You are on page 1of 20

NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS

NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag

Pengertian Pengelolaan Kelas:

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu
sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari
pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris,
yaitu management yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.(Djamarah
2006:175)

“Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang
terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan”Dekdibud (dalam Rachman
1997:11). Pengelolaan dalam pengertian umum menurut Arikunto (dalam Djamarah
2006:175) adalah pengadministrasian pengaturan atau penataan suatu kegiatan.

Menurut Hamalik (dalam Djamarah 2006:175) ”kelas adalah suatu kelompok orang
yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru” sedangkan
menurut Ahmad (1995:1) “kelas ialah ruangan belajar dan atau rombongan belajar”

Hadari Nawawi memandang kelas dari dua sudut, yaitu:

1. Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat
sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam
pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekadar menunjuk
pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangan yang antara lain didasarkan
pada batas umur kronologis masing-masing.

2. Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan merupakan
bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai suatu kesatuan diorganisasi menjadi unit
kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar
yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan (Djamarah2006:176)

Ahmad (1995:1) menyatakan “Pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan
untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat
memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan.” Pengelolaan kelas
merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis.
Usaha sadar itu mengarah pada persiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga,
pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan

1
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag

pengaturan, waktu, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan
kurikuler dapat tercapai.

Sedangkan menurut Made Pidarta (dalam Djamarah, 2005:172) “Pengelolaan kelas


adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi
kelas.” Guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara sistem atau organisasi
kelas. Sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuannya, bakat, dan energinya pada
tugas-tugas individual. Sudirman (dalam Djamarah 2006:172)” Pengelolaan kelas merupakan
upaya dalam mendayagunakan potensi kelas.”kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu
dalam menunjang keberhasilan proses interaksiedukatif, agar memberikan dorongan dan
rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru.

“Pengelolaan kelas merupakan ketrampilan guru untuk menciptakan iklim


pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam
pembelajaran.” (Mulyasa 2006:91). Sedangkan menurut Sudirman (dalam Djamarah
2006:177) ”Pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas.” Ditambahkan
lagi oleh Nawawi (dalam Djamarah 2006:177) ”Manajemen atau pengelolaan kelas dapat
diartikan sebagai kemampuan guru dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian
kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegitan-kegiatan
yang kreatif dan terarah .” Arikunto (dalam Djamarah 2006:177) juga berpendapat “ bahwa
penelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar
mengajar atau yang membantu dengan maksud agardicapai kondisi optimal sehingga dapat
terlaksana kegiatan belajar yang seperti diharapkan.” Pengelolaan dapat dilihat dari dua segi,
yaitu pengelolaan yang menyangkut siswa dan pengelolaan fisik (ruangan, perabot, alat
pelajaran).

Berdasar pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas
merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis
yang mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar,
mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan
kurikuler dapat tercapai.

Latar Belakang :

Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu negara
untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan kualitas sumber

2
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag

daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan bangsa. Menurut Mulyasa
(2006:3) ”Setidaknya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan
pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia
(SDM) yakni: (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga
kependidikan yang yang professional.

Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di


sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk
mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru malaksanakan dua
kegiatan pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Kegiatan mengajar
pada hakikatnya adalah proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar
siswa. Semua komponen pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-
mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi diperankan secara optimal guna mencapai
tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.

Pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan rutinitas.
Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana
dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan
efisien. Misalnya memberi penguatan, mengembangkan hubungan guru dengan siswa dan
membuat aturan kelompok yang produktif.

Di kelaslah segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan
segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya.
Kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala
pokok bahasanya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari
pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu
sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan bagi, professional, dan harus terus-menerus.

