Professional Documents
Culture Documents
Oleh
AGUNG UTOMO
F34070012
2010
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian umumnya dan sektor perkebunan khususnya memiliki peran
yang penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam kondisi perekonomian
Indonesia sekarang ini, akibat nilai tukar dolar terhadap rupiah yang cenderung
meningkat dan tidak menentu, maka harga berbagai kebutuhan impor kebutuhan
konsumsi maupun bahan baku industri nasional semakin mahal, berbagai jenis industri
yang berbahan baku impor terancam bangkrut, bahkan banyak yang gulung tikar. Untuk
itu kita perlu bekerja sama dalam rangka menggairahkan roda perekonomian nasional
yang berdasarkan pada pemanfaatan sumber daya alam secara lebih produktif dan
ekonomis, serta memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.
Saat ini sektor pertanian lebih diwarnai oleh skala usaha yang lebih besar.
Permodalan yang kuat, penggunaan teknologi maju, sistem pengolahan modern,
jangkauan pemasaran yang luas dan adaptif terhadap perubahan-perubahan kearah
kemajuan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Oleh sebab itu, hal strategis bagi
perkembangan industri kelapa sawit adalah pembangunan sistem agribisnis dengan
penekanan pada efisiensi produksi pada sistem agroindustri. Agroindustri adalah salah
satu cabang industri yang mempunyai kaitan antara industri hulu dan hilir yang erat dan
langsung dengan pertanian. Kaitan dengan industri hulu merupakan persyaratan –
persyaratan awal dalam kegiatan pembudidayaan pertanian.
Disamping itu, melihat perkembangan harga minyak sawit di pasaran
internasional yang cenderung membaik, industri minyak sawit akan menjadi andalan
devisa di masa depan. Untuk bisa bersaing di pasar global, perkembangan dan
persyaratan perdagangan internasional perlu di antisipasi. Industri kelapa sawit nasional
mengalami perkembangan menggembirakan . Pertambahan kebun kelapa sawit mencapai
lima juta hektar dan hal itupun dibuktikan oleh kontribusi minyak sawit terhadap ekspor
nasional yang mencapaia enam persen. Konsumsi minyak sawit dunia mencapai 26
persen dari total konsumsi minyak makan di dunia (Ditjenbun.2006).
Namun dampak positif dari perkembangan sector agroindustri umumnya dan
perkebunan kelapa sawit khususnya, juga diikuti oleh dampak negative terhadap
lingkungan akibat dihasilkannya limbah cair, padat, dan gas dari kegiatan kebun dan
pabrik kelapa sawit (PKS). Untuk itu tindakan pencegahan dan penanggulangan dampak
negative dari kegiatan perkebunan kelapa sawit dan PKS harus dilakukan dan sekaligus
meningkatkan dampak positifnya. Tindakan tersebut tidak cukup dengan mengandalkan
peraturan perundang-undangan saja tetapi perlu juga didukung oleh pengaturan sendiri
secara sukarela dan pendekatan instrument-instrumen ekonomi.
Secara global timbul pemikiran-pemikiran baru untuk lebih meningkatkan
kualitas lingkungan hidup agar pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan dapat terlaksana, antara lain melalui upaya proaktif. Suatu strategi
pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu perlu diterapkan secara terus
menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan mengurangi resiko
terhadap manusia dan lingkungan. Proses industri seharusnya tidak menghasilkan limbah
dalam bentuk apapun karena limbah tersebut merupakan bahan baku bagi industri lain.
2
Dengan demikian, proses-proses industri akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja
baru serta mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan.
B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan Praktek Lapangan ini adalah:
1. Mengembangkan wawasan, pengetahuan dan kemampuan profesi mahasiswa melalui
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, latihan kerja dan pengamatan langsung ke
dunia kerja secara nyata.
2. Menganalisa dan mengobservasi permasalahan di lapangan terutama dalam aspek
manajemen lingkungan, sehingga diharapkan dapat memberikan solusi atas permasalahan
tersebut.
3. Mempelajari sistem manajemen lingkungan pada PT PERKEBUNAN NUSANTARA I.
4. Memperkuat hubungan kerjasama antara Fakultas Teknologi Pertanian IPB dan PT
PERKEBUNAN NUSANTARA I.
5. Memperoleh pengalaman bekerja sesuai dengan bidang profesi yang ditekuni oleh
mahasiswa yang bersangkutan dan menambah kemampuan beradaptasi dengan
lingkungan kerja pada suatu wilayah industri.
D. Metode Pelaksana
Dalam pelaksanaan Praktek Lapangan akan digunakan beberapa metode untuk
menghasilkan data dan analisa yang tepat, yaitu :
Pengamatan di Lapangan
Pengamatan langsung di lapangan terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan aspek
sistem manajemen lingkungan pada PT PERKEBUNAN NUSANTARA I.
Wawancara dan Diskusi
Wawancara dilakukan sebagai upaya pengumpulan informasi dan data serta untuk
mengklarifikasi masalah yang terjadi di lapangan dengan menanyakan langsung kepada
pihak yang berkepentingan terkait dengan topik yang ada.
Praktek Langsung
Kegiatan praktek langsung dilakukan untuk memperoleh pengalaman di
dunia kerja dan mempelajari kesesuaian antara teori dengan praktek di
lapangan mengenai hal yang berkaitan dengan aspek sistem manajemen
lingkungan serta hal-hal lain yang terkait.
3
Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mencari referensi dan literatur yang berkaitan dengan
kegiatan yang dilakukan, baik berasal dari studi pustaka maupun data dan informasi
yang diperoleh dari industri.
Pembahasan dan Penulisan Laporan
Laporan dibuat dengan menganalisis data dan informasi yang diperoleh
dan dituangkan secara sistematis dan jelas dalam bentuk laporan Praktek
Lapangan.
4
II. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara I adalah suatu perkebunan yang dimiliki oleh Negara
yang berorientasi di bbidang perkebunan dan pengolahan . Perkebunan kelapa sawit di
PTP Nusantara I ini mulai berkembang pada tahun 1975 yang di sponsori oleh PTP VI
dan PTP VII dari sumatera utara dengan bantuan bank dunia. PT Perkebunan Nusantara I
(Persero), disingkat PTPN I, dibentuk berdasarkan PP No. 6 Tahun 1996, tanggal 14
Pebruari 1996. Perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
ini merupakan penggabungan kebun-kebun di Daerah Istimewa (DI) Aceh dari eks PTP I,
V dan PT Cot Girek.
PTPN I mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, kakao dengan areal konsesi
seluas 80.343 hektar. Budidaya kelapa sawit diusahakan pada areal seluas 46.377 ha,
karet 11.918 ha dan kakao seluas 354 ha. Selain penanaman komoditi pada areal sendiri +
inti, PTPN I juga mengelola areal Plasma milik petani seluas 16.832 ha yang terdiri dari
areal kelapa sawit 6.714 dan karet 10.118 ha.
PT. Perkebunan Nusantara I berpusat di kota langsa yang mempunyai areal
kebun seperti yang tertera d bawah ini :
a. Kebun Lama.
b. Kebun Baru.
c. Kebun Karang Inong.
d. Kebun Julok Rayeuk Utara.
e. Kebun Julok Rayeuk Selatan.
f. Kebun Pulau Tiga.
g. Kebun Tualang Sawit.
h. Kebun Cot Girek.
i. Kebun Krueng Luas.
j. Kebun Batee Puteh.
Akhir pelita I tahun 1973 PTPN-I terdiri dari kebun karet dan kebun kelapa
sawit dengan perbandingan karet 70% dan kelapa sawit 53 %. Untuk kebun lama, kebun
baru, dan kebun Tualang Sawit, pengolahan kelapa sawit berpusat di pabrik Tanjung
Seumantoh. Pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit Tanjung Seumantoh ini
dilakukan oleh direksi PTPN-I langsa pada tanggal 17 juli 1970 dan selesai pada awal
tahun 1980 yang langsung diresmikan oleh bapak menteri pertanian prof. Ir. Sudarsono
Hadi Saputro pada tanggal 9 Februari 1980.
5
Sebelah selatan dengan desa Tanjung Seumantoh.
Penentuan lokasi ini berdasarkan pertimbangan :
Dekat dengan transportasi antar kota yang berguna untuk lancarnya pengiriman
produksi, sehingga memudahkan pemasaran produksi.
Bahan baku dekat dengan pabrik, sehingga dapat menghemat biaya
pengangkutan tandan buah segar (TBS) dan pengolahan dapat dilakukan dengan
baik yang akhirnya produksi berjalan sempurna.
Dekat dengan sumber air, yang berasal dari sungai Tamiang yang berjarak 1 km
dari lokasi pabrik.
Jarak dari kuala simpang 11 km melalui jalan raya.
Jarak dari jalan raya ke lokasi pabrik sekitar 400 meter.
6
mengendap dalam dasar tangki. Air pada bagian atas dialirkan ke reservoir tank
yang berfungsi untuk menampung air sebelum dialirkan ke sand filter.
Degasifier tank
Air umpan boiler setelah melewati tangki penukar kation maka air
tersebut dialirkan ke degasifier tank yang bertujuan untuk menghilangkan gas
CO2, kemudian air tersebut dialirkan ke tangki penukar anion.
7
Feed Water Tank
Air yang berasal dari tangki penukar anion dikumpulkan dalam feed
water tank dan dipanasi dengan menggunakan steam hingga temperatur 800c.
pemanasan bertujuan untuk mempermudah pelepasan gas pada deaerator.
