Professional Documents
Culture Documents
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu
sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari
pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris,
yaitu management yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.(Djamarah
2006:175)
“Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang
terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan”Dekdibud (dalam Rachman
1997:11). Pengelolaan dalam pengertian umum menurut Arikunto (dalam Djamarah
2006:175) adalah pengadministrasian pengaturan atau penataan suatu kegiatan.
Menurut Hamalik (dalam Djamarah 2006:175) ”kelas adalah suatu kelompok orang
yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru” sedangkan
menurut Ahmad (1995:1) “kelas ialah ruangan belajar dan atau rombongan belajar”
1. Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat
sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam
pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekadar menunjuk
pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangan yang antara lain didasarkan
pada batas umur kronologis masing-masing.
2. Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan merupakan
bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai suatu kesatuan diorganisasi menjadi unit
kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar
yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan (Djamarah2006:176)
Ahmad (1995:1) menyatakan “Pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan
untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat
memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan.” Pengelolaan kelas
merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis.
Usaha sadar itu mengarah pada persiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga,
pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan
1
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag
pengaturan, waktu, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan
kurikuler dapat tercapai.
Berdasar pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas
merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis
yang mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar,
mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan
kurikuler dapat tercapai.
Latar Belakang :
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu negara
untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan kualitas sumber
2
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag
daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan bangsa. Menurut Mulyasa
(2006:3) ”Setidaknya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan
pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia
(SDM) yakni: (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga
kependidikan yang yang professional.
Pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan rutinitas.
Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana
dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan
efisien. Misalnya memberi penguatan, mengembangkan hubungan guru dengan siswa dan
membuat aturan kelompok yang produktif.
Di kelaslah segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan
segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya.
Kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala
pokok bahasanya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari
pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu
sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan bagi, professional, dan harus terus-menerus.
3
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag
Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu
tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik
dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam
kelompok, sebaliknya dimasa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Kelas selalu
dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental, dan emosional siswa.
Tujuan :
Menurut Ahmad (1995:2) bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai
kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual
siswa dalam kelas.
4. Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta
sifat-sifat individunya.
Menurutnya sebagai sebuah indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah apabila:
1. Setiap siswa terus bekerja, tidak macet artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak
tahu ada tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan
padanya.
4
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag
2. Setiap siswa terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu artinya setiap siswa akan
bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas yang diberikan padanya.
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta
didik dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus mempunyai standar kualitas pribadi
tertentu, yang mencakup tanggungjawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
Guru harus memahami nilai-nilai, norma moral dan sosial, serta berusaha berperilaku
dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab
terhadap tindakannya dalam proses pembelajaran di sekolah.
Sebagai pendidik guru harus berani mengambil keputusan secara mandiri berkaitan
dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi
peserta didik dan lingkungan.
Di dalam tugasnya, guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk
mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami
materi standar yang dipelajari. Guru sebagai pengajar, harus terus mengikuti perkembangan
teknologi, sehinga apa yang disampaikan kepada peserta didik merupakan hal-hal yang
uptodate dan tidak ketinggalan jaman.
5
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag
Sebagai pembimbing semua kegiatan yang dilakukan oleh guru harus berdasarkan
kerjasama yang baik antara guru dengan peserta didik. Guru memiliki hak dan
tanggungjawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya.
Guru adalah seorang pengarah bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua. Sebagai
pengarah guru harus mampu mengarkan peserta didik dalam memecahkan permasalahan-
permasalahan yang dihadapi, mengarahkan peserta didik dalam mengambil suatu keputusan
dan menemukan jati dirinya.
Guru juga dituntut untuk mengarahkan peserta didik dalam mengembangkan potensi
dirinya, sehingga peserta didik dapat membangun karakter yang baik bagi dirinya dalam
menghadapi kehidupan nyata di masyarakat.
6
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag
Penilaian atau evalusi merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena
melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti
apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan
setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan
proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian
tujuan pembelajaran peserta didik.
7
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag
dia merasa tidak diterima oleh kawan-kawannya. Pemecahan seperti ini tentu saja tidak tepat.
“Membuat pelajaran lebih menarik” adalah permasalahan pengajaran, sedangkan “diterima
atau tidak diterima oleh kawan” adalah permasalahan pengelolaan. Masalah pengajaran harus
ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengajaran dan masalah pengelolaan harus
ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan.
