Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas akhir dari mata
kuliah Mechanical Design.
Tugas ini diperlukan sebagai evaluasi akhir dari teori – teori mata kuliah
Mechanical Design yang telah diberikan. Dengan begitu mahasiswa dapat
mengetahui secara langsung aplikasinya di lapangan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan, diantaranya dosen
pembimbing kami, Pak Jos Istianto, dan pihak lain yang tak dapat kami sebutkan
satu persatu.
Semoga isi makalah ini dapat berguna bagi pembaca dalam memberikan
informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan Perancangan Mekanikal. Terima
kasih.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penyusunan
1.2 Ruang Lingkup Masalah
1.3 Metode Pengumpulan Data
1.4 Data dan Asumsi
Lampiran
Daftar Pustaka
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2 Ruang Lingkup Masalah
Pada makalah yang kami susun ini pembahasan dititik beratkan pada
permasalahan yang terdapat pada sepeda motor yang berjenis Honda Sport 160cc
( Mega Pro ). Kemudian dari sepeda motor Honda sport tersebut, pembahasan
kami titikberatkan pada perhitungan tiga komponen yang terdapat pada roda
belakang sepeda motor Honda Mega Pro. Ketiga komponen yang kami bahas
adalah poros ( shaft ), Rantai ( chain ), dan juga bantalan ( bearing ). Kemudian
dari dari poros (shaft) dilakukan perhitungan mengenai gaya-gaya yang bekerja
dengan beberapa kondisi asumsi, jenis material yang dipakai sebagai bahan poros,
momen aksial, dan beberapa perhitungan yang lainnya. Pada rantai (chain)
dilakukan perhitungan mengenai kecepatan sudut pada sprocket, perbandingan
variasi kecepatan, dan juga pemilihan rantai rol. Kemudian pada bearing
dilakukan perhitungan mengenai masa pakai bearing, beban dinamik, serta faktor
kecepatan.
4
( iii ) Metode polling. Metode ini kami lakukan dalam memperoleh data berat
rata-rata dari tiap orang yang nantinya dipakai untuk perhitungan beban
sepeda motor.
Spesifikasi Teknis
Panjang X lebar X tinggi 2.033 x 754 x 1.062 mm
Jarak sumbu roda 1.281 mm
Jarak terendah ke tanah 149 mm
Berat kosong 114 kg
Tipe rangka Pola Berlian
Tipe suspensi depan Teleskopik
Lengan ayun dan peredam kejut dapat disetel pada 5
Tipe suspensi belakang
posisi
Ukuran ban depan 2,75 - 18 - 42P
Ukuran ban belakang 3,00 - 18 - 47P
Rem depan Tipe cakram hidrolik, dengan piston ganda
Rem belakang Tromol
Kapasitas tangki bahan bakar 12,4 liter (cadangan 2,3 liter)
Tipe mesin 4 Langkah OHC, pendinginan udara
Diameter x langkah 63,5 x 49,5 mm
Volume langkah 156,7 cc
Perbandingan kompresi 9,0 : 1
Daya maksimum 13,8 PS / 8.500 RPM
Torsi maksimum 1,3 kgf.m / 6.500 RPM
Kapasitas minyak pelumas mesin 0,9 liter pada penggantian periodik
Kopling Manual, tipe basah dan pelat majemuk
Gigi transmsi 5 kecepatan, bertautan tetap
Pola pengoperan gigi 1-N-2-3-4-5
Starter Pedal dan elektrik
Aki 12 V - 5 Ah
Busi ND X 24 EP-U9 / NGK DP8EA-9
Sistem pengapian CDI-DC, Baterai
Jenis rantai mesin Silent chain
51,4 km / liter pada kecepatan 50 km/jam (standard
Konsumsi bahan bakar
pabrik)
Sumber : www.astra-honda.com
5
Simplifikasi dilakukan dengan menganggap motor sebagai suatu rigid body
yang ditopang oleh roda sebagai tumpuan.
Front
Front
Dalam perancangan poros roda belakang diambil kondisi ekstrim pada saat
roda motor depan terangkat sebesar 45º sehingga motor hanya bertumpu pada roda
belakang.
