You are on page 1of 26

ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA

Oleh :

(Kelompok 5)

1. Lativ Shaykhoni

2. Hidayatul Laela

3. Herti Indah P.

4. Hendri Listiyoningsih

5. Kumaedatul Muhtamin

6. Fevriana Anggita Bunga P.

7. Isnaini Agus P.

8. Hanantan Anggit P.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL


(STIKes KENDAL)

Tahun 2010

1
ASKEP EFUSI PLEURA

A. TINJAUAN TEORI

1. Definisi

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam kavum

pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat atau cairan

eksudat ( Pedoman Diagnosis danTerapi / UPF ilmu penyakit paru, 1994, 111).

Efusi pleura adalah jumlah cairan ion purulen yang berlebihan dalam rongga pleura, antara

lain visceral dan parietal. ( tucker : 1998 : 265 )

Efusi pleura adalah akumulas cairan didalam rongga pleura ( Al-segaf : 1995 : 143 )

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa

transudat atau eksudat yang diakibatkan karena terjadinya ketidakseimbangan antara produksi

dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis. Efusi pleura bukanlah suatu disease entity tapi

merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang dapat mengancam jiwa penderita (Hood

Alsaggaff, 1995).

Dari berbagai definisi diatas maka efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan

pada rongga pleura, cairan tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru. Cairan dalam

jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru

selama inhalasi.

2
2. Anatomi dan Fisiologi Pleura

Pleura adalah membra tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceralis dan parietalis.

Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesothelial, jaringaan ikat, dan dalam keadaan

normal, berisikan lapisan cairan yang sangat tipis. Membran serosa yang membungkus parekim

paru disebut pleura viseralis, sedangkan membran serosa yang melapisi dinding thorak,

diafragma, dan mediastinum disebut pleura parietalis. Rongga pleura terletak antara paru dan

dinding thoraks. Rongga pleura dengan lapisan cairan yang tipis ini berfungsi sebagai pelumas

antara kedua pleura. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hillus paru. Dalam hal ini, terdapat

perbedaan antara pleura viseralis dan parietalis, diantaranya :

· Pleura visceralis :

- Permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesothelial yang tipis < 30mm.

- Diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit

- Di bawah sel-sel mesothelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit

- Di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat elastik

- Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang banyak mengandung pembuluh

darah kapiler dari a. Pulmonalis dan a. Brakhialis serta pembuluh limfe

- Menempel kuat pada jaringan paru

- Fungsinya. untuk mengabsorbsi cairan. pleura

· Pleura parietalis

- Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat (kolagen dan elastis)

- Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari a. Intercostalis dan a. Mamaria

interna, pembuluh limfe, dan banyak reseptor saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit

3
dan perbedaan temperatur. Keseluruhan berasal n. Intercostalis dinding dada dan alirannya

sesuai dengan dermatom dada

- Mudah menempel dan lepas dari dinding dada di atasnya

- Fungsinya untuk memproduksi cairan pleura

3. Patofisiologi

Dalam keadaan normal, selalu terjadi filtrasi cairan ke dalam rongga pleura melalui

kapiler pada pleura parietalis tetapi cairan ini segera direabsorpsi oleh saluran limfe, sehingga

terjadi keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi, tiap harinya diproduksi cairan kira-kira

16,8 ml (pada orang dengan berat badan 70 kg). Kemampuan untuk reabsorpsinya dapat

meningkat sampai 20 kali. Apabila antara produk dan reabsorpsinya tidak seimbang

(produksinya meningkat atau reabsorpsinya menurun) maka akan timbul efusi pleura.

Diketahui bahwa cairan masuk kedalam rongga melalui pleura parietal dan selanjutnya

keluar lagi dalam jumlah yang sama melalui membran pleura parietal melalui sistem limfatik dan

vaskular. Pergerakan cairan dari pleura parietalis ke pleura visceralis dapat terjadi karena adanya

perbedaan tekanan hidrostatik dan tekanan koloid osmotik. Cairan kebanyakan diabsorpsi oleh

sistem limfatik dan hanya sebagian kecil yang diabsorpsi oleh sistem kapiler pulmonal. Hal yang

memudahkan penyerapan cairan pada pleura visceralis adalah terdapatnya banyak mikrovili di

sekitar sel-sel mesothelial.