Untuk dapat menangani masalah-masalah pengelolaan kelas secara efektif guru harus
mampu:
1. Mengenali secara tepat berbagai jenis masalah pengelolaan kelas baik yang bersifat
perorangan maupun kelompok;
2. Memahami pendekatan mana yang cocok dan tidak cocok untuk jenis masalah
tertentu.
3. Memilih dan menetapkan pendekatan yang paling tepat untuk memecahkan masalah
yang dimaksud.
Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan dan yang
bersifat kelompok. Disadari bahwa masalah perorangan dan masalah kelompok seringkali
menyatu dan amat sukar dipisahkan yang satu dari yang lain. Namun demikian, pembedaan
antara kedua jenis masalah itu akan bermanfaat, terutama apabila guru ingin mengenali dan
menangani permasalahan yang ada dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya.
Masalah Perorangan
Penggolongan masalah perorangan ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah
laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki
kebutuhan dasar untuk memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika seorang individu
gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah
laku menyimpang. Ada empat jenis penyimpangan tingkah laku, yaitu tingkah laku menarik
perhatian orang lain, mencari kekuasaan, menuntut balas dan memperlihatkan
ketidakmampuan. Keempat tingkah laku ini diurutkan makin lama makin berat. Misalnya,
seorang anak yang gagal menarik perhatian orang lain boleh jadi menjadi anak yang
mengejar kekuasaan.
8
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag
Seorang siswa yang gagak menemukan kedudukan dirinya secara wajar dalam
suasana hubungan sosial yang saling menerima biasanya (secara aktif ataupun pasif)
bertingkah laku mencari perhatian orang lain. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang
aktif dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer, melawak (memperolok), membikin
onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya; singkatnya, tukang rewel. Tingkah
laku destruktif pencari perhatian yang pasif dapat dijumpai pada anak-anak yang malas atau
anak-anak yang terus meminta bantuan orang lain.
Tingkah laku mencari kekuasaan sama dengan perhatian yang destruktif, tetapi lebih
mendalam. Pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan adanya
pertentangan pendapat, tidak mau melakukan yang diperintahkan orang lain dan
menunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka. Pencari kekuasaan yang pasif tampak pada
anak-anak yang amat menonjolkan kemalasannya sehingga tidak melakukan apa-apa sama
sekali. Anak-anak ini amat pelupa, keras kepala, dan secara pasif memperlihatkan
ketidakpatuhan.
Siswa yang menuntut balas mengalami frustasi yang amat dalam dan tidak menyadari
bahwa dia sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain. Keganasan,
penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang) terhadap sesama siswa, petugas
atau pengusaha, ataupun terhadap binatang sering dilakukan anak-anak ini. Anak-anak seperti
ini akan merasa sakit kalau dikalahkan, dan mereka bukan pemain-pemain yang baik
(misalnya dalam pertandingan). Anak-anak yang suka menuntut balas ini biasanya lebih suka
bertindak secara aktif daripada pasif. Anak-anak penuntut balas yang aktif sering dikenal
sebagai anak-anak yang ganas dan kejam, sedang yang pasif dikenal sebagai anak-anak
pencemberut dan tidak patuh (suka menetang.
9
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag
Pertama, jika guru merasa terganggu (atau bosan) dengan tingkah laku seorang siswa,
hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah
mencari perhatian.
Kedua, jika guru merasa terancam (atau merasa dikalahkan), hal itu merupakan tanda
bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari kekuasaan.
Ketiga, jika guru merasa amat disakiti, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang
bersangkutan mungkin mengalami masalah menuntut balas.
Dan keempat, jika guru merasa tidak mampu menolong lagi, hal itu merupakan tanda
bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah ketidakmampuan. Ditekankan,
guru hendaknya benar-benar mampu mengenali dan memahami secara tepat arah tingkah
laku siswa-siswa yang dimaksud (apakah tingkah laku siswa itu mengarah ke mencari
perhatian, mencari kekuasaan, menuntut balas, atau memperlihatkan ketidakcampuran) agar
guru itu mampu menangani masalah siswa secara tepat pula.
Masalah Kelompok
Dikenal adanya tujuh masalah kelompok dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas:
1. Kekurang-kompakan
2. Kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok
3. Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok
4. Penerimaan kelas (kelompok) atau tingkah laku yang menyimpang
5. Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah
ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang
(anggota) lainnya saja
6. Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes
7. Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan
10
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag
akan merasa tidak senang dengan kelompok kelasnya sehingga mereka tidak merasa tertarik
dengan kelas yang mereka duduki itu. Para siswa tidak saling bantu membantu.