Dalam perhitungan, kami mengasumsikan bahwa sepeda motor sedang
dinaiki oleh dua orang yang beratnya masing-masing adalah 60 kg (data didapat
dari hasil poling terhadap 20 orang penghuni asrama UI Depok).
6
Dalam perhitungan beban yang mengenai poros, berasal dari besarnya reaksi
tumpuan yang ada pada roda akibat beban motor (berat kosong motor ditambah
berat bahan bakar) dan beban penumpang. Nilai reaksi tumpuan ini kemudian
dikalikan dengan sudut kemiringan motor dan kemiringan shock-absorber
sehingga dihasilkan beban pada shock-absorber. Beban inilah yang kemudian
dibagi menjadi dua sebagai beban yang mengenai poros. Karena shock-absorber
memiliki kemiringan terhadap poros, maka gaya/beban ini diuraikan dalam arah x
dan y.
Dalam penghitungan bearing, beban maksimal yang digunakan adalah
resultan dari reaksi tumpuan terbesar yang dihasilkan pada perhitungan
sebelumnya. Bearing hanya dihitung untuk bearing yang terkena gaya yang
terbesar saja. Pemilihan bearing didasarkan pada katalog SKF.
Untuk perhitungan rantai, dipakai data sebagai berikut;
z1 = Jumlah gigi sproket kecil = 12
z2 = Jumlah gigi sproket besar = 44
ω1= Kecepatan sudut sproket kecil = Torsi maximum = 6.500 rpm
Jarak sumbu kedua sproket telah diketahui sebesar ≈ 530 mm.
7
BAB II DASAR TEORI
A. Poros (Shaft)
Poros (Shaft) merupakan salah satu elemen pada mesin yang berputar maupun
tetap(stationary) yang biasanya mempunyai bentuk silinder dengan penampang
melingkar (diameter) yang lebih kecil dari pada panjangnya dan merupakan tempat bagi
elemen lain ditempatkan (mounted) disana, seperti elemen transmisi daya; roda gigi
(gear), pulley, belt, rantai (chain), flywheels, sprocket dan juga bentalan bearing (laher).
Beban yang terjadi pada poros dapat berupa bending, tranverse, torsi, dan juga
beban axial (tarik-tekan).
Dalam mendesain poros, beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu faktor kekuatan
dengan menggunakan pandekatan yield atau fatigue sebagai kriterianya; defleksi; dan
juga critical speed dari poros yang akan kita disain.
8
yang lain harus didukung (ditumpu) oleh bearings. Untuk kepentingan desain, maka
bearing tersebut harus mampu menahan batas maximum dari bending yang terjadi pada
poros.
Desain poros kali ini, kelompok kami menghitung poros roda belakang dari
motor honda-MegaPro 160 cc dengan spesifikasi terlampir pada bagian perhitungan
poros. Poros pada roda belakang ini hanya berfungsi untuk menahan beban yang terjadi
pada motor dan tidak mengalami perputaran. Atau dengan kata lain merupakan jenis
stationary shaft, sehingga tidak mengalami beban torsi, dan juga kami mengabaikan
critical speed.
Dalam melakukan perhitungan kali ini prosedur umum yang kami gunakan yaitu:
1. Membuat free body diagram dari model beban yang sudah disimplifikasi dari
keadaan real
2. Menggambar bending moment diagram dalam arah x-y dan x-z, dan mencari
resultan dari gaya tersebut yang terjadi pada seluruh bagian poros
Untuk perhitungan bending digunakan persamaan
Mc
x
I
Persamaan 2(persamaan 11.2 buku hamrock hal 428)
9
Selanjutnya dapat dihitung principal normal stress yang terjadi pada poros dengan :
2
2
1, 2 x x xy
2 2
persamaan 3(persamaan 11.7 buku hamrock hal. 428)
Poros biasanya terbuat dari baja batang yang ditarik dingin dan kemudian
dilakukan finishing agar mencapai kekuatan maksimum bahan, baja karbon
konstruksi mesin yang dihasilkan dari baja yang dioksidasikan dengan
ferrosilikon dan dicor; kadar karbonnya terjamin. Meskipun demikian, bahan
poros jenis ini masih dapat mengalami deformasi karena tegangan yang kurang
seimbang; misalnya jika diberi alur pasak. Tetapi permukaan dingin membuat
material bertambah keras dan kuat.
