You are on page 1of 37

Daftar isi

Daftar isi .......................................................................................................................................i


Prakata........................................................................................................................................ ii
Pendahuluan .............................................................................................................................. iii
1 Ruang lingkup........................................................................................................................1
2 Acuan normatif ......................................................................................................................1
3 Istilah dan definisi ..................................................................................................................1
4 Ketentuan ..............................................................................................................................4
5 Peran masyarakat................................................................................................................26
6 Tata cara pelaksanaan ........................................................................................................27
Lampiran A ................................................................................................................................29
Lampiran B ................................................................................................................................30
Lampiran C................................................................................................................................31
Lampiran D................................................................................................................................32
Bibliografi...................................................................................................................................33

BACK Daftar
i RSNI 2005
Prakata

Penyusunan Pedoman Penataan Ruang Kawasan Reklamasi Pantai dipersiapkan oleh Panitia
Teknik Standarisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan melalui Gugus Kerja Bidang Penataan
Ruang Permukiman pada Sub Panitia Teknik Standarisasi Bidang Permukiman. Pedoman ini
diprakarsai oleh Direktorat Penataan Ruang Nasional, Direktorat Jenderal Penataan Ruang,
Departemen Pekerjaan Umum.
Penulisan ini mengikuti Pedoman Badan Standarisasi Nasional (BSN) No. 8 Tahun 2000 melalui
proses pembahasan dan mekanisme yang berlaku sesuai BSN No. 9 Tahun 2000. Dalam
proses pembahasannya telah melibatkan narasumber, pakar dari Perguruan Tinggi, Asosiasi
Profesi, Direktorat Teknis di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum, Departemen/Instansi
terkait lainnya serta Pemerintah Daerah.
Pedoman ini akan melengkapi ketentuan, acuan dan pedoman yang telah ada untuk
meningkatkan kualitas penataan ruang di kawasan reklamasi pantai, sehingga Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota dapat melaksanakan penataan ruang di kawasan reklamasi pantai
yang sesuai dengan RTRW-nya masing-masing.

BACK Daftar
ii RSNI 2005
Pendahuluan

Kawasan kota di tepi pantai cenderung mengalami perubahan yang cukup pesat, sehingga
menimbulkan berbagai masalah seperti meningkatnya kebutuhan lahan untuk perumahan,
industri, perdagangan dan jasa, pelabuhan, pergudangan, wisata bahari, maupun sarana dan
prasarana, sehingga perlu dilakukan perluasan melalui reklamasi pantai.

Kawasan reklamasi pantai merupakan kawasan hasil perluasan daerah pesisir pantai melalui
rekayasa teknis untuk pengembangan kawasan baru. Kawasan reklamasi pantai termasuk
dalam kategori kawasan yang terletak di tepi pantai, dimana pertumbuhan dan
perkembangannya baik secara sosial, ekonomi, dan fisik sangat dipengaruhi oleh badan air laut.
Pesatnya pertumbuhan dan perkembangan kota-kota di tepi pantai akan berimbas pada daerah
sekitarnya termasuk kawasan reklamasi pantai sebagai perluasan kota tersebut. Hal ini tentu
saja akan menimbulkan berbagai persoalan kompleks sehingga diperlukan pengaturan terhadap
kawasan reklamasi pantai dimaksud. Dalam rangka menata pembangunan kawasan reklamasi
pantai diperlukan suatu pedoman teknis yang operasional bagi pemerintah, masyarakat dan
swasta dalam penyelenggaraan penataan ruang di kawasan reklamasi pantai.

Pedoman Penataan Ruang Kawasan Reklamasi Pantai ini disusun dalam rangka melengkapi
norma, standar, pedoman, dan manual (NSPM) bidang penataan ruang yang sudah ada.
Pedoman ini menjelaskan lebih lanjut Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan
Perkotaan khususnya kawasan-kawasan yang berada di tepi pantai. Pedoman ini digunakan
pada ketiga tahapan penataan ruang baik perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang maupun
pengendalian pemanfaatan ruang.

Pedoman ini mencakup antara lain ketentuan tentang persyaratan, perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, pengendalian pemanfaatan ruang, peran masyarakat, dan tata cara
pelaksanaan penataan ruang di kawasan reklamasi pantai.

Pedoman ini diharapkan bermanfaat bagi :


a) Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota : sebagai acuan dalam penyelenggaraan penataan
ruang di daerah;
b) Stakeholder lain: sebagai acuan dalam menentukan lokasi dan besaran kegiatan
pemanfaatan ruang termasuk investasi.

BACK Daftar
iii RSNI 2005
Penataan ruang kawasan reklamasi pantai

1 Ruang lingkup

Pedoman ini mencakup ketentuan tentang persyaratan, perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, pengendalian pemanfaatan ruang, peran masyarakat, dan tata cara pelaksanaan
penataan ruang di
kawasan reklamasi pantai. Pedoman ini diperuntukkan bagi penyusunan penataan ruang
kawasan reklamasi pantai di perkotaan, baik yang akan maupun yang sudah direklamasi.
Deliniasi ruang kawasan reklamasi pantai ditunjukkan pada Lampiran A, sedangkan definisi
potongan pantai ditunjukkan pada Lampiran B.

2 Acuan normatif

SNI 03-6981-2004, Tata cara perencanaan lingkungan perumahan sederhana tidak bersusun di
daerah perkotaan.
Undang-Undang R.I No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
Peraturan Pemerintah R.I No. 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Serta
Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang.
Keputusan Menteri Kimpraswil No. 327/KPTS/M/2002 tentang Penetapan Enam Pedoman
Bidang Penataan Ruang, Lampiran V : Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan
Perkotaan.
Keputusan Menteri PU No. 269/KPTS/M/2006 tentang Pedoman Pengendalian Pemanfaatan
Ruang Kawasan Perkotaan dan Pedoman Pemanfaatan Tepi Pantai di Kawasan Perkotaan.

3 Istilah dan definisi

3.1
abrasi
pengikisan pantai oleh hantaman gelombang laut yang menyebabkan berkurangnya areal
daratan

3.2
backshore
bagian pantai yang berada di lokasi paling tinggi, di atas rerata muka air

3.3
dune
bukit pasir yang berada di sepanjang garis pantai yang dapat berfungsi sebagai proteksi natural
terhadap pengaruh angin dan abrasi

3.4
elemen-elemen pantai
potensi alam/pantai yang perlu dikembangkan sekaligus dikonservasi, contoh : pasir, hutan,
flora dan fauna air, mangrove, tebing/bibir pantai, kontur, keteduhan, matahari, langit dan
panorama
BACK
Daftar
1 dari 34 RSNI 2005
3.5
garis pantai
batas pertemuan antara bagian laut dan daratan pada saat terjadi air laut pasang tertinggi

3.6
garis sempadan bangunan (GSB)
batas persil yang tidak boleh didirikan bangunan dan diukur dari dinding terluar bangunan
terhadap batas tepi rencana jalan, batas rencana sungai, batas tepi rencana pantai, rencana
saluran infrastruktur, batas jaringan listrik tegangan tinggi, batas tepi rel KA, garis sempadan
mata air, garis sempadan aproad landing, garis sempadan telekomunikasi

3.7
garis sempadan pantai (GSP)
jarak bebas atau batas wilayah pantai yang tidak boleh dimanfaatkan untuk lahan budidaya atau
untuk didirikan bangunan. GSP diukur dari titik pasang tertinggi.

3.8
garis sempadan sungai ( GSS )
jarak bebas atau batas wilayah sungai yang tidak boleh dimanfaatkan untuk lahan budidaya
atau untuk didirikan bangunan. GSS diukur dari garis bibir sungai.

3.9
kawasan budidaya
kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan

3.10
kawasan lindung
kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan

3.11
kawasan perkotaan
kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi

3.12
kawasan reklamasi pantai
kawasan hasil perluasan daerah pesisir pantai melalui rekayasa teknis untuk pengembangan
kawasan baru
3.13
kawasan tepi pantai
kawasan dari suatu perkotaan dimana daratan dan air bertemu, dan meliputi kegiatan atau
bangunan yang secara fisik, sosial, ekonomi dan budaya dipengaruhi oleh karakteristik badan
air laut
3.14
kawasan yang akan direklamasi
kawasan pantai yang mempunyai potensi untuk direklamasi dan berdasarkan studi kelayakan,
kebijakan kota, masterplan atau perencanaan, terpilih untuk direklamasi menjadi kawasan baru
BACK
Daftar
2 dari 34 RSNI 2005
3.15
kemudahan publik
aksesibilitas dan kemudahan dalam menikmati fasilitas publik berupa panorama, ruang terbuka
publik (laut, pantai dan hijau)

3.16
koefisien dasar bangunan ( KDB )
luas lantai dasar dibagi luas lahan kawasan

3.17
koefisien lantai bangunan ( KLB )
luas bangunan kotor dibagi luas lahan kawasan

3.18
koefisien dasar hijau ( KDH )
pengaturan penyediaan ruang terbuka baik ruang terbuka publik dan hijau di kawasan reklamasi
pantai

3.19
offshore
bagian pantai yang terletak di luar daerah gelombang pecah (breaker zone)

3.20
pasang surut
gelombang yang dibangkitkan oleh adanya interaksi antara laut, matahari, dan bulan

3.21
panorama pantai
potensi elemen-elemen natural pantai berupa pemandangan yang dapat direpresentasikan
kembali melalui kreativitas proses penggalian, perancangan dan pengemasan potensi
alam/pantai/laut menjadi variabel-variabel yang berpengaruh dalami proses rencana tata ruang
kawasan secara signifikan

3.22
pemanfaatan ruang
rangkaian program kegiatan pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan ruang menurut
jangka waktu yang ditetapkan di dalam rencana tata ruang

3.23
penataan ruang
proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang

3.24
pengendalian pemanfaatan ruang
pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan
penertiban
3.25
perencanaan tata ruang
proses dan prosedur penyusunan serta penetapan rencana tata ruang berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku

BACK
Daftar
3 dari 34 RSNI 2005
3.26
reklamasi pantai
kegiatan perluasan daerah pesisir pantai dengan cara menambahkan material ke daerah yang
akan diperluas ataupun dengan membuat dinding laut kemudian mengeringkan daerah yang
akan diperluas sehingga terbentuk daerah pesisir pantai baru

3.27
rencana tata ruang
hasil perencanaan tata ruang

3.28
ruang
wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan
wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara
kelangsungan hidupnya

3.29
ruang terbuka milik privat
ruang terbuka yang terdapat pada lahan milik perorangan atau pengembang.