Djamaroh (2006:173) menyebutkan ” Masalah yang dihadapi guru, baik pemula


maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang sering
didiskusikan oleh penulis professional dan pengajar adalah juga pengelolaan kelas”.
Mengingat tugas utama dan paling sulit bagi pengajar adalah pengelolaan kelas, sedangkan
tidak ada satu pendekatan yang dikatakan paling baik. Sebagian besar guru kurang mampu
membedakan masalah pengajaran dan masalah pengelolaan. Masalah pengajaran harus diatasi
dengan cara pengajaran dan masalah pengelolaan harus diatasi dengan cara pengelolaan.

3
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag

Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu
tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik
dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam
kelompok, sebaliknya dimasa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Kelas selalu
dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental, dan emosional siswa.

Tujuan :

Menurut Ahmad (1995:2) bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai
kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin

2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar


mengajar.

3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual
siswa dalam kelas.

4. Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta
sifat-sifat individunya.

Tujuan pengelolaan kelas menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006:170) pada


hakikatnya terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah
penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial,
emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa
belajar dan bekerja. Terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin,
perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa. Sedangkan
Arikunto (dalam Djamarah 2006:178) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah
agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efisian.

Menurutnya sebagai sebuah indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah apabila:
1. Setiap siswa terus bekerja, tidak macet artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak
tahu ada tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan
padanya.

4
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag

2. Setiap siswa terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu artinya setiap siswa akan
bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas yang diberikan padanya.

Fungsi Guru dalam Kelas :

1). Guru Sebagai Pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta
didik dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus mempunyai standar kualitas pribadi
tertentu, yang mencakup tanggungjawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

Guru harus memahami nilai-nilai, norma moral dan sosial, serta berusaha berperilaku
dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab
terhadap tindakannya dalam proses pembelajaran di sekolah.

Sebagai pendidik guru harus berani mengambil keputusan secara mandiri berkaitan
dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi
peserta didik dan lingkungan.

2). Guru Sebagai Pengajar

Di dalam tugasnya, guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk
mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami
materi standar yang dipelajari. Guru sebagai pengajar, harus terus mengikuti perkembangan
teknologi, sehinga apa yang disampaikan kepada peserta didik merupakan hal-hal yang
uptodate dan tidak ketinggalan jaman.

Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang bertugas


menyampaikan materi pembelajaran menjadi fasilitator yang bertugas memberikan
kemudahan belajar. Hal itu dimungkinkan karena perkembangan teknologi menimbulkan
banyak buku dengan harga relatif murah dan peserta didik dapat belajar melalui internet
dengan tanpa batasan waktu dan ruang, belajar melalui televisi, radio dan surat kabar yang
setiap saat hadir di hadapan kita.

5
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag

Derasnya arus informasi, serta cepatnya perkembangan teknologi dan ilmu


pengetahuan telah memunculkan pertanyaan terhadap tugas guru sebagai pengajar. Masihkah
guru diperlukan mengajar di depan kelas seorang diri ?, menginformasikan, menerangkan dan
menjelaskan. Untuk itu guru harus senantiasa mengembangkan profesinya secara profesional,
sehingga tugas dan peran guru sebagai pengajar masih tetap diperlukan sepanjang hayat.

3). Guru Sebagai Pembimbing

Guru sebagai pembimbing dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang


berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya yang bertanggungjawab. Sebagai pembimbing,
guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan
yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai kelancarannya sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.

Sebagai pembimbing semua kegiatan yang dilakukan oleh guru harus berdasarkan
kerjasama yang baik antara guru dengan peserta didik. Guru memiliki hak dan
tanggungjawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya.

4). Guru Sebagai Pengarah

Guru adalah seorang pengarah bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua. Sebagai
pengarah guru harus mampu mengarkan peserta didik dalam memecahkan permasalahan-
permasalahan yang dihadapi, mengarahkan peserta didik dalam mengambil suatu keputusan
dan menemukan jati dirinya.

Guru juga dituntut untuk mengarahkan peserta didik dalam mengembangkan potensi
dirinya, sehingga peserta didik dapat membangun karakter yang baik bagi dirinya dalam
menghadapi kehidupan nyata di masyarakat.

