You are on page 1of 22

PERPAJAKAN

PAJAK PENGHASILAN
ORANG PRIBADI

KELOMPOK 1

Widi Manuki
Yavid Hafidz Thohapani
Yayuk Febrianti
Riri Andarini
Nugraha Adi Putra
Rika Amelyza
Guntara Syahtiar
Ario Mahirnaja
Nur Istiqlal
Gartiwa Riyadi
Fadhil Saidiladha Tanrir

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2010
KELOMPOK 1
PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI

A. PENDAHULUAN
Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh) mengatur pengenaan pajak
penghasilan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima
atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila
menerima atau memperoleh penghasilan, yang kemudian disebut sebagai Wajib
Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan
dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau
berakhir dalam tahun pajak.
Undang-undang PPh menganut asas materiil, artinya penentuan mengenai pajak
yang terutang tidak tergantung kepada surat ketetapan pajak.

B. SUBJEK PAJAK
PPh dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam tahun pajak. Yang menjadi subjek pajak adalah
1. a. Orang Pribadi
b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak
2. Badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,
BUMN/BUMD, firma, kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi sosial politik, lembaga dan bentuk usaha
lainnya termasuk kontrak investasi kolektif
3. Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Subjek pajak dapat dibedakan menjadi:


1. Subjek Pajak dalam negeri, yang terdiri dari
a. subjek pajak orang pribadi, yaitu:
• orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia
lebih dari 183 hari (tidak harus berturut-turut) dalam jangka waktu 12
bulan, atau
• orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia
dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia
b. Subjek pajak badan, yaitu:
Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit
tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
1) Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan
2) Pembiayaan bersumber dari APBN atau APBD
3) Penerimannya dimasukkan dalam anggaran pemerintah pusat atau
daerah
4) Pembukuannta diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara
c. subjek pajak warisan

2. Subjek pajak luar negeri yang terdiri dari:


a. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi
yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indoesia
b. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesai, orang pribadi
yang berada di Indoesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indoesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia.

C. OBJEK PAJAK
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal
dari Indoesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam
bentuk apa pun, temasuk
1. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukal lain dalam undang-undang
2. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan
3. laba usaha
4. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta, termasuk:
a. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
b. keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya
karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota
c. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambilan usaha\
d. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat
e. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan
5. penerimaan kembali pembiayaan pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak
6. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang
7. dividen
8. royalti
9. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
10. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
11. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
12. keuntungan karena selisih kurs mata uang
13. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
14. premi asuransi
15. iuran yang diterima atau diperoleh dari anggotanya yang terdiri dari
wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
16. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak
17. penghasilan dari usaha berbasis syriah
18. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan
19. surplus Bank Indonesia

D. DASAR PENGENAAN PAJAK


Untuk dapat menghitung PPh, terlebih dahulu harus diketahui dasar pengenaan
pajaknya. Untuk wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang
menjadi dasar pengenaan pajak adalah Penghasilan Kena Pajak. Sedangkan untuk
wajib pajak luar negeri adalah penghasilan bruto.
Besarnya Penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak badan dihitung sebesar
penghasilan netto. Sedangkan untuk wajib pajak orang pribadi dihitung sebesar
penghasilan netto dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Secara
singkat dapat dirumuskan sebagai berikut:

Penghasilan kena pajak (WP Badan) = penghasilan netto

Penghasilan kena pajak (WP orang pribadi) = penghasilan netto - PTKP

E. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)


Berdasarkan Pasal 7 Ayat (1) Undang-undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, PTKP yang berlaku saat ini adalah:
1. Rp. 15.840.000,00 untuk diri wajib pajak orang pribadi
2. Rp. 1.320.000,00 untuk wajib pajak yang kawin
3. Rp. 15.840.000,00 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami, dengan syarat:
• Penghasilan istri tidak semata-mata diterima atau diperoleh dari
satu pemberi kerja yang telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan dalam
Undang-undang PPh pasal 21, dan
• Pekerjaan istri tidak ada hubungannya dengan usaha atau
pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga yang lain
4. Rp. 1.320.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah
dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat serta anak angkat
yang menjadi tanggungan sepenuhnya (maksimal 3 orang)

Perhitungan PTKP ditentukan menurut keadaan pada awal tahun pajak atau awal
bagian tahun pajak. Perhitungan PTKP untuk pegawai lama dilakukan dengan
melihat keadaan pada awal tahun takwim. Bagi pegawai yang baru datang menetap
di Indonesia dalam bagian tahun takwim, besarnya PTKP tersebut berdasarkan
keadaan pada awal bulan dari bagian tahun takwim yang bersangkutan.