Jika suasana kelas menunjukkan bahwa siswa-siswa tidak mematuhi aturan-aturan kelas
yang telah ditetapkan, maka masalah yang kedua muncul, yaitu kekurang-mampuan
mengikuti peraturan kelompok. Contoh-contoh masalah ini ialah berisik; bertingkah laku
mengganggu padahal pada waktu itu semua siswa diminta tenang; berbicara keras-keras atau
mengganggu kawan padahal waktu itu semua siswa diminta tenang bekerja di tempat
duduknya masing-masing; dorong-mendorong atau menyela waktu antri di kafetaria dan lain-
lain.
Reaksi negatif terhadap anggota kelompok terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar
yang dilontarkan terhadap anggota kelompok yang tidak diterima oleh kelompok itu, anggota
kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok atau anggota kelompok yang
menghambat kegiatan kelompok. Anggota kelompok dianggap “menyimpang” ini kemudian
“dipaksa” oleh kelompok itu untuk mengikuti kemauan kelompok.
Penerimaan kelompok (kelas) atas tingkah laku yang menyimpang terjadi apabila
kelompok itu mendorong timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah laku
menyimpang dari norma-norma sosial pada umumnya. Contoh yang amat umum ialah
perbuatan memperolok-olokan (memperlawakkan), misalnya membuat gambar-gambar yang
“lucu” tentang guru. Jika hal ini terjadi maka masalah kelompok dan masalah perorangan
telah berkembang dan masalah kelompok kelihatannya lebih perlu mendapat perhatian.
Masalah kelompok anak timbul dari kelompok itu mudah terganggu dalam kelancaran
kegiatannya. Dalam hal ini kelompok itu mereaksi secara berlebihan terhadap hal-hal yang
sebenarnya tidak berarti atau bahkan memanfaatkan hal-hal kecil untuk mengganggu
kelancaran kegiatan kelompok itu. Contoh yang sering terjadi ialah para siswa menolak untuk
melakukan karena mereka beranggapan guru tidak adil. Jika hal ini terjadi, maka suasana
diwarnai oleh ketidaktentuan dan kekhawatiran.
Masalah kelompok yang paling rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes
dan tidak mau melakukan kegiatan, baik hal itu dinyatakan secara terbuka maupun
terselubung. Permintaan penjelasan yang terus menerus tentang sesuatu tugas, kehilangan
pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di rumah, tidak dapat
11
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag
mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan lain-lain merupakan contoh-
contoh protes atau keengganan bekerja.
Pada umumnya protes dan keengganan seperti itu disampaikan secara terselubung dan
penyampaian secara terbuka biasanya jarang terjadi.
Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan
berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain
adalah untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara
individual.Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa
tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari
pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179)
a. Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak
didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam
kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di
dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui
kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
b. Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai
suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah
12
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag
laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan,
sindiran, dan memaksa.
c. Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa
bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah
mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
d. Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat
menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam
mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan
tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti
petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
e. Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan
pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan
masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam
mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik.
Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk
mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak
didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan
perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan
psikologi behavioral.
Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang
baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan
hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut
pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian
atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas. Sebaliknya, tingkah laku yang
13
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag
kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan
menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
g. Pendekatan Sosio-Emosional
Dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama
kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk
menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang
produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk
menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi,
mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan.
14
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag
Solusi :
Punishment/ hukum :
Menurut pendapat beliau sifat anak yang berbuat salah harus diteliti mungkin
dengan pendekatan dan suatu tatapan mata terhadap si anak, cukup mampu untuk
melakukan perbaikan pada mereka. Sebaliknya mungkin ada anak-anak lain yang harus
mendapatkan hukuman baru dapat diperbaiki.
15
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag
Ibn khaldur anti menggunakan kekerasan dalam mendidik anak beliau, beliau
berkata: siapa yang biasa di didik dengan kekerasan maka ia akan selalu di pengaruhi
oleh kekerasan, akan selalu merasa sempit hati, akan bersifat pemalas, suka berdusta
karna takutb akan kepergok oleh penguasa. Hal ini selanjutnya akan mengajar dia
menipu sehingga menjadi kebiasaan, selanjutnya ia menjadi pribadi yang kejam tanpa
perasaan.