Deaerator
Deaerasi bertujuan untuk menghilangkan gas-gas CO2 dan O2 yang
terlarut dalam air, yang dapat mengakibatkan korosi dan menimbulkan kerak
pada pipa-pipa boiler. Penghilangan gas-gas terlarut tersebut dilakukan dengan
cara pemanasan dengan mengunakan steam yang diinjeksikan langsung kedalam
air yang berlawanan arah dengan aliran air. Temperature didalam tangki dijaga
konstan, temperature air di sekitarnya yaitu sebesar 80-900c.
Air yang keluar dari deaerator diberikan bahan kimia sebelum masuk ke boiler
yang berguna untuk menurunkan pH, mencegah terjadinya korosi dan
pembentukan keak pada ketel.
8
Turbin Uap
Uap yang dihasilkan boiler untuk menggerakkan sudut-sudut turbin dan
untuk menggerakkan generator yang porosnya dikopel dengan poros roda gigi.
Dengan demikian akan menghasilkan tenaga listrik yang akan menghasilkan
tenaga listrik yang akan digunakan untuk menggerakkan motor-motor dalam
proses pengolahan.
Mesin Diesel
Pada pabrik kelapa sawit Tanjung Seumantoh terdapat tiga unit mesin
diesel dengan kapasitas masing-masing 250 KVA untuk dua unit dan satu unit
berkapasitas 287,5 KVA. Mesin diesel dengan kapasitas 250 KVA selalu
dioperasikan pada saat yang sama untuk memenuhi kebutuhan beban di pabrik
dan perumahan, sedangkan mesin diesel yang berkapasitas 287,5 KVA
dioperasikan hanya pada waktu tertentu.
2.3 Laboraturium
Laboraturium berfungsi untuk mengontrol kualitas produksi dan jalannya proses
produksi. Pada laboraturium dilakukan uji analisa mutu seperti uji mutu air, mutu buah,
dan uji mutu produksi. Pada laboraturium juga melakukan perhitungan terhadap kerugian
(losses) yang terjadi selama proses pengolahan.
Air yang dianalisa adalah air baku, air pengolahan dan air pemanasan, analisa yang
digunakan untuk melihat mutu air adalah kadar pH, tingkat kesadahan, analisa TDS,
kadar silica, alkalinitas. Untuk melihat mutu buah kelapa sawit maka dilakukan analisa
dengan cara sortasi. Selama berlangsungnya proses pengolahan, losses yang terjadi tidak
boleh melebihi standar yang telah ditetapkan yaitu 9 %. Untuk melakukan uji analisa
losses, sampel yang diambil yaitu air rebusan, tandan kosong, pada ampas press, nutten,
sludge separator, fat pit, cangkang, dan pada fibre cyclone.
9
Gambar 4. laboraturium PTPN-I Tanjung Seumantoh
10
3. Kepala Tata Usaha
Kepala Tata Usaha bertanggung jawab dalam penyusunan daftar gaji karyawan
dan mengontrol semua laporan dari setiap bagian agar tepat waktu. Kepala Tata Usaha
juga berwenang merencanakan, mengarahkan kegiatan dibidang administrasi untuk
mencapai sasaran RKAP.
4. Asisten Laboraturium
Asisten laboraturium bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan analisa di
laboraturium yang diperlukan pabrik secara optimal, guna mengendalikan jalannya proses
pengolahan TBS, inti sawit, air ketel dan air limbah agar mutu dan kerugian yang timbul
berada dalam batas normal, termasuk menghitung persediaan dan pengiriman produksi
sehingga kualitas produksi dapat dikontrol.
5. Asisten Pengolahan
Asisten pengolahan bertanggung jawab dalam mengoperasikan PKS dan PIS
untuk menghasilkan minyak sawit, minyak inti sawit serta limbah, melaksanakan
pengolahan sesuai jadwal yang ditentukan termasuk pengendalian limbah PKS sehingga
mencapai hasil yang optimal dan melaksanakan absensi karyawan yang menjadi tanggung
jawab serta menyusun laporan harian.
6. Asisten Teknik
Asisten teknik bertanggung jawab dalam mengoperasikan mesin-mesin proses
dan mesin-mesin pembangkit tnaga serta mesin-mesin penggerak instalasi sehingga tidak
mengganggu aktivitas pengolahan pabrik.
7. Mandor
Mandor berfungsi sebagai pembantu asisten. Mandor bertugas mengawasi para
pekerja yang berada dibawah tangggung jawabnya dan membantu segala tanggung jawab
asisten.
8. Pekerja
Pekerja adalah orang-orang yang bertugas melaksanakan perintah dari mandor
masing-masing yang bertugas pada saat itu. Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh pekerja
lapangan dikenal dengan sebutan buruh. Buruh-buruh ini terikat kontrak dengan jangka
waktu tertentu, buruh ini juga disebut buruh harian lapang. Semua hal yang berkaitan
dengan buruh ini diatur dalam sebuah serikat yang bernama serikat pekerja perkebunan
(SPBUN).
11
III. PROSES PRODUKSI
12
V Buah dalam juga Lewat matang II
membrondol, ada buah
yang busuk
Sumber : Pusat Penelitian Marihat, 1982.
B. Sarana Produksi
Sarana produksi terdiri dari mesin dan peralatan yang digunakan pada tiap
proses produksi. Mesin dan peralatan merupakan suatu perlengkapan yang digunakan
ntuk membantu dalam menyelesaikan suatu proses produksi sehingga waktu penyelesaian
menjadi lebih singkat dengan jumlah produk yang lebih banyak. PTPN-I Tanjung
Seumentoh menggunakan sarana produksi yang mendukung kinerja proses produksinya.
Sarana tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan tahapan dalam setiap proses yang ada
di pabrik. Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh proses dilakukan dalam produksi CPO
(crude palm oil) pengolahan biji sawit, dan pengolahan inti sawit. Mesin dan peralatan
yang digunakan pada proses pengolahan daging (buah), biji sawit, dan inti sawit adalah
sebagai berikut :
13
6. Tahapan Pengolahan biji sawit (Nut Plant Station).
Pada stasiun ini terdapat Cake Breaker Conveyor, Depericarper, Nut Silo, Ripple
Mill, Cracked Mixture Separating Columm, Claybath,dan Kernel Silo.
C. Proses Produksi
Proses pengolahan dibagi menjadi beberapa proses produksi yaitu proses
produksi CPO (crude palm oil) dan pengolahan biji sawit, serta pengolahan inti sawit.
Proses produksi CPO pada PTPN-I Tanjung seumantoh terbagi atas beberapa tahap yang
dilakukan di beberapa station. Station-station pada proses pengolahan kelapa sawit yaitu
station penerimaan buah, perebusan, penebah, kempa, pemurnian minyak, dan
pengolahan. Proses pengolahan TBS dimulai dengan persiapan TBS di loading rump,
perebusan, penebahan, pengepresan, pengolahan, pemurnian hingga berakhir di storage
tank. Berbagai perlakuan harus dipenuhi dalam proses pengolahan ini sehingga dihasilkan
minyak kelapa sawit yang berkualitas baik.
14
Setelah dilakukan penimbangan, TBS di pindahkan ke loading rump. Pada
loading rump ini dilakukan sortasi buah yang bertujuan untuk pengawasan terhadap
kandungan minyak dalam proses pengolahan dan kadar asam lemak bebas dari TBS
tersebut. Sortasi dilakukan terhadap setiap unit TBS yang masuk. Sortasi TBS
dilakuakn berdasarkan criteria panen yang dibagi berdasarkan fraksi buahnya.
kriteria panen dan syarat mutu TBS telah disajikan pada tabel 1.
TBS yang terdapat pada loading rump yang telah mengalami proses sortasi
kemudian dimasukkan ke dalam lori-lori tempat meletakkan buah kelapa sawit untuk
proses perebusan yang berkapasitas 2.4 ton TBS pada setiap lorinya. TBS
dimasukkan ke dalam lori dengan membuka pintu loading. Lori yang telah terisi
dengan TBS kemudian dimasukkan ke dalam sterilizer untuk dilakuakn perebusan
dengan bantuan capstand yang berfungsi untuk menarik lori masuk-keluar sterilizer.
Kebun
Penimbangan
Loading rump
Sortasi
Lori
Perebusan
(sterilizer)
Hosting crane
Thresher
Pelumatan Incinerator
(digester)
Diagram 1. Diagram alir proses dari tahapan penerima buah sampai penebahan
15
2. Tahapan Perebusan (Sterilizing Station)
Pada tahapan ini akan dilakukan proses sterilisasi. Proses sterilisasi adalah
proses perebusan di dalam suatu bejana yang disebut dengan sterilizer. Sterilizer
memiliki kapasitas maksimal 10 lori yang dapat masuk ke dalamnya. Setelah lori
yang berisi TBS masuk ke dalam sterilizer, pintu alat tersebut ditutup rapat untuk
dilanjutkan proses perebusan. Proses perebusan dilakukan selama 100-110 menit
dengan media pemanasnya adalah uap. Uap didapatkan dari turbin yng bertekanan 2-
3 kg/cm3.
Metode Perebusan
Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, maka perlu diperhatikan cara perebusan.
Metode perebusan yang digunakan adalah dengan sistem tiga puncak (Triple Peak).