5). Guru Sebagai Pelatih

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan ketrampilan, baik intelektual


maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih, yang bertugas
melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar sesuai dengan potensi masing-
masing peserta didik.

6
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag

Pelatihan yang dilakukan, disamping harus memperhatikan kompetensi dasar dan


materi standar, juga harus mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan
lingkungannya. Untuk itu guru harus banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua hal dan
tidak setiap hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah mungkin.

6). Guru Sebagai Penilai

Penilaian atau evalusi merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena
melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti
apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan
setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan
proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian
tujuan pembelajaran peserta didik.

Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dan dengan


teknik yang sesuai, mungkin tes atau non tes. Teknik apapun yang dipilih, penilaian harus
dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan
dan tindak lanjut.

Mengingat kompleksnya proses penilaian, maka guru perlu memiliki pengetahuan,


ketrampilan dan sikap yang memadai. Guru harus memahami teknik evaluasi, baik tes
maupun non tes yang meliputi jenis masing-masing teknik, karakteristik, prosedur
pengembangan, serta cara menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi,
validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal.

Jenis Problem/Masalaha Pengelolaan Kelas :

Dalam menangani tugasnya, guru-guru sering menghadapi permasalahan dengan


kegiatan-kegiatan didalam kelasnya. Permasalahan ini meliputi dua jenis juga, yaitu yang
menyangkut pengajaran dan yang menyangkut pengelolaan kelas. Guru-guru harus mampu
membedakan kedua permasalahan itu dan menemukan pemecahannya secara tepat. Amat
sering terjadi guru-guru menangani masalah yang bersifat pengajaran dengan pemecahan
yang bersifat pengelolaan dan sebaliknya. Misalnya, seorang guru berusaha membuat
penyajian pelajaran lebih menarik agar siswa yang sering tidak masuk menjadi lebih tertarik
untuk menghadiri pelajaran itu, padahal siswa tersebut tidak senang berada di kelas itu karena

7
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag

dia merasa tidak diterima oleh kawan-kawannya. Pemecahan seperti ini tentu saja tidak tepat.
“Membuat pelajaran lebih menarik” adalah permasalahan pengajaran, sedangkan “diterima
atau tidak diterima oleh kawan” adalah permasalahan pengelolaan. Masalah pengajaran harus
ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengajaran dan masalah pengelolaan harus
ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan.

Untuk dapat menangani masalah-masalah pengelolaan kelas secara efektif guru harus
mampu:

1. Mengenali secara tepat berbagai jenis masalah pengelolaan kelas baik yang bersifat
perorangan maupun kelompok;
2. Memahami pendekatan mana yang cocok dan tidak cocok untuk jenis masalah
tertentu.
3. Memilih dan menetapkan pendekatan yang paling tepat untuk memecahkan masalah
yang dimaksud.

Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan dan yang
bersifat kelompok. Disadari bahwa masalah perorangan dan masalah kelompok seringkali
menyatu dan amat sukar dipisahkan yang satu dari yang lain. Namun demikian, pembedaan
antara kedua jenis masalah itu akan bermanfaat, terutama apabila guru ingin mengenali dan
menangani permasalahan yang ada dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya.

Masalah Perorangan

Penggolongan masalah perorangan ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah
laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki
kebutuhan dasar untuk memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika seorang individu
gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah
laku menyimpang. Ada empat jenis penyimpangan tingkah laku, yaitu tingkah laku menarik
perhatian orang lain, mencari kekuasaan, menuntut balas dan memperlihatkan
ketidakmampuan. Keempat tingkah laku ini diurutkan makin lama makin berat. Misalnya,
seorang anak yang gagal menarik perhatian orang lain boleh jadi menjadi anak yang
mengejar kekuasaan.

