You are on page 1of 8

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam sejarah, pergulatan ideologi di berbagai negara berlangsung terus-menerus. Dalam


kajian ideologi kita mengenal dua ideologi besar, yaitu kapitalisme dan
sosialisme/komunisme, di mana masing-masing memiliki varian-varian. Seorang ilmuwan
bernama Francis Fukuyama pernah mengatakan bahwa saat ini merupakan ‘akhir sejarah
(the end of history)’, karena tidak ada lagi persaingan ideologi seperti halnya pada era
Perang Dingin, di mana -menurutnya- pertarungan tersebut dimenangkan oleh kapitalisme.
Kapitalisme telah membuktikan dirinya sebagai kekuatan yang tak tertandingi di muka
bumi, dan telah memberikan kesejahteraan bagi umat manusia dengan berbagai kebijakan
yang dihasilkannya. Benarkah demikian? Apakah tidak ada lagi perlawanan menentang
kapitalisme, yang kini menjelma menjadi kapitalisme global dengan sebutan imperialisme
atau neoliberalisme itu?

Di negara-negara Amerika Latin sudah menjawab akan pertanyaan-pertanyaan itu, ketika


peran kebijakan neoliberalisme berkuasa sebelum adanya revolusi yang terjadi. Apa yang
terjadi di Amerika Latin dewasa ini, merupakan perkembangan yang amat penting sekali,
bahkan terpenting, sesudah terjadinya Perang Dunia ke-II dan selesainya Perang Dingin.
Dengan munculnya kapitalisme yang diusung oleh Amerika Serikat ke dunia internasional,
maka memicu munculnya pihak-pihak yang menentangnya. Dalam hal ini negara-negara di
Amerika Latin yang mepunyai sikap akan anti Amerika Serikat. Dalam hal ini actor yang
terlibat bukan hanya negara yang diwakilinya namun juga individu yang
menggerakkannya.

Tujuan
Mengetahui serta dapat menganalisa perkembangan kebijakan dari berbagai aspek di
Bolivia.

Rumusan Masalah
Bagaimanakah transisi ekonomi dari neoliberal menjadi sosialis yang terdapat di Amerika
Latin, khususnya di negara Bolivia?

Kerangka Teoritis dan Konseptual

 Neoliberal dan sosialis

 Perkembangan Sosialis di Amerika Latin

 Transisi sosialis sebagai kebijakan negara Bolivia

1
PEMBAHASAN

Sosialisme dan Neoliberalisme

Sosialisme (sosialism) secara etimologi berasal dari bahasa Perancis sosial yang berarti
kemasyarakatan. Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar 1830.
Umumnya sebutan itu dikenakan bagi aliran yang masing-masing hendak mewujutkan
masyarakat yang berdasarkan hak milik bersama terhadap alat-alat produksi, dengan
maksud agar produksi tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga
perorangan atau swasta yang hanya memperoleh laba tetapi semata-mata untuk melayani
kebutuhan masyarakat. Sosialisme ini muncul kira-kira pada awal abad 19, tetapi gerakan
ini belum berarti dalam lapangan politik. Baru sejak pertengahan abad 19 yaitu sejak terbit
bukunya Marx, Manifes Komunis (1848), sosialisme itu (seakan-akan) sebagai faktor yang
sangat menentukan jalannya sejarah umat manusia.

Sosialisme sebagai ideology politik adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang
dianggap benar oleh para pengikutnya mengenai tatanan politik yang mencita-citakan
terwujutnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi ,
konstitusional –parlementer , dan tanpa kekerasan.Sosialisme adalah ajaran
kemasyarakatan (pandangan hidup) tertentu yang berhasrat menguasai sarana-sarana
produksi serta pembagian hasil produksi secara merata1. Dalam membahas sosialisme
tidak dapat terlepas dengan istilah Marxisme-Leninisme karena sebagai gerakan yang
mempunyai arti politik, baru berkembang setelah lahirnya karya Karl Marx, Manifesto
Politik Komunis (1848).