Poros yang digunakan untuk meneruskan putaran yang tinggi dan beban
yang berat umumnya dibuat dari baja paduan dengan pengerasan yang tahan
terhadap keausan. Sekalipun demikian pemakaian bahan poros dengan baja
paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika hanya karena alasan putaran tinggi
dan juga beban yang berat. Dalam hal seperti ini, perlu digunakan baja dengan
perlakuan panas yang sesuai untuk memperoleh kekuatan yang dibutuhkan.
10
Bahan yang ingin dicari tahu didapatkan dari besarnya yield strength
(Sy) dari bahan tersebut dan kemudian mencocokkan nilainya dengan nilai yang
terdapat di tabel material.
32ns
d3 M2 3 T2
S y 4
11
Tm : Torsi mean (rata-rata) (Nm)
Ta : Torsi alternating (Nm)
B. Bearing ( Ball Bearing )
Bearing adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran
atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secar halus, aman, dan mempunyai masa
pakai yang lama. Bearing harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen
mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bearing tidak berfungsi dengan baik maka
kinerja seluruh sistem juga akan menurun atau tak dapat bekerja dengan semestinya.
Jadi, bearing dalam permesinan dapat disamakan peranannya dengan pondasi pada
sebuah bangunan.
Klasifikasi Bearing
Bearing dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
(1). Atas dasar gerakan bearing terhadap poros
a. Bearing luncur. Pada bearing jenis ini terjadi gesekan luncur antara poros dan
bearing karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bearig dengan
perantaraan lapisan pelumas.
b. Bearing Gelinding (ball bearing). Pada bearing ini terjadi gesekan gelinding
antara bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti
bola, rol jarum, dan rol bulat.
(2) Atas dasar arah beban terhadap poros
a. Bearing radial. Arah beban yang ditumpu bearing ini adalah tegak lurus sumbu
poros.
b. Bearing aksial. Arah beban bearing ini sejajar dengan sumbu poros.
c. Bearing gelinding khusus. Bearing ini dapat menumpu beban yang arahnya
sejajar dan tegak lurus sumbu poros.
Pada tugas akhir ini akan menitikberatkan pada bearing gelinding ( ball bearing ).
12
akan membuat gerakan gelinding sehingga gesekan di antaranya akan jauh lebih kecil.
Untuk bola, ketelitian tinggi dalam bentuk dan ukuran merupakan keharusan. Karena
luas bidang kontak antara bola dengan cincinnya sangat kecil maka besarnya beban
persatuan luas atau tekanannya menjadi sangat tinggi. Dengan demikian bahan yang
dipakai harus mempunyai ketahanan dan kekerasan yang tinggi.
13
Lambang diameter luar 0 dan 1 menyatakan jenis beban sangat ringan; 2 jenis beban
ringan; 3 jenis beban sedang; dan 4 jenis beban berat.
Nomor diameter lubang dinyatakan dengan dua angka. Untuk bantalan yang
berdiameter 20-500 mm, kalikanlah dua angka lambang tersebut dengan 5 untuk
mendapatkan diameter lubang yang sebenarnya (dalam mm). Nomor tersebut bertingkat
dengan kenaikan sebesar 5mm tiap tingkatannya. Untuk diameter lubang dibawah
20mm, nomor 00 menyatakan 10mm; 01, 12mm; 15mm; dan 03,17mm diameter
lubang, Untuk diameter lubang dibawah 10mm, nomor tanda sama dengan diameter
lubangnya.
14
Setelah menjalani putaran tersebut, jika 90% dari jumlah bantalan tersebut tidak
menunjukkan kerusakan karena kelelahan oleh beban gelinding pada cincin atau elemen
gelindingnya, maka besarnya beban terse x 3.647 Dbut dinamakan kapasitas nominal
dinamis spesifik dan umur yang bersangkutan disebut umur nominal.