3.30
ruang terbuka milik publik
ruang terbuka yang terdapat pada lahan milik publik baik berupa taman, lapangan olah raga atau
ruang terbuka lainnya yang dapat diakses dan dimanfaatkan oleh publik tanpa batasan ruang,
waktu dan biaya

3.31
sempadan pantai
kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi pantai

3.32
tata ruang
wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak

4 Ketentuan

4.1 Ketentuan umum

4.1.1 Persyaratan kawasan reklamasi pantai

Reklamasi pantai dapat dilakukan dengan memperhatikan kriteria berikut :


a) Merupakan kebutuhan pengembangan kawasan budidaya yang telah ada di sisi daratan.
b) Merupakan bagian wilayah dari kawasan perkotaan yang cukup padat dan membutuhkan
pengembangan wilayah daratan untuk mengakomodasikan kebutuhan yang ada.
c) Berada di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari kawasan lindung atau
taman nasional, cagar alam, dan suaka margasatwa.
d) Bukan merupakan kawasan yang berbatasan atau dijadikan acuan batas wilayah dengan
daerah/negara lain.

BACK
Daftar
4 dari 34 RSNI 2005
Penataan ruang kawasan reklamasi pantai dapat dilakukan bila suatu daerah sudah memenuhi
hal-hal sebagai berikut :
a) Memiliki RTRW yang sudah ditetapkan dengan Perda yang mendeliniasi kawasan reklamasi
pantai atau dokumen perencanaan lain yang sudah ada;
b) Lokasi reklamasi sudah ditetapkan dengan SK Bupati/Walikota, baik yang akan direklamasi
maupun yang masih dalam proses dan sudah direklamasi;
c) Sudah ada studi kelayakan tentang pengembangan kawasan reklamasi pantai atau
kajian/kelayakan properti (studi investasi)
d) Sudah ada studi AMDAL kawasan maupun regional.

Penataan ruang kawasan reklamasi pantai secara umum mencakup kawasan lindung dan
kawasan budidaya, namun dominansi pemanfaatan ruangnya diperuntukkan untuk kawasan
budidaya. Kawasan lindung meliputi kawasan di sekitar sempadan sungai dan sempadan
pantai, kawasan ruang terbuka (publik dan hijau) serta kawasan lainnya yang dialokasikan untuk
perlindungan kawasan di bawahnya. Kawasan budidaya meliputi kawasan perumahan dan
permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan industri, kawasan pariwisata, kawasan
pelabuhan laut/penyeberangan, kawasan bandar udara, kawasan campuran dan kawasan
pendidikan. Faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam pemanfaatan ruang kawasan
budidaya adalah kawasan tersebut telah ditetapkan di dalam RTRW Kabupaten/Kota sebagai
kawasan budidaya.

4.1.2 Tipologi kawasan reklamasi pantai

Kawasan reklamasi pantai secara umum dapat dibagi dalam beberapa tipologi sebagai berikut :
a) Tipologi Reklamasi Pantai Berdasarkan Fungsi
Kawasan reklamasi pantai berdasarkan fungsi dikelompokkan atas:
1) Kawasan perumahan dan permukiman
2) Kawasan perdagangan dan jasa
3) Kawasan industri
4) Kawasan pariwisata
5) Kawasan ruang terbuka (publik, RTH lindung, RTH binaan, ruang terbuka tata air/biru)
6) Kawasan pelabuhan laut / penyeberangan
7) Kawasan bandar udara
8) Kawasan mixed-use
9) Kawasan pendidikan
b) Tipologi Kawasan Reklamasi Pantai Berdasarkan Luas
Kawasan reklamasi pantai berdasarkan luas dikelompokkan menjadi :
1) Reklamasi besar
Kawasan reklamasi dengan luasan lebih dari 500 Ha.
2) Reklamasi sedang
Kawasan reklamasi dengan luasan 100 Ha sampai dengan 500 Ha.
3) Reklamasi kecil
Kawasan reklamasi dengan luasan dibawah 100 Ha.
c) Tipologi Kawasan Reklamasi Berdasarkan Bentuk Fisik
1) Menyambung dengan daratan
Kawasan reklamasi ini berupa kawasan daratan lama yang berhubungan langsung
dengan daratan baru. Penerapan tipologi ini sebaiknya tidak dilakukan pada kawasan
dengan karakteristik khusus seperti :
a) Kawasan permukiman nelayan
b) Kawasan hutan mangrove
c) Kawasan hutan pantai
BACK
Daftar
5 dari 34 RSNI 2005
d) Kawasan perikanan tangkap
e) Kawasan terumbu karang, padang lamun, biota laut yang dilindungi
f) Kawasan larangan ( rawan bencana )
g) Kawasan taman laut
2) Terpisah dengan daratan
Kawasan reklamasi ini sebaiknya diterapkan pada kawasan-kawasan yang memiliki
karakteristik khusus seperti yang telah disebutkan di atas. Tipologi ini
memisahkan/enklave daratan lama yang berupa kawasan lindung/kawasan khusus
dengan kawasan daratan baru dengan tujuan :
a) Menjaga keseimbangan tata air yang ada
b) Menjaga kelestarian kawasan lindung (mangrove, pantai, hutan pantai)
c) Mencegah terjadinya dampak/konflik sosial
d) Menjaga dan menjauhkan kerusakan kawasan potensial (biota laut, perikanan,
minyak)
e) Menghindari kawasan rawan bencana
3) Gabungan 2 bentuk fisik (terpisah dan menyambung dengan daratan)
Tipologi reklamasi yang merupakan gabungan dua tipologi reklamasi yaitu gabungan
dari tipologi c.1 dan c.2.
Tipologi kawasan reklamasi pantai berdasarkan bentuk fisik ditunjukkan pada Lampiran C.

4.1.3 Pola sosial, budaya dan ekonomi kawasan

Tata ruang kawasan reklamasi pantai harus memperhatikan pola sosial, ekonomi dan budaya di
kawasan reklamasi, hal ini ditandai dengan :
a) Reklamasi pantai memberi dampak peralihan pada pola kegiatan sosial, budaya dan
ekonomi maupun habitat ruang perairan masyarakat sebelum direklamasi. Perubahan
terjadi harus menyesuaikan :
1) Peralihan fungsi kawasan dan pola pemanfaatan ruang kawasan.
2) Selanjutnya, perubahan di atas berimplikasi pada perubahan ”ketersediaan jenis
lapangan kerja baru” dan ”bentuk keragaman/diversifikasi usaha baru” yang ditawarkan.
b) Pola sosial, budaya, wisata dan ekonomi yang diakumulasi dalam “cultural, social, tourism
and economic path and nodes” kawasan reklamasi pantai memanfaatkan ruang
perairan/pantai.

4.1.4 Pola pergerakan, aksesibilitas dan transportasi

Perencanaan pola pergerakan, aksesibilitas dan transportasi kawasan reklamasi pantai adalah
sebagai berikut :
a) Pola pergerakan kendaraan di ruas-ruas jalan harus terintegrasi terhadap kerangka
utama/coastal road yang melintasi pantai/perairan agar publik dapat menikmati panorama
dan kenyamanan pantai.
b) Tata ruang kawasan reklamasi pantai harus menyediakan kanal-kanal dan atau ruang
perairan lain untuk aksesibilitas dan integrasi antara pusat kawasan dan sub-sub wilayah
kota.
c) Harus mudah diakses dan terintegrasi dengan sistem kota dari prasarana dan sarana di
perairan, darat dan udara.
d) Pola pergerakan dan transportasi darat dan perairan harus memiliki variasi integrasi dan
variasi transportasi berdasarkan konsep “ride and park system” di beberapa tematik
kawasan.
e) Perencanaan manajemen sistem transportasi dan kelengkapan sarana penunjang
transportasi.
BACK
Daftar
6 dari 34 RSNI 2005
4.1.5 Panorama dan kemudahan akses

Perencanaan panorama dan kemudahan akses kawasan reklamasi pantai adalah sebagai
berikut :
a) Memanfaatkan potensi elemen-elemen pantai untuk direpresentasikan kembali melalui
kreativitas proses penggalian, perancangan dan pengemasan potensi
alam/laut/pantai/perairan yang signifikan agar tercipta kemudahan dan kenyamanan publik.
b) Elemen-elemen pantai
1) Berupa potensi alam/pantai yang perlu dikembangkan sekaligus dikonservasi, misalnya
pasir, hutan, flora dan fauna air, mangrove, tebing/bibir pantai, kontur, peneduh, langit,
dan pemandangan/panorama.
2) Perwujudan kenyamanan pada elemen pantai melalui penciptaan :
(a) suasana hening
(b) panorama pantai yang signifikan
(c) desa yang alamiah
(d) kejernihan, riak dan gelombang air pantai
(e) bukit & lembah hijau yang dramatis
(f) rerimbunan hutan pantai
(g) bersihnya pasir
(h) birunya langit
(i) keteduhan di sekitar pantai

4.1.6 Kemudahan publik dan ruang publik

Untuk menjamin terwujudnya kemudahan publik di kawasan reklamasi pantai, perencanaan tata
ruang kawasan ini harus memperhatikan :
a) Tata letak bangunan yang figuratif dan garis ketinggian bangunan yang berhirarki untuk
menjaga kemudahan publik dalam menikmati panorama ruang pantai.
b) Keberadaan ruang publik yang dapat diakses, dimanfaatkan dan dinikmati secara mudah
dan bebas oleh publik tanpa batasan ruang, waktu dan biaya.