Sosialisme, seperti gerakan-gerakan dan gagasan liberal lainnya, hal ini mungkin karena
kaum liberal tidak dapat menyepakati seperangkat keyakinan dan doktrin tertentu. Apalagi
sosialisme telah berkembang di berbagai Negara dengan tradisi nasionalnya sendiri dan
tidak pernah ada otoritas pusat yang menentukan garis kebijakan partai sosialis yang
bersifat mengikat, namun garis-garis besar pemikiran dan kebijakan sosialis dapat disimak
dari tulisan-tulisan ahli sosialis dan kebijakan partai sosialis. Apa yang muncul dari
pemikiran dan kebijakan itu bukanlah merupakan sesuatu konsisten. Kekuatan dan
kelemahan utama sosialisme terletak dalam kenyataan bahwa system itu tidak memiliki
doktrin yang pasti dan berkembang karena sumber-sumber yang saling bertentangan
dalam masyarakat yang merupakan wadah perkembangan sosialisme.

Di negara-negara Barat ( lebih makmur) sosialisme diartikan sebagai cara


mendistribusikan kekayaan masyarakat secara lebih merata sedangkan di Negara

1
(W.Surya Indra, 1979: 309)

2
berkembang sosialisme diartikan sebagai cara mengindustrialisasikan Negara yang belum
maju atau membangun suatu perekonomian industri dengan maksud manaikkan tingkat
ekonomi dan pendidikan masyarakat

Neoliberalisme adalah kata lain dari “liberalisme baru”. Neoliberalisme merupakan


pendukung pasar bebas (free trade), ekspansi modal dan globalisasi. Yang mencemaskan
dari neoliberalisme adalah gebrakan mereka agar negara mengurangi secara signifikan
campur tangannya (deregulasi dan debirokratisasi) dalam aktivitas ekonomi masyarakat.
Aktivitas ekonomi diserahkan kepada mekanisme pasar, karena pasar mengajarkan orang
untuk berpikir rasional dengan menggunakan kalkulasi untung-rugi. Di sinilah terjadi
bahwa neoliberalisme merupakan rahmat bagi kaum kaya dan petaka bagi yang miskin.
Kita tahu, tidak mungkin kaum miskin mampu menandingi kaum kaya dalam arena
persaingan. Kaum miskin sudah pasti pihak yang kalah dan kaum kaya sudah pasti pihak
yang memang. Tidak terjadi persaingan, yang terjadi adalah pengeliminasian kaum
miskin. Neoliberalisme merupakan sebuah fenomena sosial-politik yang biasanya
dialamatkan kepada sekelompok penguasa dan intelektual di Barat yang mendukung dan
ingin menghidupkan kembali gagasan-gagasan liberalisme klasik.

Dalam kebijakan luar negeri, neoliberalisme erat kaitannya dengan pembukaan pasar luar
negeri melalui cara-cara politis, menggunakan tekanan ekonomi, diplomasi, dan/atau
intervensi militer. Pembukaan pasar merujuk pada perdagangan bebas. Neoliberalisme
secara umum berkaitan dengan tekanan politik multilateral, melalui berbagai kartel
pengelolaan perdagangan seperti WTO dan Bank Dunia. Ini mengakibatkan berkurangnya
wewenang pemerintahan sampai titik minimum. Neoliberalisme melalui ekonomi pasar
bebas berhasil menekan intervensi pemerintah (seperti paham Keynesianisme), dan
melangkah sukses dalam pertumbuhan ekonomi keseluruhan. Untuk meningkatkan
efisiensi korporasi, neoliberalisme berusaha keras untuk menolak atau mengurangi
kebijakan hak-hak buruh seperti upah minimum, dan hak-hak daya tawar kolektif lainnya.

Neoliberalisme bertolakbelakang dengan sosialisme, proteksionisme, dan


environmentalisme. Secara domestik, ini tidak langsung berlawanan secara prinsip dengan
poteksionisme, tetapi kadang-kadang menggunakan ini sebagai alat tawar untuk
membujuk negara lain untuk membuka pasarnya. Neoliberalisme sering menjadi rintangan
bagi perdagangan adil dan gerakan lainnya yang mendukung hak-hak buruh dan keadilan
sosial yang seharusnya menjadi prioritas terbesar dalam hubungan internasional dan
ekonomi.