Jika bantalan membawa beban dalam keadaan diam dan pada titik kontak yang
menerima tegangan maksimim besarnya deformsi permanen pada elemen gelinding
ditambah besarnya deformasi cincin menjadi 0.0001 kali diameter elemen gelinding,
maka beban tersebut dinamakan kapasitas nominal statis spesifik. Kedua macam beban
diatas merupakan factor dasar yang pertama dalam pemilihan bantalan. Untuk
menghitung besarnya kapasitas nominal dinamis spesifik dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Untuk diameter bola kurang dari atau sama dengan 25.4 mm
C = fc( i cos )0 ,7 Z2/3Da1,8
15
Umur nominal L ( 90% dari jumlah sample, setelah berputar satu juta putaran,
tidak memperlihatkan kerusakan karena kelelahan gelinding ) dapat ditentukan sebagai
berikut:
Jika C (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan P (kg) beban ekivalen
dinamis, maka factor kecepatan fn adalah ;
1 .3
33.3
Untuk bantalan bola fn =
n
3 / 10
33.3
Untuk bantalan rol, fn =
n
Dengan bertambah panjangnya umur karena adanya perbaikan besar dalam mutu
bahan dan arena tuntutan keandalan yang lebih tinggi, maka bantalan modern
direncanakan dengan Lh yang dikalikan dengan factor koreksi. Jika Ln menyatakan
keandalan umur (100-n)(%), maka :
Ln = a1.a2.a3.Lh
Dimana :
a 1 = Faktor keandalan; a1 : 1 jika keandalan 90% dipakai seperti biasanya,
atau 0.21 bila keandalan 99% dipakai.
a2 = Faktor bahan. a2 : 1 untuk bahan bantalan yang dicairkan secara
terbuka, dan kurang lebih = 3 untuk baja bantalan de-gas hampa.
16
a3 = Faktor kerja. a3 = 1 untuk kondisi kerja normal, dan kurang dari satu
untuk hal-hal berikut :
Faktor Beban fw
1. Untuk putaran halus tanpa beban tumbukan (motor listrik)
Fw =1 – 1.1
Fw = 1.1 – 1.3
Fw = 1.2 – 1.5
Jika beban maksimum dapat ditetapkan, maka fw dapat diambil sama dengan 1.
Beban Rata-rata Pm
t1 n1 P1 p .... t n n n Pp np
Pm= p
(t1 ... t n )n m
nm = (t1n1+….+tnnn)/(t1+…+tn)
Jika frekuensi masing-masing putaran dinyatakan sebagai t1/∑t = 1, t2/∑t = 2,
dan seterusnya, maka :
17
Pm = p
1 P1 p ... n Pnp
Dimana p = 3 untuk bantalan bola, dan 10/3 untuk bantalan rol. Harga p = 3 diatas
diperoleh dari percobaan, sedangkan harga 10/3 ditetapkan atas dasar studi oleh banyak
peneliti.
Dipihak lain, rantai juga memiliki kekurangan, yaitu; variasi kecepatan yang tidak
dapat dihindari karena lintasan busur pada sprocket yang mengait mata rantai, suara dan
juga getaran yang ditimbulkan karena tumnukan antara mata rantai dan kaki-kaki
sprocket, dan juga perpanjangan rantai karena keausan pena dan bus yang diakibatkan
gesekan yang terjadi pada sprocket.
18
Pada umumnya rantai terbagi atas dua jenis; rantai rol (roler chain), dan rantai gigi
(gear chain). Pada perhitungan kali ini, kelompok kami melakukan perhitungan pada
rantai motor honda mega pro 160 cc yang merupakan bentuk roler chain rangkaian
tunggal. Rantai jenis ini biasanya dipakai bila diperlukan transmisi yang positif( tanpa
slip) dengan kecepatan mencapai 600 m/min, tanpa pembatasan bunyi dan juga harga
yang murah.