8
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag

Seorang siswa yang gagak menemukan kedudukan dirinya secara wajar dalam
suasana hubungan sosial yang saling menerima biasanya (secara aktif ataupun pasif)
bertingkah laku mencari perhatian orang lain. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang
aktif dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer, melawak (memperolok), membikin
onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya; singkatnya, tukang rewel. Tingkah
laku destruktif pencari perhatian yang pasif dapat dijumpai pada anak-anak yang malas atau
anak-anak yang terus meminta bantuan orang lain.

Tingkah laku mencari kekuasaan sama dengan perhatian yang destruktif, tetapi lebih
mendalam. Pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan adanya
pertentangan pendapat, tidak mau melakukan yang diperintahkan orang lain dan
menunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka. Pencari kekuasaan yang pasif tampak pada
anak-anak yang amat menonjolkan kemalasannya sehingga tidak melakukan apa-apa sama
sekali. Anak-anak ini amat pelupa, keras kepala, dan secara pasif memperlihatkan
ketidakpatuhan.

Siswa yang menuntut balas mengalami frustasi yang amat dalam dan tidak menyadari
bahwa dia sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain. Keganasan,
penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang) terhadap sesama siswa, petugas
atau pengusaha, ataupun terhadap binatang sering dilakukan anak-anak ini. Anak-anak seperti
ini akan merasa sakit kalau dikalahkan, dan mereka bukan pemain-pemain yang baik
(misalnya dalam pertandingan). Anak-anak yang suka menuntut balas ini biasanya lebih suka
bertindak secara aktif daripada pasif. Anak-anak penuntut balas yang aktif sering dikenal
sebagai anak-anak yang ganas dan kejam, sedang yang pasif dikenal sebagai anak-anak
pencemberut dan tidak patuh (suka menetang.

Siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan pada dasarnya merasa amat tidak


mampu berusaha mencari sesuatu yang dikehendakinya (yaitu rasa memiliki) yang bersikap
menyerah terhadap tantangan yang menghadangnya; bahkan siswa ini menganggap bahwa
yang ada dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus menerus. Perasaan tanpa harapan dan
tidak tertolong lagi ini biasanya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau
memencilkan diri. Sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu berbentuk pasif.

Ada empat teknik sederhana untuk mengenali adanya masalah-masalah perorangan


seperti diuraikan diatas pada diri para siswa.

9
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag

Pertama, jika guru merasa terganggu (atau bosan) dengan tingkah laku seorang siswa,
hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah
mencari perhatian.

Kedua, jika guru merasa terancam (atau merasa dikalahkan), hal itu merupakan tanda
bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari kekuasaan.

Ketiga, jika guru merasa amat disakiti, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang
bersangkutan mungkin mengalami masalah menuntut balas.

Dan keempat, jika guru merasa tidak mampu menolong lagi, hal itu merupakan tanda
bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah ketidakmampuan. Ditekankan,
guru hendaknya benar-benar mampu mengenali dan memahami secara tepat arah tingkah
laku siswa-siswa yang dimaksud (apakah tingkah laku siswa itu mengarah ke mencari
perhatian, mencari kekuasaan, menuntut balas, atau memperlihatkan ketidakcampuran) agar
guru itu mampu menangani masalah siswa secara tepat pula.

Masalah Kelompok

Dikenal adanya tujuh masalah kelompok dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas:

1. Kekurang-kompakan
2. Kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok
3. Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok
4. Penerimaan kelas (kelompok) atau tingkah laku yang menyimpang
5. Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah
ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang
(anggota) lainnya saja
6. Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes
7. Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan

Kekurang-kompakan kelompok ditandai dengan adanya kekurang-cocokkan (konflik)


diantara para anggota kelompok. Konflik antara siswa-siswa dari kelompok yang berjenis
kelamin atau bersuku berbeda termasuk kedalam kategori kekurang-kompakan ini. Dapat
dibayangkan bahwa kelas yang siswa-siswa tidak kompak akan beriklim tidak sehat yang
diwarnai oleh adanya konflik, ketegangan dan kekerasan. Siswa-siswa di kelas seperti ini

10
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag

akan merasa tidak senang dengan kelompok kelasnya sehingga mereka tidak merasa tertarik
dengan kelas yang mereka duduki itu. Para siswa tidak saling bantu membantu.