Kemudahan publik dan ruang publik pada kawasan reklamasi pantai ditunjukkan di Gambar 1.
Kemudahan publik hilang akibat
bangunan depan menghalangi
kemudahan bangunan di belakangnya
yang jauh lebih rendah dalam menikmati

Kemudahan publik terjaga

Gambar 1 Kemudahan publik dan ruang publik


BACK
Daftar
7 dari 34 RSNI 2005
4.2 Ketentuan teknis

4.2.1 Perencanaan tata ruang kawasan

Penyusunan rencana tata ruang kawasan reklamasi pantai meliputi penetapan struktur ruang
kawasan, pola pemanfaatan ruang kawasan, pengelolaan lingkungan, prasarana dan sarana,
serta fasilitas umum dan sosial.

4.2.1.1 Struktur ruang kawasan

Perencanaan struktur ruang kawasan reklamasi pantai disusun dengan memperhatikan:


a) Sumbu-sumbu tata ruang kawasan yang memanfaatkan elemen pantai/perairan sebagai
garis poros/as kawasan secara visual maupun konseptual.
b) Struktur ruang kawasan yang melewati di daerah paling tepi dari sekitar batas bibir pantai
dengan daratan harus dipertahankan menjadi wilayah publik yang dapat dinikmati oleh
masyarakat umum dengan mudah dimana wilayah Garis Sempadan Pantai (GSP) dapat
dimanfaatkan seperlunya untuk ruang-ruang terbuka.
c) Pola struktur ruang kawasan yang melewati ruang perairan/pantai dibuat sealamiah
mungkin (linier lurus atau linier lengkung) dengan mempertahankan morfologi dan elemen-
elemen ruang pantai yang ada.

4.2.1.2 Pola pemanfaatan ruang kawasan

Pola pemanfaatan ruang kawasan reklamasi pantai disusun dengan memperhatikan :


a) Keseimbangan antara rencana pemanfaatan lahan untuk fungsi budidaya dan lahan untuk
fungsi lindung dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber
daya alam dan sumber daya buatan.
b) Keseimbangan komposisi lahan pemanfaatan ruang antara ruang di daratan dengan
perairan/tata biru/pantai.
c) Peruntukan kawasan reklamasi pantai harus dimanfaatkan secara efektif, menghargai
signifikasi ruang perairan, ada kesinergisan pola pemanfaatan ruang kawasan budidaya
dengan lingkungan alami di sekitarnya.
d) Pola pemanfaatan ruang di sepanjang garis pantai yang merupakan wilayah Garis
Sempadan Pantai (GSP) harus diarahkan menjadi ruang publik (jalan tepian pantai atau
ruang terbuka) yang dapat diakses dan dinikmati publik.
e) Pola pemanfaatan ruang kawasan diarahkan untuk mengakumulasi beberapa fungsi
kawasan yang menghargai, menyatu dan memanfaatkan potensi pantai.

4.2.1.3 Pengelolaan lingkungan

Pengelolan lingkungan dalam penataan ruang kawasan reklamasi harus mempertimbangkan


aspek lingkungan terutama dalam hal penggunaan energi, sumber daya alam, pembukaan
lahan, penanganan limbah. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan dampak terhadap lingkungan.

4.2.1.4 Prasarana dan sarana

Jaringan dan sistem infrastruktur/prasarana sarana dasar (PSD) dirancang mengikuti pola
struktur ruang kawasan reklamasi. Rencana Induk Sistem (RIS) kawasan reklamasi pantai
tersebut harus terintegrasi dengan sistem kota.
a) Penyediaan jaringan jalan, jembatan dan transportasi

BACK
Daftar
8 dari 34 RSNI 2005
Prasarana dan sarana jalan dan transportasi meliputi jaringan jalan dan jembatan, terminal,
dan pelabuhan/dermaga yang dibutuhkan untuk menunjang aktivitas kawasan. Termasuk
dalam perencanaan tersebut adalah penyediaan sarana angkutan umum untuk penumpang
dan barang. Cara pengaturan jalan dan transportasi yang harus diperhatikan :
1) Kebutuhan transportasi dan pola pergerakan lalu lintas.
2) Jenis moda dan intensitas yang diperlukan.
3) Tingkat pelayanan dan fasilitas pelengkap yang dibutuhkan.
b) Penyediaan sistem drainase kawasan meliputi : saluran air hujan, saluran kolektor,
bangunan pengendali banjir, polder dan stasiun pompa.
c) Penyediaan jaringan prasarana pengairan (jaringan air bersih, pemadam kebakaran, air
kotor dan air baku untuk keperluan kawasan).
d) Penyediaan jaringan prasarana energi untuk menunjang kebutuhan tenaga listrik kawasan.
e) Penyediaan jaringan prasarana telekomunikasi untuk meningkatkan kemudahan Aktivitas
kawasan.
f) Penyediaan jaringan persampahan.

4.2.1.5 Fasilitas umum dan sosial

Fasilitas umum dan sosial di kawasan reklamasi pantai meliputi pendidikan, kesehatan,
perbelanjaan dan niaga, pemerintahan dan pelayanan umum, peribadatan, rekreasi,
kebudayaan, olahraga dan lapangan terbuka serta fasilitas penunjang kegiatan umum dan
sosial lainnya.
Besaran / standar penyediaan fasilitas umum dan sosial tersebut mengacu pada SNI 03-
6981-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan sederhana tidak bersusun di
daerah perkotaan.

4.2.2 Pemanfaatan ruang kawasan

Kriteria pemanfaatan ruang pada kawasan pantai yang sudah direklamasi berdasarkan:
a) UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung atau mengacu pada pedoman
pemanfaatan yang sudah ditetapkan di daerah masing-masing
b) Berdasarkan daya dukung lahan, fungsi utama kawasan, aspek nilai lahan, daya dukung
infrastruktur dan kemampuan pendanaannya
c) Perencanaan tersendiri/khusus yang disetujui dan atau disahkan oleh pemerintah kota
setempat

4.2.2.1 Pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung

4.2.2.1.1 Jenis pemanfaatan ruang

Secara umum jenis fungsi lindung yang dapat dikembangkan pada kawasan reklamasi pantai
meliputi :
a) Ruang terbuka publik
b) Ruang terbuka hijau lindung
c) Ruang terbuka hijau binaan
d) Ruang terbuka tata air

Ketentuan tentang persyaratan yang harus dipenuhi pada masing-masing jenis pemanfaatan
ruang adalah sesuai tercantum pada Tabel 1.

BACK
Daftar
9 dari 34 RSNI 2005
4.2.2.1.2 Intensitas bangunan

Ketentuan intensitas massa bangunan yang meliputi KDB, KLB, ketinggian bangunan, GSB,
KDH dan GSS/GSP untuk masing-masing jenis pemanfaatan ruang yang diatur adalah
sebagaimana tertera pada Tabel 2.
4.2.2.2 Pemanfaatan ruang untuk kawasan budidaya

4.2.2.2.1 Jenis pemanfaatan ruang

Untuk pemanfaatan ruang dengan fungsi budidaya yang dapat dikembangkan pada kawasan
reklamasi pantai meliputi :
a) Perumahan dan permukiman
b) Perdagangan dan jasa
c) Industri
d) Pariwisata
e) Pendidikan
f) Pelabuhan laut/penyeberangan
g) Bandar udara
h) Kawasan Campuran

Ketentuan tentang persyaratan yang harus dipenuhi pada masing-masing jenis pemanfaatan
ruang adalah sebagaimana tercantum pada Tabel 3.

4.2.2.2.2 Intensitas bangunan

Ketentuan intensitas massa bangunan yang meliputi KDB, KLB, ketinggian bangunan, GSB,
KDH dan GSS/GSP untuk masing-masing jenis pemanfaatan ruang yang diatur adalah
sebagaimana tertera pada Tabel 4.