Pada roller chain ini sangat berhubungan dengan komponen sprocket. Sehingga
untuk menghitung panjang jarak pusat sprocket besar dengan sprocket kecil dapat
digunakan dengan data-data yang diperoleh pada roller chain. Kemudian begitu juga
sebaliknya, untuk menghitung panjang rantai (chain length) diperlukan data-data dari
sprocket. Panjang ranrai (chain length) dapat dihitung dengan rumus :
L 2Cd N1 N 2 ( N 2 N 1) 2
Pt Pt 2 Cd
4 2
Pt
dengan :
L = Chain length (m)
Cd = Center distance (m)
N1 = Jumlah gigi sprocket kecil
N2 = Jumlah gigi sprocket besar
Pt = Pitch
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kelicinan pada saat pengoperasian
roller chain, khususnya pada kecepatan yang tinggi adalah Chordal Rise yang dapat
dicari dengan rumus :
rc = r cos r
19
persamaan 18.23 buku hamrock hal 851
sehingga
180
∆r = r- rc = r ( 1- cos r ) = r [ 1 – cos ( )]
N
persamaan 18.24 buku hamrock hal 851
Kemudian dengan menggunakan hubungan antara sprocket dan roller chain dapat
dihitung jarak antara pusat sprocket besar (belakang) dengan pusat sprocket kecil (pada
mesin) atau biasa disebut Center Distance. Besarnya nilai center distance dapat dihitung
dengan rumus :
Cd B2
A A2
Pt 2
persamaan 18.23 buku hamrock hal 851
Dimana :
L N1 N 2
A=
Pt 2
N 2 N1
B=
2
Cd
Untuk mencari nilai center distance, pada umumnya direkomendasikan nilai berada
Pt
diantara 30 dan 50 pitch.
Kemudian pada rantai juga dapat diukur besarnya kecepatan dengan menggunakan
rumus :
N a1 D1
U1 = ;
12
N a1 Pt N
U1 =
12
Daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan sprocket pada rantai dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan
h pr h p a1 a 2
persamaan 18.32 buku hamrock hal 852
dengan :
hp : daya yang ditransmisikan (dapat dilihat pada tabel 18.11 buku hamrock hal 853)
a1 : service faktor (dapat dilihat pada tabel 18.12 buku hamrock hal 854)
a2 : multiple strand factor (dapat dilihat pada tabel 18.13 buku hamrock hal 854)
21
BAB III PERENCANAAN DAN PEMILIHAN
ELEMEN MESIN
30°
Gambar dari samping
Fy 480 N
30°
D
Fx
RCx C
Fy 480 N
RBx 30° B
RCy
A Fx
RBy
22
Fx = 480 Cos 60o
= 240 N Fx
Gaya-gaya yang Bekerja pada Poros dalam Arah y
415,692 N 415,692 N
A B C D
0,048 0,0605 0,052
F x 0
F y 0
Gaya-gaya Dalam
1). Ruas A-B ( 0 x 0,048 )
415,692 N V
A N
M
X
F x 0
F y 0
415,692 + V = 0
V = - 415,692 N
M X 0
23
415,692 x + M = 0
M = - 415,692 x
RBy M
Fx 0
F y 0
415,692 – 388,208 + V = 0
V = - 27,484N
M X 0
415,692 x – 388,208 ( x – 0,048 ) + M = 0
M = - 27,484 x -18,6339
F x 0
F y 0
24
415,692 x – 388,208 ( x – 0,048 ) – 443,176 ( x – 0,1085) + M = 0
M = 415,692 x – 66,7185
Diagram V dan M
Diagram V
1500
1000
500
-500
-1000
-1500
Diagram M
0 0 0
-10
-20
-30
-40
-50
-60
-70 -72.96
-80
-90
-94.17
-100
240 N 240 N
A B C D
0,048 0,0605 0,052
F x 0
F y 0
Gaya-gaya Dalam
1). Ruas A-B ( 0 x 0,048 )
240 N V
A N
M
X
F x 0
F y 0
240 + V = 0
V = - 240 N
M X 0
240 x + M = 0
M = -240 x
RBx M
26
x
F x 0
F y 0
240 – 224,133 + V = 0
V = - 15,867 N
M X 0
240 x – 224,133 ( x – 0,048 ) + M = 0
M = - 15,867 x – 10,75838
Fx 0
F y 0
Diagram V dan M
27
Diagram V
800
600
400
200
0
-200
-400
-600
-800
Diagram M
0 0 0
-5
-10
-15
-20
-25
-30
-35 -34.074
-40
-45 -43.966
-50
2 2
Mmax = Mx My
= 12,472 21,6162
= 47.077,99236
= 14,73 N.m
28
Berdasarkan tabel 1.1 dan 1.2 buku “ Fundamental of Machine Element”
karangan B.J Hamrock.
Nilai A : good alat-alat manufakturnya sudah modern, bahan pembuatnya
sudah teruji dengan baik.
