Professional Documents
Culture Documents
Prinsip dakwah Rasulullah saw dapat diturunkan dari fase atau pembabakan kehidup
an Muhammad saw. Banyak ahli yang merumuskan kehidupan Rasulullah dalam beberap
a fase, yakni fase pertama Muhammad saw sebagai pedagang, fase kedua Muhammad sa
w sebagai nabi dan rasul. Kedua fase ini berlangsung dalam periode Mekah. Fase k
etiga Muhammad saw sebagai politisi dan negarawan, dan fase keempat Muhammad saw
sebagai pembebas. Fase ketiga dan keempat berlangsung dalam periode Madinah.
Dari keempat fase tersebut, terlihat bahwa perjuangan Rasululllah saw dalam mene
gakan amanat risalahnya, mengalami perkembangan dan peningkatan yang cukup penti
ng, strategis, dan sistimatis, menuju keberhasilan dan kemenangan yang gemilang,
terutama dengan terbentuknya masyarakat muslim di Madinah dan terjadinya futuh
Mekah. Juga sebagai dasar bagi perkembangan dan perjuangan untuk menegakan dan m
enyebarkan ajaran Islam ke segala penjuru dunia.
Dilihat dari langkah-langkah dan sudut pandang pengembangan dan pembangunan masy
arakat, terdapat tiga posisi penting fungsi Rasulullah saw sebagai figur pemimpi
n umat, yakni: Pertama, Rasulullah saw sebagai peneliti masyarakat, kedua, Rasul
ullah saw sebagai pendidik masyarakat, ketiga Rasulullah saw sebagai negarawan d
an pembangun masyarakat.
Rasulullah saw sebagai peneliti masyarakat, berlangsung ketika beliau menjadi pe
dagang. Ketika itu beliau sering kali melakukan perjalanan ribuan mil ke sebelah
utara jazirah Arab. Dalam perjalannya, Rasulullah saw berhubungan dengan berbag
ai ragam orang dari berbagai bangsa, suku, agama, bahasa, tradisi, dan kebudayaa
n, dengan bermacam watak dan sifatnya. Beliau berinteraksi dan berkomunikasi den
gan berbagai agama dan kepercayaan yang dianut; yaitu Yahudi, Nasrani, Majusi, d
an orang-orang Romawi.
Dalam perjalannya ini, beliau mengadakan fact-finding, (menghimpun data dan fakt
a) mengenai berbagai aspek hidup dan kehidupan berbagai bangsa. Hal ini menjadi
pengalaman dan pengetahuan beliau tentang geografis, sosiologis, etnografis, rel
igius, psikologis, antropologis, karakter dan watak dari berbagai bangsa. Pengea
huan tentang situasi dan kondisi ini sangat bermanfaat dalam menentukan taktik,
strategi, dan metode perjuangannya.
Dari data dan fakta yang menjadi pengetahuan dan pengalamannya itu, Rasulullah s
aw sering mengadakan tafakur (merenung), dan kadang-kadang berkhalwat, bersemedi
(tahannus) di suatu tempat sunyi yang terkenal dengan Gua Hira. Di tempat inila
h beliau mengolah, menganalisis, mengklarifikasi, dan mengambil kesimpulan yang
akan menjadi bahan pertimbangan dalam sikap, langkah, dan pendekatan strategi pe
rjuangan hidup dan kehidupannya. Objektivitas, akurasi, dan validitas hasil pene
litian dan perenungan itu tidak diragukan lagi karena beliau termasyhur sebagai
orang jujur (al-amin). Kesimpulan utama dari hasil penelitian dan perenungan ada
lah masyarakat Arab harus diselamatkan dari jurang kehancuran serta membangun l
andasan yang baru. Upaya kerja keras Rasulullah saw dalam mencari solusi dari ma
salah yang sedang dihadapinya itu, kemudian dijemput oleh hidayah ilahi dengan t
urunnya wahyu pertama, lima ayat surat al-alaq. Dengan ayat Al-Qur’an yang mulia i
nilah, dimulai kegiatan dakwah dan risalah Islamiyah yang ditugaskan kepada Muha
mmad Ibn Abdillah untuk disampaikan kepada segenap manusia, melalui pembinaan da
n pendidikan yang berdasarkan la ilaha illa al-llah (nilai dasar ketahuidan).
Dengan demikian, dari turunnya wahyu pertama ini, Rasulullah saw mulai berfungsi
sebagai pendidik dan pembimbing masyrakat (social educator), melalui perombakan
dan revolusi mental masyarakat Arab dari kebiasaan menyembah berhala yang meren
dahkan derajat kemanusiaan dan tidak menggunakan akal pikiran yan sehat, tidak m
emiliki peri kemanusiaan dan menghinakan kaum wanita dan sebagainya, menuju sika
p mental yang mengangkat derajat kemanusiaan yang penuh percaya diri dan hanya m
enyembah dan memohon perlindungan kepada Allah SWT.
Adapun sistim pembinaan dan pendidikan yang dikembangkan Rasulullah saw adalah s
istim kaderisasi dengan membina beberapa orang sahabat. Kemudian para sahabat in
i mengembangkan Islam ke berbagai penjuru dunia. Dimulai dari Khulafa Ar-Rasyidi
n, kemudian generasi berikutnya. Dimulai dari pembinaan dan kaderisasi di Mekah
yang agak terbatas, kemudian dikembangkan di Madinah dengan membentuk komunitas
muslim di tengah-tengah masyrakat Madinah yang cukup heterogen. Pembinaan dan pe
ndidikan di Mekah lebih dioerientasikan pada pembinaan ketauhidan sehingga ayat
Al-Qur’an yang turun dalam periode ini lebih ditekankan pada pembinaan akidah dan
ibadah. Ayat-ayat dan surat yang turun biasanya pendek-pendek dan diawalii ungka
pan “Ya ayyuha an-nasa”.