Jika suasana kelas menunjukkan bahwa siswa-siswa tidak mematuhi aturan-aturan kelas
yang telah ditetapkan, maka masalah yang kedua muncul, yaitu kekurang-mampuan
mengikuti peraturan kelompok. Contoh-contoh masalah ini ialah berisik; bertingkah laku
mengganggu padahal pada waktu itu semua siswa diminta tenang; berbicara keras-keras atau
mengganggu kawan padahal waktu itu semua siswa diminta tenang bekerja di tempat
duduknya masing-masing; dorong-mendorong atau menyela waktu antri di kafetaria dan lain-
lain.

Reaksi negatif terhadap anggota kelompok terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar
yang dilontarkan terhadap anggota kelompok yang tidak diterima oleh kelompok itu, anggota
kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok atau anggota kelompok yang
menghambat kegiatan kelompok. Anggota kelompok dianggap “menyimpang” ini kemudian
“dipaksa” oleh kelompok itu untuk mengikuti kemauan kelompok.

Penerimaan kelompok (kelas) atas tingkah laku yang menyimpang terjadi apabila
kelompok itu mendorong timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah laku
menyimpang dari norma-norma sosial pada umumnya. Contoh yang amat umum ialah
perbuatan memperolok-olokan (memperlawakkan), misalnya membuat gambar-gambar yang
“lucu” tentang guru. Jika hal ini terjadi maka masalah kelompok dan masalah perorangan
telah berkembang dan masalah kelompok kelihatannya lebih perlu mendapat perhatian.

Masalah kelompok anak timbul dari kelompok itu mudah terganggu dalam kelancaran
kegiatannya. Dalam hal ini kelompok itu mereaksi secara berlebihan terhadap hal-hal yang
sebenarnya tidak berarti atau bahkan memanfaatkan hal-hal kecil untuk mengganggu
kelancaran kegiatan kelompok itu. Contoh yang sering terjadi ialah para siswa menolak untuk
melakukan karena mereka beranggapan guru tidak adil. Jika hal ini terjadi, maka suasana
diwarnai oleh ketidaktentuan dan kekhawatiran.

Masalah kelompok yang paling rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes
dan tidak mau melakukan kegiatan, baik hal itu dinyatakan secara terbuka maupun
terselubung. Permintaan penjelasan yang terus menerus tentang sesuatu tugas, kehilangan
pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di rumah, tidak dapat

11
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag

mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan lain-lain merupakan contoh-
contoh protes atau keengganan bekerja.

Pada umumnya protes dan keengganan seperti itu disampaikan secara terselubung dan
penyampaian secara terbuka biasanya jarang terjadi.

Ketidak-mampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan terjadi apabila kelompok


(kelas) mereaksi secara tidak wajar terhadap peraturan baru atau perubahan peraturan,
pengertian keanggotaan kelompok, perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok,
perubahan jadwal kegiatan, pergantian guru dan lain-lain. Apabila hal itu terjadi sebenarnya
para siswa (anggota kelompok) sedang mereaksi terhadap suatu ketegangan tertentu; mereka
menganggap perubahan yang terjadi itu sebagai ancaman terhadap keutuhan kelompok.
Contoh yang paling sering terjadi ialah tingkah laku yang tidak sedap pada siswa terhadap
guru pengganti, padahal biasanya kelas itu adalah kelas yang baik.