Prinsip triple peak adalah tiga kali penguapan uap (uap basah) ke dalam sterilizer
dan tiga kali pembuangan uap (blow down).
Tahap perebusan dengan pola triple peak adalah perebusan dengan tahapan
pencapaian puncak pada tiga kali pemasukan uap dan pembuangan uap. Jumlah
puncak dalam pola rebusan ditunjukkan oleh jumlah pembukaan dan penutupan dari
steam masuk atau ateam keluar selama perebusan berlangsung, yang diatur secara
manual dan otomatis.
Sebelum dimasukkan uap untuk mencapai puncak I, terlebih dahulu dilakukan
deaerasi (pembuangan udara) selama 5 menit. Kemudian baru dimasukkan uap untuk
mencapai puncak I yang dilakukan dengan cara membuka pipa steam masuk selama
12-15 menit atau dicapai tekanan sebesar 1.5 kg/cm 2, lalu pipa steam ditutup
sedangkan pipa kondesat dan pipa exhaust dibuka. Setelah tekanan turun sampai
sebesar 0kg/cm2 atau selama 5 menit pipa tersebut ditutup. Pada puncak pertama
proses yang terjadi adalah membuang udara yang terperangkap di dalam sterilizer.
Pipa steam masuk kemudian dibuka kembali selama 15 menit atau sampai dicapai
puncak II dengan tekanan 2.5 kg/cm2. Setelah tekanan turun sampai sebesar 0 kg/cm 2
atau 5 menit pipa tersebut ditutup. Pada puncak kedua, proses yang terjadi adalah
pengurangan kadar air dari buah dan proses awal sterilisasi. Setelah melalui dua
puncak awal, perebusan dilanjutkan dengan membuka pipa steam masuk sampai
dicapai puncak III dengan tekanan 3 kg/cm2. Lalu tekanan itu dipertahankan selama
45 menit, sebelum dilakukan pembuangan steam terakhir. Pada puncak ketiga terjadi
proses setrilisasi sempurna dan melekangkan cangkang dan kernel agar tidak
menyatu dan memudahkan emecahan nut.
Setelah penahanan tekanan steam selesai, maka steam yang berada di dalam
sterilizer di buang. Pemasukan steam secara tiba-tiba pada pencapaian puncak I dan
II bertujuan untuk memberikan mechanical shock dan thermal shock terhadap TBS,
sehingga buah yang semula kaku menempel pada tandan akan lunak dan akan lebih
mudah lepas dari tandan saat di tebah dalam thresher. Sedangkan penahanan tekanan
pada puncak II bertujuan untuk memberikan kondisi yang cukup agar kadar asam
lemak bebas (ALB) didalam TBS dapat dikurangi.
16
Grafik 1. Grafik perebusan sistem triple peak
17
pengepresan
desanding
device pemecahan
vibrating
screen fat pit
pemurnian
18
kotoran berada pada bagian atas, kemudian dipompakan ke ayakan getar, sedangkan
kotoran dan lumpur berada pada bagian bawah bejana yang akan dialirkan ke fat pit.
Vibrating screen adalah alat yang terdiri dari dua lapisan screen dengan ukuran
masing-masing 30 mesh untuk top screen dan 40 mesh untuk bottom screen, yang
digetarkan dengan kecepatan 1500 rpm. Proses penyaringan menggunakan vibrating
screen yang bertujuan untuk memisahkan non-oil solid (NOS) yang berukuran besar
seperti serabut, pasir, tanah, dan kotoran-kotoran lain yang terbawa dari desanding
device. NOS yang tertahan pada ayakan akan dikembalikan ke digester melalui
bottom cross conveyor, sedangkan minyak dipompakan ke crude oil tank.
Minyak yang dikeluarkan dari vibrating screen dialirkan ke crude oil tank untuk
ditampung sementara sebelum di pompakan ke stasiun pemurnian. Pada crude oil
tank minyak dipanaskan dengan steam menggunakan sistem pipa pemanas dengan
suhu yang dipertahankan 90-95oC. Kemudian minyak dipompakan ke continuous
settling tank (CST).
crude oil
tank
continuous
settling tank
skimmer sludge
oil
purifier
kotoran dan
kotoran dan air air
densitas
densitas besar kecil
proses blow
down vacum dryer
storage tank
(CPO)
Diagram 3. Diagram alir proses stasiun pemurnian (clarification station).
19
Minyak kelapa sawit kasar yang berasal dari stasiun pengempaan masih banyak
mengandung kotoran-kotoran yang berasal dari daging buah seperti lumpur, air dan
lain-lain. Keadaan ini menyebabkan minyak mudah mengalami penurunan mutu
sehingga sulit dalam pemasaran. Untuk mendapatkan minyak yang memenuhi
standar maka perlu dilakukan proses pemurnian terhadap minyak tersebut.
Dari crude oil tank minyak dipompakan ke CST untuk mengendapkan lumpur
dalam crude oil tank berdasarkan berat jenisnya. Proses pengendapan ini dapat
berlangsung dengan sempurna jika temperatur minyak dapat dipertahankan pada 90-
95oC, karena pada temperatur tersebut mniyak yang memiliki densitas lebih besar
akan mengendap pada dasar tanki. Minyak pada bagian atas CST dikumpul dengan
bantuan skimmer menuju pure oil tank, sedangkan sludge yang masih mengandung
minyak terletak pada bagian bawah yang dialirkan ke sludge oil tank.
Minyak dari CST menuju ke pure oil tank untuk ditampung sementara waktu
sebelum dialirkan ke oil purifier. Dalam pure oil tank juga terjadi pemanasan dengan
tujuan untuk mengurangi kadar air. Pemanasan dilakukan pada suhu 90-95oC. di
dalam oil purifier dilakukan pemurnian berdasarkan atas perbedaan densitas dengan
menggunakan gaya sentrifugal. Dengan kecepatan perputarannya adalah 7500 rpm.
Kotoran dan air yang memiliki densitas yang lebih besar akan berada pada bagian
luar (dinding bowl), sedangkan minyak mempunyai densitas yang lebih kecil
bergerak ke arah poros dan keluar melalui sudut-sudut untuk dialirkan ke vacum
dryer. Kotoran dan air yang melekat pada dinding di bowl down ke seluruh
pambuangan untuk dibawa ke fat pit.
Minyak yang keluar dari oil purifier masih mengandung air, maka untuk
mengurangi kadar air tersebut, minyak dipompakan ke vacum dryer. Di sini minyak
disemprot dengan menggunakan noozle sehingga campuran minyak dan air tersebut
akan pecah. Hal tersebut akan mempermudah pemisahan air dalam minyak, dimana
minyak yang memiliki tekanan uap lebih tinggi dari air akan turun dan dipompakan
ke storage tank. Sludge yang masih mengandung minyak pada bagian bawah CST di
alirkan ke sludge oil tank untuk mengendapkan lumpur (campuran air dan NOS) dari
minyak. Untuk mempercepat pengendapan lumpur, sludge dipanaskan pada suhu 80-
90oC dengan menggunakan uapyang dialirkan melalui coil pemanas sehingga
densitas minyak menjadi lebih besar dan lumpur halus yang melekat pada minyak
akan terlepas dan mengendap pada dasar tangki.
Lumpur yang mengendap di blow down tiap selang waktu tertentu. Kemudian
dialirkan ke fat pit melalui saluran pembuangan, sedangkan lumpur yang masih
mengandung minyak dialirkan self cleaning straine yang merupakan saringan
berbentuk silinder dan berlubang lebih halus. Dengan adanya perputaran poros,
timbul gaya sentrifugal dan minyak akan berada dibagian tengah dan dihisap oleh
pompa menuju balancing tank. Dari balancing tank ini minyak yang masih
mengandung lumpur halus dibagi ke sludge operator dan decanter.
Pada sludge operator ini terjadi 2 fase pemisahan minyak kasar dan sludge yang
mengandung air. Pada tahap ini minyak dipisahkan dari NOS berdasarkan perbedaan
densitas oleh gaya sentrifugal dengan kecepatan putar 7500 rpm, serta dilakukan juga
pemanasan dengan air pemanas yang berasal dari hot water tank. Minyak yang
mempunyai densitas lebih keciil akan menuju poros dan terdorong keluar melalui
sudut-sudut (paring disk) yang kemudian dialirkan ke CST. Sedangkan sludge yang
20
mengandung air memiliki densitas lebih besar sehingga akan terdorong ke bagian
dinding bowl dan melalui nozzle, kemudian sludge keluar melalui saluran
pembuangan menuju fat pit.
Pada decanter terjadi pemisahan 3 fase yaitu minyak, air, dan padatan. Decanter
bekerja berdasarkan gaya sentrifugal yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang
diam (canting) dan bagian berputar. Bagian berputar merupakan tabung (bowl)
dengan putaran 3500 rpm dan di dalamnya terdapat ulir (screw conveyor) dengan
putaran sedikit lebih lambat dari putaran tabung. Akibat gaya sentrifugal padatan
bergerak ke dinding bowl dan didorong oleh screw ke bawah. Padatan yang
berbentuk lumpur dibuang sedangkan cairan bergerak berlawanan arah dengan
padatan dan akan terjadi pemisahan lebih lanjut akibat adanya gaya sentrifugal.