Contoh perhitungan PTKP:


1. Joko sudah menikah dengan mempunyai seorang anak. PTKP Joko
adalah:
PTKP setahun:
Untuk wajib pajak sendiri Rp. 15.840.000,00
Tambahan WP kawin Rp. 1.320.000,00
Tambahan 1 anak Rp. 1.320.000,00
Jumlah Rp. 18.480.000,00
2. John (warga negara asing) bekerja di Indonesia pada tanggal 1 Maret
2009 dengan kontrak kerja 2 tahun. John sudah menikah dan mempunyai 3 anak.
PTKP John adalah:
PTKP setahun:
Untuk WP sendiri Rp. 15.840.000,00
Tambahan WP kawin Rp. 1.320.000,00
Tambahan 3 anak (Rp.1.320.000,00 x 3) Rp 3.960.000,00
Jumlah Rp 21.120.000,00

F. TARIF PAJAK
Tarif Pajak yang berlaku saat ini adalah berdasarkan pada pasal 17 UU No.36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, yaitu sebesar:

1. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


sampai dengan Rp.50.000.000,00 5%
di atas Rp. 50.000.000,00 sampai dengan 15%
Rp.250.000.000,00
di atas Rp. 250.000.000,00 sampai dengan 25%
Rp.50.000.000,00
di atas Rp.500.000.000,00 30%

Tarif tertinggi bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dapat diturunkan
menjadi paling rendah 25% yang diatur dalam Peraturan Pemerintah

2. Wajib Pajak badan dalam negeri dan BUT

Keterangan Tarif Pajak


tahun 2009 28%
tahun 2010 dan seterusnya 25%
Perseroan Terbatas yang 40% sahamnya 5% lebih rendah dari
diperdagangan di Bursa Efek yang seharusnya
Peredaran bruto sampai dengan Rp.50.000000,00 Pengurangan 50% dari
yang seharusnya

Cara menghitung pajak:


Gunawan pada tahun 2009 mempunyai Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp.241.850.600,00. Besarnya PPh yang harus dibayar atau terutang oleh Gunawan
adalah:
PKP (dibulatkan ke bawah hingga ribuan penuh) Rp. 241.850.600,00
PPh yang terutang:
5% x Rp.50.000.000,00 Rp. 2.500.000,00
15% x Rp 191.850.000,00 Rp 28.777.500,00
Jumlah Rp 31.277.000,00

G. PAJAK PENGHASILAN PASAL 21


Pajak Penghasilan pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa
pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan
oleh orang pribadi. Subjek pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 Undang Undang Pajak Penghasilan.

1. Pemotong Pajak PPh Pasal 21


Yang termasuk pemotong PPh pasal 21 adalah:
a. pemberi kerja, yang terdiri dari orang pribadi dan badan,
baik merupakan pusat, cabang, perwakilan atau unit yang membayar gaji,
upah, tunjangan, dan pembayaran lain dalam bentuk apa pun.
b. Bendahara atau pemegang kas pemerintah, yang
membayar gaji, upah, tunjangan, dan pembayaran lain dalam bentuk apa
pun.
c. Dana pension, badan penyelenggara jaminan sosial
tenaga kerja dan badan-badan lainnya yang membayar uang pensiun dan
tunjangan hari tua
d. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas
e. Penyelenggara kegiatan

Yang tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk
melakukan pemotongan PPh pasal 21 adalah:
a. kantor perwakilan Negara asing
b. organisasi-organisasi Internasional yang telah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan
c. pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

2. Wajib Pajak PPh pasal 21


Penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah orang pribadi yang
merupakan:
a. pegawai
b. penerima uang pesangon, pension, atau uang manfaat
pensiun, tunjangan hari tua termasuk ahli warisnya
c. bukan pegawai yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan jasa atau kegiatan lain meliputi:
- tenaga ahli yang melakukan pekerjaan
bebas, seperti pengacara, akuntan, arsitek, dokter, notaris
- musisi, pembawa acara, artis, model, dan
seniman lainnya
- olahragawan
- penasehat, pengajar, penceramah,
pelatih, dan moderator
- pengarang, peneliti, dan penerjemah
- pemberi jasa dalam segala bidang
termasuk teknik komputer, telekomunikasi, elektronika, ekonomi, serta
pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan
- agen iklan
- pengawas atau pengelola proyek
- pembawa pesanan atau yang menemukan
langganan atau ysng menjadi perantara
- petugas penjaja barang dagangan
- petugas dinas luar asuransi
- distributor perusahaan MLM dan
kegiatan sejenis lainnya
d. peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan,
seperti: perlombaan dalam segala bidang (olahraga, iptek, dll), peserta
rapat/sidang/konferensi, anggota atau peserta dalam suatu kepanitiaan,
peserta diklat/magang, dll