Perkembangan Sosialisme di Amerika Latin

Dalam dekade terakhir Amerika Latin telah menjadi panggung pengharapan dan cita-cita
ketika para pemimpin beserta gerakan-gerakan sosial di sana berhasil mengusung panji-
panji sosialisme abad ke-21 di dunia yang rakus akan petualangan-petualangan imperialis
dan dilanda musibah ekonomi. Para pendukung sosialisme baru menegaskan bahwa hal
tersebut akan terputus dari sosialisme-terpusat di abad terakhir, dan akan didorong oleh

3
gerakan-gerakan sosial akar rumput yang membangun tatanan alternatif dari bawah.
Muncul pula kesepakatan bersama bahwa proses tersebut akan menempuh jalur yang unik
bagi tiap-tiap negara, dan tak ada satu pola atau strategi besar yang harus dikejar.

Sosialisme baru selama ini dicirikan dengan proses yang sangat lambat dan temporer jika
dibandingkan dengan sosialisme revolusioner pada abad sebelumnya, yang mendasarkan
pada penggulingan rezim lama, dengan partai pelopor merebut kendali negara, lantas
bergerak cepat mengubah kondisi ekonomi. Skenario berbeda tengah terjadi di Amerika
Latin di mana pemerintah-pemerintah baru memegang kendali politik, sementara sistem
ekonomi lama masih berjalan. Di Venezuela, Bolivia, dan Ekuador, di mana wacana
sosialisme sangatlah maju, rapat-rapat konstituen diselenggarakan untuk merancang
konstitusi baru yang merestruktur sistem politik dan menciptakan hak-hak sosial yang
luas. Adapun proses dan kecepatan perubahan ekonomi menjadi tugas kekuatan-kekuatan
politik dan sosial yang bertindak melalui sidang-sidang legislatif baru dan “negara yang
didirikan kembali.

Gerakan sosialisme baru di Amerika Latin sebenarnya hasil perjalanan panjang dalam
upaya merevisi model kapitalisme yang sudah membahana. Selain Kolombia, El Salvador,
dan Peru, seluruh negara Amerika Latin sedang berusaha menggalakan sosialisme baru
untuk kesejahteraan masyarakatnya. Dengan mengusung neososialisme atau sosialisme
baru, atau juga sosialisme abad ke-21, Amerika Latin ingin menantang apa yang disebut
neokapitalisme global atau neoliberalisme. Neososialisme menjadi antitesa neoliberalisme.

Agar ajaran sosialisme baru itu bisa dijalankan, kekuasaan harus direbut, bukan dengan
revolusi atau pemberontakan, tapi melalui perekrutan pemimpin alamiah yang berakar dan
berpijak pada rakyat. Setelah terpilih sebagai presiden, pemimpin rakyat ini dalam
kapasitas sebagai kepala negara dan pemerintahan diberi peran sebagai regulator
pertumbuhan ekonomi mikro maupun makro, hal penting yang diabaikan
kapitalisme.Namun, pemimpin yang lahir dari rakyat itu tidak dibiarkan bergerak tak
terkendali, tapi terus dikawal oleh jaringan sociadad civil, masyarakat warga, civil society.
Sekalipun sociadad civil tidak berperan sebagai regulator langsung, tapi sangat berperan
strategis memengaruhi pemerintah dalam mengambil kebijakan publik, terutama dalam
bidang ekonomi dan politik.Maka, pemberdayaan sociadad civil merupakan paket utama
neososialisme Amerika Latin.