B : fair pada saat pemakaian, tidak dapat mengatur berapa
beban yang ada.
C : fair analisa untuk beban dan stress telah dilakukan dengan
pengumpulan data yang benar.
→ nsx = 2,3
ns = nsx . nsy
= 2,3 . 1,5
= 3,45
Berdasarkan Pengukuran
d poros = 15 mm = 0,015 m
Mmax = 14,73 N.m
Dengan Menggunakan DET ( Distortion Energy Theory )
1
32ns 2 3 3
d poros M max T2
S 4
y
32n s 2 3
Sy M max T 2
d 3 4
323,45
= 14,732 3 02
0,0153 4
= 153.372.737,9 Pa
= 153,3727379 MPa
29
Berdasarkan Tabel Sifat-sifat bahan, bahan yang memiliki nilai Sy yang
mendekati nilai Sy di atas adalah Steel Alloy 4140 (AISI 4140/SCM 4)yang
dinormalisasi pada suhu 870º C yang mempunyai nilai Sy = 1570 MPa. Bahan
ini, menurut tabel 1.2 dalam buku “Dasar Perencanaan dan Pemilihan
Komponen Mesin” karangan Sularso merupakan salah satu bahan yang biasa
digunakan dalam pembuatan poros.
Principal Stress
max
M max y 14,73 7,5.10 3
waqa
I
64
15.10 3 4
= 44.455.866,06 Pa
= 44,45586606 MPa
Tc
max 0 T 0 (poros tidak mengalami beban torsi; T=0)
J
Principal Stress
2
max
1, 2 max max
2 2
2
44,45586606 44,4586606
0
2 2
= 22,22793303 ± 22,22793303
1 22,22793303 22,22793303 0 MPa
2 22,22793303 22,22793303 44,45586606 MPa
Defleksi
Untuk arah y
Persamaan momen untuk AB
M AB 141,25 x 105,45
1
y M AB dx
EI
1
= 141,25x 105,45dx
EI
30
1
= 70,625x 2 105,45x C1 dx
EI
1
=
EI
23,5417 x 3 52,275 x 2 C1 x C 2
Boundary Condition
y 0 x 0,08
y 0 x 0.23
Menghasilkan
C1 = 14,5155
C2 = -0,8358
Persamaan Defleksi pada AB untuk arah y
1
y
EI
23,5417 x 3 52,725 x 2 14,5155x 0,8358
Untuk arah x
Persamaan momen untuk AB
M AB 65,9496x 49,2424
1
y M AB dx
EI
1
=
EI 65,9496x 49,2424dx
1
= 32,9748x 2 49,2424 x C1 dx
EI
1
=
EI
10,9916 x 3 24,6212 x 2 C1 x C 2
Boundary Condition
y 0 x 0,08
y 0 x 0.23
Menghasilkan
C1 = 6,7788
C2 = -0,3904
31
Persamaan Defleksi pada AB untuk arah x
1
y
EI
10,9916 x 3 24,6212 x 2 6,7788x 0,3904
163,355.10 6.2,354.10 9
=
7,4.10 3
= 51,96 N.m
Asumsi kemiringan dari lubang/ gelombang jalan yang dilalui oleh motor
adalah 12º
Sehingga Momen Alternating (Ma) = Ma max . sin(12º)
= 51,96 . sin(12º)
= 10,803 Nm
Dengan Se = kf . ks . kr . Se’
32
kf = 0,2 Berdasarkan Grafik 7.7 buku “Fundamentals of Machine
Elements” karangan B.J Hamrock dkk.
-0,112
ks = 1,189(d) = 1,189(15)-0,112 = 0,8779
kr = 0,87 (asumsi kepercayaan 90%)
Se’ = 0,5.Sut = 860.106 Pa
Semua nilai di atas didapat dari Hamrock chapter 7 dan Tabel material, dan nilai
Sut dari bahan adalah 1720 MPa (Callister, Jr. William D.2003.Materials Science
and Engineering an Introduction 6th Edition.Utah : John Wiley & Sons, Inc.)