Pendekatan Pengelolaan Kelas :

Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan
berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain
adalah untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara
individual.Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa
tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari
pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179)

Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:

a. Pendekatan Kekuasaan

Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak
didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam
kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di
dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui
kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.

b. Pendekatan Ancaman

Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai
suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah

12
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag

laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan,
sindiran, dan memaksa.

c. Pendekatan Kebebasan

Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa
bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah
mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.

d. Pendekatan Resep

Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat
menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam
mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan
tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti
petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.

e. Pendekatan Pengajaran

Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan
pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan
masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam
mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik.
Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.

f. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku

Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk
mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak
didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan
perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan
psikologi behavioral.

Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang
baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan
hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut
pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian
atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas. Sebaliknya, tingkah laku yang

13
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag

kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan
menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.

g. Pendekatan Sosio-Emosional

Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar


pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara
guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci
pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim
kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terrciptanya
hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap
melindungi.

h. Pendekatan Kerja Kelompok

Dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama
kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk
menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang
produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk
menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi,
mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan.

i. Pendekatan Elektis atau Pluralistik

Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas,


dabn inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan
situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin
dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau
ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu
pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki
potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses
belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas
pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya
untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan
dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar
berjalan secara efektif dan efisien.

14
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag

Solusi :

Adapun solusi untuk permasalahan di atas adalah sebagai berikut:


1. seorang guru haruslah memiliki kecakapan di dalam kelas dengan menciptakan suasana
yang kondusif
2. apabila permasalahan semakin kompleks, seorang guru hendaknya menentukan jenis
persoalan, apakah persoalan tersebut termasil persoalan pendidikan atau psikologis, sebab
tiap-tiap persoalan membutuhkan metode penyelesaikan tersendiri.
3. Mengubah metode mengajra
4. Mengubah sarana pendidikan
5. Menggunakan motivasi yang bervariasi
6. Mengubah kegiatan pendidikan
7. Menggunakan kecakapan yang pernah dipraktikkan dan cocok untuk materi baru

Punishment/ hukum :

A. Makna Hukuman Menurut Beberapa Pendapat

1. Menurut pandangan sarjana-sarjana islam

Bahwa maksud hukuman dalam pendidikan islam adalah sebagai perbaikan


bukan sebagai hardikan atau bala dendam, oleh karena itu pendidik sharusnya
mempelajari terlebih dahulu sifat serta keadaan seorang anak kemudian melakukan
pendekatan-pendekatan sbelum di beri hukuman agar si anak sadar serta mengakui
kesalahan yang telah dilakukanya dengan penuh kesadaran

2. Menurut pandangan al-badari

Menurut pendapat beliau sifat anak yang berbuat salah harus diteliti mungkin
dengan pendekatan dan suatu tatapan mata terhadap si anak, cukup mampu untuk
melakukan perbaikan pada mereka. Sebaliknya mungkin ada anak-anak lain yang harus
mendapatkan hukuman baru dapat diperbaiki.

3. Menurut pendapat ibn khaldur

15
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag

Ibn khaldur anti menggunakan kekerasan dalam mendidik anak beliau, beliau
berkata: siapa yang biasa di didik dengan kekerasan maka ia akan selalu di pengaruhi
oleh kekerasan, akan selalu merasa sempit hati, akan bersifat pemalas, suka berdusta
karna takutb akan kepergok oleh penguasa. Hal ini selanjutnya akan mengajar dia
menipu sehingga menjadi kebiasaan, selanjutnya ia menjadi pribadi yang kejam tanpa
perasaan.

4. Menurut pewndapat al-ghozali

Bahwa ketika seorang pengelola kelas menegur seorang anak yang bermasalah
harus memperhatikan umur serta penyebab individu tersebut bertindak demikian, karna
guru selaku salah satu pengelola kelas dalam pandangan seorang anak adalah, ibarat
dokter, sekiranya

Dokter mengobati segala penyakit dengan satu macam obat maka pasien akan
mati dan hati mereka akan menjadi beku. Artinya setiap anak harus dilayani dengan
layanan yang sesuai, selidiki latar belakang yang menyebabkan ia melakukan kesalahan
serta mengenai umur berbuat kesalahan itu harus dibedakan antara anak kecil dengan
anak yang agak besar dalam menjatuhi hukuman. Guru hendakalah bertindak sebagai
dokter yang mahir yang sanggup menganalisa penyakit dan mengetahui serta
memberikan obat yang dibutuhkan.