Cairan dengan densitas lebih kecil yakni minyak akan menuju poros dan dialirkan
kembali ke CST, sedangkan air kotornya dialirkan kesaluran pembuangan menuju fat
pit. Fat pit merupakan kolam untuk menampung air limbah yang masih terdapat
minyak. Disini diinjeksikan uap sebagai pemanas untuk mempermudah proses
pemisahan minyak dengan kotoran. Selanjutnya minyak yang ada pada permukaan
dibiarkan melimpah dan ditampung pada pinggiran kolam fat pit, dan dipompaka ke
CST untuk proses pemurnian kembali. Minyak yang sudah melewati vacuum dryer
dipompakan ke storage tank. Minyak yang dihasilkan dari daging buah ini disebut
juga crude palm oil (CPO).
Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua aspek
kualitas. Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak,
kelembaban dan kadar kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan
kejernihan serta kemurnian produk. Kelapa sawit bermutu prima (SQ, Special
Quality) mengandung asam lemak (FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2 % pada
saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari
5 % FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendemen
minyak 22,1 % ‐ 22,2 % (tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7 % ‐ 2,1 %
(terendah). Mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua arti, pertama,
benar‐benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak
kelapa sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat‐sifat fisiknya, yaitu
dengan mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium. Kedua,
pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur
berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air,
kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan. Kebutuhan
mutu minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan
non pangan masing‐masing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian, kesegaran,
maupun aspek higienisnya harus lebih Diperhatikan. Rendahnya mutu minyak kelapa
sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor‐faktor tersebut dapat langsung
dari sifat induk pohonnya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama
pemrosesan dan pengangkutan. Dari beberapa faktor yang berkaitan dengan standar
mutu minyak sawit tersebut, didapat hasil dari pengolahan kelapa sawit, seperti
Crude Palm Oil, Crude Palm Stearin, RBD Palm Oil, RBD Olein, RBD Stearin, Palm
Kernel Oil, Palm Kernel Fatty Acid, Palm Kernel, Palm Kernel Expeller (PKE),
Palm Cooking Oil, Refined Palm Oil (RPO), Refined Bleached Deodorised Olein
21
(ROL), Refined Bleached Deodorised Stearin (RPS), Palm Kernel Pellet, dan Palm
Kernel Shell Charcoal. Syarat mutu inti kelapa sawit adalah sebagai berikut:
1. Kadar minyak minimum (%): 48; cara pengujian SP‐SMP‐13‐1975
2. Kadar air maksimum (%):8,5 ; cara pengujian SP‐SMP‐7‐1975
3. Kontaminasi maksimum (%):4,0; cara pengujian SP‐SMP‐31‐19975
4. Kadar inti pecah maksimum (%):15; cara pengujian SP‐SMP‐31‐1975
(Fauzi, Y, Y.E. Widyastuti, Iman S., dan Rudi Hartono 2006).
22
Sifat Kimia Minyak Kelapa Sawit
Adapun sifat-sifat kimia kelapa sawit adalah sebagai berikut :
1. Asam lemak jenuh dan minyak mempunyai rantai lurus monokarboksilat dengan
karbon genap.
2. Bila terjadi kontak dengan sejumlah oksigen, maka akan terjadi reaksi oksidasi yang
menyebabkan minyak menjadi tengik.
3. Dilihat dari strukturnya, minyak berasal dari trigliserida – ester atau trigliserida yang
terbentuk dari kondensasi dari 1 molekul gliserol dan 3 molekul asam lemak. Pada
reaksi hidrolisa minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol.
4. Pada reaksi hidrolisa minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol.
5. Penambahan sejumlah basa akan terjadi reaksi penyabunan (saponifikasi).
6. Komposisi asam lemak yang utama pada minyak adalah asam palmitat (40-46%) dan
pada minyka inti sawit asam laurat (46-56%).
Untuk memperoleh minyak kelapa sawit sesuai dengan standar serta mutu yang
yang baik, maka perlu diperhatikan factor-faktor yang mempengaruhi. Mutu
produksi sangat mempengaruhi, terutama asam lemak bebas (ALB) dalam minyak
kelapa sawit. ALB adalah faktor mutu yang paling cepat berubah selama proses
terjadi, ALB dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak kelapa sawit sangat
merugikan. Tingginya ALB ini mengakibatkan rendemen minyak turun, sehingga
perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya ALB dalam minyak sawit. Kenaikan
kadar ALB ditentukan dari saat tandan dipanen sampai diolah pabrik. Kenaikan ALB
ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak yang dipercepat dengan faktor-
faktor seperti apanas, air, keasaman, katalis(enzim) (Fauzi, dkk. 2006).
Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk menekan
kadar ALB sekaligus untuk menaikkan rendemen minyak. Faktor-faktor yang
mempercepat pembentukan ALB setelah tandas dipotong sebelum direbus yaitu
banyak buah yang rusak, lamanya pengangkutan, tingkat kematangan, dan
pengumpulan buah yang tertunda. Peningkatan kadar ALB juga dapat terjadi pada
proses hidrolisa dipabrik. Pada proses tersebut terjadi penguraian kimia yang dibantu
oleh air, berlangsung pada kondisi tertentu. Air panas dan uap air tertentu merupakan
bahan pembantu pada proses pengolahan. Akan tetapi, proses pengolahan yang
kurang cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak
mengalami penurunan. Karena itu, setelah proses pengolahan minyak sawit,
dilakukan pengeringan pada bejana hampa pada suhu 900C (Lubis.1982).
Tabel 3. Sifat fisika-kima dari kelapa sawit.
Sifat Minyak sawit Minyak inti sawit
Berat jenis pada suhu kamar 0.900 0.900-0.913
0
Indeks bias D 40 C
Bilangan Iod 1.4565-1.4585 1.459-1.415
Bilangan penyabunan 48-86 14-20
196-206 244-254
(Ketaren, 1986).
23
C.2. Pabrik Inti Sawit (PIS)
screw press
serat biji
pemisahan
depericarper
fraksi fraksi
ringan berat
pemisahan polishing
(fibre
cyclon) drum
pemecahan
ripple mill
pemecahan
II
24
pemecahan II
cracked mixture
separating
columm
fraksi fraksi
ringan berat
separating screened
particle
columm drum
fibre
conveyor pemcahan
boiler pengeringan
Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk memisahkan inti (kernel) dari
cangkangnya dan untuk mempersiapkan biji yang akan diiolah di pabrik pengolahan inti
sawit. Pengolahan biji sawit pada dasarnya adalah proses pemisahan serabut dari biji,
pemeraman biji, pemisahan inti dari cangkangnya dan proses pengeringan.
Ampas kempa dari screw press yang terdiri dari serat dan biji yang masih
menggumpal masuk ke cake breaker conveyor (CBC). CBC merupakan suatu talang yang
terdiri dari pedal-pedal yang berputar pada poros yang dilengkapi dengan steam jacked
untuk mengalirkan steam sebagai media pengering dengan temperatur 90-950C. CBC
berfungsi untuk mengeringkan dan memecahkan gumpalan-gumpalan ampas kempa agar
memudahkan pemisahan biji dan serat. Kemudian dibawa ke depericarper.
Depericarper adalah alat untuk memisahkan ampas dan biji dari sisa-sisa serabut
yang masih melekat pada biji. Alat ini terdiri dari separating columm dan polishing drum.
Ampas dan biji dari CBC masuk ke separating columm. Disini fraksi ringan yang berupa
serat (fibre), inti pecah halus, cangkang halus, dan debu terpisah di fibre cyclone dan
25
melalui air lock masuk dan ditampung dalam shell bin yang akan digunakan sebagai
bahan bakar boiler. Sedangkan fraksi berat seperti biji utuh, biji pecah, inti utuh dan
pecah akan ke polishing drum. Di dalam polishing drum akan terjadi perputaran yang
mengakibatkan terjadinya gesekan sehingga serabut terkikis dan terlepas dari biji
bersamaan fraksi kecil lainnya jatuh melalui lubang cincin nut elevator dan diperam di
nut silo. Di dalam nut silo tingkatan suhu (udara panas) Yang digunakan dibagi menjadi
tiga yaitu berturut-turut dari atas kebawah adalah 700C, 600C, dan 500C. Biji yang telah
diperam akan dipecahkan menggunakan mesin ripple mill yang diatur oleh nut shaking
grate. Nut shaking grate terletak pada dasar nut silo.
Biji yang masuk dari rotor pada ripple mill akan mengalami gaya sentrifugal
sehingga biji keluar dari rotor dan terbanting dengan kuat yang menyebabkan inti pecah.
Kecepatan putarannya adalah 900 rpm. Setelah dipecahkan, inti yang masuk bercampur
dengan kotoran-kotoran dibawa ke cracked mixture separating columm melalui cracked
mixture conveyor dan elevator. Campuran tersebut terkadang mengandung kotoran
berupa pasir yang akan tertinggal saat pembawaan.
Pada cracked mixture separating columm akan terjadi pemisahan dimana fraksi-
fraksi ringan akan diserap oleh separating columm fan. Fraksi –fraksi ringan tersebut
akan dibawa ke shell bin oleh fibre conveyor. Fraksi berat disortir terlebih dahulu dari
batu-batuan oleh vibrating grade kemudian akan turun dan masuk ke screened particle
drum. Biji utuh hasil pemisahan pada vibrating grade dan screened particle drum di
kembalikan ke ripple mill untuk dipecahkan kembali.
Inti dan sebagian cangkang yang belum terpisahkan, dipisahkan lagi pada dust
separating columm air lock. Inti hasil pemisahan dibawa ke kernel silo melalui
konveyor. Cangkang hasil serapan dust conveyor air lock dibawa ke shell bin dan akan
bercampur dengan serabut dari fibre cyclone sebagai bahan bakar boiler.