Tabel 1 Persyaratan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung


di kawasan reklamasi pantai
Persyaratan
Pemanfaatan
Ruang Prasarana &
Proporsi/alokasi
sarana yang Aksesibilitas & transportasi
lahan
Jenis dibutuhkan
Pemanfaatan

a) Zona Ruang a) Ruang terbuka = a) Prasarana : a) Didukung dengan akses ke pusat


Terbuka 60% - 70% jaringan jalan, air pelayanan ke pusat perumahan dan
Publik b) Fasum dan bersih, drainase, permukiman, perdagangan dan jasa,
fasos/pendukung = sanitasi, pemadam niaga (pasar rakyat/art & craft shop),
10% kebakaran daerah tujuan wisata, mixed-use area,
b) Utilitas : jaringan keamanan kawasan dan pelayanan
c) Site development
kesehatan
(infrastruktur, listrik, telephone
dan gas b) Pengaturan transportasi :
taman/lansekap, (a) Didukung penyediaan kelengkap-an
ruang terbuka c) Sarana : pusat
prasarana transportasi dan kela-yakan
biru/waterscape, informasi, sistem transportasi darat dan perairan.
jalan & parkir umum) kesehatan,
(b) Penyediaan kelengkapan trans-
= 20% - 30% peribadatan,
portasi air skala lingkungan untuk ka-nal,
d) Ruang terbuka publik keamanan
sungai, creeks dan atau lagoon yang
dapat disediakan lingkungan, perabot
memadai, seperti dermaga ling-
pemerintah (public jalan (street
kungan/kolektif, pelantar, boat, kano,
domain) maupun furniture) dan jetty.
BACK
Daftar
10 dari 34 RSNI 2005
swasta/pengembang penandaan (c) Penyediaan kelengkapan trans-
(private domain portasi jalan yang memadai terminal,
dengan prosentase halte, pedestrian
pemanfaatan ruang = c) Harus menyediakan ruang dan mengatur
20% - 30% dari parkir dengan sistem:
kawasan (a) Kantong parkir
perencanaan (b) On street parking
(c) Inner court yard parking
(d) Back yard parking
b) Zona Ruang Ruang terbuka = 100 %
Terbuka Hijau
Lindung
c) Zona Ruang a) Jalan arteri
Terbuka Hijau sekunder/primer :
Binaan (1) Median jalan
= 1 – 3 meter
(2) Jalan
trotoar/bahu jalan =
1 – 2 meter
b) Jalan kolektor
sekunder/primer:
(1) Median jalan
= 1 – 2 meter
(2) Trotoar/bahu
jalan = 0,5–1 meter
d) Zona Ruang Ruang terbuka = 100 %
Terbuka Tata
Air

Tabel 2 Intensitas bangunan pada kawasan lindung di kawasan reklamasi pantai


Intensitas
bangunan KDH & B
Ketinggian (Pengaturan
KDB KLB GSB GSS / GSP
Bangunan Ruang
Jenis Terbuka)
Pemanfaatan
a) Zona Ruang KDB pendu- KLB pendu- pendukung (a) GSB depan (a) di darat = (a) GSS = ½ lebar
Terbuka kung ruang kung ruang ruang bangunan tiap 90 - 100 % badan sungai,
Publik terbuka publik terbuka publik terbuka unit bangunan (b) di laut = dimanfaatkan untuk
= 0 - 10 % =1 publik = 1 lt = ½ ROW jalan 100 % jalan inspeksi atau
umum di depan jalur hijau.
bangunan (b) GSP = 30 - 50
(b) GSB M dari titik pasang
samping tertinggi, atau GSP
bangunan = 0 (penanganan
pendukung rekayasa teknis /
ruang terbuka engineering harus
publik = profesional).
minimal 5 M (c) GSP yang besar
(c) GSB bisa dimanfaatkan
belakang untuk ruang publik,
bangunan tiap wisata pantai dan
unit bangunan atau green belt
perdagangan area.
dan jasa =
minimal 5 M

BACK
Daftar
11 dari 34 RSNI 2005
b) Zona Ruang
Terbuka Hijau 0% 0 0
Lindung
c) Zona Ruang
Terbuka Hijau 0% 0 0
Binaan
d) Zona Ruang
Terbuka Tata 0% 0 0
Air

Tabel 3 Persyaratan pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya


di kawasan reklamasi pantai

Kriteria
pemanfaatan
Prasarana &
Proporsi / alokasi Aksesibilitas &
sarana yang View & amenitas
lahan transportasi
Jenis dibutuhkan
Pemanfaatan
a) Kawasan 1) perumahan dan 1) Prasarana : 1) Pengaturan akses ke Didukung view dan
perumahan permukiman = jaringan jalan, air pusat pelayanan niaga, amenitas yang menarik
dan 50% - 60% bersih, drainase, jasa informasi, kegiatan melaui perencanaan :
permukiman 2) fasum dan sanitasi, budidaya (produksi) serta 1) Kawasan tepi
fasos = 10% pemadam lokasi tujuan industri air/pantai : dimana
3) site kebakaran. wisata alam (bila ada) konfigurasi sebagian
development 2) Utilitas : beserta prasarana dan bangunan diorientasikan
(infrastruktur, jaringan listrik, sarananya. ke ruang perairan
ruang terbuka jaringan informasi 2) Pengaturan sehingga sebagian
hijau/taman/lanse dan gas. transportasi : lingkungan permukiman
kap, ruang 3) Sarana : pasar (a) Didukung penyediaan dan perumahan secara
terbuka publik, rakyat, prasarana transportasi di eksklusif memiliki view
ruang terbuka pendidikan, wilayah perairan dan dan amenitas pantai
biru/waterscape, kesehatan, daratan. sekaligus menjadi bagian
jalan & parkir peribadatan, (b) Penyediaan wajah depan dari
umum) = 30% - pemerintahan, kelengkapan transportasi lingkungan perumahan
40% jasa, niaga dan air skala lingkungan pantai / sea front housing
keamanan. untuk kanal, sungai, (area).
creeks dan atau lagoon 2) Waterscape
yang memadai. 3) Landscape
(c) Penyediaan 4) Pelestarian potensi
kelengkapan transportasi lingkungan pantai.
jalan yang memadai.

BACK
Daftar
12 dari 34 RSNI 2005
b) Kawasan 1) perdagangan 1) Prasarana : 1) Didukung dengan Didukung view dan
perdagangan dan jasa = 60% - jaringan jalan, air akses ke pusat amenitas yang menarik
dan jasa 70% bersih, drainase, pelayanan niaga, jasa dengan melaui
2) fasum dan sanitasi, informasi, dan kegiatan perencanaan :
fasos = 10% pemadam budidaya (produksi), 1) Kawasan tepi
3) site kebakaran lokasi tujuan industri air/pantai : dimana
development 2) Utilitas : wisata alam (bila ada) konfigurasi sebagian
(infrastruktur, jaringan listrik, beserta prasarana dan bangunan diorientasikan
ruang terbuka telepon dan gas sarananya serta kawasan ke ruang perairan
hijau/taman/lanse 3) Sarana : pasar perumahan dan sehingga sebagian
kap, ruang rakyat, pertokoan, permukiman. kawasan perdagangan
terbuka publik, mall, supermarket/ 2) Pengaturan dan jasa secara eksklusif
ruang terbuka swalayan, transportasi : memiliki view dan
biru/waterscape, kesehatan, (a) Didukung penyediaan amenitas pantai
jalan & parkir peribadatan, prasarana transportasi di sekaligus menjadi bagian
umum) = 20% - keamanan, bank wilayah perairan dan wajah depan dari
30% daratan. lingkungan perdagangan
(b) Penyediaan dan jasa.
kelengkapan transportasi 2) Waterscape
air skala lingkungan 3) Landscape/Garden
untuk kanal, sungai, Citty
creeks dan atau lagoon 4) Pelestarian potensi
yang memadai seperti lingkungan pantai.
dermaga
lingkungan/kolektif,
pelantar, boat, kano,
jetty.
(c) Penyediaan
kelengkapan transportasi
jalan yang memadai
seperti terminal, halte,
pedestrian.
3) Harus menyediakan
ruang dan mengatur
parkir dengan sistem :
(a) Kantong parkir
(b) On street parking
(c) Parking structure
(d) Inner court yard
parking
(e) Back yard parking
4) Harus menyediakan
dan mengatur loading-
unloading area.

BACK
Daftar
13 dari 34 RSNI 2005
c) Kawasan 1) industri = 50% - 1) Prasarana : 1) Didukung dengan Didukung amenitas yang
industri 60% jaringan jalan, air akses ke pusat nyaman untuk
2) fasum dan bersih, drainase, pelayanan niaga dan meningkatkan kinerja dan
fasos = 10% sanitasi, pelayanan pelabuhan. menjaga kualitas
3) site pemadam 2) Pengaturan lingkungan melaui
development kebakaran transportasi : perencanaan:
(infrastruktur, 2) Utilitas : (a) Didukung penyediaan 1) Waterscape
ruang terbuka jaringan listrik, prasarana transportasi di 2) Landscape/Green
hijau/taman/lanse telepon, informasi wilayah perairan dan Belt/Buffer Zone untuk
kap, ruang dan gas daratan. mereduksi polusi industri
terbuka publik, 3) Sarana : (b) Penyediaan terhadap lingkungan
ruang terbuka kesehatan, kelengkapan transportasi sekitar
biru/waterscape, peribadatan, air skala lingkungan 3) Pelestarian potensi
jalan & parkir niaga, keamanan, untuk kanal, sungai, lingkungan pantai
umum) = 20% - tempat bongkar creeks dan atau lagoon
30% muat, yang memadai seperti
pergudangan, dermaga
terminal peti lingkungan/kolektif,
kemas. pelantar, boat, kano,
jetty.
(c) Penyediaan
kelengkapan transportasi
jalan yang memadai
seperti terminal, halte,
pedestrian.
3) Harus menyediakan
ruang dan mengatur
sistem loading-unloading.
4) Harus menyediakan
dan mengatur parkir
dengan sistem :
(a) Kantong parkir
(b) Inner court yard
parking
(c) Back yard parking

BACK
Daftar
14 dari 34 RSNI 2005
d) Kawasan 1) Bangunan 1) Prasarana : 1) Didukung dengan -
pariwisata penunjang jaringan jalan, air akses ke pusat
pariwisata = 50% bersih, drainase, pelayanan ke pusat
- 60% sanitasi, pelayanan niaga (pasar
2) Fasum dan pemadam rakyat/art & craft shop),
fasos = 10% kebakaran daerah tujuan wisata,
3) Site 2) Utilitas : jasa dan pusat informasi
development jaringan listrik, wisata, kegiatan
(infrastruktur, telepon dan gas budidaya (produksi),
ruang terbuka 3) Sarana : pasar lokasi tujuan industri
hijau/taman/lanse rakyat wisata alam (bila ada),
kap, ruang tradisional/seni/art mixed-use area,
terbuka publik, & craft shop, keamanan kawasan dan
ruang terbuka kesehatan, pelayanan kesehatan.
biru/waterscape, peribadatan, 2) Pengaturan
jalan & parkir keamanan, niaga, transportasi :
umum) = 30% - jasa informasi, (a) Didukung penyediaan
40% kegiatan budidaya kelengkapan prasarana
(produksi), transportasi dan
keamanan dan kelayakan sistem
pelayanan transportasi darat,
kesehatan, perairan dan udara.
museum. (b) Penyediaan
kelengkapan transportasi
air skala lingkungan
untuk kanal, sungai,
creeks dan atau lagoon
yang memadai seperti
dermaga
lingkungan/kolektif,
pelantar, boat, kano,
jetty.
(c) Penyediaan
kelengkapan transportasi
jalan yang memadai
seperti terminal, halte,
pedestrian.
3) Harus menyediakan
ruang dan mengatur
parkir dengan sistem :
(a) Kantong parkir
(b) Inner court yard
parking
(c) Back yard parking