B. Teknik-Teknik Hukuman Dalam Kelas

Teknik-teknik hukuman dalam kelas

a) Sebelum berumur 10 tahun anak tidak boleh dipukul

b) Memberikan kesempatan pada siswa untuk taubat dari yang dia lakukan dan
memperbaiki kesalahan.

c) Apabila hukuman pukulan terpaksa harus dilakukan maka pukulan tidak lebih
dari 10 kali. Yang dimaksud disini bukan pukulan yang tidak mengenai wajah
dan organ-organ vital.

d) Suatu hukuman jangan sampai menyinggung harga diri seorang anak.

16
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag

e) Jangan berupa penghinaan atasnya.

Sisi positif pemberian hukuman :

1. Memberikan pelajaran pada pelaku dan siswa lain agar tidak melakukan
pelanggaran yang sama.

2. Menjadikan siswa disiplin dan tidak meremehkan peraturan.

Sisi negatif pemberian hukuman :

1. Mematikan kreatifitas siswa

2. Menjadikan anak minder

3. Memberikan pengaruh psikis terhadap perkembangan siswa

Bagaimanapun juga pemberian hukuman bukanlah suatu solusi yang baik terhadap
perkembangan, kepribadian serta intelegensi seorang anak, ketika seorang pendidik
mengetahui siswa mereka berbuat salah, ada baiknya jika hal ini dilakukan :

a. Hukuman yang diberikan bukan berupa sentuhan fisik (pukulan), melainkan


sentuhan hati (nasihat).

b. Istilah hukuman diganti istilah parcelan

c. Pendidik memberikan parcelan yang sesuai dengan tingkatan kesalahan serta


umur siswa yang salah

C. Bentuk-Bentuk Punishment

Banyak bentuk punishment yang diberikan guru kepada muridnya, dari yang mulai
menggunakan kekerasan sampai pada hal yang lebih mendidik.

1) Hukuman berupa penundaan dalam memberikan penghargaan: kelebihanya, murid


akan berusaha mendapatkan rewordnya sehingga akan berusaha pula untuk segera
memperbaiki kesalahan/prilakunya. Sayangnya kelemahan dari punishment ini

17
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag

secara tidak langsung akan bergantung pada pemberian reward, apalagi jika
reward yang diberikan tidak proposional.

2) Hukuman berupa pencabutan hak istimewa murid: kelebihanya, murid akan


merasa rugi karena hak istimewanya dicabut dan umumnya ia akan berusaha
memperbaiki kesalahan atau prilakunya dengan segera untuk mendapatkan
kembali hak istimewanya. Lemahnya, jika sekali saja guru lalai akan konsekuensi
dan konsistensi penerapan hukuman tersebut maka tidak akan memberikan hasil
apa-apa dalam menerapkan disiplin pada murid.

3) Hukuman berupa penyetrapan atau time out: kelebihanya, murid akan merasa
tidak nyaman karena diasingkan keruangan yang sepi dan tidak diajak
berinteraksi karena diabaikan atau ditinggal oleh guru untuk beberapa menit
sampai ia tenang dan siap untuk kembali ke kelas.lemahnya, untuk murid-murid
tertentu justru mengharapkan dirinya dibawa keluar kelas agar bisa “bebas”.
Untuk itu sebaiknya guru mengatasinya dengan tetap dengan memberikan tugas
yang harus diselesaikan oleh murid selama waktu time out sebelum ia
diperbolehkan kembali ke dalam kelas.

