : Suyantiningsih, M.Ed

Oleh:
Novan
Ahmad Azlan 09105244002
Gunawan
Rahmawan
Melinda Hapsari 09105244034

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2010
PENDAHULUAN
Tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa lembaga pendidikan memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap corak dan karakter masyarakat. Belajar dari sejarah perkembanganya
lembaga pendidikan yang ada di indonesia memiliki beragam corak dan tujuan yang berbeda-
beda sesuai dengan kondisi yang melingkupi, mulai dari zaman kerajaan dengan bentuknya
yang sangat sederhana dan zaman penjajahan yang sebagian memiliki corak ala barat dan
gereja, dan corak ketimuran ala pesantren sebagai penyeimbang, serta model dan corak
kelembagaan yang berkembang saat ini tentunya tidak terlepas dari kebutuhan dan tujuan-
tujuan tersebut.
Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, mengejar ketertinggalan di
segala aspek kehidupan dan menyesuaikan dengan perubahan global serta perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui DPR dan Presiden pada tanggal
11 Juni 2003 telah mensahkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang baru,
sebagai pengganti Undang-undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989. Undang-undang
Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 yang terdiri dari 22 Bab dan 77 pasal tersebut juga
merupakan pengejawantahan dari salah satu tuntutan reformasi yang marak sejak tahun 1998.
Perubahan mendasar yang dicanangkan dalam Undang-undang Sisdiknas yang baru
tersebut antara lain adalah demokratisasi dan desentralisasi pendidikan, peran serta
masyarakat, tantangan globalisasi, kesetaraan dan keseimbangan, jalur pendidikan, dan
peserta didik.
Sebagai sistem sosial, lembaga pendidikan harus memiliki fungsi dan peran dalam
perubahan masyarakat menuju ke arah perbaikan dalam segala lini. Dalam hal ini lembaga
pendidikan memiliki dua karakter secara umum. Pertama, melaksanakan peranan fungsi dan
harapan untuk mencapai tujuan dari sebuah sitem. Kedua mengenali individu yang berbeda-
beda dalam peserta didik yang memiliki kepribadian dan disposisi kebutuhan. Kemudian
sebagai agen perubahan lembaga pendidikan berfungsi sebagai alat:
1) Pengembangan pribadi
2) Pengembangan warga
3) Pengembangan Budaya
4) Pengembangan bangsa
Orientasi studi manajemen pendidikan masih cenderung melihat sesuatu yang tampak di mata
(tangible), kurang memperhatikan sesuatu yang tidak kelihatan (intangible) seperti nilai,
tradisi dan norma yang menjadi budaya organisasi, dan ada di dalam sebuah organisasi.
Beberapa tahun terakhir orangbanyak beranggapan bahwa strategi, struktur, dan sistem adaah
fokus dan faktor yang menjadi pendorong kusuksesan organisasi. Namun menurut Ouchi
(1983) dan Key (1999) menyatakan bahwa kesuksesan organisasi justru terletak pada budaya
organisasi yang meliputi nilai, tradisi, norma, yang direkat oleh kepercayaan, keakraban dan
tanggung jawab yang menentukan kesuksesan organisasi. Sedangkan menurut Basri (2004)
menyatakan bahwa budaya organisasi dapat dijadikan sebagai kekuatan organisasi apabila
budaya organisasi tersebut dikelola dengan baik. Untuk dapat mengelola budaya organisasi
diperlukan pimpinan yang transformatif, memahami filosofi organisasi, mampu merumuskan
visi, misi organisasi, dan menerapkannya melalui proses perencanaan organisasi.Dalam
tulisan ini akan diulas secara ringkas manajemen pendidikan terkait dengan pengertian,
struktur, jalur, jenjang, jenis, dan kriteria organisasi lemnbaga pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Struktur Organisasi Lembaga Pendidikan
1. Organisasi Lembaga Pendidikan
Organisasi lembaga pendidikan adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks
karena lembaga pendidikan tersebut merupakan suatu lembaga penyelenggara
pendidikan. Tujuannya antara lain adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat
menerapkan, mengembangkan, memperkaya khanazah ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian, serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. Demikian kompleksnya organisasi
tersebut, maka dalam memberikan layanan pendidikan kepada siswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya organisasi perlu dikelola dengan baik. Oleh sebab itu
lembaga pendidikan perlu menyadari adanya pergeseran dinamika internal
(perkembangan dan perubahan peran) dan tuntutan eksternal yang semakin berkembang.
2. Struktur organisasi
Struktur Organisasi merupakan bentuk dari organisasi secara keseluruhan yang
menggambarkan kesatuan dari berbagai segmen dan fungsi organisasi yang dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan, ukuran, jenis teknologi yang digunakan, dan sasaran yang
hendak dicapai. Struktur organisasi akan menjadi jelas dan tegas apabila digambar dalam
bagan atau skema organisasi.
Skema Organisasi memeberikan penjelasan mengenai hubungan pelaporan yang
dinyatakan dengan garis vertikal yang menandakan pada siapa suatu jabatan itu harus
dilaporkan, dipertanggungjawabkan, menunjukan ruang lingkup pekerjaan, dan
menentukan garis koordinasi.