Dengan latar belakang politik dan ekonomi yang buruk, berbagai negeri di Amerika Latin
pada dewasa ini sedang mencari jalan baru menuju masyarakat yang lebih adil dan lebih
makmur. Jalan lama, yaitu jalan kapitalis seperti yang dianjurkan oleh IMF, Bank Dunia, dan
WTO, sudah pernah mereka tempuh bertahun-tahun. Dan hasilnya adalah yang serba
negatif, dan serba lebih menyengsarakan rakyat. Berbagai negeri Amerika Latin ini
sekarang sedang memandang ke “arah kiri”, dan berusaha menggalang bersama-sama
persatuan atau persekutuan yang diinspirasikan oleh gagasan-gagasan besar Simon
Bolivar.

Kebangkitan rakyat-rakyat berbagai negeri Amerika Latin, adalah fenomena penting dan
bersejarah bagi situasi internasional ini, dalam melawan kekuatan imperiaslisme AS yang

4
sekarang makin dimusuhi oleh banyak fihak di berbagai penjuru dunia. Sebagian dari
kebangkitan ini diberi nama Revolusi Bolivarian, yang juga disebut sebagai sosialisme
partisipatif, atau sosialisme demokratik.

Transisi Sosialisme di Bolivia

Bolivia merupakan sebuah negara kecil di Amerika Latin. Pada tahun 1937 di awal depresi
global, suatu periode ketika tatanan dunia pada umumnya menyambut baik intervensi
negara yang lebih besar dalam ekonomi (madzhab Keynesian), Bolivia melakukan kontrol
terhadap sektor pertambangan (extractive sector). Setelah suatu pergeseran ke kanan
yang perlahan tapi pasti, sebuah revolusi pada tahun 1952 yang dipimpin oleh Gerakan
Nasionalis Revolusioner (MNR) berhasil menggulingkan rezim militer kanan dan
menasionalisasi tambang timah terbesar di negeri itu, memulai reformasi tanah (land
reform), dan memberikan hak pilih kepada perempuan dan kaum Indian yang sebelumnya
tidak berhak memilih. Konteks global pada masa itu memang menunjukkan adanya
peningkatan jumlah pemerintahan kiri, ditandai dengan kebangkitan Uni Soviet menjadi
negara adidaya dan revolusi komunis di Cina. Pemerintahan revolusioner Bolivia
disingkirkan 12 tahun kemudian, setelah itu negeri tersebut menjadi korban serangkaian
pemerintahan militer dan rezim sipil lemah yang berjatuhan seperti domino.

Pada tahun 1993, Gonzalo Sanchez de Lozada -sang perancang kebijakan neoliberal pada
tahun 1980-an- terpilih sebagai presiden. Sejak itu, ia melakukan privatisasi besar-besaran
terhadap berbagai sektor ekonomi di negera itu. Langkah ini membolehkan penduduk
asing memiliki setengah dari perusahaan yang sebelumnya merupakan korporasi publik
atau negara dalam sektor-sektor strategis seperti petroleum, penerbangan,
telekomunikasi, kereta-api, perusahaan listrik, dan seterusnya. Sejak awal, kebijakan
restrukturisasi ini mendapatkan perlawanan yang sengit berupa aksi-aksi protes rakyat.

Gerakan-gerakan protes rakyat ini berawal dari serangkaian peristiwa seputar peringatan
di tahun 1992 tentang Penaklukan oleh Spanyol 500 tahun sebelumnya. Gerakan
penduduk asli mulai dibangun pada masa ini, dan memicu semakin tingginya aktivisme
politik antara penduduk mayoritas negeri itu. dan titik balik yang terlihat jelas terjadi pada
tahun 1999-2000 ketika diterapkan rencana privatisasi air di Lembah Cochabamba melalui
anak perusahaan Bechtel Corporation, Aguas de Tunari. Dalam waktu beberapa bulan
harga air meningkat drastis dan memicu aksi-aksi protes yang semakin agresif, termasuk
suatu demonstrasi massal di mana seorang protestan terbunuh dan beberapa lainnya
terluka oleh militer. ‘Perang Air’ ini, sebagaimana biasa disebut, berujung pada
pembatalan kesepakatan privatisasi air. Ia juga memperkuat gerakan anti-neoliberal yang
berlanjut meningkat dalam jumlah dan intensitas.