BACK
Daftar
15 dari 34 RSNI 2005
e) Kawasan 1) Pendidikan = 1) Prasarana : 1) Didukung dengan Didukung view dan
pendidikan 60% - 70%2) jaringan jalan, air akses ke pusat kawasan amenitas yang menarik
Fasum dan fasos bersih, drainase, perumahan dan dengan melaui
= 10%3) Site sanitasi, permukiman, pelayanan perencanaan:1) Kawasan
development pemadam niaga, perdangan dan tepi air/pantai : dimana
(infrastruktur, kebakaran2) jasa serta pusat konfigurasi sebagian
ruang terbuka Utilitas : jaringan kebudayaan. 2) bangunan diorientasikan
hijau/taman/lanse listrik, telepon dan Pengaturan transportasi ke ruang perairan
kap, ruang gas3) Sarana : :(a) Didukung sehingga sebagian
terbuka publik, ruang terbuka penyediaan prasarana kawasan pendidikan
ruang terbuka (taman, plaza dan transportasi di wilayah secara eksklusif memiliki
biru/waterscape, olah raga), perairan dan daratan.(b) view dan amenitas pantai
jalan & parkir perpustakaan, Penyediaan kelengkapan sekaligus menjadi bagian
umum) = 20% - pertokoan, transportasi air skala wajah depan dari
30% kesehatan, lingkungan untuk kanal, lingkungan perdagangan
peribadatan, sungai, creeks dan atau dan jasa.2)
keamanan, lagoon yang memadai Waterscape3)
fasilitas umum seperti dermaga Landscape/Garden
dan fasilitas sosial lingkungan/kolektif, Citty4) Pelestarian
pelantar, boat, kano, potensi lingkungan pantai
jetty.(c) Penyediaan
kelengkapan transportasi
jalan yang memadai
seperti terminal, halte,
pedestrian.3) Harus
menyediakan ruang dan
mengatur parkir dengan
sistem:(a) Kantong
parkir(b) On street
parking(c) Inner court
yard parking(d) Back
yard parking
f) Kawasan 1) Bangunan 1) Prasarana : 1) Didukung dengan Didukung amenitas yang
pelabuhan penunjang jaringan jalan, air akses menuju pusat nyaman untuk
laut/penyebe- kawasan bersih, drainase, pelayanan distribusi meningkatkan kinerja
rangan pelabuhan udara sanitasi, barang dan penumpang. pelayanan jasa
= maksimal 40%. pemadam 2) Pengaturan transportasi dan menjaga
2) Site kebakaran transportasi : kualitas lingkungan
development 2) Utilitas : (a) Penyediaan melaui perencanaan :
(dermaga, jaringan listrik, kelengkapan transportasi 1) dimana konfigurasi
pelantar, telepon dan gas air skala sebagian bangunan
infrastruktur, 3) Sarana : lokal/nasional/internasion diorientasikan ke ruang
ruang terbuka tempat bongkar al untuk laut, pantai, perairan sehingga
hijau/taman/lanse muat, gudang, kanal, sungai, creeks dan sebagian kawasan
kap, ruang terminal atau lagoon yang pelabuhan/penyeberanga
terbuka publik, penumpang, memadai seperti n secara eksklusif
ruang terbuka terminal barang dermaga, pelantar, kapal, memiliki view dan
biru/waterscape, dan peti kemas, boat, kano, pontoon, amenitas pantai
jalan & parkir kesehatan, kapal tarik, ferry dan sekaligus menjadi bagian
umum) = minimal karantina, bea kelotok boat, kano. wajah depan dari
60%. cukai, (b) Penyediaan lingkungan
3) Penataan peribadatan, kelengkapan transportasi pelabuhan/penyeberanga
diupayakan keamanan dan jalan yang memadai n.
berdekatan jasa informasi seperti terminal, halte, 2) Pelestarian potensi
dengan kawasan pedestrian. lingkungan pantai.
industri dan pusat 3) Harus menyediakan
distribusi barang ruang dan mengatur
secara efisien. parkir dengan sistem:
(a) Kantong parkir
(b) Inner court yard
parking
(c) Back yard parking
BACK
Daftar
16 dari 34 RSNI 2005
g) Kawasan 1) Bangunan 1) Prasarana : 1) Didukung dengan Didukung amenitas yang
bandar udara penunjang jaringan jalan, air akses menuju pusat nyaman untuk
kawasan bandar bersih, drainase, pelayanan distribusi meningkatkan kinerja
udara = maksimal sanitasi, barang dan penumpang. pelayanan jasa
40%. pemadam 2) Pengaturan transportasi dan menjaga
2) Site kebakaran transportasi : kualitas lingkungan
development 2) Utilitas : (a) Penyediaan melalui perencanaan :
(landasan pacu, jaringan listrik, kelengkapan transportasi 1) Dimana konfigurasi
infrastruktur, telepon dan gas udara yang didukung sebagian bangunan
ruang terbuka 3) Sarana : oleh kedudukan bandar diorientasikan ke ruang
hijau/taman/lanse kesehatan, udara mempunyai perairan sehingga
kap, ruang peribadatan, jangkauan pelayanan sebagian kawasan
terbuka publik, keamanan, tidak saja dalam lingkup bandar udara secara
ruang terbuka tempat bongkar propinsi itu sendiri, tetapi eksklusif memiliki view
biru/waterscape muat, karantina, juga mencapai wilayah dan amenitas pantai
(bila di tepi bea cukai, jasa nasional bahkan (bila di tepi pantai)
pantai), jalan & telekomunikasi internasional. sekaligus menjadi bagian
parkir umum) = dan informasi (b) Bandar udara wajah depan dari
minimal 60%. mempunyai kemampuan lingkungan bandar udara
3) Pemanfaatan operasional tinggi yang .
sebagian ruang didukung dengan 2) Pelestarian potensi
kawasan bandar panjang landasan pacu lingkungan pantai (bila di
udara diarahkan (run way) sepanjang sekitar tepi pantai).
untuk lahan lebih dari 1.800 meter
penunjang seperti yang dapat didarati
kawasan cargo, pesawat berbadan besar.
pergudangan, (c) Didukung fasilitas
perhotelan dan penunjang bandara
perkantoran yang udara seperti : gudang,
menunjang fungsi perkantoran, cargo,
bandar udara. penanda transportasi,
4) Pengembangan moda.
diupayakan (d) Didukung penyediaan
berdekatan kelengkapan transportasi
dengan kawasan jalan yang memadai.
industri dan pusat 3) Harus menyediakan
distribusi barang. ruang dan mengatur
parkir dengan sistem :
(a) Kantong parkir
(b) Inner court yard
parking
(c) Back yard parking

BACK
Daftar
17 dari 34 RSNI 2005
h) Kawasan 1) mixed-use = 1) Prasarana : 1) Didukung dengan Didukung view dan
mixed-use 60% - 70% jaringan jalan, air akses ke pusat amenitas yang menarik
2) fasum dan bersih, drainase, pelayanan niaga, dengan melaui
fasos = 10% sanitasi, perdangan dan jasa, perencanaan :
3) site pemadam kegiatan budidaya 1) Kawasan tepi
development kebakaran, (produksi), lokasi tujuan air/pantai : dimana
(infrastruktur, 2) Utilitas : industri wisata alam (bila konfigurasi sebagian
ruang terbuka jaringan listrik, ada) beserta prasarana bangunan diorientasikan
hijau/taman/lanse telepon dan gas, dan sarananya, kawasan ke ruang perairan
kap, ruang 3) Sarana : pasar perumahan dan sehingga sebagian
terbuka publik, rakyat, kesehatan, permukiman serta kawasan mixed-use
ruang terbuka peribadatan, pelabuhan udara dan secara eksklusif memiliki
biru/waterscape, keamanan, laut/penyeberangan. view dan amenitas pantai
jalan & parkir fasilitas umum 2) Pengaturan sekaligus menjadi bagian
umum) = 20% - dan fasilitas transportasi : wajah depan dari
30% sosial. (a) Didukung penyediaan lingkungan perdagangan
prasarana transportasi di dan jasa.
wilayah perairan dan 2) Waterscape
daratan. 3) Landscape/Garden
(b) Penyediaan Citty
kelengkapan transportasi 4) Pelestarian potensi
air skala lingkungan lingkungan pantai
untuk kanal, sungai,
creeks dan atau lagoon
yang memadai seperti
dermaga
lingkungan/kolektif,
pelantar, boat, kano.
(c) Penyediaan
kelengkapan transportasi
jalan yang memadai
seperti terminal, halte,
pedestrian.
3) Harus menyediakan
ruang dan mengatur
parkir dengan sistem :
(a) Kantong parkir
(b) On street parking
(c) Parking structure
(d) Inner court yard
parking
(e) Back yard parking
4) Harus menyediakan
dan mengatur loading-
unloading area.