Adapun di Madinah, pembinaan yang dilakukan Rasulullah saw lebih banyak ditekank
an pada pembentukan masyarakat muslim di tengah-tengah masyarakat nonmuslim. Aya
t-ayat Al-Qur’an yang turun di periode ini lebih ditekankan pada masalah muamalah,
sistim kemasyarakatan, kenegaran, hubungan sosial, hubungan antaragama (toleran
si), ta’awun, ukhuwah, dan sebagainya. Ayat-ayat yang turun pada periode ini biasa
nya panjang-panjang dan diawali ungkapan “Ya ayyuha al-ladzina amanu”.
Pada peride Madinah ini, lahirlah suatu peristiwa yang monumental dan sangat pen
ting sebagai cermin bagi kehidupan beragama dan bermasyarakat di masa mendatang,
yakni terumuskannya suatu naskah perjanjian dan kerja sama antara kaum muslimin
dan masyarakat Madinah (nonmuslim), yang kemudian terkenal dengan sebutan Piaga
m Madinah
Di Madinah itulah Rasulullah saw mulai membangun sistim hukum, tatanan masyaraka
t, dan kenegaraan. Fungsi Rasulullah saw meningkat dari fungsi pendidik menjadi
negarawan pembangun masyarakat (community builder) atau pembangun Negara (state
builder). Di bawah pembinaan dan kepemimpinan Rasulullah saw, kota Madinah menja
di sebuah kota masyarakat yang beradab, sadar hukum, penuh toleran, bersikap sal
ing tolong menolong, dihiasi persaudaraan dan semangat kerja sama antara warga m
asyarakat. Gambaran masyarakat seperti itu, kemudian dikenal dengan sebutan masy
arakat madani.
Pada masa awal-awal perkembangan Islam, masyarakat Islam menampilkan diri sebaga
i masyarakat alternative, yang memberi warna tertentu pada kehidupan manusia. Ka
rakter yang paling penting yang ditampilkan oleh masyarakat Islam ketika itu ada
lah kedamaian dan kasih sayang.
Masyarakat model seperti ini tampil di tengah kehadiran Rasulullah saw, baik di
Mekah atau Madinah, yang banyak disebut sejarawan sebagai model masyarakat ideal
dalam level masyarakat Arab yang masih sangat sederhana. Sejumlah karakteristik
penting yang diperlihatkan masyarakat Islam pada masa Rasulullah saw ini, diant
aranya adalah: memiliki akidah yang kuat dan konsisten dalam beramal (berkarya).
Semua itu dipandu oleh kepemimpinan yang penuh wibawa.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa prinsip dakwah Rasulullah saw, y
aitu sebagai berikut:
1. Mengetahui medan (mad’u) melalui penelitian dan perenungan.
2. Melalui perncanaan pembinaan, pendidikan, dan pengembangan serta pembangun
an masyarakat.
3. Bertahap, diawali dengan cara diam-diam (marhalah sirriyah), kemudian cara
terbuka (marhalah alaniyyah). Diawali dari keluarga dan teman terdekat, kemudi
an masyarakat secara umum.
4. Melalui cara dan strategi hijrah, yakni menghindari siutasi yang negative
untuk menguasai suasana yang lebih positif.
5. Melalui syiar dan pranata Islam, antara lain melalui khotbah, adzan, iqama
h, dan shalat berjamaah, ta’awun, zakat, dan sebagainya.
6. Melalui musyawarah dan kerja sama, perjanjian dengan masyarakat sekitar, s
eperti dengan Bani Nadhir, Bani Quraidzah, dan Bani Qainuqa.
7. Melalui cara dan tindakan yang akomodatif, toleran, dan saling menghargai.
8. Melalui nilai-nilai kemanusiaan, kebebasan, dan demokratis.
9. Menggunakan bahasa kaumnya, melalui kadar kemampuan pemikiran masyarakat (
ala qadri uqulihim).
10. Melalui surat. Sebagaimana yang telah dikirim ke raja-raja berpengaruh pad
a waktu itu, seperti pada Heraklius.
11. Melalui uswah hasanah dan syuhada ala an-nas, dan melalui peringatan, doro
ngan dan motivasi (tarhib wa targhib).
12. Melalui Kelembutan dan pengampunan. Seperti pada peristiwa Fathul Mekah di
saksikan para pemimpin kafir Quraisy sambil memendam kemarahan dan kebencian. Be
gitu pula isi hati Fadhalah, yang begitu dalam kebenciaanya kepada Rasulullah se
hingga ingin membunuhnya. Tanpa ia duga, Rasulullah mengetahui suara hatinya ter
sebut. ketika ditegur dengan lembut, fadhalah menjadi ketakutan dan mencoba berb
ohong untuk membela diri. Tetapi Rasulullah tidak marah, bahkan melempar dengan
senyumnya. Seketika Fadhalah terpesona dengan reaksi orang yang hendak dibunuhny
atersebut. Ia yang berada dalam puncak ketakutan merasakan kelegaan luar biasa.
Tumbuh simpatinya dan kebenciannya mulai surut. Hatinya benar-benar berbalik ket
ika Rasulullah meletakan tangan kanan tepat di dadanya. Sentuhan fisik refleksi
dari kasih sayang Rasulullah ini benar-benar mengharubiru perasaan Fadhalah. Ked
engkian dan kebenciaan berubah menjadi kecintaan yang mendalam.