Pada proses ini juga terdapat proses pemisahan inti, inti pecah, dan cangkang
secara basah dengan menggunakan claybath. Pemisahan ini memanfaatkan berat jenis
dari bahan yang dipisahkan dengan larutan koloid yang mempunyai berat jenis diantara
kedua bahan tersebut. Bagian yang ringan akan mengapung dan bagian yang berat akan
tenggelam. Inti yang merupakan fraksi yang ringan akan dibawa ke kernel silo untuk
disimpan pada suhu tertentu.
Inti yang masih mengandung air perlu dikeringkan sampai kadar air 7 %. Inti
yang berasal dari kernel distribution conveyor didistribusikan ke unit kernel silo untuk
dilakukan proses pengeringan. Inti akan dikeringkan dengan menggunakan udara panas
dari boiler yang merupakan hasil kontak dengan steam. Suhu yang digunakan pada kernel
silo sama dengan nut silo.
Biji kelapa sawit yang diolah menghasilkan minyak inti sawit atau disebut juga
palm kernel oil(PKO) dan hasil samping dari pengolahan inti kelapa sawit berupa palm
kernel meal (PKM). Minyak kelapa sawit yang baik berkadar asam lemak bebas yang
rendah dan berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan. Bungkil inti sawit yang
diinginkan berwarna relatif cerah dan nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak
berubah.
Tabel 4. Komposisi rata-rata inti sawit .
No Komponen Jumlah
1 Minyak 47-52
2 Air 6-8
26
3 Protein 7.5-9.0
4 Extratctable non nitrogen 23-24
5 Selulosa 5
6 Abu 2
Terdapat variasi inti sawit dalam hal padatan non minyak dan non protein.
Extractable non nitrogen mengandung sejumlah sukrosa, gula pereduksi dan pati, tetapi
dalam beberapa contoh tidak mengandung pati. Pemisahan minyak inti sawit pada proses
pengolahan merupakan pemisahan campuran zat padat dan zat cair yang dilakukan
dengan cara pengepresan dan pengendapan. Kecepatan pengendapan memegang peran
penting. Kecepatan pengendapan ini tergantung pada perbedaan kerapatan dari zat cair
dan zat padat, volume dari zat-zat padat, dan viskositas dari zat cair. Semakin kecil dan
ringan bagian-bagian dari zat padat serta semakin kental zat cair, maka akan semakin
lambat pula pengendapan berlangsung.
Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh pengolahan inti dari buah kelapa sawit untuk
mendapatkan minyak inti sawit atau lebih dikenal dengan palm kernel oil terdiri dari
bebrapa tahapan.
Inti yang berasal dari silo turun dan masuk ke vibrating case kemudian
dilakukan penyortiran inti sebelum masuk ke rolling mill. Pada rolling mill yang terjadi
hanya proses fisik, yaitu inti sawit diremukkan secara mekanis oleh roll-roll yang
bergerigi. Inti yang telah melalui rolling mill dibawa dengan menggunakan broken kernel
conveyor dan broken kernel elevator dibawa kedalam flacking mill untuk menipiskan
kembali inti sawit yang telah melalui rolling mill. Dengan proses tersebut diharapkan
permukaan sawit mampu menyerap udara panas lebih cepat dan dapat memaksimalkan
perolehan minyak inti sawit.
Untuk memperoleh minyak yang terkandung di dalam inti sawit, maka inti yang
keluar dari flacking mill tersebut dibawa dengan menggunakan flakes conveyor dan flakes
elevator ke dalam conditioner. Penggorengan menggunakan conditioner dilakukan
dengan uap kering yang bertemperatur 800C dan tekanan 11 bar.
Dalam screw press, inti ditekan dengan tekanan mencapai 40 bar dan temperatur
800C. Dari proses ini dihasilkan minyak inti sawit (palm kernel oil) dan ampas inti sawit
(palm kernel mill). Minyak inti akan turun menuju filter press lalu ke vibrating screen
untuk memisahkan inti kotor (crude kernel oil) dengan sisa ampas. Minyak inti sawit
yang telah dipisahkan dari ampas dan kotorannya dipompakan ke storage tank dengan
suhu simpan 45-600C.
27
silo
Vibrating
case
Penyortiran
inti
Rolling mill
Flacking mill
Penggorengan
(Conditioner)
Pengepresan
(screw press)
Minyak inti
sawit kasar
Vibrating
screen
Storage Ampas
28
IV. PENGELOLAAN LINGKUNGAN
29
B. Proses Pengelolaan Lingkungan Industri
Pada proses pelaksanaan pengelolaan lingkungan industri, sangat erat kaitannya
dengan pengolaan limbah industri untuk mengendalikan pencemaran yang berakibat
negatif bagi lingkungan. Untuk memaksimalkan pengelolaan lingkungan industri
terhadap limbah, maka perlu diketahui tentang limbah industri yang dihasilkan.
Limbah Industri Kelapa Sawit
Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh, limbah yang dihasilkan adalah limbah padat,
cair dan gas. Limbah padat terdiri dari fibre, cangkang, tandan kosong, dan idecanter
solid. Limbah cair terdiri dari limbah hasil separator, limbah haisl dari decanter, dan
limbah air rebusan.
Limbah yang dihasilkan juga memiliki nilai untuk dimanfaatkan dan berpotensi
juga terhadap pencemaran.. Limbah padat misalnya seperti tandan kosong dapat
dimanfaatkan sebagai bahan organic yang dapat menghasilkan pupuk. Serat dan
cangkang yang dihasilkan dari proses pengepresan juga dapat digunakan kembali sebagai
bahan bakar. Pada limbah cair, air limbah yang dihasilkan akan diolah kembali pada
proses water treatment, proses tersebut dilakukan selain untuk mengurangi kerusakan
lingkungan akibat limbah cair juga untuk mengolah air agar dapat digunakan. Limbah
cair industri kelapa sawit yang juga merupakan sisa dari proses produksi yang
mengandung konsentrasi padatan tinggi dan sangat potensial menciptakan pencemaran.
Limbah cair mengalir ditengah-tengah perkebunan dan berakhir pada sungai atau perairan
umum yang banyak dimanfaatkan penduduk. Pohon industri pemanfaatan limbah kelapa
sawit dapat dilihat pada gambar 5.
Menurut Ditjen PPHP (2006), dalam upaya pemanfaatan limbah kelapa sawit
secara optimal untuk setiap kasus, perlu dikaji beberapa aspek teknis, ekonomis, social
dan lingkungan seperti berikut :
1. Jumlah, waktu pengadaan dan lokasi limbah maupun fluktuasinya sepanjang
tahun atau musim.
2. Pemanfaatan dilapangan, jumlah biomassa, kebutuhan tenaga kerja, peralatan,
kondisi jalan, bahaya, resiko kerusakan atau pelapukan.
3. Transportasi, volume limbah, jarak sampai ditujuan, kondisi jalan.
4. Struktur fisik dan komposisi kimia maupun kandungan energy(nilai kalor bakar)
bahan limbah.
5. Berbagai alternative pemanfaatan limbah, teknologi yang tersedia, biaya dan
nilai produk yang dihasilkan.
6. Tingkat pencemaran lingkungan dan teknologi penanganan untuk kelestarian
lingkungan hidup.
30
yaitu sifat fisik (padatan, kekruhan, bau, temperatur, warna), sifat kimia (BOD, COD, N,
dan minyak dan lemak), dan sifat biologis. Semua karakteristik limbah tersebut terdapat
pada limbah industri yang dihasilkan (Ditjen PPHP, 2006).
Pada limbah cair misalnya, hampir seluruh air buangan PKS mengandung bahan
organik yang dapat mengalami degradasi. Oleh karenanya dalam pengolahan limbah
perlu diketahui karakteristik limbah. Karakteristik limbah dapat diketahui dari balance
sheet ekstraksi minyak kelapa sawit sehingga diketahui efisiansi pabrik kelapa sawit
dalam menghasilkan limbah. Limbah yang dihasilkan dapat dikurangi dengan pemakaian
decanter yang menyebabkan efisiensi pabrik kelapa sawit meningkat.
Limbah cair
Perincian operasi dan reaksi berbagai proses biologis adalah limbah industry
harus mengandung bahan yang dapat dibusukkan dengan kegiatan bakteri. Jika
limbah pabrik dialirkan ke dalam kolam yang cuukup besar dan ditambah dengan
bakteri maka akan terjadi proses biologis. Penyediaan kolam yang dangkal, agak
dalam dan yang lebih dalam lagi dikenal dengan kolam oksidasi aerobic, fakultatif
dan anaerobic. Telah terbukti bahwa sistem kolam mini berhasil di daerah tropis dan
semi tropis, dimana tanah mudah di dapat, iklimnya baik dan suhu relatif tinggi.
Fat Pit
Setelah semua limbah cair terkumpul di fat pit maka akan diolah kembali untuk
diambil minyak yang masih terkandung di dalam limbah cair tersebut. Limbah cair
yang ada terlebih dahulu dinetralkan sebelum dibuang ke sungai agar emenuhi
standar baku mutu limbah yang ada. Limbah cair mengandung bahan organic yang
dapat mengalami degradasi karena adanya bakteri pengurai. Limbah yang
mengandung senyawa organik diolah dengan kondisi aerobic dan anaerobic.
