Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
(Kelompok 5)
1. Lativ Shaykhoni
2. Hidayatul Laela
3. Herti Indah P.
4. Hendri Listiyoningsih
5. Kumaedatul Muhtamin
7. Isnaini Agus P.
8. Hanantan Anggit P.
Tahun 2010
1
ASKEP EFUSI PLEURA
A. TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam kavum
pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat atau cairan
eksudat ( Pedoman Diagnosis danTerapi / UPF ilmu penyakit paru, 1994, 111).
Efusi pleura adalah jumlah cairan ion purulen yang berlebihan dalam rongga pleura, antara
Efusi pleura adalah akumulas cairan didalam rongga pleura ( Al-segaf : 1995 : 143 )
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa
transudat atau eksudat yang diakibatkan karena terjadinya ketidakseimbangan antara produksi
dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis. Efusi pleura bukanlah suatu disease entity tapi
merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang dapat mengancam jiwa penderita (Hood
Alsaggaff, 1995).
Dari berbagai definisi diatas maka efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan
pada rongga pleura, cairan tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru. Cairan dalam
jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru
selama inhalasi.
2
2. Anatomi dan Fisiologi Pleura
Pleura adalah membra tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceralis dan parietalis.
Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesothelial, jaringaan ikat, dan dalam keadaan
normal, berisikan lapisan cairan yang sangat tipis. Membran serosa yang membungkus parekim
paru disebut pleura viseralis, sedangkan membran serosa yang melapisi dinding thorak,
diafragma, dan mediastinum disebut pleura parietalis. Rongga pleura terletak antara paru dan
dinding thoraks. Rongga pleura dengan lapisan cairan yang tipis ini berfungsi sebagai pelumas
antara kedua pleura. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hillus paru. Dalam hal ini, terdapat
· Pleura visceralis :
- Permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesothelial yang tipis < 30mm.
- Di bawah sel-sel mesothelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit
- Di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat elastik
- Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang banyak mengandung pembuluh
· Pleura parietalis
- Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat (kolagen dan elastis)
- Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari a. Intercostalis dan a. Mamaria
interna, pembuluh limfe, dan banyak reseptor saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit
3
dan perbedaan temperatur. Keseluruhan berasal n. Intercostalis dinding dada dan alirannya
3. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, selalu terjadi filtrasi cairan ke dalam rongga pleura melalui
kapiler pada pleura parietalis tetapi cairan ini segera direabsorpsi oleh saluran limfe, sehingga
terjadi keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi, tiap harinya diproduksi cairan kira-kira
16,8 ml (pada orang dengan berat badan 70 kg). Kemampuan untuk reabsorpsinya dapat
meningkat sampai 20 kali. Apabila antara produk dan reabsorpsinya tidak seimbang
(produksinya meningkat atau reabsorpsinya menurun) maka akan timbul efusi pleura.
Diketahui bahwa cairan masuk kedalam rongga melalui pleura parietal dan selanjutnya
keluar lagi dalam jumlah yang sama melalui membran pleura parietal melalui sistem limfatik dan
vaskular. Pergerakan cairan dari pleura parietalis ke pleura visceralis dapat terjadi karena adanya
perbedaan tekanan hidrostatik dan tekanan koloid osmotik. Cairan kebanyakan diabsorpsi oleh
sistem limfatik dan hanya sebagian kecil yang diabsorpsi oleh sistem kapiler pulmonal. Hal yang
memudahkan penyerapan cairan pada pleura visceralis adalah terdapatnya banyak mikrovili di
melalui pengaruh terhadap hukum Starling.Keadaan ni dapat terjadi pada gagal jantung kanan,
4
2. Tekanan intra pleura yang sangat rendah seperti terdapat pada atelektasis, baik karena
3. Meningkatnya kadar protein dalam cairan pleura dapat menarik lebih banyak cairan masuk ke
4. Hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal bisa menyebabkan transudasi cairan dari
5. Obstruksi dari saluran limfe pada pleum parietalis. Saluran limfe bermuara pada vena untuk
sistemik. Peningkatan dari tekanan vena sistemik akan menghambat pengosongan cairan limfe.
4. Etiologi
a. Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat, eksudat dan
hemoragis
1. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri), sindroma
nefrotik ( hipoproteinemia ), asites (oleh karena sirosis hepatis), syndroma vena cava superior,
tumor, sindroma meig, dialisis peritoneal, atelektasis akut, pasca bedah abdomen.
2. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya, tumor, infark paru, radiasi,
penyakit kolagen.
3. Efusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru, tuberkulosis.
b. Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral.1. Efusi
yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya.