Berikut merupakan salah satu contoh struktur organisasi, yaitu Pusdiklat dipimpin
oleh Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan, seorang Pejabat Diplomatik Senior, yang
secara administratif bertanggung jawab kepada Sekretaris Jenderal Departemen Luar
Negeri. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan secara materi subtantif berada di bawah
pengawasan pokok Menteri Luar Negeri. Sebagai sebuah unit eselon II Pusdiklat
memiliki 4 unit Eselon III yakni :

a. Bidang Perencanaan dan Evaluasi, mempunyai tugas melaksanakan penyusunan


rencana dan program, koordinasi penyusunan kurikulum, pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi pelaksanaan dan pelatihan diplomatik berjenjang, non-diplomatik, teknis dan
struktural, serta kerja sama dengan lembaga pendidikan dan pelatihan;Non-Diplomatik

b. Bidang Pendidikan dan Pelatihan NonDiplomatik dan Teknis, mempunyai tugas


melaksanakan pendidikan dan pelatihan non-Diplomatik dan teknis; Termasuk dalam hal ini
adalah pelatihan BPKRT, Komunikasi dan Bahasa.

c. Bidang Pendidikan dan Pelatihan Struktural dan Kerjasama Lembaga Pendidikan


dan Pelatihan, mempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan struktural,
pelaksanaan kerja sama pendidikan dan pelatihan dengan berbagai instansi pemerintah,
perguruan tinggi negeri dan swasta, organisasi internasional, negara sahabat dan lainnya,
pengurusan tugas belajar serta penyiapan bahan pembinaan sekolah Indonesia di luar negeri;

d. Bagian Tata Usaha, mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan administrasi


kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah tangga, pelaporan kegiatan dan perpustakaan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan.

Selain bidang dan bagian tersebut kinerja Pusdiklat juga dibantu oleh tiga unit pelaksana
teknis (UPT) di bidang pendidikan dan pelatihan diplomatik berjenjang yang dipimpin oleh
seorang Direktur. UPT berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Departemen Luar Negeri. UPT tersebut terdiri dari :

a. Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Dinas Luar Negeri yang disebut Sekolah Dinas
Luar Negeri disingkat Sekdilu;

b. Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Staf Dinas Luar Negeri yang disebut Sekolah Staf
Dinas Luar Negeri disingkat Sesdilu;

c. Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Staf dan Pimpinan Departemen Luar Negeri yang
selanjutnya disebut Sekolah Staf dan Pimpinan Departemen Luar Negeri disingkat
Sesparlu.