Pada tahun 2003, pemerintah kembali mengeluarkan kebijakan yang tidak populis berupa
pembangunan pipa gas untuk tujuan ekspor gas ke Cile. Bagi rakyat banyak, kebijakan ini
tidaklah menguntungkan mereka, dan ini hanyalah salah satu skema untuk mengekstraksi

5
sumber daya alam Bolivia yang berharga demi keuntungan korporasi transnasional dan
pihak asing. Dan pada tahun yang sama, pemerintah mengeluarkan kebijakan
pembasmian koka dengan alasan pembasmian narkotika, padahal koka merupakan tempat
sebagian besar penduduk negeri itu bergantung. Sehingga, pecahlah tragedi Oktober
Hitam, yang mana presiden memerintahkan militer untuk menggunakan kekerasan dalam
membubarkan blokade jalanan di La Paz dan pemukiman kumuh El Alto yang didirikan
sebagai protes terhadap kebijakan presiden yang tidak merakyat. Setidaknya 100 orang
ditembaki oleh militer dan banyak lainnya terluka. Gonzalo Sanchez de Lozada pun
mengundurkan diri dan mencari suaka di Amerika Serikat, sementara wakil presidennya,
Carlos Mesa Gisbert, mengambil kendali yang goyah terhadap pemerintahan hingga
kejatuhannya dua tahun kemudian. Pada tahun 2004, dalam suatu referendum 80% suara
rakyat memilih nasionalisasi terhadap sumber daya energi negeri itu. Luar biasanya,
pemerintah memilih untuk mengabaikan mandat publik yang terang-terangan ini. Aksi-aksi
protes pun merebak, dan memaksa Presiden Mesa mundur.

Pada Pemilu 2005, yang dipercepat dari seharusnya 2007 akibat pemaksaan mundur
Presiden Mesa, terpilih seorang presiden yang benar-benar mewakili dan sesuai dengan
aspirasi hati nurani mayoritas rakyat Bolivia, yaitu Evo Morales, pemimpin Partai
Movimiento a Socialismo (Gerakan Menuju Sosialisme) atau disingkat MAS, yang berarti
“lebih”. MAS terlibat secara aktif dalam ‘Perang Gas’ (menentang pembangunan pipa gas
untuk tujuan ekspor ke Cile), bersama-sama dengan banyak kelompok lainnya, yang
biasanya dirujuk sebagai “gerakan sosial”. Ia memperoleh 54,3 persen suara menurut hasil
resmi yang diumumkan pada 21 Desember 2005. Kemenangannya itu menunjukkan
bahwa dukungan rakyat lebih besar dibandingkan dengan presiden-presiden sebelumnya
sejak demokrasi dipulihkan di negara itu dua dekade lalu. Setelah terpilih, dia menyatakan
akan memotong setengah gajinya untuk kepentingan pendidikan dan perluasan lapangan
kerja.

Sejak itu, kebijakan demi kebijakan yang pro-rakyat digulirkan oleh Morales. Ia memilih
para menteri dari kalangan aktivis dan memotong gaji mereka hingga 50% yang
dialokasikan untuk menambah anggaran pendidikan bagi rakyat. Ia juga menasionalisasi
perusahaan tambang migas di Bolivia, yang sebelumnya bak lumbung bagi korporasi-
korporasi multinasional seperti Exxon Mobil, Repsol, Petrobras, Shell, dan lain-lain. Dan di
bawah pemerintahannya pula penanaman koka, tanaman tradisional masyarakat suku
Indian Aymar yang merupakan penduduk asli Bolivia, dilegalkan. Koka biasa digunakan
dalam upacara adat dan pengobatan tradisional. Koka mentah juga dikonsumsi untuk
menambah stamina para petani saat bekerja. Padahal, sebelum Evo Morales menjadi
presiden, koka adalah tanaman terlarang karena bisa disalahgunakan menjadi narkotika
kokain, dan AS menekan pemerintah untuk melakukan pembasmian koka dan
mengalihkannya ke tanaman industri seperti lada dan kacang mademia. Tapi faktanya,
harga yang didapat petani untuk hasil panen tanaman itu sungguh tidak kompetitif dengan
harga koka dan sulit menemukan pasar untuk menjual komoditas tani ini. Sehingga
dengan melegalkan koka, berarti Evo Morales telah memberi kemudahan dan
meningkatkan kesempatan-kesempatan untuk para petani untuk ikut menghidupkan
ekonomi Bolivia sembari melestarikan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Indian.
Menurutnya, masalah kokain harus diselesaikan pada sisi konsumsinya, bukan dengan
membasmi perkebunan koka.