Yang tidak termasuk dalam pengertian Penerima Penghasilan yang dipotong


PPh pasal 21 adalah:
a. pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari
negara asing, dengan syarat bukan WNI dan di Indonesia tidak menerima
atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaan tersebut.
b. Pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat bukan
WNI dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia

3. Objek Pajak PPh Pasal 21


Penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah:
a. penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap
baik berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur
b. penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima
pensiun secara teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya
c. penghasilan sehubungan dengan PHK dan penghasilan
sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus
d. penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas,
berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, atau upah
yang dibayarkan secara bulanan
e. imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa
honorarium, komisi, fee, dan imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
kegiatan yang dilakukan
f. imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang
saku, uang rapat, uang representasi, hadiah atau pengahrgaan dalam bentuk
apapun
g. penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh:
- bukan wajib pajak
- wajib pajak yang dikenakan PPh final,
atau
- wajib pajak yang dikenakan PPh
berdasarkan norma penghitungan khusus

Penghasilan yang dikecualikan dari pengenaan PPh Pasal 21 adalah:


a. pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa
b. penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun
yang diberikan oleh wajib pajak atau pemerintah
c. iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun, iuran tunjangan hari tua
d. zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga
zakat
e. beasiswa yang memenuh persyaratan tertentu

4. Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun


Besarnya biaya jabatan yang dapat dikurangkan dari penghasilam bruto
untuk perhitungan pemotongan PPh bagi pegawai tetap, ditetapkan sebesar 5%
dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp.6.000.000,00 setahun atau
Rp.500.000,00 sebulan
Besarnya biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
untuk perhitungan PPh bagi pensiunan ditetapkan sebesar 5% dari penghasilan
bruto, setinggi-tingginya Rp.2.400.000,00 setahun atau Rp.200.000,00 sebulan.

CONTOH PERHITUNGAN PPH PASAL 21

Perhitungan PPh Pasal 21 untuk Pegawai Tetap

1. Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21 terhadap Penghasilan Pegawai Tetap


(dengan gaji bulanan).

Ahmad pada tahun 2009 bekerja pada PT Zamrud dengan gaji sebulan
Rp.2.500.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp.100.000,00. Ahmad
Gaji sebulan Rp.2.500.000,00
menikah tapi belum mempunyai anak. Penghitungan PPh pasal 21 adalah sbb:
Pengurangan:
1. Biaya jabatan (5% x Rp.2.500.000) Rp. 125.000,00
2. Iuran Pensiun Rp. 100.000,00
(Rp. 225.000,00)
Penghasilan netto sebulan Rp. 2.275.000,00

Penghasilan netto setahun adalah:


12 x Rp.2.275.000 Rp.27.300.000,00
PTKP setahun:
- untuk WP sendiri Rp. 15.840.000,00
- tambahan WP kawin Rp. 1.320.000,00
(Rp.17.160.000,00)
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp.10.140.000,00

PPh pasal 21 terutang:


5% x Rp.10.140.000,00 = Rp. 507.000,00

PPh pasal 21 sebulan


Rp.507.000,00 : 12 = Rp. 42.250,00
2. Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21 terhadap Penghasilan Pegawai Tetap
(dengan gaji mingguan)

Manto, menikah dengan satu anak, bekerja sebagai pegawai tetap pada PT Teguh
dengan gaji yang dibayar mingguan sebesar Rp.600.000,00. Perhitungan PPh 21:

Gaji sebulan (4 x Rp.600.000,00) Rp.2.400.000,00


Pengurangan:
Biaya jabatan (5% x Rp.2.400.000) (Rp. 125.000,00)
Penghasilan netto sebulan Rp. 2.280.000,00

Penghasilan netto setahun adalah:


12 x Rp.2.280.000,00 Rp.27.360.000,00
PTKP setahun:
- untuk WP sendiri Rp. 15.840.000,00
- tambahan WP kawin Rp. 1.320.000,00
- tambahan 1 anak Rp 1.320.000,00
(Rp.18.480.000,00)
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp. 8.880.000,00

PPh pasal 21 terutang:


5% x Rp.8.880.000,00 = Rp. 444.000,00

PPh pasal 21 sebulan


Rp.444.000,00 : 12 = Rp. 37.000,00

PPh Pasal 21 atas gaji/upah


Mingguan
Rp.37.000.00 : 4 = Rp 9.250,00
3. Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21 terhadap Penghasilan Pegawai Tetap
(dengan gaji harian)

Harun pegawai pada PT Segaran dengan memproleh gaji mingguan Rp.500.000,00.