BACK
Daftar
18 dari 34 RSNI 2005
Tabel 4 Intensitas bangunan pada kawasan budidaya di kawasan reklamasi pantai

Intensitas
bangunan KDH & B
Ketinggian (Pengatur-
KDB KLB GSB GSS/GSP
bangunan an Ruang
Jenis Terbuka)
Pemanfaatan
a) Kawasan 40 - 60 % (a) KLB (a) (a) GSB depan 40 - 60 % (a) GSS = ½ lebar
perumahan permukiman Permukiman bangunan tiap badan sungai,
dan darat & laut darat & laut unit bangunan dimanfaatkan
permukiman = maks 2 = 2 - 3 lt = ½ ROW jalan untuk jalan
(b) KLB (b) Aparte- umum di depan inspeksi atau jalur
apartemen/ men/ town bangunan hijau.
town house house = min (b) GSB (b) GSP = 30 - 50
= min 3 3 lt samping M dari titik pasang
bangunan tiap tertinggi, atau
unit bangunan GSP = 0
deret, kopel & (penanganan
rumah tunggal = rekayasa teknis /
minimal 2 M, engineering harus
sedangkan profesional). (c)
apartemen/town GSP yang besar
house = minimal bisa dimanfaatkan
1/10 tinggi untuk green belt
bangunan area dan atau
(c) GSB coastal road area.
belakang
bangunan tiap
unit bangunan
deret, kopel &
rumah tunggal =
minimal 2 M,
sedangkan
apartemen/town
house = minimal
1/10 tinggi
bangunan.

BACK
Daftar
19 dari 34 RSNI 2005
b) Kawasan (a) di darat (a) di darat = (a) di darat = (a) GSB depan (a) di darat (a) GSS = ½ lebar
perdaganga = 80 % min 3 min 3 lt bangunan tiap = 0 - 20 % badan sungai,
n dan jasa (b) di laut = (b) di laut = (b) di laut = unit bangunan (b) di laut = dimanfaatkan
40 - 50 % maks 2 maks 2 lt = ½ ROW jalan 50 - 60 % untuk jalan
umum di depan inspeksi atau jalur
bangunan atau hijau.
= 0 (pemilik (b) GSP = 30 - 50
bangunan diberi M dari titik pasang
kompensasi tertinggi, atau
pembangunan GSP = 0
diijinkan dengan (penanganan
KLB maksimum rekayasa teknis /
dan diharuskan engineering harus
membangun profesional). (c)
semi basement GSP yang besar
untuk parkir). bisa dimanfaatkan
(b) GSB untuk green belt
samping area dan atau
bangunan tiap coastal road area.
unit bangunan
perdagangan
dan jasa =
minimal 4 M
(untuk menjaga
jarak dan
memberi ruang
gerak
penyelamatan
diri apabila
terjadi
kebakaran).
(c) GSB
belakang
bangunan tiap
unit bangunan
perdagangan
dan jasa =
minimal = 0
atau minimal
1/10 tinggi
bangunan.

BACK
Daftar
20 dari 34 RSNI 2005
c) Kawasan 40 - 60 % di darat = di darat = 1 lt (a) GSB depan 40 - 60 % (a) GSS = ½ lebar
industri maks 3 bangunan tiap badan sungai,
unit bangunan dimanfaatkan
= ½ ROW jalan untuk jalan
umum di depan inspeksi atau jalur
bangunan hijau.
dimanfaatkan (b) GSP = 30 - 50
untuk zona M dari titik pasang
green belt untuk tertinggi, atau
mereduksi GSP = 0
polusi (penanganan
(b) GSB rekayasa teknis /
samping engineering harus
bangunan profesional). (c)
minimal 1 kali GSP yang besar
tinggi bangunan bisa dimanfaatkan
(c) GSB untuk buffer zone
belakang area antara
bangunan daerah industri
minimal 1 kali dengan
tinggi bangunan lingkungan sekitar
dan atau green
belt area.
d) Kawasan darat & (a) di darat & (a) di darat & (a) GSB depan min 60 % (a) GSS = ½ lebar
pariwisata laut = laut = maks laut = 2 - 3 lt bangunan tiap badan sungai,
maks 40 2 (b) hotel = unit bangunan dimanfaatkan
% (b) hotel = min 3 lt = ½ ROW jalan untuk jalan
min 3 umum di depan inspeksi atau jalur
bangunan, hijau.
dimanfaatkan (b) GSP = 30 - 50
untuk taman. M dari titik pasang
(b) GSB tertinggi, atau
samping GSP = 0
bangunan tiap (penanganan
unit bangunan rekayasa teknis /
resort = minimal engineering harus
5 M, sedangkan profesional). (c)
hotel = minimal GSP yang besar
1/10 tinggi bisa dimanfaatkan
bangunan. untuk ruang
(c) GSB wisata pantai dan
belakang atau green belt
bangunan tiap area.
unit resort =
minimal 5 M,
sedangkan hotel
= minimal 1/10
tinggi bangunan.

BACK
Daftar
21 dari 34 RSNI 2005
e) Kawasan di darat & di darat & (a) di darat (a) GSB depan 40 - 60 % (a) GSS = ½ lebar
pendidikan laut = 40 laut = min 3 & laut = min bangunan tiap badan sungai,
- 60 % 3 lt unit bangunan dimanfaatkan
(b) = ½ ROW jalan untuk jalan
bangunan umum di depan inspeksi atau jalur
pendukung bangunan hijau.
(fasos & (b) GSB (b) GSP = 30 - 50
fasum) = min samping M dari titik pasang
1 lt minimal 8 M tertinggi, atau
(c) GSB GSP = 0
belakang (penanganan
bangunan rekayasa teknis /
minimal 8 M engineering harus
profesional). (c)
GSP yang besar
bisa dimanfaatkan
untuk green belt
area dan atau
coastal road area.
f) Kawasan maks 40 maks 3 min 3 lt (a) GSB depan min 60 % (a) GSS = ½ lebar
pelabuhan % kecuali tower bangunan tiap badan sungai,
laut/penyeb mercu suar unit bangunan dimanfaatkan
e-rangan = ½ ROW jalan untuk jalan
umum di depan inspeksi atau jalur
bangunan, hijau.
dimanfaatkan (b) GSP = 50 -
untuk 100 M dari titik
taman/parkir. pasang tertinggi,
(b) GSB atau GSP = 0
samping (penanganan
bangunan tiap rekayasa teknis /
unit bangunan engineering harus
= minimal 1/10 profesional). (c)
tinggi bangunan. GSP yang besar
(c) GSB bisa dimanfaatkan
belakang untuk ruang
bangunan tiap loading-unloading
unit bangunan barang dan
minimal 1/10 penumpang dan
tinggi bangunan. atau parkir.
g) Kawasan maks 40 maks 3 maks 3 lt (a) GSB depan min 60 % (a) GSS = ½ lebar
bandar % kecuali tower bangunan tiap badan sungai,
udara mercu suar unit bangunan dimanfaatkan
= ½ ROW jalan untuk jalan
umum di depan inspeksi atau jalur
bangunan, hijau.
dimanfaatkan (b) GSP = 50 -
untuk 100 M dari titik
taman/parkir. pasang tertinggi,
(b) GSB atau GSP = 0
samping (penanganan
bangunan tiap rekayasa teknis /
unit bangunan engineering harus
= minimal 1/10 profesional). (c)
tinggi bangunan. GSP yang besar
(c) GSB bisa dimanfaatkan
belakang untuk landasan
bangunan tiap pacu (run way).
unit bangunan
minimal 1/10
tinggi bangunan.

BACK
Daftar
22 dari 34 RSNI 2005
h) Kawasan (a) di (a) di darat (a) di darat (a) GSB depan (a) di darat (a) GSS = ½ lebar
mixed-use darat = = min 3 = min 3 lt bangunan tiap = 0 - 20 % badan sungai,
80 - 100 (b) di laut = (b) di laut = unit bangunan = (b) di laut = dimanfaatkan
% maks 2 maks 2 lt ½ ROW jalan 50 - 60 % untuk jalan
(b) di laut umum di depan inspeksi atau jalur
= 40 - 50 bangunan atau hijau.
% = 0 (pemilik (b) GSP = 30 - 50
bangunan diberi M dari titik pasang
kompensasi tertinggi, atau
pembangunan GSP = 0
diijinkan dengan (penanganan
KLB maksimum rekayasa teknis /
dan diharuskan engineering harus
membangun profesional).
semi basement (c) GSP yang
untuk parkir). besar bisa
(b) GSB dimanfaatkan
samping untuk green belt
bangunan tiap area dan atau
unit bangunan coastal road area.
perdagangan
dan jasa =
minimal 4 M
(untuk menjaga
jarak dan
memberi ruang
gerak
penyelamatan
diri apabila
terjadi
kebakaran).
(c) GSB
belakang
bangunan tiap
unit bangunan
perdagangan
dan jasa =
minimal = 0
atau minimal
1/10 tinggi
bangunan.

4.2.3 Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan

Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan bagian dari kegiatan penataan ruang yang
dipersiapkan sejak awal proses perencanaan tata ruang. Konsep pengendalian dimulai sebelum
rencana tata ruang diimplementasikan dengan memasukkan indikator pencapaian hasil, sebagai
dasar-dasar kriteria yang diperlukan, pada saat rencana dilaksanakan dan sesudah
implementasi. Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan
dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang wilayah. Pengendalian pemanfaatan ruang di
kawasan reklamasi pantai mengacu kepada Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang di
Kawasan Perkotaan (Keputusan Menteri PU No. 269/KPTS/M/2006).