6
Bolivia di bawah Morales menambah sederet pemerintahan kiri-sosialis yang menentang
imperialisme dan sistem neoliberal Amerika Serikat. Keyakinannya yang kuat, beserta
dukungan yang didapatkannya dari rakyat yang sadar akan kebusukan neoliberalisme,
telah memberikan kesempatan dan tugas yang harus diembannya dalam usaha
menyejahterakan rakyat Bolivia. Dan ia telah melaksankan dan membuktikannya.

PENUTUP

Kesimpulan

Sosialisme sebagai ideology politik timbul dari keadaan yang kritis di bidang sosial,
ekonomi dan politik akibat revousi industri . Adanya kemiskinan , kemelaratan ,kebodohan
kaum buruh , maka sosialisme berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan secara merata.
Sosialisme sebagai idiologi politik yang merupakan keyakinan dan kepercayaan yang
dianggap benar mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujudnya kesejahteraan
masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi, konstitusional-parlementer dan
tanpa kekerasan. Sosialisme sebagai ideologi politik timbul dari keadaan yang kritis di
bidang sosial, ekonomi dan politik akibat revousi industri . Adanya kemiskinan ,
kemelaratan ,kebodohan kaum buruh , maka sosialisme berjuang untuk mewujudkan
kesejahteraan secara merata.

Ketika bicara sosialisme, kita bicara tentang transisi antara kapitalisme dan komunisme.
Maka, transisi sosialis (atau sosialisme) adalah secara definisi suatu formasi sosial yang
mengombinasikan kapitalisme dan anti-kapitalisme. Yang mendefinisikan apakah kita
berada di depan formasi sosialis adalah keberadaan suatu gerakan struktural, organik
yang menuju pada kepemilikan sosial (dengan semua hasil politik dan sosial yang
kompleks). Dengan kata lain, yang mendefinisikan apakah kita berada di depan transisi
sosialis adalah keberadaan suatu gerakan menuju sosialisasi terhadap produksi, terhadap
kepemilikan dan terhadap kekuasaan politik.

Perjuangan negara-negara di Amerika Latin membuktikan bahwa transisi neoliberal


menjadi neososialis atau sosialisme adalah hal yang penting dan patut untuk
diperjuangkan. Pergolakan dan perlawanan terhadap pilar-pilar neoliberal mengantarkan
mereka kepada keadaan yang lebih sejahtera dimana kebijakan sosialisme dianggap lebih
ideal untuk persamaan kehidupan bernegara. Hal tersebut tak lepas dari usaha-usaha
perjuanagan para pemimipin yang vocal dalam memberantas neoliberalisme itu sendiri,
seperti yang dilakukan Che Guevara, Fidel Castro, Evo Morales dll. Dibutuhkan kekuatan
yang super dan dalam kurun waktu tertentu untuk merealisasikan suatu kebijakan agar
mencapai perubahan.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://serbasejarah.wordpress.com/2009/04/18/sosialisme-sebagai-ideologi-politik/

http://annabelle.aumars.perso.sfr.fr/Situasi%20yang%20menarik%20di%20Amerika
%20Latin.htm

http://arahkiri2009.blogspot.com/2009/10/partai-buruh-brazil-aneka-ragam.html

http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=1106&type=4

http://postinus.wordpress.com/2008/03/04/apa-itu-neoliberalisme/

http://www.pergerakankebangsaan.org/?p=106

You might also like