Harun kawin dan mempunyai1 anak. PT Segaran masuk dalam program Jamsostek,
premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh
pemberi kerja dengan jumlah masing-masing setiap bulan sebesar 1% dan 0,30%
dari gaji. PTsebulan
Penghasilan Segaran(4membayar iuran jaminan Hari Tua setiap
x Rp.500.000,00)
bulan sebesar 3,70%
Rp.2.000.000,00
dari gaji dan Harun membayar
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja iuran pensiun Rp.10.000,00Rp. Jaminan
dan 20.000,00Hari Tua
sebesarJaminan
Premi 2% dariKematian
gaji. Rp. 6.000,00 +
Penghasilan brutopasal 21 adalah sbb:
Perhitungan PPh Rp.2.026.000,00

Pengurangan:
1. Biaya jabatan (5% x Rp.2.026.000) Rp. 101.300,00
2. Iuran Pensiun Rp. 10.000,00
3. Iuran Jaminan Hari Tua Rp. 40.000,00 +
(Rp. 151.300,00)
Penghasilan netto sebulan Rp. 1.874.000,00

Penghasilan netto setahun adalah:


12 x Rp.1.874.000,00 Rp.22.496.400,00
PTKP:
- untuk WP sendiri Rp. 15.840.000,00
- tambahan WP kawin Rp. 1.320.000,00
- tambahan 1 anak Rp 1.320.000,00
(Rp.18.480.000,00)
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp. 4.016.400,00
Pembulatan Rp. 4.016.000,00

PPh pasal 21 setahun:


5% x Rp.4.016.000,00 = Rp. 243.050,00

PPh pasal 21 sebulan


Rp.243.050,00 : 12 = Rp. 20.254,00

PPh Pasal 21 sehari


Rp.20.254,00 : 26 = Rp 779,00
Perhitungan PPh pasal 21 atas uang pensiun yang dibayarkan secara berkala
(bulanan)

Teja status kawin dengan 1 anak. Pegawai PT Mulia. Teja mulai pensiun pada tahun
2009. Tahun 2009 Teja menerima uang pensiun sebulan sebesar Rp.2.000.000,00
Perhitungan PPh 21 adalah sbb:

Pensiun sebulan Rp. 2.000.000,00


Pengurangan:
Biaya pensiun (5% x Rp.2.000.000) (Rp. 100.000,00)
Penghasilan netto sebulan Rp. 1.900.000,00

Penghasilan netto setahun adalah:


12 x Rp.1.900.000 Rp.22.800.000,00
PTKP setahun:
- untuk WP sendiri Rp. 15.840.000,00
- tambahan WP kawin Rp. 1.320.000,00
- tambahan 1 anak Rp. 1.320.000,00
(Rp.18.480.000,00)
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp. 4.320.000,00

PPh pasal 21 setahun:


5% x Rp.4.320.000,00 = Rp. 216.000,00

PPh pasal 21 sebulan


Rp.216.000,00 : 12 = Rp. 18.000,00

Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21 Terhadap Penghasilan Berupa Jasa


Produksi, Tantiem Gratifikasi, THR atau Tahun Baru, Bonus, Premi, dan
Penghasilan Sejenis Lainnya yang Sifatnya Tidak Tetap dan Pada Umumnya
Diberikan Sekali dalam Setahun

Joko (tidak kawin) bekerja pada PT Qollbu Jaya dengan memperoleh gaji sebulan
Rp.2.000.000,00. Dalam tahun yang bersangkutan, Joko menerima bonus sebesar
Rp.5.000.000,00. Setiap bulannya Joko membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, sebesar Rp.60.000,00.
Cara menghitung PPh pasal 21 atas bonus adalah:

a. PPh pasal 21 atas Gaji dan Bonus (penghasilan setahun)

Gaji setahun (12 x Rp.2.000..000,00) Rp.24.000.000,00


Bonus Rp. 5.000.000,00 +
Penghasilan bruto setahun Rp.29.000.000,00

Pengurangan:
1. Biaya jabatan (5% x Rp.29.000.000) Rp. 1.450.000,00
2. Iuran Pensiun setahun
(12 x Rp.60.000) Rp. 720.000,00
(Rp 2.170.000,00)
Penghasilan netto setahun Rp 26.830.000,00

PTKP:
- untuk WP sendiri ( Rp. 15.840.000,00)
Penghasilan Kena Pajak Rp. 10.990.000,00

PPh pasal 21 terutang:


5% x Rp.10.990.000,00 = Rp. 549.500,00

b. PPh pasal 21 atas Gaji setahun

Gaji setahun (12 x Rp.2000.000) Rp. 24.000.000,00


Pengurangan:
1. Biaya jabatan (5% x Rp.24.000.000) Rp. 1.200.000,00
2. Iuran Pensiun setahun
(12 x Rp.60.000) Rp. 720.000,00
(Rp. 1.920.000,00)
Penghasilan netto setahun Rp. 22.080.000,00
PTKP : untuk WP sendiri (Rp. 15.840.000,00)
Penghasilan Kena Pajak Rp 6.240.000,00

PPh pasal 21 terutang:


5% x Rp.6.240.000,00 = Rp. 312.000,00

c. PPh pasal 21 atas bonus

PPh pasal 21 atas bonus adalah


Rp.549.500,00 – Rp.312.000 = Rp. 237.000,00
Perhitungan Pemotongan PPh pasal 21 atas Upah Harian / Satuan / Borongan /
yang Upah
Diterima Tenaga Harian Lepas tapi Dibayarkan secara Rp.
sehari Bulanan
150.000,00
Dikurangi batas upah harian tidak dilakukan
1. pemotonganDengan
PPh Upah Harian (Rp. 150.000,00)
Penghasilan Kena Pajak sehari Rp. 0,00
Sentot dengan status belum menikah
PPh pasal 21 dipotong atas upah sehari pada Januari 2009 bekerja
Rp. sebagai
0,00 buruh
harian PT Harapan Sentosa. Ia bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian
sebesar
SampaiRp.150.000,00. Perhitungan
dengan hari ke-8, karena PPh pasal
jumlah 21 terutang:
kumulatif upah yang diterima belum
melebihi Rp.1.320.000,00, maka tidak ada PPh pasal 21 yang dipotong

Pada hari ke-9 jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi Rp.1.320.000,00
maka PPh 21 terutang dihitung berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP yang
sebenarnya.

Upah s.d hari ke-9 (Rp.15.000 x 9) Rp 1.350.000,00


PTKP sebenarnya:
9 x (Rp.15.840.000 : 360) (Rp. 396.000,00)
PKP s.d hari ke-9 Rp. 954.000,00

PPh pasal 21 terutang s.d hari ke-9


5% x Rp.954.000,00 Rp. 47.700,00
PPh pasal 21 yang telah dipotong s.d hari ke-8 (Rp. 0,00)
PPh pasal 21 yang harus dipotong s.d hari ke-9 Rp 47.700,00

Sehingga pada hari ke-9, upah bersih yang diterima Sentot sebesar:
Rp.150.000 – Rp.47.700 = Rp.102.300

Pada hari ke-10, jumlah PPh 21 yang dipotong adalah:


Upah sehari Rp. 150.000,00
PTKP sehari
-untuk WP sendiri (Rp.15.840.000 : 360) (Rp. 44.000,00)
Penghasilan Kena Pajak Rp 106.000,00
PPh pasal 21 terutang
5% x Rp.106.000 Rp. 5.300,00

Sehingga pada hari ke-10, Sentot menerima upah bersih sebesar:


Rp.150.000 – Rp.5.300 = Rp. 144.700,00
2. Dengan Upah Satuan

Firman (belum menikah) adalah seorang karyawan yang bekerja sebagai perakit TV
pada perusahaan elektronik. Upah yang dibayar berdasarkan atas jumlah unit/satuan
yang diselesaikan yaitu Rp.50.000,00 per buah TV dan dibayarkan tiap minggu.
Dalam waktu 1 minggu (6 hari kerja) dihasilkan sebanyak 24 buah TV dengan upah
Rp.1.200.000,00.
Perhitungan PPh 21:

Upah sehari adalah


Rp. 1.200.000,00 : 6 Rp. 200.000,00

Upah di atas Rp.150.000 sehari:


Rp.200.000,00 – Rp.150.000,00 Rp. 50.000,00

Upah seminggu terutang pajak


6 x Rp.50.000 Rp. 300.000,00

PPh pasal 21:


5% x Rp.300.000,00 = Rp.15.000,00 (Mingguan)

3. Dengan Upah Borongan

Vino mengerjakan dekorasi sebuah rumah dengan upah borongan sebesar


Rp.350.000,00. Pekerjaan diselesaikan dalam 2 hari

P Upah borongan sehari = Rp.350.000,00 :2 Rp. 175.000,00

Upah sehari di atas 150.000,00


Rp.175.000,00 – Rp.150.000,00 Rp. 25.000,00

Upah borongan terutang pajak:


2 x Rp.25.000,00 Rp. 50.000,00

PPh pasal 21 = 5% x Rp.50.000,00 Rp. 2.500,00


Perhitungan PPh pasal 21 seluruh atau Sebagian Ditanggung Oleh Pemberi Kerja

Budi adalah pegawai dari PT Mataram dengan status menikah dan mempunyai 3 orang
anak, Budi meneriman gaji Rp.4.000.000,00 sebulan dan PPh ditanggung oleh pemberi
kerja. Tiap bulan ia membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan sebesar Rp.150.000,00.