Limbah cair padat yang masih mengandung minyak dikumpulkan dalam kolam
fat pit untuk diambil minyaknya. Prinsip pemisahan disini berdasarkan perbedaan
densitas yang akan meghasilkan pemisahan antara minyak dan air. Minyak akan naik
ke atas lalu dipompakan ke dalam bak disposal (penampungan) kemudian dilakukan
proses pemurnian kembali dan pada akhirnya terkumpul di crude oil tank). Limbah
yang tersisa berada pada bagian bawah fat pit, limbah tersebut memiliki temperatur
60-700C. Air limbah segar yang keluar dari pabrik didinginkan pada cooling tower.
31
Pendinginan air limbah dengan cooling tower dibantu dengan bak pendingin. Alat ini
mampu menurunkan suhu air limbah dari 700C sampai 400C.
Fat pit
Pemisahan
Proses anaerobic
(anaerobic pond)
(Facultative
pond)
Kolam
penampungan
sementara
Proses aerobic
(aerobic pond)
Sungai
32
Limbah padat
Limbah padat yang terdapat pada pabrik pengolahan kelapa sawit berupa tandan
kosong, cangkang, fibre, dan solid decanter. Tandan kosong didapat dari threshing
station, dimana terdapat proses pelepasan brondolan dari TBS. Terkadang tandan
kosong masih memiliki brondolan yang tidak dapat rontok pada saat perontokan.
Pengolahan limbah tandan kosong dapat dengan dimanfaatkan secara langsung
maupun dilakukan proses pembakaran dengan incinerator.
Tandan kosong berfungsi ganda yaitu selain menambah hara ke dalam tanah,
juga meningkatkan kandungan bahan organic tanah yang sangat diperlukan bagi
perbaikan sifat fisik tanah. Dengan meningkatnya bahan organic tanah maka struktur
tanah semakin mantap, dan kemampuan tanah menahan air bertambah baik,
perbaikan sifat fisik tanah tersebut berdampak positif terhadap pertumbuhan akar dan
penyerapan unsur hara.
Tandan kosong juga dapat digunakan sebagai pupuk kompos dan pupuk organik.
Pengkomposan merupakan salah satu cara pemanfaatan limbah padat yang sudah
lama dikenal. Salah satu faktor penting dalam proses pengkomposan adalah unsur C
dan N. Tandan kosong yang akan dijadikan pupuk kompos terlebih dahulu dilakukan
proses perajangan agar dekomposisi dapat dipercepat. Kemudian disirami oleh
limbah cair PKS. Penguraian bahan organik tergantung pada kelembaban
lingkungan. Perlu ditambahkan aktifator untuk mengurangi kadar air, agar fermentasi
lebih cepat. Selanjutnya dilakukan pengaturan pH.
Hasil dari fibre cyclone mempunyai kandungan cangkang, serat dan inti kelapa
sawit yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk boiler. Kualitas asap
pembakaran pada dapur ketel uap dipengaruhi oleh komposisi serat tersebut. Solid
decanter yang dihasilkan dari unit pemurnian minyak dikumpulkan terlebih dahulu
sehingga mengalami pembusukan kemudian dibuang ke dalam lahan perkebunan
untuk menyuburkan tanaman kelapa sawit.
Limbah padat yang berasal dari solid decanter menimbulkan bau, sehingga
apabila telah mengalami pembusukan harus segera dibuang ke lahan pertanian untuk
dijadikan pupuk. Limbah ini dapat menyuburkan tanah, sehingga dapat membantu
dalam hal pengurangan anggaran pembelian pupuk.
Limbah gas
Limbah gas pabrik kelapa sawit berupa asap. Asap dihasilkan dari pembakaran
tandan kosong melalui incinerator dan asap yg ditimbulkan dari boiler yang
menggunakan cangkang dan fibre sebagai bahan bakar. Pengolahan limbah
dilakukan dengan mengeluarkan asap ke udara. Pencemaran yg ditimbulkan cukup
banyak khususnya untuk udara. PTPN-I Tanjung Seumantoh melakukan usaha untuk
mengurangi limbah gas ini denagn cara mengurangi proses pembakaran tandan
kosong serta mengatur komposisi pemakaian bahan bakar dari cangkang dan fibre.
Komposisi penggunaan cangkang harus lebih sedikit dari pada bahan bakar bantuan
lainnya karena pembakaran cangkang menyebabkan asap yang ditimbulkannya
berwarna hitam pekat.
33
C. Sistem Monitoring dan Pengendalian Lingkungan
Pengendalian lingkungan industri PTPN-I Tanjung Seumantoh mengacu pada
UU No.23 tahun 19997 tentang lingkungan hidup, PP RI No.82 tahun 2001 tentang
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, KepMen
No.Kep.51./Men.LH/10/95/Mengenai baku mutu LCPKS yang tidak mencemari
lingkungan, KepMenLH No.29 tahun 2003 tentang pedoman syarat dan tata cara
perizinan pemanfaatan air limbah dari industry minyak sawit pada tanah di perkebunan
kelapa sawit. Monitoring dan pengendaliannya bekerja sama dengan instansi-instansi
seperti Departemen Perindustrian, Komite Akreditas Nasional, dan Balai Riset Dan
Standarisasi Industry, serta Balai Lingkungan Hidup.
Monitoring dilakukan terhadap dampak limbah yang dihasilkan pabrik. pada
PTPN-I Tanjung Seumantoh pengontrolan dilakukan terhadap limbah cair yang paling
banyak dihasilkan untuk diketahui uji kadar limbah. Hasil dapat dilihat pada tabel 6 dan
7. Pengecekan dilakukan tiap bulan oleh Balai Riset Dan Standarisasi Industri Banda
Aceh. Pelaporan akan dilakukan setelah pengujian selesai dan dokumentasi diperoleh
dalam bentuk form hasil uji.
34
V. PEMBAHASAN
35
kosong (jangkos), tanah, dan sampah-sampah lain yang terikut pada saat pemanenan.
TBS berupa jangkos tidak layak untuk dipanen. Pada fraksi ini hampir tidak ada buah
pada TBS atau brondolan mendekati 100%. Adanya jangkos, tanah dan sampah-sampah
lain pada truk hanya akan menambah tonase TBS yang diolah tanpa memberikan hasil
sehingga mempengaruhi rendemen. Kondisi janjang yang terlalu panjang juga akan
mengurangi rendemen minyak yang didapat karena dalam proses perebusan TBS akan
cenderung menyerap minyak. Proses pemanasan saat perebusan akan menyebabkan kadar
air dalam janjang berkurang akibat terjadinga kondensasi sedangkan minyak yang
terdapat dalam buah sebagian kecil ikut terekstrak dan ikut bersama air kondensasi
sehingga janjang yang dalam keadaan air rendah dapat menyerap minyak.
Keberadaan buah keras dan buah mentah dalam proses produksi menyebabkan
sulitnya proses perontokan brondolan dari janjang pada Threser. Sehingga terkadang
masih terdapat brondolan dalam janjang yang tidak lepas dan ikut terbuang bersama
janjang kosong ataupun mengalami perebusan dua kali. Persentase dari buah keras yang
diperbolehkan dalam standar sortasi sebesar 3% dan buah mentah sebesar 0%. Jadi proses
sortasi sangat mendukung dalam menghasilkan kualitas produk dan rendemen yang baik.
Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh ditemukan bahwa permasalahan yang
menyebabkan adanya TBS yang kurang bagus masuk ke dalam proses pengolahan
sehingga rendemen yang didapat kurang memuaskan yaitu karena adanya provokasi
pihak lain dalam proses sortasi. Pihak pemilik kelapa sawit yang kelapa sawitnya dibeli
oleh PTPN-I Tanjung Seumantoh selalu berusaha agar TBS yang mereka miliki diterima
semuanya oleh pihak perusahaan. Karena jika buah yang dimiliki tidak lolos sortasi,
maka bayaran penjualan mereka juga akan berkurang. Provokasi tersebut menyebabkan
petugas lapangan sortasi sering tidak dapat mengatur jalannya sortasi dengan baik
sehingga ada saja TBS yang tidak layak diolah lolos dari proses sortasi. Permasalahan ini
akan menjadi sangat serius jika tidak ada penanganannya. Sebaiknya pada proses sortasi,
tidak ada pihak lain yang ikut dalam proses selain pihak perusahaan dan petugas bongkar
muat truk pengangkut kelapa sawit.