Bahwa ketika seorang pengelola kelas menegur seorang anak yang bermasalah
harus memperhatikan umur serta penyebab individu tersebut bertindak demikian, karna
guru selaku salah satu pengelola kelas dalam pandangan seorang anak adalah, ibarat
dokter, sekiranya
Dokter mengobati segala penyakit dengan satu macam obat maka pasien akan
mati dan hati mereka akan menjadi beku. Artinya setiap anak harus dilayani dengan
layanan yang sesuai, selidiki latar belakang yang menyebabkan ia melakukan kesalahan
serta mengenai umur berbuat kesalahan itu harus dibedakan antara anak kecil dengan
anak yang agak besar dalam menjatuhi hukuman. Guru hendakalah bertindak sebagai
dokter yang mahir yang sanggup menganalisa penyakit dan mengetahui serta
memberikan obat yang dibutuhkan.
b) Memberikan kesempatan pada siswa untuk taubat dari yang dia lakukan dan
memperbaiki kesalahan.
c) Apabila hukuman pukulan terpaksa harus dilakukan maka pukulan tidak lebih
dari 10 kali. Yang dimaksud disini bukan pukulan yang tidak mengenai wajah
dan organ-organ vital.
16
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag
1. Memberikan pelajaran pada pelaku dan siswa lain agar tidak melakukan
pelanggaran yang sama.
Bagaimanapun juga pemberian hukuman bukanlah suatu solusi yang baik terhadap
perkembangan, kepribadian serta intelegensi seorang anak, ketika seorang pendidik
mengetahui siswa mereka berbuat salah, ada baiknya jika hal ini dilakukan :
C. Bentuk-Bentuk Punishment
Banyak bentuk punishment yang diberikan guru kepada muridnya, dari yang mulai
menggunakan kekerasan sampai pada hal yang lebih mendidik.
17
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag
secara tidak langsung akan bergantung pada pemberian reward, apalagi jika
reward yang diberikan tidak proposional.
3) Hukuman berupa penyetrapan atau time out: kelebihanya, murid akan merasa
tidak nyaman karena diasingkan keruangan yang sepi dan tidak diajak
berinteraksi karena diabaikan atau ditinggal oleh guru untuk beberapa menit
sampai ia tenang dan siap untuk kembali ke kelas.lemahnya, untuk murid-murid
tertentu justru mengharapkan dirinya dibawa keluar kelas agar bisa “bebas”.
Untuk itu sebaiknya guru mengatasinya dengan tetap dengan memberikan tugas
yang harus diselesaikan oleh murid selama waktu time out sebelum ia
diperbolehkan kembali ke dalam kelas.
4) Hukuman berupa skorsing: kelebihanya, dapat memberi waktu pada murid untuk
merenungi kesalahanya dengan tidak mengizinkan mengikuti pembelajaran
disekolah dengan harapan ada perasaan malu dan rugi, sehingga murit mau
memperbaiki kesalahanya. Kekurangannya hampir sama dngan penyetrapan atau
time out dimana untuk murid murid tertentu mengharapkan diskorsing atau tidak
diperbolehkan masuk sekolah untuk beberapa hari shingga bisa “bebas” dari
tanging jawab sekolah. Untuk itu penanganannya juga sama yaitu sekolah
sebaiknya memberikan tugas yang harus diselesaikan selama murid yang
diskorsing dan ikut melibatkan orang tua untuk memantaunya selain itu
kekurangan lainnya adalah murid menjadi tertinggal pelajaranya karna tidak
masuk sekolah, sehingga butuh waktu bagi murid tertentu yang cenderung lambat
untuk bisa mengejar ketertinggalannya.
D. Penerapan Hukuman
18
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag
19
NAMA : M Dwi Fidiqsa MATKUL : PENGELOLAAN KELAS
NIM : D31208034 DOSEN : Dr H Muhibbin Z , M.Ag
oleh peserta didik. Jangan sampai hukuman yang diberikan melebihi kadar pelanggaran
atau kesalahan yang telah dilakukan. Ini merupakan tindak kuratif yakni untuk
menghentikan terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang tidak dikehendaki. Upaya ini
dimaksudkan untuk menghentikan pelanggaran-pelanggaran yang sudah terlanjur
dilakukan oleh peserta didik.
Sumber Bacaan :
20