4) Hukuman berupa skorsing: kelebihanya, dapat memberi waktu pada murid untuk
merenungi kesalahanya dengan tidak mengizinkan mengikuti pembelajaran
disekolah dengan harapan ada perasaan malu dan rugi, sehingga murit mau
memperbaiki kesalahanya. Kekurangannya hampir sama dngan penyetrapan atau
time out dimana untuk murid murid tertentu mengharapkan diskorsing atau tidak
diperbolehkan masuk sekolah untuk beberapa hari shingga bisa “bebas” dari
tanging jawab sekolah. Untuk itu penanganannya juga sama yaitu sekolah
sebaiknya memberikan tugas yang harus diselesaikan selama murid yang
diskorsing dan ikut melibatkan orang tua untuk memantaunya selain itu
kekurangan lainnya adalah murid menjadi tertinggal pelajaranya karna tidak
masuk sekolah, sehingga butuh waktu bagi murid tertentu yang cenderung lambat
untuk bisa mengejar ketertinggalannya.

D. Penerapan Hukuman

Adapun beberapa penerapan hukuman diantaranya :

18
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag

a. Kombinasi dengan pengaturan lingkungan

b. Kombinasi dengan prosedur lain

c. Penyajian dengan intensitas kuat

d. Konsisten dan diberikan seketika

e. Menghalangi lolos dari hukuman

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Hukuman

Faktor-faktor yang mampengaruhi efektifitas hukuman diantaranya :

a. Memaksimalkan kondisi umtuk respon, alternative yang di inginkan. Harus


mengidentifikasi beberapa respon di inginkan yamg berkompetisi dengan
perilaku tidak di inginkan yang akan dihilangkan.untuk menjaga perilaku di
inginkan, kita sebaiknya reirforcemen positif yang diberikan pada jadwal efektif

b. Minimalisir penyebab respon yang dihukum. Kita harus mengenali kontrol


stimulus dari perilaku yang akan dihukum, lalu kita harus mengetahui reirforcer
yang menjaga perilaku yang tidak di inginkan tersebut.

c. Pemilihan hukuman. Punishment tipe hukuman sangat penting dalam


mempengaruhi efektifitas pelaksanaan modifikasi perilaku.

d. Pelaksanaan hukuman. Punishment paling efektif ketika hukuman deberikan


segera setelah perilaku yang tidak di inginkan muncul.

e. penggunaan aturan. Penggunaan aturan yang tepat akan membantu menurunkan


perilaku tidak di inginkan dan meningkatkan perilaku alternatif lebih cepat.

F. Tujuan Adanya Hukuman

Punishment atau hukuman merupakan tindakan yang menjadi pilihan dalam


upaya ini. Pemberian hukuman merupakan bentuk tindakan yang diharapkan
menimbulkan efek jerah terutama bagi pelaku pelanggaran. Tentu saja pemberian
hukuman ini kadarnya harus disesuaikan dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan

19
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag

oleh peserta didik. Jangan sampai hukuman yang diberikan melebihi kadar pelanggaran
atau kesalahan yang telah dilakukan. Ini merupakan tindak kuratif yakni untuk
menghentikan terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang tidak dikehendaki. Upaya ini
dimaksudkan untuk menghentikan pelanggaran-pelanggaran yang sudah terlanjur
dilakukan oleh peserta didik.

Sumber Bacaan :

• Ana Rosilawati. 2008. Profesionalisme Keguruan. Pontianak: Stain Pontianak Press


• Ivor K. Davies. 1991. Pengelolaan Belajar. Jakarta: CV Rajawali
• Mahmud Khalifah dan Usaham Quthu. 2009. Menjadi Guru yang Dirindu. Surakarta:
Ziyad Books.
• Uzer Usman. 2003. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
• Suharsimi Arikunto. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: CV Rajawali
• Syaiful Bahri Djamarah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
• http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2009/03/09/tujuan-pengelolaan-kelas/
• http://djejak-pro.blogspot.com/2009/12/modifikasi-perilaku-bagi-peserta-didik.html
• http://www.vilila.com/2010/09/ketrampilan-pengelolaan-kelas.html#ixzz16FoLt0sb

20

You might also like