B. Proses Produksi
B.1. Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
Proses produksi kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit atau CPO (crude
palm oil) melalui beberapa tahapan, proses produksi ini dimulai dari penimbangan kelapa
sawit pada jembatan penimbangan, penerimaan buah di stasiun penerimaan buah, Stasiun
perebusan, Stasiun penebahan, Stasiun pengepressan, Stasiun pemurnian hingga ke
penyimpanan minyak. Sedangkan untuk menghasilkan kernel dan cangkang, dari Stasiun
Press Masuk ke Stasiun Nut and Kernel. Secara Garis Besar, proses produksi CPO atau
minyak kelapa sawit pada PTPN-I Tanjung Seumantoh, Aceh Tamiang dapat diliat dari
diagram material balance proses produksi berikut ini :
36
Diagram 8 . Material Balane proses produksi
Dalam tahapan – tahapan proses produksi terdapat satasiun-stasiun pengolah
yang masing-masingnya memiliki alat-alat proses atau pengolah bahan baku sebagai
berikut :
1. Stasiun penerimaan buah
a. Jembatan penimbangan
Pada stasiun penerimaan buah, terdapat alat yang disebut jembatan
penimbangan. Jembatan penimbangan adalah tempat penimbangan atau alat ukur berat
kapasitas besar yang biasanya digunakan untuk mengukur berat bahan ataupun produk
yang dikirim ke kebun ataupun untuk menimbang solar yang masuk ke pabrik. Jembatan
penimbangan menggunakan plat dari besi berukuran 8 x 2,5 meter dengan kapasitas
maksimal 60 ton. Pengukuran berat dengan jembatan penimbangan memakai sistem
elektronik yang dilengkapi dengan load cell dan sensor, sehingga menghasilkan output
angka pada monitor pengendali. Penimbangan dilakukan sebanyak dua kali, penimbangan
pertama dilakukan terhadap kendaraan bermuatan (bruto), sedangkan penimbangan kedua
dilakukan terhadap kendaraan yang telah kosong (tarra), selisih penimbangan kendaraan
bermuatan dengan kendaraan kosong merupakan berat bersih (netto) muatan. Kendaraan
yang telah melakukan penimbangan memiliki karcis timbang. Karcis timbang digunakan
sebagai bukti dari berat barang yang keluar atau masuk pabrik.
37
Gambar 5. Jembatan penimbangan
b. Loading Rump
Setelah TBS melalui jembatan penimbangan, TBS akan disortir dan ditampung
pada loading rump. Loading Rump merupakan tempat penampungan sementara TBS
sebelum dilakukan proses perebusan. Pada PTPN-I memiliki Fruit loading rump
yang terdiri dari 12 hopper penyimpanan untuk penimbunan TBS dengan sudut
kemiringan 120. Bagian ujung dari hopper dipasang jerjak-jerjak pembuangan pasir
dengan lebar satu meter sepanjang dasar Loading rump dan dilengkapi dengan
konveyor untuk mengeluarkan pasir dan sampah. Loading rump dilengkapi dengan
pintu loading yang bekerja secara hidrolik, dimana setiap pintu dipasang pengatur
untuk memindahkan ke dalam lori-lori perbusan.
38
Gambar 8. Keadaan stasiun penerimaan buah
c. Lori
Lori adalah wadah yang berfungsi sebagai tempat penampungan TBS dari
loading rump dan sebagai wadah pada saat perebusan TBS. Bagian lori terdiri dari badan
lori, ring rantai, kaitan, serta roda. Ring rantai digunakan sebagai tempat untuk
mengaitkan rantai pada Tippler, sedangkan kaitan digunakan sebagai alat sambungan
antar lori dan juga berfungsi sebagai tempat mengaitkan tali dari alat penarik lori. Roda
lori digunakan untuk memudahkan perpindahan lori dari satu tempat ke tempat lain
melalui rel. Badan lori dilengkapi dengan lubang-lubang yang berfungsi membantu
sirkulasi steam yang merata dan memudahkan pengeluaran air kondensat. Lori di PTPN-I
Tanjung Seumantoh memiliki kapasitas 2.4 ton TBS/unit.
39
d. Capstand
Capstand merupakan alat yang digunakan untuk menarik lori. Capstand di
gerakkan oleh elektromotor berdaya 16 kW, dengan kecepatan rotasi motor sebesar 1450
rpm. Penggunaan capstand diawali dengan mengaitkan tali capstand ke kaitan lori,
elektromotor kemudian akan memutar katrol tali sehingga tali melilit dan sekaligus
menarik lori.
2. Stasiun Perebusan
Sterilizer berbentuk tangki silinder horizontal berkapasitas 10 lori ( 24 ton
TBS/sterilizer). Bagian-bagian sterilizer terdiri dari safety valve (katup pengaman),
manometer tekanan, pipa exhaust, pipa inlet, pipa kondensat, dua buah pintu, rel dan
pondasi. Steam masuk ke dalam sterilizer melalui pipa steam inlet dan keluar mealui pipa
steam exhaust. Safety valve mengatur tekanan steam di dalam sterilizer. Air kondensat
rebusan TBS dikeluarkan melalui pipa kondensat menuju ke bak blowdown.
40
pembentuk ALB, maka untuk menghentikan aktifitas enzim tersebut melakukan
perebusan minimal 50-550c.
41
Untuk menghitung neraca massa, diperlukan variabel masing-masing kompnen,
sehingga mempermudah perhitungan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar batasan
sistem neraca massa dan panas berikut :
STERILIZER
Gambar 13 . batasan sistem neraca massa dan neraca panas pada bejana rebusan
(sterilizer).
Prinsip perhitungan untuk menghitung panas yang dibawa masuk dan keluar
sterilizer adalah dengan menggunakan persamaan :
Q = m x Cp x ∆T
42
Keterangan :
Q = Jumlah panas (KKal)
M = Massa (kg)
Cp = Kapasitas panas (KKal/kg0C)
∆T = Beda temperatur (0C)
∆H = Perbedaan enthalpy (Kj/Kg)
Λ = Panas steam (KKal/Kg)
43
memiliki daya sebesar 30 Hp dengan putaran 1475 rpm. Untuk mempercepat proses
pelumatan buah, digester diberikan panas oleh pipa injeksi steam hingga temperatur
mencapai 90-100 ᵒC.
c. Oil purifier
Oil purifier digunakan untuk menurunkan kadar sludge dari minyak yang
dialirkan dari oil tank. Bagian utama dari oil purifier berpa bowl dengan lubang di
tengahnya. Pemisahan sludge dari minyak terjadi akibat adanya gaya sentrifugal.
d. Vacuum dryer
Vacumm dryer digunakan untuk mengurangi kadar air dalam minyak yang telah
dibersihkan dari sludge di oil purifier. Kadar air minyak diturunkan hingga 0,1% dengan
prinsip pengeringan vacuum bertekanan 0,9 bar. Minyak yang telah diproses
44
menggunakan vacuum dryer selanjutnya dialirkan menuju oil transfer tank sebelum
dialirkan lagi menuju ke tangki timbun (Storage Tank).
f. Storage tank
Setelah proses pemurnian, minyak yang didapatkan adalah crude palm oil. CPO
tersebut di simpan didalam storage tank . Storage tank memiliki suhu simpan 45-600C.
setiap hari dilakukan pengujian mutu minyak sawit.
45
Table 5. Karakteristik fisis dan kimia limbah PKS
Asal Limbah
No Parameter
St. Rebusan St. Klarifikasi Fat pit
1 pH 4.0-4.5 4.3 4.3
2 TSS 6000-35000 45000 24750
3 Oil 1100-6000 10000 8000
4 BOD 5000-20000 28500 22850
5 COD 10000-45000 55000 45250
6 Total N 60-590 - 280
7 Total P 42-320 950 220
46
Tabel 9. Nilai standarisasi limbah cair industry kelapa sawit
No. Parameter Uji Nilai Standarisasi Hasil
1 pH 6-9
2 BOD 100
3 COD 350
4 TSS 250
5 NH3-N 50
6 Oil greese 25
3
7 Debit 0.6 m / ton TBS
(Ditjen PPHP, 2006)
Berdasarkan standarisasi, dapat dilihat bahwa limbah cair yang dibuang oleh
PTPN-I Tanjung Seumantoh masih dalam kadar yang tidak berbahaya. Hal tersebut dapat
dilihat dari hasil uji pada outlet dan dicocokkan terhadap nilai standarisasi limbah cair
yang tidak merugikan lingkungan.
Di PTPN-I Tanjung seumantoh penanganan limbah cair dilakukan melalui
kolam – kolam dengan proses anerobic dan proses aerobic. Pada kolam penampungan
pertama, Limbah cair yang masih mengandung asam tidak sesuai untuk pertumbuhan
mikroba, karena itu perlu dinetralkan dengan penambahan bahan kimia. Penambahan ini
bertujuan untuk mencairkan air limbah yang berguna untuk pengolahan lebih lanjut. Pada
kolam ini juga terdapat kolam pengembangbiakkan bakteri pada awal pengoperasiannya
yang memerlukan kondisi-kondisi seperti Ph netral, nutrisi yang cukup, kedalaman kolam
6-7 meter, ukuran kolam diupayakan dapat menampung air limbah dari dua hari
pengolahan.
Limbah yang telah dinetralkan diproses secara biologis. Menurut Pamin (1996),
pengolahan limbah secara biologis dapat dilakukan melalui dua cara yaitu aerob dan
anaerob. Kedua metode ini mempunyai proses yang berbeda karena proses aerob
membutuhkan oksigen dalam prosesnya, sedangkan proses anaerob harus
meminimumkan oksigen sedikit mungkin, agar proses perombakan limbah dapat
berlangsung dengan sempurna. Limbah yang telah dinetralkan tadi dialirkan ke dalam
kolam anaerobic terlebih dahulu. Proses anaerob akan lebih ekonomis untuk konsentrasi
padatan tinggi bila padatannya lebihdari 1% dari beratnya. Proses fermentasi anaerobic
tidak menghasilkan sesuatu yang sempurna melainkan hanya mampu mengolah limbah
sampai pada batas tertentu yang cocok untuk proses aerob. Tujuan pengolahan air
buangan secara biologis adalah untuk mengurangi jumlah kandungan bahan padatan yang
diendapkan oleh mikroorganisme tanpa menggunakan oksigen.