4.2.3.1 Pengawasan pemanfaatan ruang

Kegiatan pengawasan dilakukan dalam rangka mewujudkan tertib pengaturan, pembinaan dan
pembangunan kawasan reklamasi. Penyelenggaraan pengawasan dilakukan dalam bentuk :
BACK
Daftar
23 dari 34 RSNI 2005
a) Pelaporan, berupa pemberian informasi secara obyektif mengenai kegiatan pemanfaatan
ruang baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
b) Pemantauan, berupa pengamatan, pengawasan dan pemeriksaan dengan cermat
perubahan kualitas ruang dan lingkungan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Evaluasi, berupa penilaian kemajuan kegiatan pemanfaatan ruang dalam mencapai tujuan
rencana tata ruang. Evaluasi mempunyai kedudukan penting sebagai masukan pada peninjauan
kembali rencana tata ruang, sehingga rencana tata ruang harus selalu disesuaikan dengan
perkembangan yang terjadi.

4.2.3.1.1 Pengawasan pada kawasan lindung

Pengawasan pada kawasan lindung dengan mempertimbangkan kewenangan pengelolaan


kawasan dan upaya pelestarian dan pengendalian pemanfaatan kawasan lindung sebagai
berikut :
a) Sempadan Pantai
1) Kewenangan Pengelolaan :
(a) Pemerintah menetapkan pedoman konservasi dan pengawasan sumber daya alam
serta pelestarian fungsi lingkungan.
(b) Pemerintah menetapkan standar pengelolaan pesisir pantai dan pulau-pulau kecil.
(c) Propinsi menetapkan pedoman penyelenggaraan pengurusan erosi, sedimentasi,
produktivitas lahan pada daerah aliran sungai lintas Kabupaten / Kota hingga
kawasan pesisir pantai.
(d) Propinsi mengatur pengelolaan lingkungan dalam pemanfaatan sumberdaya laut 4
(empat) mil sampai dengan 12 (dua belas) mil.
2) Penetapan Kawasan :
(a) Penetapan lebar sempadan pantai dilakukan oleh Kabupaten/Kota dengan
memperhatikan karakteristik dan kondisi pantai (termasuk tipe gelombang),serta
mengacu pada standar dan pedoman pengelolaan pesisir pantai yang ditetapkan
oleh Propinsi dan Pemerintah.
(b) Penetapan kawasan sempadan pantai (lebar sempadan) yang dilindungi dituangkan
dalam Perda Kabupaten/Kota.
3) Pelestarian dan Pengendalian Pemanfaatan Kawasan :
(a) Kabupaten/ Kota menetapkan rencana pemanfaatan kawasan sempadan pantai
dengan tetap mempertahankan fungsi perlindungan pantai dan dilengkapi dengan
larangan pemanfaatan kawasan sempadan pantai, persyaratan teknis ekologis
budidaya yang diijinkan, dan tatacara pelibatan masyarakat dan swasta.
(b) Rencana pemanfaatan pantai disosialisasikan kepada masyarakat setempat dan
pelaku pembangunan terkait.
(c) Kabupaten/Kota melibatkan secara aktif masyarakat setempat dalam pengendalian
pemanfaatan berupa: pemantauan, pengawasan dan penertiban kawasan
sempadan pantai.

b) Sempadan Sungai
1) Kewenangan Pengelolaan :
(a) Pemerintah menetapkan pedoman konservasi dan pengendalian sumberdaya alam
dan pelestarian fungsi lingkungan.
(b) Propinsi menetapkan pedoman penyelenggaraan pengurusan erosi, sedimentasi,
produktivitas lahan pada daerah aliran sungai lintas Kabupaten/Kota.
(c) Propinsi menetapkan standar pengelolaan sumberdaya air permukaan lintas
Kabupaten/Kota dan mengatur tentang pengamanan dan pelestarian sumberdaya
air lintas Kabupaten/Kota.
BACK
Daftar
24 dari 34 RSNI 2005
2) Penetapan Kawasan :
Penetapan garis sempadan sungai dilakukan ruas per ruas disesuaikan dengan kondisi
dan karakteristik kawasan oleh Kabupaten/Kota dengan memperhatikan standar
pengelolaan air permukaan dan pedoman konservasi air yang ditetapkan oleh Propinsi
dan Pemerintah, serta dituangkan dalam Perda Kabupaten/Kota.
3) Pelestarian dan Pengendalian Pemanfaatan Kawasan :
(a) Kabupaten/Kota menetapkan rencana pemanfaatan kawasan sempadan sungai
dengan tetap mempertahankan fungsi sungai dan dilengkapi dengan larangan
pemanfaatan (kegiatan budidaya) pada kawasan sempadan sungai, persyaratan
teknis ekologis budidaya yang diijinkan, dan tatacara pelibatan masyarakat dan
swasta.
(b) Rencana pemanfaatan kawasan sempadan sungai disosialisasikan kepada
masyarakat yang bermukim di kiri kanan sungai dan pelaku pembangunan terkait.
(c) Kabupaten/Kota melibatkan secara aktif masyarakat setempat dalam pengendalian
pemanfaatan berupa: pemantauan, pengawasan dan penertiban kawasan
sempadan sungai.

4.2.3.1.2 Pengawasan pada kawasan budidaya

Pengawasan pada kawasan budidaya meliputi hal-hal sebagai berikut :


a) Perumahan dan Permukiman Reklamasi Pantai, termasuk prasarana pendukungnya
(pendidikan, kesehatan, sosial/budaya) :
1) Melakukan pengolahan bahan buangan domestik sebelum dilepas ke perairan pantai
dan pembuatan kanal-kanal drainase yang mermuara ke laut lepas.
2) Melakukan pemeliharaan garis tepi pantai dan sungai, dan tidak menghentikan secara
total angkutan sedimen sepanjang pantai.
b) Perdagangan, Industri dan Perkantoran
1) Membatasi pencemaran oleh bahan buangan cair, padat, dan gas melalui
pengembangan pengolahan bahan buangan sebelum dilepas dan pembuatan kanal-
kanal drainase ke laut lepas.
2) Membatasi penggunaan air tanah untuk kegiatan industri, yang akan mengakibatkan
intrusi air laut bawah tanah melalui pengaturan pemakian air tanah yang disesuaikan
dengan kapasitas ketersediaan air tanah dan waktu yang dibutuhkan untuk pengisian
kembali.
c) Prasarana Transportasi
1) Meminimasi dan menghidari pencemaran bahan buangan kapal (penyedotan berkala
bahan pencemar).
2) Melakukan upaya mengatasi pendangkalan kolam pelabuhan oleh lumpur atau pasir
(pengerukan berkala endapan lumpur dan pasir).
d) Budidaya Air Payau
1) Melakukan penanganan bahan buangan tambak sebelum dilepas ke perairan pantai dan
peletakan lokasi mulut kanal drainase (outlet) yang berjauhan dengan mulut kanal
suplesi (inlet) dan bermuara ke laut lepas.
2) Melakukan pengawasan dan pembatasan penggunaan pakan, pupuk, dan obat-obatan
kimia yang direkomendasikan untuk operasional budaya tambak.
3) Melakukan pemeliharaan garis tepi pantai dan sungai dengan cara membentuk jalur
hijau melalui penanaman bakau dan pemantauan laju sedimentasi.
e) Pariwisata/Rekreasi :
1) Melakukan pemberlakuan lebar garis sempadan pantai dan sungai berdasarkan
Keputusan Presiden RI No. 32 th. 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, Perda
atau hukum pengusahaan atau sistem pemilikan pantai.
BACK
Daftar
25 dari 34 RSNI 2005
2) Melakukan pengaturan pemakaian air tanah yang disesuaikan dengan kapasitas
ketersediaan air tanah dan waktu yang dibutuhkan untuk pengisian kembali.
f) Budidaya Biota Laut (Marinkultur)
Menjaga kualitas air diperairan pantai melalui pembatasan penggunaan pakan, pupuk dan
bahan kimia yang direkomendasikan dalam operasional budidaya laut.

4.2.3.1.3 Pengawasan pembatasan pemanfaatan dan konservasi

Pembatasan pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya pada masing-masing tipologi


kawasan lindung mengacu pada pengawasan yang terdapat di Pedoman Pemanfaatan Ruang
Tepi Pantai di Kawasan Perkotaan (Keputusan Menteri PU No. 269/KPTS/M/2006).

4.2.3.2 Penertiban pemanfaatan ruang

Tindakan penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
diselenggarakan dalam bentuk pengenaan sanksi yang berupa sanksi pidana sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan pengenaan denda yang besarnya sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah masing-masing.
Penertiban terhadap penyimpangan pemanfaatan ruang di kawasan budidaya meliputi:
a) Penegakan prosedur perijinan pemanfaatan ruang untuk menjamin ruang yang akan
dibangun sesuai dengan rencana peruntukan ruang, ketentuan teknis dan kegiatan yang
telah direncanakan.
b) Pemberian ijin mendirikan bangunan harus memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam proses pengendalian pemanfaatan ruang, perijinan, pengawasan dan penertiban


merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling mengkait. Perijinan merupakan langkah awal
sebagai dasar dalam kegiatan pengawasan dan penertiban. Suatu ijin diberikan kepada
pemohon dengan dasar rencana tata ruang. Berdasarkan perijinan kegiatan pengawasan dan
penertiban dalam pemanfaatan ruang dapat dilaksanakan sampai dengan pengenaan sanksi
atau dengan insentif dan disinsentif.
Beberapa bentuk pengendalian pemanfaatan ruang melalui mekanisme perijinan antara lain : Ijin
Pemanfaatan Ruang (IPR), Surat Ijin Penambangan Daerah (SPID), Ijin Lokasi, Ijin Mendirikan
Bangunan (IMB), dan Ijin Undang-Undang Gangguan/HO.
Kegiatan penertiban meliputi tatacara dan prosedur penertiban terhadap pelanggaran-
pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan lindung dan kawasan budidaya yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

Tahap-tahap yang dilakukan dalam proses penertiban :


a) Peringatan
b) Sanksi
c) Pencabutan ijin dan proses hukum

5 Peran masyarakat

Pelaksanaan peran masyarakat dalam penataan ruang kawasan reklamasi pantai mengacu
kepada PP No. 69 Tahun 1996 tentang tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk
dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang.