2. Akan tetapi efusi yang bilateral bisa ditemukan juga pada penyakit-penyakit dibawah ini :
5
Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus systemic,
5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik efusi pleura akan tergantung dari jumlah cairan yang ada serta tingkat
kompresi paru.
-Jika jumlah efusinya sedikit (misalnya <250 ml), mungkin belum menimbulkan manifestasi
klinik dan hanya dapat dideteksi dengan X-ray foto thorakks. Dengan membesarnya efusi akan
1.Dispneu bervariasi
6
5.Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena
6. Pemeriksaan Penunjang
Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva,
dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi daripada bagian medial. Bila permukaannya
horizontal dari lateral ke medial, pasti terdapat udara dalam rongga tersebut yang dapat berasal
dari luar atau dari dalam paru-paru itu sendiri. Hal lain yang bisa terlihat dalam foto dada efusi
pleura adalah terdorongnya mediastinum pada sisi yang berlawanan dengan cairan. Namun, bila
terdapat atelektasis pada sisi yang bersamaan dengan cairan, mediastinum akan tetap pada
tempatnya.
b) Torakosintesis
Aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnosis maupun terapeutik.
Pelaksanaan sebaiknya dilakukan pad posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian paru-paru di
sela iga IX garis axila posterior dengan memakai jarum abocath nomor 14 atau 16. pengeluaran
cairan sebaikna tidak lebih dari 1000-1500 cc pada setiap kali aspirasi. Aspirasi banyak
sekaligusakan menimbulkan pleura shock (hipotensi) atau edema paru-paru. Edema paru-paru
7
c) Biopsi pleura
Pemerikasaan histologis satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat menunjukkan
50-75% diagnosis kasus pleuritis tuberkulosis atau tumor pleura. Bila hasil biopsi pertama tidak
d) Pemeriksaan tambahan :
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanan tergantung pada penyakit yang mendasari terjasinya efusi pleura. Aspirasi
cairan menggunakan jarum dapat dilakukan untuk mengeluarkan cairan pleura, apabila jumlah
cairan banyak dapat dilakukan pemasangan drainase interkostalis atau pemasangan WSD. Efusi
pleura yang berulang mungkin memerlukan tambahan medikamentosan atau dapat dilakukan
tidakan operatif yaitu pleurodesis, dimana kedua permukaan pleura ditempelkan sehingga tida
Pengumpulan Data
a.Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,
agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan
pasien.
b.Keluhan Utama
Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada
dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat
Pasien dengan efusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti batuk, sesak
nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga
ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru, pneumoni, gagal
jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
9
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir
sebagai penyebab efusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
f. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi
tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi
badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan
kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan
mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur
abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi
3) Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi
sebelumdan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih
10
banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan Px akan cepat
mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu pasien juga akan mengurangi
aktivitasnya akibat adanya nyeri dada. Dan untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian
Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap
pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari
lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang
Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan peran, misalkan
pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang
ibu yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya. Disamping itu, peran pasien di
masyarakat pun juga mengalami perubahan dan semua itu mempengaruhi hubungan
interpersonal pasien.
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba
mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada. Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan
11
beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini
Fungsi panca indra pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga dengan proses
berpikirnya.
Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse akan terganggu untuk
sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.
Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami stress dan mungkin
pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang
Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan
h. Pemeriksaan fisik
1) B1 (breath)
Inspeksi pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga mendatar,
ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah
hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR cenderung
12
Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc.
Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada
yang sakit.
Suara perkusi redup sampai peka tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya tidak mengisi
penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung
lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-Damoisseaux.
Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang jelas di punggung.
Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan makin ke atas
makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan
ditemukan tanda-tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan. Ditambah
lagi dengan tanda i – e artinya bila penderita diminta mengucapkan kata-kata i maka akan
Pada sistim ini terdapat nafas dangkal, pembentukan mucus yang berlebih, sulit mengelurkan
secret, meningkatnya viskositas atau kekentalan secret. Perlu kita kaji juga jika cairan lebih dari
500cc biasanya akan kita dapati penurunan pergerakan hemi torak yang sakit, fremitus suara dan
suara nafas melemah. Cairan yang lebih dari 1000cc dapat menyebabkan dada cembung dan
egofoni (dengan syarat cairantidak memenuhi seluruh rongga pleura). Jika cairan lebih dari
2000cc, suara nafas melemah/menurun, mungkin menghilang sama sekali dan mediasinum
terdorong ke arah paru yang sehat. Tetapi perlu kita ketahui bahwa cairan pleura yang kurangdari
2) B2 (blood)
Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS – 5 pada linea medio
claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
13
pembesaran jantung. Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan harus
diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa adanya thrill
yaitu getaran ictus cordis. Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung
terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel
kiri. Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan adakah bunyi
jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta adakah murmur yang menunjukkan
Adakah peningkatan tekanan osmotic koloid yang menurun dalam darah misalnya pada pasien
3) B3 (brain)
Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga diperlukan pemeriksaan GCS.