Proses penguraian limbah dapat berjalan lancar jika kontak antara limbah
dengan bakteri yang berasal dari kolam penetralan berlangsung baik. Bakteri yang
digunakan adalah bakteri betagen. Pembiakan bakteri dilakukan di dalam kolam
anaerobic dengan menggunakan kapur tohor sebanyak 36 ton, urea dan TSP sebagai
nutrisi masing-masing sebanyak 2300 dan 282 kg, bakteri betagen 100 kg dan LPKS
sebanyak 4500 m3. Pembiakan bakteri dilakukan antara 1-2 minggu untuk mencapai fase
stationer yaitu jumlah bakteri yang tumbuh sama dengan banyaknya bakteri yang mati.
Setelah masa 2 minggu, bakteri siap untuk dilarikan ke dalam kolam anaerobic primer
dan skunder. Pada proses anaerobic, air limbah dapat diambil sebagai pupuk tanaman
kelapa sawit dengan sistem in line. Air limbah pada bagian ini memiliki BOD 3500-500
ppm. Keberhasilan system anaerobic pond dikarenakan perlakuan lanjutan yaitu dengan
47
netralisasi dan resirkulasi. Factor-faktor lain yang menjadi pertimbangan keberhasilan
adalah perbandingan BOD dengan Mixed liquor volatile suspense solid, dan perlakuan
aerasi.
Setelah proses anaerobic, proses peralihan ke kondisi aerobic terjadi pada kolam
facultative pond. Kolam ini merupakan kolam peralihan dari kolam anaerobic ke aerobic.
Dalam kola mini proses penguraian anaerobic masih berjalan. Kolam ini bertujuan untuk
memperlama proses terjadinya pengendapan dari limbah cair yang ada, sehingga bentuk
kolam yang dibuat saling berlawanan antara aliran masuk dan aliran keluar. Cairan yang
keluar dari facultative pond masuk ke kolam penampungan sementara agar lumpur
mengalami pengendapan kembali sebelum dimasukkan ke kolam aerobik pond.
Proses pengolahan aerobic merupakan proses perubahan bahan organik dengan
oksigen bebas yang menghasilkan air, CO2, unsur-unsur hara, dan energi. Sebenarnya
fungsi udara adalah untuk menyediakan oksigen bagi kehidupan bakteri. Limbah yang
masuk ke dalam kolam mengandung oksigen terlarut yang merupakan bahan untuk proses
terjadinya oksidasi dan membantu pertumbuhan bakteri yang membutuhkan oksigen.
Kedalaman kolam ini diusahakan 2.5 meter sehingga besarnya peluang sinar matahari
sampai kedasar yang akan membantu reaksi oksidasi. Limbah dikolam ini dipertahankan
smpai 14 ahri sehingga dapat mempertahankan BOD limbah dari 600-800 ppm menjadi
100-150 ppm. Limbah yang telah mengalami proses penetralan selanjutnya dibuang ke
sungai Tamiang.
48
10. Retention time : 167032 m/ 400 m3 = 418 hari
Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh, limbah cair yang dihasilkan pabrik
diaplikasikan sebagai pupuk yang bertujuan untuk mengurangi dan mencegah
berpindahnya pencemaran dari satu media ke media yang lainnya, menerapkan konsep
produksi bersih dan zero waste, mengurangi biaya pembelian pupuk organic, mengurangi
biaya pengoperasian, pengawasan dan pemeliharaan instalasi pengolahan air limbah, dan
meningkatkan produksi tandan buah segar. Aplikasi ini dapat dilakukan dengan tangki
atau dengan metode pipanisasi. Aplikasi dengan tangki dapat dilaksanakan pada areal
kebun yang datar dan berombak. Biaya investasi dengan cara aplikasi tanki relative
murah, namun biaya operasional dengan tangki relative mahal. Aplikasi dengan
pipanisasi dapat dilaksanakan pada areal kebun yang datar, berombak dan berbukit. Biaya
investasi dengan cara aplikasi pipanisasi relative mahal, namun biaya operasional relative
murah. Pipa yang digunakan adalah jenis HDPE, PVC atau baja dengan ukuran 6”.
2. Limbah Padat
a. Tandan kosong
Tandan kosong (tankos) merupakan limbah sisa TBS yang buahnya telah
dilepaskan melalui proses threshing. Di PTPN-I Tanjung Seumantoh , tankos yang di
dapat dari proses penebahan pada threser dibakar di incinerator untuk menghasilkan
abu yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan membuat sabun. Tandan kosong tidak
semuanya dijadikan abu tetapi juga dimanfaatkan sebagai pupuk organic untuk
perkebunan kelapa sawit yang dimiliki PTPN-I Tanjung Seumantoh.
b. Serat / fibre
Serat ini merupakan hasil dari proses depericarping. Pada PTPN-I Tanjung
Seumantoh , fibre akan disalurkan melalui konveyor menuju ke Boiler sebagai bahan
bakar. Namun pada perjalanannya, sebagian fibre akan disisihkan untuk di inisiasi
dipembakaran pada Boiler dan menjadi bahan bakar utama boiler.
c. Cangkang
Cangkang yang dihasilkan dari proses pemisahan shell dan nut, PTPN-I Tanjung
Seumantoh menggunakan cangkang untuk tambahan bahan bakar boiler jika fiber
yang dihasilkan dari proses press kurang untuk dibakar di ruang tungku boiler, selain
itu cangkang ini juga di jual ke perusahaan lain untuk fungsi yang sama atau
pembuatan arang aktif.
d. Solid Decanter
Sludge yang masih mengandung minyak sekitar 7% – 10% diolah lagi dengan
mesin Decanter yang menghasilkan light phase (oil decanter), heavy phase dan
solid. Light phase dari decanter yang mengandung minyak 60% – 70%, diolah lagi di
continuous settling tank. Heavy phase akan diproses lanjut di effluent treatment
(pengolahan limbah) hingga mencapai BOD dan COD standar untuk aplikasi kebun,
sedangkan solid ditampung di hopper kemudian di aplikasikan langsung
kelapangan/kebun diantara baris pokok kelapa sawit. Solid yang dihasilkan
merupakan pupuk yang sangat menyuburkan bagi kelapa sawit dan tanaman-tanaman
lainya.
49
3. Limbah Gas
PTPN-I Tanjung Seumantoh melakukan usaha untuk mengurangi limbah gas ini
denagn cara mengurangi proses pembakaran tandan kosong serta mengatur
komposisi pemakaian bahan bakar dari cangkang dan fibre. Komposisi penggunaan
cangkang harus lebih sedikit dari pada bahan bakar bantuan lainnya karena
pembakaran cangkang menyebabkan asap yang ditimbulkannya berwarna hitam
pekat.
50
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bahan baku dalam proses produksi crude palm oil adalah tanaman kelapa sawit.
Kelapa sawit terdiri daripada spesies arecaceae atau family palma yang digunakan untuk
pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Kelapa sawit termasuk
tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa
tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah
kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak.
Pada pabrik ini buah kelapa sawit yang digunakan mengalami proses sortasi
terhadap fraksi atau jenis buahnya, dilakukan beberapa perlakuan atau proses untuk
menghasilkan crude palm oil yang diharapkan. Sistem manajemen lingkungan lebih
difokuskan terhadap penanganan dan pengolahan limbah, baik limbah cair maupun
limbah padat hasil dari proses di dalam pabrik. perhatian juga terdapat pada masyarakat
sekitar yang terkena dampak dari limbah pabrik, dengan cara memberikan penyuluhan
tanggap limbah dan bantuan sosial seperti masker untuk pencegahan terhadap limbah gas
yang mencemari udara.
B. Saran
Melihat dari kegiatan produksi yang sangat membutuhkan peralatan yang baik
untuk mengahsilkan output yang baik pula, maka pemeliharaan dan pengawasan terhadap
alat produksi sangat dibutuhkan. Pemeliharaan dan pengawasan terhadap alat sebaiknya
dilakukan secara rutin dan berkala. Meningkatkan kembali kesadaran karyawan terhadap
pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) juga hendaknya dilakukan agar
produksi dapat berjalan dengan lancar dan tidak terhambat akibat adanya karyawan yang
sakita ataupun adanya kecelakaan yang terjadi pada saat proses produksi. Perusahaan juga
sebaiknya menerapkan Good House Keeping ( Konsep Produksi Bersih/Cleaner
Production) sehingga mampu meminimalisasi limbah yang dihasilkan.
51
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen PPHP, 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Subdit Pengelolaan
Lingkungan Direktorat Pengelohan Hasil Pertanian Ditjen PPHP, Departemen Pertanian.
Jakarta.
Fauzi, Y, Y.E. Widyastuti, Iman S., dan Rudi Hartono 2006. Kelapa Sawit: Budidaya, Pemanfaatan
Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya,Jakarta.
Geankopli s, C. J., 1983, “Transport Pr ocess and Unit Operati ons”, 3rd ed
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta.
Khopkar,S.M. 1980. Konsep Dasar Kimia Analitik.
Lubis, A.U. 1982. Kelapa Sawit (Elaeis guineensisi Jacq)di Indonesia. Pusat Penelitian
Marihat,Marihat Ulu-Pematang Siantar: 204-208.
Pamin, K., M. M. Siahaan, dan P.L. Tobing, 1996. Pemanfaatan limbah PKS pada perkebunan
kelapa sawit di Indonesia. Lokakarya Nasional Pemanfaatan Limbah Cair cara Land
Application.
52