Skema
Dengan adanya skema ini, maka garis koordinasi dapat terlihat dengan jelas
strukturnya.
A. Jalur, Jenjang, dan Jenis Lembaga Pendidikan
Jalur pendidikan sekolah sebagaimana dikehendaki UUSPN No.2 Tahun 1989.
adalah tidak berbeda dengan yang dikehendaki pasal 14 UU Sisdiknas No 20 Tahin 2003,
yakni Jenjang pendidikan formal yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi, yang menurut pasal 17 disebutkan bahwa Pendidikan
dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah.Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI)
atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah
tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
Kemudian pada pasal 18 disebutkan bahwa Pendidikan menengah merupakan
lanjutan pendidikan dasar, yang terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan
menengah kejuruan. Dan Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas
(SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah
kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
Jenjang selanjutnya adalah Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan
setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi, yang
lembaganya
Perguruan tinggi ini dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut,
atau universitas, dan berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat.Serta dapat juga menyelenggarakan program akademik,
profesi, dan/atau vokasi.
Sedangkan jalur pendidikan luar sekolah tidak berbeda dengan yang dikehendaki
pasal 14 dan 16 UU Sisdiknas No 20 Tahin 2003 yakni nonformal dan informal, dapat
dijelaskan sbb :
Pendidikan Non Formal, yakni diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah,
dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat, berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
Pendidikan nonformal ini meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan
anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan,
pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan
kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik, dengan satuan pendidikannya adalah terdiri atas
lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar
masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
Hasil pendidikan nonformal ini dapat dihargai setara dengan hasil program
pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga
yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada
standar nasional pendidikan.
Pendidikan in Formal, yakni yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri, seperti pengajian, dll.
Dalam telaah kurikulum, kedua jalur pendidikan ini jelas memiliki
perbedaan yang jika disimpulkan dapat digambarkan sbb. :
Jalur Sekolah Jalur Luar Sekolah
Non Formal In Formal
Desain Kurikulum tertuang Desain Kurikulum sering Desain Kurikulum
dalam konsep, dan tertuang dalam konsep, dan tidak tertuang secara
terstruktur baik secara terstruktur hanya secara konseptual, dengan
horisontal maupun vertikal horisontal namun tidak demikian tidak ada
secara vertikal struktur horisontal dan
vertikalnya
Peserta didik yang Peserta didik yang menerima Peserta didik yang
menerima muatan muatan kurikulum sifatnya menerima muatan
kurikulum sifatnya heterogen kurikulum sifatnya
homogen heterogen
Sistem manajemen Sistem manajemen Sistem manajemen
kurikulum senantiasa kurikulum senantiasa kurikulum tidak
dirancang sedemikian rupa dirancang sedemikian rupa dirancang, dengan
bersama dengan sistem lain bersama dengan sistem lain demikian sistem
dalam sistem pendidikan dalam sistem pendidikan dan lainnya pun masing-
dan pembelajaran yang pembelajaran untuk tujuan masing berjalan
diarahkan untuk tujuan jangka pendek atau sesuai sendiri-sendiri.
jangka panjang kebutuhan masyarakat pasar
Dalam struktur vertikal Hanya ada akselarasi Tidak ada akselarasi
kurikulum ada akselerasi program
kelas dan program
Tujuan kurikuler stationer Tujuan kurikuler stationer Tidak ada tujuan
pencapaian tujuan institusi, pencapaian tujuan program kurikuler
dan tujuan institusi
stationer pencapaian tujuan
di atasnya

Kalau kita klasifikasikan jenjang, jalur dan jenis lembaga pendidikan secara detail
dapat digambarkan, sbb. :

Jenjang pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang
dikembangkan.
Pendidikan anak usia dini
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan)
tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan
menengah.
Pendidikan menengah
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan
dasar.
Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah
yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan
spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Jalur pendidikan
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi
diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
a. Jalur Pendidikan Sekolah atau yang dikenal dengan Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-
sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan
yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai
pendidikan tinggi.
b. Jalur Pendidikan Luar Sekolah di dalamnya ada pendidikan non formal dan
informal.
1. Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan
dasar, adalah TPA, atau Taman Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di
setiap mesjid dan Sekolah Minggu, yang terdapat di semua gereja.
Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya kursus musik, bimbingan
belajar dan sebagainya.
2. Pendidikan informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Jenis pendidikan
Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan
suatu satuan pendidikan.
1. Pendidikan umum
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang
mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya:
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah
Menengah Atas (SMA).
2. Pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan
peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan
pendidikannya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
3. Pendidikan akademik
Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan
pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu
pengetahuan tertentu.
4. Pendidikan profesi
Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang
mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi
seorang profesional.
5. Pendidikan vokasi
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta
didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal
dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).
6. Pendidikan keagamaan
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi
yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang
menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli
ilmu agama.
7. Pendidikan khusus
Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta
didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa
yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau
berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah
(dalam bentuk Sekolah Luar Biasa/SLB).