Gaji sebulan Rp.4.000.000,00


Pengurangan:
1. Biaya jabatan (5% x Rp.4.0000..000) Rp. 200.000,00
2. Iuran Pensiun Rp. 150.000,00
(Rp. 350.000,00)
Penghasilan netto sebulan Rp. 3.650.000,00

Penghasilan netto setahun adalah:


12 x Rp.3.650.000 Rp.43.800.000,00
PTKP setahun:
- untuk WP sendiri Rp. 15.840.000,00
- tambahan WP kawin Rp. 1.320.000,00
- tambahan 3 orang anak Rp. 3.960.000,00
(Rp.21.120.000,00)
Penghasilan Kena Pajak Rp.22.680.000,00

PPh pasal 21 setahun: 5% x Rp.22.680.000,00 = Rp.1.134.000,00


PPh pasal 21 sebulan: Rp.1.134.000,00 : 12 = Rp. 94.500,00

PPh pasal 21 sebesar Rp.94.500,00 ini ditanggung dan dibayar oleh pemberi
kerja. Jumlah sebesar Rp.94500,00 tidak dapat dikurangkan dari Penghasilan
Bruto pemberi kerja dan bukan meupakan Penghasilan yang dikenakan pajak
kepada Budi
Perhitungan PPh pasal 21 atas Penerimaan dalam Bentuk Natura dan
Kenikmatan Lainnya yang Diberikan oleh Wajib Pajak yang Pengenaan Pajak
Penghasilannya Bersifat Final atau Berdasarkan Norma Perhitungan Khusus
(Deemed Profit)

Junaidi adalah WNI yang bekerja pada suatu perwakilan dagang asing yang pengenaan
pajaknya menggunakan norma perhitungan khusus, memperoleh gaji sebesar
Rp.1.500.000,00 sebulan beserta beras 30kg dan gula 10kg. Junaidi berstatus menikah
dengan 1 orang anak. Nilai uang dari beras dan gula dihitung berdasarkan harga pasar:
Harga Beras : Rp.10.000,00 per Kg
Harga Gula : Rp. 8.000,00 per Kg

Gaji sebulan Rp.1.500.000,00


Beras : 30 x Rp.10.000,00 Rp. 300.000,00
Gula : 10 x Rp. 8.000,00 Rp. 80.000,00 +
Penghasilan bruto sebulan Rp.1.880.000,00

Pengurangan:
Biaya jabatan (5% x Rp.1.880..000) (Rp. 94.000,00)
Penghasilan netto sebulan Rp. 1.786.000,00

Penghasilan netto setahun adalah:


12 x Rp.1.786.000,00 Rp.21.432.000,00
PTKP setahun:
- untuk WP sendiri Rp. 15.840.000,00
- tambahan WP kawin Rp. 1.320.000,00
- tambahan 1 orang anak Rp. 1.320.000,00
(Rp.18.480.000,00)
Penghasilan Kena Pajak Rp. 2.952.000,00

Penghasilan kena pajak


PPh pasal 21 setahun adalah
5% x Rp.2.952.000,00 = Rp.147.600,00
PPh pasal 21 sebulan adalah
Rp.147.600,00 : 12 = Rp. 12.300,00
Perhitungan PPh pasal 21 atas Penerima Honorarium atau Pembayaran Lain

Haji Soleh seorang penceramah memberikan ceramah pada lokakarya dan menerima
honor Rp.1.000.000,00. Perhitungan PPh 21:

Tarif pasal 17:

5% x Rp.1.000.000,00 = Rp.50.000,00

Perhitungan PPh pasal 21 atas Komisi yang Dibayarkan kepada Penjaja Barang
Dagangan atau Petugas Dinas Luar Asuransi

Tri seorang penjaja barang dagangan hasil produksi PT Jaya. Dalam bulan April
menerima komisi sebesar Rp.750.000,00

Perhitungan PPh pasal 21:

5% x Rp.750.000.000,00 = Rp.37.500,00

Perhitungan PPh pasal 21 atas Peserta Kegiatan, Penerima Hadiah atau


Penghargaan sehubungan dengan Perlombaan

Taufik pemain bulutangkis yang tinggal di Jakarta, menjadi juara dalam suatu turnamen
dan mendapat hadiah Rp.30.000.000,00.
PPh 21 yang terutang atas hadiah turnamen tersebut adalah:

5% x Rp.30.000.000,00 = Rp.1.500.000,00

Perhitungan PPh pasal 21 atas Honorarium yang Diterima Tenaga Ahli yang
Melakukan Pekerjaan Bebas

Dini seorang arsitek, bulan Maret 2009 menerima honorarium sebesar


Rp.20.000.000,00 dari PT. Abang sebagai imbalan jasa teknik.
PPh 21 yang terutang:

15% x 50% x Rp.20.000.000,00 = Rp.1.500.000


Perhitungan PPh pasal 21 atas Penghasilan Berupa Uang Tebusan Pensiun,
Tunjangan Hari Tua (THT), dan Uang Pesangon yang Dibayarkan Sekaligus oleh
Dana Pensiun yang Telah Disahkan Menteri Keuangan

Eko pada bulan Maret 2009 menerima tebusan dana pensiun dari Dana Pensiun ABC
sebesar Rp.70.000.000,00

Penghasilan Bruto Rp.70.000.000,00 dikecualikan dari pemotongan


Rp.25.000.000,00
Penghasilan dikenakan pajak Rp.45.000.000,00

PPh pasal 21 terutang:


5% x Rp.45.000.000,00 = Rp. 2.250.000,00

H. PEMBAYARAN PPH BAGI ORANG PRIBADI YANG BERTOLAK KE


LUAR NEGERI (FISKAL LUAR NEGERI)

Yang wajib membayar pajak penghasilan adalah WP orang pribadi dalam negeri
yang tidak memiliki NPWP dan telah berusia 21 tahun yang bertolak ke luar negeri ,
termasuk istri, anggota keluarga sedarah, dan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya wajib pajak
yang bersangkutan

1. Yang Tidak Dikenakan Kewajiban Membayar Pajak Penghasilan


a. WNI yang bertempat tinggal tetap di luar negeri yang
memiliki dokumen resmi sebagai penduduk negara tersebut
b. Jemaah haji yang penyelenggaran ibadahnya dilakukan
oleh instansi yang berwenang
c. TKI yang bekerja di luar negeri dalam rangka program
penempatan TKI dengan persetujuan instansi yang berwenang
d. Orang pibadi yang melakukan perjalanan lintas batas
wilayah RI melalui darat
e. Penyadang cacat atau orang sakit yang akan berobat ke
luar negeri atas biaya organisasi sosial
f. Anggota misi kesenian, misi kebudayaan, misi olahraga,
atau misi keagamaan yang mewakili pemerintah RI ke luar negeri dengan
persetujuan isntansi berwenang
g. Mahasiswa atau pelajar yang telah berusia 21 tahun yang
akan belajar di luar negeri dalam rangka program resmi pertukaran
mahasiswa atau pelajar yang diselenggarakan pemerintah atau badan asing
dengan persetujuan instansi berwenang
h. Mahasiswa dari negara asing yang berada di Indonesia
dalam rangka belajar dengan rekomendasi dari perguruan tinggi tempat
mereka belajar dan tidak menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia
i. Tenaga kerja asing yang bekerja di Pulau Batam,
P.Bintan, P.Karimun sepanjang PPh-nya telah dipotong oleh pemberi kerja,
atau:
j. Orang asing yang berada di Indonesia dan tidak menerima
penghasilan dari Indonesia yang melaksanakan:
- penelitian di bidang ilmu pengetahuan,
kebudayaan di bawah koordinasi lembaga pemerintah terkait
- program kerjasama teknik dengan
mendapat persetujuan Sekretariat Negara, dan/atau
- tugas sebagai anggota misi keagamaan
dan misi kemanusiaan di bawah koordinasi instansi terkait
k. orang asing yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
atau yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu
12 bulan
l. pejabat dari perwakilan organisasi internasional yang
tidak termasuk subjek PPh yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan dengan syarat bukan WNI dan tidak menjalankan usaha untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia, atau:
m. pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat
lain dari negara asing

2. Besarnya Pajak Penghasilan Bagi Orang Pribadi yang Bertolak ke


Luar Negeri

Besarnya PPh yang harus dibayar orang pribadi yang bertolak ke luar negeri
adalah:
a. Rp.2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) untuk
setiap orang setiap kali bertolak ke luar negeri dengan menggunakan
pesawat udara, dan
b. Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk setiap orang
setiap kali bertolak ke luar negeri dengan menggunakan angkutan laut

3. Perlakuan Pembayaran PPh bagi Orang Pribadi yang Bertolak ke


Luar Negeri sebagai Kredit Pajak

Pajak penghasilan yang dibayar wajib pajak orang pribadi yang bertolak ke luar
negeri merupakan angsuran pembayaran pajak penghasilan. Angsuran
pembayaran pajak penghasilan ini dapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan
yang terutang pada akhir tahun yang bersangkutan setelah wajib pajak tersebut
memiliki NPWP