→ Se = kf . ks . kr . Se’
=0,2 . 0,8779 . 0,87 . 860 . 10 6
= 131,3 . 106 Pa
1
2 2 3
32.3,075 1570.10 6 3 Sy
d 6 51,96 6
1.10,803 0 K fs 0
1570.10
131,3.10 4 Se
= 0,01534 m
= 15,34 mm
1
2 2 3
32.3,075 1570.106 3 Sy
d 6 51,96 6
1.10,803 0 K fs 0
1570.10
130,935.10 4 Se
= 0,01536 m
= 15,36 mm
33
B. Perhitungan Bearing
Beban maksimal pada Bearing ; Fr = 1454,98 N
Fa = 0 N
Jari-jari roda belakang ; R = 30 cm
Kecepatan ; - untuk jalan lurus yang kondisinya baik ; v1 = 80 km/jam ; q1 = 0,4
- untuk jalanyang rusak ; v2 = 30 km/jam ; q2 = 0,3
- untuk tikungan ; v3 = 20 km/jam ; q3 = 0,3
(data didapat dari hasil poling 20 mahasiswa yang menggunakan sepeda motor)
Kecepatan sudut
2R v
1000
60 x1000 3600
v
2652,45
R
80
1 2652,45 707,355rpm
300
30
2 2652,45 265,258rpm
300
20
3 2652,45 176,839rpm
300
Faktor beban
fw1 = 1 → pada saat kerja halus, tanpa beban tumbukan
fw2 = 1,3 → pada saat kerja biasa
fw3 = 1,5 → untuk kerja dengan tumbukan
Berdasarkan Tabel 4.9 Buku “Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”,
karya Soelarso dan Kiyokatsu Suga.
34
V = 1,2 → Beban putar ada pada cincin luar dari bearing
Fa
X = 1 ; Y = 0 → nilai e , karena nilai Fa = 0
V .Fr
Beban ekivalen dinamis
Pr XVFr YFa . f w
Untuk bearing roda sepeda motor yang pemakaiannya tidak terus-menerus, menurut
Tabel 4.11 buku “Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin” karya Soelarso
dan Kiyokatsu Saga, mempunyai umur nominal sebesar 5000-15000 jam. Jadi,
bearing yang dipilih harus memiliki umur nominal yang lebih dari atau sama dengan
5000 jam.
Sebagai permisalan, dari katalog SKF dipilih Bearing dengan nomor 6302 yang
didasarkan pada diameter shaft yang besarnya 14,8 mm, sehingga didapatkan ;
C ( kapasitas nominal dinamis spesifik ) = 895 kg
C0 ( kapasitas nominal statis spesifik ) = 545 kg
35
Umur Nominal (Lh)
Faktor kecepatan (fn)
1 1
33,3 3 33,3 3
f n 0,4311
m 415,5711
Faktor umur (fh)
C 895
f h f n 0,4311 2,35
Pm 164,109
Umur nominal
3
Lh 500 f h
= 5002,35
3
= 6498,86 jam
Jadi, umur nominal dari bearing nomor 6203 lebih besar dari 5000 jam,
sehingga bearing tersebut dapat dipakai pada sepeda motor Honda MegaPro.
Dimensi dari bearing nomor 6203 berdasarkan katalog SKF ;
d b 15mm → diameter dalam
36
d 2 = Diameter Sproket besar
g r = Gear Ratio
d 2 1 z 2
gr ……..Buku Hamrock halaman 850
d 1 2 z1
N2 44
gr = = = 3,667
N1 12
1
gr =
2
1 6.500rpm
2 = = = 1772, 56 rpm
gr 3,667
- Sproket kecil
v max vmin 1 cos( / z )
ε= =
vrata rata 2 sin( / z )
37
Makin besar jumlah gigi sproket, makin kecil perbandingan variasi
kecepatannya, yang berarti makin halus jalannya.