Adakah composmentis atau somnolen atau comma. refleks patologis, dan bagaimana dengan
refleks fisiologisnya. Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran,
Faktor usia (sudah tua/usia anak-anak) dapat menyebabkan atelektasis obstruksi dan kondisi
tubuh dengan kesadaran menurun (pengaruh anastesi) yang mengakibatkan kelemahan otot-otot
nafas sehingga tidak dapat mengeluarkan sumbatan pada jalan nafas atau bisa juga menghambat
rangsangan batuk. Dan pada gas-gas anastesi dan oksigen yang di absorpsi juga bisa dengan
4) B4 (blader)
14
Pada pemeriksaan blader perlu diperhatikan adanya retensi urinaria, keseimbangan input dan
output cairan yang seimbang. Adakah nyeri tekan atau lepas pada blast.
5) B5 (bowel)
Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar, tepi perut menonjol
atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya benjolan-
Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai normalnya 5-35 kali
permenit. Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa
(tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba,
juga apakah lien teraba. Perkusi abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cairan akan
6) B6 (bone)
Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial, palpasi pada kedua ekstremetas untuk
mengetahui tingkat perfusi perifer serta dengan pemerikasaan capillary refil time. Dengan
inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian dibandingkan antara kiri
dan kanan. Dan perlu kita ketahui juga adakah gangguan tentang batas kekuatan pasian dalam
Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi pada kulit, pada pasien
dengan efusi biasanya akan tampak sianosis akibat adanya kegagalan sistem transport O2. Pada
palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat, demam). Kemudian tekstur
kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasi seseorang.
i. Pemeriksaan Penunjang
15
Hasil pemeriksaan medis dan laboratorium
1. Pemeriksaan Radiologi
Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari 300 cc tidak bisa terlihat.
Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpukkan kostofrenikus. Pada effusi pleura
sub pulmonal, meski cairan pleura lebih dari 300 cc, frenicocostalis tampak tumpul, diafragma
kelihatan meninggi. Untuk memastikan dilakukan dengan foto thorax lateral dari sisi yang sakit
(lateral dekubitus) ini akan memberikan hasil yang memuaskan bila cairan pleura sedikit.
2. Biopsi Pleura
Biopsi ini berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura dengan melalui biopsi jalur
percutaneus. Biopsi ini digunakan untuk mengetahui adanya sel-sel ganas atau kuman-kuman
j. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Biokimia
Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang perbedaannya dapat dilihat
Transudat Eksudat
Kadar protein dalam efusi <3 >3
16
Kadar protein dalam efusi < 0,5 > 0,5
Kadar protein dalam serum
Kadar LDH dalam efusi ( IV ) < 200 .> 200
Kadar LDH dalam efusi < 0,6 > 0,6
Kadar LDH dalam serum
Berat jenis cairan efusi <1,06 > 1,06
Hasil tes revalta - +
Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia diperiksakan juga cairan pleura :
a. Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit infeksi, arthritis reumatoid
dan neoplasma
Eritrosit : mengalami peningkatan 1000-10000/ mm3 cairan tampak kemorogis, sering dijumpai
17
pada pankreatitis atau pneumoni. Bila erytrosit > 100000 (mm3 menunjukkan infark paru,
Sitologi : Hanya 50 - 60 % kasus- kasus keganasan dapat ditemukan sel ganas. Sisanya kurang
4. Bakteriologis
Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah pneamo cocclis, E-coli,
klebsiecla, pseudomonas, enterobacter. Pada pleuritis TB kultur cairan terhadap kuman tahan
2. Diagnosa Keperawatan
dengan peningkatan metabolisme tubuh, pencernaan nafsu makan akibat sesak nafas
4. Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap dan sesak
terpajang informasi .
18
3. Intervensi dan Rasionalisasi
1. Diagnosa Keperawatan I
Kriteria hasil : Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal, pada
pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, bunyi nafas terdengar
jelas.
Rasional : Dengan mengidentifikasikan penyebab, kita dapat menentukan jenis effusi pleura
Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap perubahan yang terjadi.
Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, kita dapat
Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan kepala tempat tidur
ditinggikan 60 – 90 derajat.
Rasional : Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru bisa maksimal.
Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon pasien).
Rasional : Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi paru.
Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada bagian paru-paru.
Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.
19
Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam. Penekanan otot-otot dada
Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan serta foto thorax.