B. Kriteria Keberhasilan Lembaga Pendidikan


Keberhasilan belajar seseorang ditentukan oleh banyak faktor; Secara umum
faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar tersebut ada yang berasal dari dalam diri
peserta didik yang bersangkutan dan faktor yang berasal dari luar pesrta didik yang
bersangkutan. Sehubungan dengan itu yang menjadi bahasan dalam topik ini adalah
bagaimana untuk menentukan keberhasilan belajar.
Untuk menentukan suatu keberhasilan belajar, digunakan suatu penilaian untuk
mengetahui perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui belajar, Penilaian hasil
belajar dapat dilakukan karena belajar mempunyai ciri :
a. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang
belajar (dalam arti behavioral changes), baik aktual manpun potensial.
b. Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku
dalam waktu yang relatif lama,
c. Perubahan itu terjadi karena usaha,
( Depdikbud, Akta V Psikologi Pendidikan 1985/1986:10)
Sehubungan dengan itu maka belajar merupakan usaha untuk memperoleh
kemampuan baru yang dilakukan dengan sengaja. Sejalan dengan pengertian tersebut
makaa perubahan yang terjadi pada diri individu sebagai hasil belajar dapat dikategorikan
sebagai berikut :
1. Perubahan tersebut disadari oleh individu yang bersangkutan;
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional.
3. Perubahan itu bersifat aktif dan positif.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat temporer dan bukan karena proses
kematangan, pertumbuhan dan perkembangan.
5. Perubahan itu bertujuan dan terarah.
Berdasarkan pada pengertian belajar yang dike mukakan di atas, untuk mengetahui
sejauh mana peruhahan atau kemampuan baru dimiliki oleh seorang peserta didik sebagai
hasil belajar tentunya dilakukan evaluasi atau penilaian. Penilaian merupakan usaha yang
bertujuan untuk mengetahui keberhasilan belajar dalam peanguasaan kompetensi.
Dengan penilaian ini dapat diketahui seberapa jauh kemampuan telah dimiliki oleh
individu yang belajar. Suatu hasil pengukuran atau penilaian untuk menentukan suatu
keberhasilan peserta didik, hasil penilaian atau pengukuran tersebut dibandingkat dengan
patokan penilaian yang telah ditetapkan sebelumnya.

A. Ilustrasi Organisasi Lembaga Pendidikan Indonesia

Organisasi Lembaga Pendidikan Sesudah pemberlakuan UU.22/1999

Keterangan :
1. Pemerintah Pusat sebagai pengarah, Pembina dan penentu kebijakan nasional bidang
pendidikan
2. PEmerintah Propinsi sebagai Pembina dan coordinator penyelenggara pendidikan
lintas kabupaten / kota
3. Pemerintah Kabupaten/kota bertanggung jawab penuh didalam penyelenggaraan
pendidikan sesuai dengan arah kebijakan, standar nasional dan kebutuhan lokal. Nama
instansi tidak selalu sama, sesuai dengan Struktru Organisasi dan Tetakerja
pemerintah daerah setempat.
4.
Dapat dilihat dari struktur yang ada bahwa paradigma desentralisasi telah mewarnai system
pendidikan nasional telah di undangkan.

PENUTUP
Dari penulisan ringkas di atas dengan melihat latar belakang dan pembahasan
masalah, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahwa tujuannya antara lain adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyaraat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat
menerapkan, mengembangkan, memperkya khanazah ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian, serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional
2. Diharapkan adanya agen-agen yang mampu merubah kondisi negeri ini dari keterpurukan
nasional, tentunya hal ini juga diperlukan adanya langkah nyata serta bantuan baik moril
ataupun materil dari pemerintah maupun masyarakat terhadap semua undang-undang
yang telah dicanagkan agar bisa terlaksan dengan sempurna.
Walaupun dari beberapa undang-undang yang telah di tetapkan oleh pemerintah tidak
luput dari kritik dari beberapa tokoh liberal karena negara telah memasukan pemahasan-
pembahasan agama kedalam undang-undang yang berpotensi menumbuhkan gesekan
antar agama.
Tentunya sebagai bangsa yang menjunjung tinggi agama haruslah mengangap bahwa hal
itu hanya sebagai salah satu koreksi ke arah yang lebih baik atas peran lembaga
pendidikan di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu & Uhbiyati Nur.ilmu pendidikan.Rumka cipta. 2002 jakarta.cet.2
Depdikbud, Akta V Buku III A. Psikologi Pendidikan. Jakarta, 1985/1986.
--------------- Akta V Buku III D. Penilaian Dalam Pendidikan. Jakarta. 1984/1985.
--------------- Akta V modul 16. Evaluasi hasil Belajar. Jakarta. 1984/1985.
Elrahma Iche. Penilain Acuan Normatif dan Acuan Patokan. Diakses dari
http://icheelrahma.blogspot.com pada tanggal 19 Oktober 2010
Hamalik Oemar. perencanaan pegajaran berdasarkan pendekatan sistem.Bumi aksara.2005
jakarta
Hasri, S. 2002. Budaya Organisasi perguruan Tinggi, Studi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
“Abdi Bangsa Indonesia”. Desertasi.Universitas Negeri Malang.
Hidayati Lina. Penilaian Acuan Normatif. Diakses dari http://lina-hidayati.blogspot.com pada
17 Oktober 2010
Key, S. 1999. Organizational Ethical Culture: Real or Imagined? Jurnal of businnes ethics,
20: 217-225.
Ouchi, W.G. 1981.Theori Z. New York: Addison-Wesley.

You might also like