I. PAJAK PENGHASILAN PASAL 26


Ketentuan UU Pajak Penghasilan pasal 26 mengatur tentang pemotongan atas
penghasilan yang bersumber di Indonesia yang diterima atau diperoleh wajib pajak
luar negeri (baik orang pribadi maupun badan) selain Bentuk Usaha Tetap

1. Objek Pajak Penghasilan pasal 26


a. penghasilan yang dipotong berupa:
dividen
- bunga, termasuk premium, diskonto, dan
imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang
- royalti, sewa, dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta
- imbalan sehubungan dengan jasa,
pekerjaan, dan kegiatan
- hadiah dan penghargaan
- pensiun dan pembayaran berkala lainnya
- premi swap dan transaksi lindung nilai
lainnya, dan/atau
- keuntungan karena pembebasan utang
dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan, disediakan, untuk
dibayarkan atau telah jatuh tempo pembayarannya.

b. Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di


Indonesia, yang berupa:
- perhiasan mewah - barang
antik
- berlian -
lukisan
- emas - mobil dan
motor
- intan - kapal
pesiar
- jam tangan mewah - pesawat
terbang ringan
dengan nilai Rp.10.000.000,00 ke atas untuk setiap jenis transaksi

c. premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan


asuransi luar negeri
d. penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara
(conduit company atau special purpose company) yang didirikan atau
bertempat kedudukan di negara yang memberikan pelrindungan pajak yang
mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia atau BUT di Indonesia
e. Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari
suatu BUT di Indonesia dikenai pajak 20%, kecuali penghasilan tersebut
ditanamkan kembali di Indoenesia, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

2. Tarif Pajak dan Penerapannya


Tarif pajak pasal 26 untuk wajib pajak orang pribadi luar negeri, termasuk dalam
tarif kelompok objek PPh seperti berikut:
- dividen
- bunga, termasuk premium, diskonto, dan
imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang
- royalti, sewa, dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta
- imbalan sehubungan dengan jasa,
pekerjaan, dan kegiatan
- hadiah dan penghargaan
- pensiun dan pembayaran berkala lainnya
- premi swap dan transaksi lindung nilai
lainnya, dan/atau
- keuntungan karena pembebasan utang
dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan, disediakan, untuk
dibayarkan atau telah jatuh tempo pembayarannya dipotong pajak sebesar 20%
dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib membayarkan.

PPh pasal 26 = Penghasilan Bruto x 20%

CONTOH PERHITUNGAN PEMOTONGAN PPH PASAL 26

Mike adalah karyawan asing pada perusahaan PT Dira Consult. Mike bertempat
tinggal kurang dari 183 hari. Mike sudah berisitri dan mempunyai seorang anak. Dalam
bulan April 2009. Mike memperoleh gaji US$ 5,000 sebulan. Kurs yang berlaku adalah
Rp.10.500,- per US$ 1

Perhitungan PPh pasal 26:

Penghasilan bruto berupa gaji sebulan:


5.000 x Rp. 10.500,- = Rp. 52.500.000,-

Penerapan tarif:
20% x Rp. 52.500.000,- = Rp. 10.500.000,-

PPh pasal 26 atas gaji Mike bulan April 2009 adalah Rp.10.500.000,-

Catatan:
Penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam mata uang asing dihitung berdasarkan
nilai kurs yang ditetapkan Menteri Keuangan yang berlaku pada saat pembayaran atau
dibebankan

3. Sifat Pemotongan

Pemotongan PPh pasal 26 bersifat final, kecuali:


a. pemotongan atas penghasilan kantor pusat dari usaha atau
kegiatan, penjualan barang atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis
dengan yang dijalankan atau dilakukan BUT di Indonesia
b. pemotongan atas penghasilan sebagaimana tersebut dalam
pasal 26 yang diterima arau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat
hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang memberikan
penghasilan dimaksud
c. Pemotongan atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh orang pribadi atau badan luar negeri yang berubah status atau
menjadi wajib pajak dalam negeri atau BUT

4. Pemotong Pajak
Pemotongan pajak berdasarkan ketentuan pasal 26 wajib dilakukan oleh:
a. Badan Pemerintah
b. Subjek pajak dalam negeri
c. Penyelenggara kegiatan
d. Bentuk Usaha Tetap
e. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
f. Pembeli yang ditunjuk sebagai pemotong PPh pasal 26

REFERENCE

Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi Revisi 2009. Penerbit Andi : Yogyakarta

Undang-Undang Republik Indonessia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

www.pajak.go.id

You might also like