Rasional : Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan mencegah terjadinya
sianosis akibat hiponia. Dengan foto thorax dapat dimonitor kemajuan dari berkurangnya cairan
2. Diagnosa Keperawatan II
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan
Kriteria hasil : Konsumsi lebih 40 % jumlah makanan, berat badan normal dan hasil
Rasional : Bising usus yang menurun atau meningkat menunjukkan adanya gangguan pada
fungsi pencernaan.
Rasional : Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu makan.
20
Rasional : Makanan dalam porsi kecil tidak membutuhkan energi, banyak selingan memudahkan
reflek.
Rasional : Di’it TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme dan pembentukan antibody
karena diet TKTP menyediakan kalori dan semua asam amino esensial.
Kolaborasi dengan dokter atau konsultasi untuk melakukan pemeriksaan laboratorium alabumin
dan pemberian vitamin dan suplemen nutrisi lainnya (zevity, ensure, socal, putmocare) jika
Rasional : Peningkatan intake protein, vitamin dan mineral dapat menambah asam lemak dalam
tubuh.
Cemas atau ketakutan sehubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan
Tujuan : Pasien mampu memahami dan menerima keadaannya sehingga tidak terjadi
kecemasan.
Kriteria hasil : Pasien mampu bernafas secara normal, pasien mampu beradaptasi dengan
keadaannya. Respon non verbal klien tampak lebih rileks dan santai, nafas teratur dengan
Berikan posisi yang menyenangkan bagi pasien. Biasanya dengan semi fowler.
Rasional : pasien mampu menerima keadaan dan mengerti sehingga dapat diajak kerjasama
dalam perawatan.
21
Rasional : Mengurangi ketegangan otot dan kecemasan
Rasional : Pemanfaatan sumber koping yang ada secara konstruktif sangat bermanfaat dalam
mengatasi stress.
Rasional : Tindakan yang tepat diperlukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi klien dan
Rasional : Rasa cemas merupakan efek emosi sehingga apabila sudah teridentifikasi dengan baik,
4. Diagnosa Keperawatan IV
Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap dan nyeri pleuritik.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi.
Kriteria hasil : Pasien tidak sesak nafas, pasien dapat tidur dengan nyaman tanpa mengalami
gangguan, pasien dapat tertidur dengan mudah dalam waktu 30-40 menit dan pasien
Rasonal : Posisi semi fowler atau posisi yang menyenangkan akan memperlancar peredaran O2
dan CO2.
Tentukan kebiasaan motivasi sebelum tidur malam sesuai dengan kebiasaan pasien sebelum
dirawat.
22
Rasional : Mengubah pola yang sudah menjadi kebiasaan sebelum tidur akan mengganggu
proses tidur.
Rasional : Observasi gejala kardinal guna mengetahui perubahan terhadap kondisi pasien.
5. Diagnosa Keperawatan V
Kriteria hasil : Terpenuhinya aktivitas secara optimal, pasien kelihatan segar dan bersemangat,
Evaluasi respon pasien saat beraktivitas, catat keluhan dan tingkat aktivitas serta adanya
Jelaskan pada pasien tentang perlunya keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
23
Motivasi dan awasi pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap.
Rasional : Aktivitas yang teratur dan bertahap akan membantu mengembalikan pasien pada
kondisi normal.
6. Diagnosa Keperawatan VI
informasi.
Tujuan : Pasien dan keluarga tahu mengenai kondisi dan aturan pengobatan.
Kriteria hasil :
PX dan keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik.
Px dan keluarga mengikuti program pengobatan dan menunjukkan perubahan pola hidup yang
Rasional : Penyakit paru yang ada seperti PPOM berat, penyakit paru infeksi dan keganasan
Kaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat (contoh, nyeri dada tiba-
Kaji ulang praktik kesehatan yang baik (contoh, nutrisi baik, istirahat, latihan).
24
Rasional : Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah
kekambuhan.
Daftar pustaka
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall. 1995. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6.
EGC; Jakarta
EGC: Jakarta
Gibson, John. 1995. Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat. EGC ; Jakarta
25
Tjokronegoro, Arjatmo, dkk. 1994 . Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : FKUI
Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : FKUI
Marrilyn. E. Doengus. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Price, Sylvia A,dkk. ( 1995 ). Patofisiologi. Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Jakarta :
EGC
http://www.sentrapromosi.com/.../asuhan-keperawatan-askep-efusi-pleura-laporan-
pendahuluan.html
http://maidun-gleekapay.blogspot.com/.../asuhan-keperawatan-klien-dengan-efusi.html
http://drlizakedokteran.blogspot.com/.../cairan-di-paru-efusi-pleura.html
http://3rr0rists.com/medical/efusi-pleura.html
http://yenibeth.wordpress.com/2008/07/24/askep-efusi-pleura/
http://dewabenny.blogspot.com/2008/01/efusi-pleura.html
26