4. Momen rencana
T1 = 9,74 x 10 5 x (Pd/ ω1)
= 9,74 x 10 5 x (12,17/6500) = 1.823,62 Kg.mm
T2 = 9,74 x 10 5 x (Pd/ ω2)
= 9,74 x 10 5 x (12,17/1772,56) = 6.978,49 Kg.mm
5. Bahan Poros SCM4 , dengan kekuatan tarik
σb = 100 Kg/mm2
38
Sf1= 6 (untuk S-C dengan pengaruh massa, dan baja paduan)
………Buku Soelarso halaman 8
Sf2= 1,3 (pengaruh konsentrasi tegangan akibat alur yang
diberikan, kecil)
100
τa = = 12,82 Kg/mm2
(6 x1,3)
Kt = 0,7
Cb = 1,7
6. Diameter poros
Sproket kecil :
5,1 5,1
d s1 = 3 K t C bT = 3 0,7.1,7.1.823,62 = 9,52 mm 10 mm
a 12,82
Sproket besar :
5,1 5,1
d s1 = 3 K t CbT = 3 0,7.1,7.6.978,49 = 14,89 mm 14 mm
a 12,82
8. Z2 = 44
- Sproket kecil
12,7
dp = = 49,07 mm
sin(180 / 12)
dk = (0,6 + cot(180/12))P = 55,02 mm
- Sproket besar
39
12,7
Dp = = 178 mm
sin(180 / 44)
Dk = (0,6 + cot(180/44))12,7 = 185,19 mm
1
2
z1 z 2 z1 z 2 2
Cp = L L ( z 2 z1 ) 2
4 2 2 9,86
1
2
12 44 12 44 2 2
= 112 112 ( 44 12)
4 2 2 9,86
= 41,68 = 42 pitch
40
17. Nomor rantai 40, rangkaian tunggal , 112 mata rantai.
Jumlah gigi sproket : 12 dan 44
Diameter poros sproket : ø 10 mm dan ø 14 mm
Jarak sumbu poros sproket : 529,33 mm
Pelumasan : Pelumasan tetes
BAB IV PENUTUP
Analisis
Dari perhitungan untuk nilai diameter poros sebenarnya dengan diameter poros
untuk beban dinamis terjadi perbedaan. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan karena
nilai momen alternating yang ”mungkin” tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
Pada perhitungan principal stress dengan FEM (Ansys) dihasilkan nilai maksimal
41
sebesar 416.668 MPa. Nilai ini juga berbeda dengan nilai yang dihasilkan dengan
perhitungan manual. Perbedaan ini disebabkan karena adanya stress-concentration di
titik beban sebagai akibat pemberian beban dilakukan pada satu titik.
Untuk bearing dipilih bearing yang sesuai dengan bearing sebenarnya yaitu
bearing dengan nomor 6302 yang berjenis single-row, deep-groove ball bearings dengan
dimensi :
d b 15mm → diameter dalam
Jenis bearing ini mempunyai umur nominal Lh = 6498,86 jam yang masuk dalam range
untuk bearing dengan pemakaian tidak terus-menerus yaitu 5.000 sampai 15.000 jam.
Untuk chain dipilih rantai dengan spesifikasi;
Nomor rantai 40, rangkaian tunggal , 112 mata rantai.
Jumlah gigi sproket : 12 dan 44
Diameter poros pada sproket : ø 10 mm dan ø 14 mm
Jarak sumbu poros sproket : 529,33 mm
Pelumasan : Pelumasan tetes
Yang didasarkan pada tata cara pemilihan rantai dari buku Soelarso.
Kesimpulan
Dari perhitungan yang telah dilakukan dihasilkan ;
1. Untuk poros
Diameter untuk beban statis ; d = 14,8mm
Diameter untuk beban dinamis ; d min= 15,36mm
Bahan poros adalah Steel Alloy 4140 (AISI 4140/SCM 4)
Principal Stress ; 326,71MPa
Defleksi
Persamaan Defleksi pada AB untuk arah y
1
y
EI
23,5417 x 3 52,725 x 2 14,5155x 0,8358
42
Persamaan Defleksi pada AB untuk arah x
1
y
EI
10,9916 x 3 24,6212 x 2 6,7788x 0,3904
2. Untuk Bearing; dipilih berdasarkan katalog SKF, bearing dengan nomor 6302 yang
berjenis single-row, deep-groove ball bearings dengan dimensi :
d b 15mm → diameter dalam
43
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 1 dan 2 merupakan hasil dari FEM ( Ansys ) yang menunjukkan nilai 1 st
Principal Stress dari poros.
44
Gambar 3
Menunjukkan deformasi dari poros. Ternyata pada poros tidak terjadi perubahan
bentuk yang signifikan terhadap adanya beban.
45
Daftar Pustaka
46