Peran masyarakat dalam penataan ruang kawasan reklamasi pantai adalah sebagai berikut :
BACK
Daftar
26 dari 34 RSNI 2005
1) Berpartisipasi dalam serangkaian kegiatan perencanaan dalam survei, perencanaan dan
desain
2) Berpartisipasi dalam pembangunan menyediakan lahan, tenaga dan biaya.
3) Berpartisipasi dalam kegiatan operasional dan pemeliharaan , dimana masyarakat berperan
untuk :
(a) Dalam sistem Operasional masyarakat berperan untuk mentaati regulasi rencana tata
ruang serta berperan dalam menyediakan/melengkapi/ mengembangkan sarana,
prasarana dan utilitas.
(b) Dalam sistem Pemeliharaan masyarakat berperan untuk merawat sarana, prasarana
dan utilitas serta berperan dalam mengendalikan aplikasi regulasi rencana tata ruang.

6 Tata cara pelaksanaan

Tata cara penyusunan rencana tata ruang kawasan reklamasi pantai meliputi tahap-tahap
sebagai berikut :
a) Persiapan
1) Penyusunan kerangka acuan kerja
2) Pembentukan tim pelaksana
3) Penyiapan kelengkapan administrasi
4) Penyiapan pengadaan jasa konsultansi
5) Penyusunan program kerja dan tim ahli apabila dilakukan secara swakelola
6) Perumusan substansi, penyiapan checklist data dan kuesioner, penyiapan metoda
pendekatan dan peralatan yang diperlukan
7) Perkiraan biaya penyusunan rencana tata ruang
Selain itu, dilakukan pemberitaan penyusunan rencana tata ruang ini kepada masyarakat
melalui media massa (cetak dan elektronik) dan/atau forum pertemuan.
b) Pengumpulan Data
Pengumpulan data/peta dilakukan dengan survei primer (observasi lapangan, wawancara,
penyebaran kuesioner) dan survei sekunder kepada instansi-instansi terkait untuk
memperoleh :
1) Data/peta kebijakan pembangunan
2) Data/peta sosial ekonomi
3) Data/peta sumberdaya manusia
4) Data/peta sumberdaya buatan
5) Data/peta sumberdaya alam
6) Data/peta penggunaan lahan
7) Data pembiayaan pembangunan
8) Data kelembagaan penyelenggara dan pengelola kawasan
c) Analisis
Aspek-aspek analisis meliputi :
1) Analisis kebijakan dan strategi pengembangan kawasan
2) Analisis regional
3) Analisis ekonomi dan nilai jual kawasan
4) Analisis sumberdaya manusia
5) Analsis sumberdaya buatan
6) Analisis sumberdaya alam
7) Analisis sistem permukiman
8) Analisis penggunaan lahan
9) Analisis pembiayaan pembangunan
10) Analisis kelembagaan
BACK
Daftar
27 dari 34 RSNI 2005
d) Konsepsi Rencana
Setelah tujuan perencanaan dirumuskan, dilakukan penyusunan konsep rencana tata ruang
kawasan reklamasi pantai yang dilengkapi peta-peta dengan tingkat ketelitian minimal skala
1:10.000, mencakup :
1) Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang
2) Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya
3) Rencana Pengelolaan Kawasan Perumahan & Permukiman, Perdagangan & Jasa,
Industri, Pariwisata, Pendidikan, Pelabuhan Laut/Penyeberangan, Bandar Udara dan
Kawasan Campuran
4) Rencana Sistem Prasarana Transportasi, Telekomunikasi, Energi, Pengairan, dan
Prasarana Pengelolaan Lingkungan
5) Rencana Penatagunaan Tanah, Penatagunaan Air, Penatagunaan Ruang Udara,
Penatagunaan RTH, dan Penatagunaan Sumber Daya Lainnya.
6) Rencana Implementasi dan Pembiayaan Pembangunan Kawasan
e) Diskusi Terbuka
Diskusi terbuka dengan semua stakeholders (pemerintah, swasta, masyarakat, DPRD,
Perguruan tinggi, dan sebagainya) untuk membahas draft rencana tata ruang yang dapat
dilakukan melalui :
1) Media massa
2) Diskusi dan seminar
3) Pameran
4) Pengumpulan opini masyarakat
f) Pengesahan
Proses pengesahan rencana tata ruang kawasan reklamasi pantai sebagai produk yang
diakui dan disahkan oleh Pemerintah Daerah.

BACK
Daftar
28 dari 34 RSNI 2005
Lampiran A
(Informatif)

Deliniasi ruang kawasan reklamasi pantai

LAUT

KOTA A

Legenda :
Ruang tepi pantai di
kawasan perkotaan
Kawasan reklamasi KAB C
pantai KAB B
Batas kota

Batas kabupaten

Batas kawasan perkotaan

Batas wilayah tepi pantai

Sungai

Coastal Area Offshore

Dune Backshore Foreshore - inshore

HWL

LWL

Gambar A.1 Potongan kawasan dan jenis pantai yang dapat direklamasi

BACK
Daftar
29 dari 34 RSNI 2005
Lampiran B
(Informatif)

Definisi potongan pantai

nearshore zone

breaker zone surf zone swash zone

breaker

LWL

Longshore
bar

offshore inshore foreshore backshor


e

BACK
Daftar
30 dari 34 RSNI 2005
Lampiran C
(Informatif)

Preseden tipologi kawasan reklamasi pantai berdasarkan kondisi fisik

Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3

Keterangan:
Gambar 1 Reklamasi Menyambung Daratan
Gambar 2 Reklamasi Terpisah dari Daratan
Gambar 3 Reklamasi yang Menggunakan Gabungan ke-2 nya1

1
RDTRK Coastal Road Pantai Balikpapan, 2003, PT WIiswakharman

BACK
Daftar
31 dari 34 RSNI 2005
Lampiran D
(Informatif)

Tim penyusun

No Nama Instansi
1 Dr. Ir. Ruchyat Deni Dj, M.Eng
Direktorat Penataan Ruang Nasional,
Direktorat Jenderal Penataan Ruang
2 Dr. Ir. Doni. J. Widiantono, Direktorat Penataan Ruang Nasional,
M.Eng. Sc Direktorat Jenderal Penataan Ruang
3 Dra. Lina Marlia, CES Direktorat Penataan Ruang Nasional,
Direktorat Jenderal Penataan Ruang
4 Ir. James Siahaan, MA Direktorat Penataan Ruang Nasional,
Direktorat Jenderal Penataan Ruang
5 Sri Nurnaeni, ST Direktorat Penataan Ruang Nasional,
Direktorat Jenderal Penataan Ruang
6 Drs. Kristianto Solaeman Direktorat Penataan Ruang Nasional,
Direktorat Jenderal Penataan Ruang
7 Tim Konsultan PT. Wiswakharman

BACK
Daftar
32 dari 34 RSNI 2005
Bibliografi

SNI 03-2846-1992, Tatacara perencanaan kepadatan bangunan lingkungan rumah susun


hunian.
SNI 03-2855-1992, Spesifikasi satuan rumah susun modular.
SNI 03-3241-1994, Tatacara pemilihan lokasi tempat pembuangan akhir sampah.
SNI 03-3242-1994, Tatacara pengelolaan sampah di permukiman.
SNI 03-1733-2004, Perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan.
Undang-Undang R.I No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
Undang-Undang R.I No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian.
Undang-Undang R.I No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
Undang-Undang R.I No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia.
Undang-Undang R.I No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang R.I No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Undang-Undang R.I No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang R.I No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
Peraturan Presiden R.I No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan
untuk Kepentingan Umum.
Peraturan Pemerintah R.I No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Peraturan Pemerintah R.I No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.
Peraturan Pemerintah R.I No. 82 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran.
Keputusan Presiden R.I No. 53 Tahun 1989 tentang Kawasan Industri.
Keputusan Presiden R.I No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
Keputusan Presiden R.I No. 83 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Keppres No. 123 Tahun
2001, Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 26 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan
Laut.
Keputusan Menteri Kimpraswil No. 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan
Rumah Sederhana Sehat.
Departemen Pekerjaan Umum & MVROM Belanda, “Penataan Kawasan Perkotaan Tepi Air di
Indonesia”, Jakarta, November 1998.
Departemen Pekerjaan Umum, “Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan
Perkotaan”, 2002.
Departemen Pekerjaan Umum, “Petunjuk Pelaksanaan Penataan Ruang Kawasan Kota Tepi
Air”, 2002.
Departemen Pekerjaan Umum, “Pedoman Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation)
Kawasan Perkotaan”, 2003.
Departemen Pekerjaan Umum, “Kriteria Lokasi dan Standar Teknis Kawasan Budidaya”, 2003.
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, “Penyusunan Konsep Tata
Ruang Kawasan Pantai”.
Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, “Buku Petunjuk Irigasi”, 1986.

BACK
Daftar
33 dari 34 RSNI 2005
Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, “Standar Perencanaan Irigasi, KP
– 01 s/d KP – 06”, 1986.
Keputusan Presiden R.I No. 52 Tahun 1995, Reklamasi dan Pembangunan di Kawasan Pantura
Jakarta.
PT. Wiswakharman , “Usulan teknis penyusunan Pedoman Penataan Ruang Kawasan
Reklamasi Pantai”, Juli 2005.
Charles G. Ramsey and Harold R. Sleeper, The American Institute of Architects; Architectural
Graphic Standards, John Wiley & Son, Inc. NY, 1970.

BACK
Daftar
34 dari 34 RSNI 2005

You might also like