Akumulasi cairan pleura dapat terjadi bila:

1. Meningkatnya tekanan intravaskuler dari pleura meningkatkan pembentukan cairan pleura

melalui pengaruh terhadap hukum Starling.Keadaan ni dapat terjadi pada gagal jantung kanan,

gagal jantung kiri dan sindroma vena kava superior.

4
2. Tekanan intra pleura yang sangat rendah seperti terdapat pada atelektasis, baik karena

obstruksi bronkus atau penebalan pleura visceralis

3. Meningkatnya kadar protein dalam cairan pleura dapat menarik lebih banyak cairan masuk ke

dalam rongga pleura

4. Hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal bisa menyebabkan transudasi cairan dari

kapiler pleura ke arah rongga pleura

5. Obstruksi dari saluran limfe pada pleum parietalis. Saluran limfe bermuara pada vena untuk

sistemik. Peningkatan dari tekanan vena sistemik akan menghambat pengosongan cairan limfe.

4. Etiologi

a. Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat, eksudat dan

hemoragis

1. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri), sindroma

nefrotik ( hipoproteinemia ), asites (oleh karena sirosis hepatis), syndroma vena cava superior,

tumor, sindroma meig, dialisis peritoneal, atelektasis akut, pasca bedah abdomen.

2. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya, tumor, infark paru, radiasi,

penyakit kolagen.

3. Efusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru, tuberkulosis.

b. Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral.1. Efusi

yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya.

2. Akan tetapi efusi yang bilateral bisa ditemukan juga pada penyakit-penyakit dibawah ini :

5
Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus systemic,

tumor dan tuberkulosis.

c. Timbulnya efusi pleura dapat juga disebabkan oleh kondisi – kondisi :

1. Gangguan reabsobsi cairan pleura ( misalnya karena adanya tumor )

2. Peningkatan produksi cairan pleura ( misalnya akibat infeksi pada pleura )

d. Secara patologis, efusi pleura disebabkan oleh keadaan – keadaan :

1. Meningkatnya tekanan hidrotastik ( misalnya akibat gagal jantung )

2. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma ( misalnya hipoproteinemia )

3. Meningkatnya permeabilitas kapiler ( misalnya infeksi bakteri )

4. Berkurangnya absorbsi limfatik

5. Manifestasi klinis

Manifestasi klinik efusi pleura akan tergantung dari jumlah cairan yang ada serta tingkat

kompresi paru.

-Jika jumlah efusinya sedikit (misalnya <250 ml), mungkin belum menimbulkan manifestasi

klinik dan hanya dapat dideteksi dengan X-ray foto thorakks. Dengan membesarnya efusi akan

terjadi restriksi ekspansi paru dan pasien mungkin mengalami :

1.Dispneu bervariasi

2.Nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi sekunder akibat penyakit pleura

3.Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami efusi

4.Ruang interkostal menonjol (efusi yang berat)

6
5.Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena

6.Perkusi meredup di atas efusi pleura

7.Egofoni di atas paru-paru yang tertekan dekat efusi

8.Suara nafas berkurang di atas efusipleura

9.Fremitus vokal dan raba berkurang

6. Pemeriksaan Penunjang

a) Sinar tembus dada

Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva,

dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi daripada bagian medial. Bila permukaannya

horizontal dari lateral ke medial, pasti terdapat udara dalam rongga tersebut yang dapat berasal

dari luar atau dari dalam paru-paru itu sendiri. Hal lain yang bisa terlihat dalam foto dada efusi

pleura adalah terdorongnya mediastinum pada sisi yang berlawanan dengan cairan. Namun, bila

terdapat atelektasis pada sisi yang bersamaan dengan cairan, mediastinum akan tetap pada

tempatnya.

b) Torakosintesis

Aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnosis maupun terapeutik.

Pelaksanaan sebaiknya dilakukan pad posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian paru-paru di

sela iga IX garis axila posterior dengan memakai jarum abocath nomor 14 atau 16. pengeluaran

cairan sebaikna tidak lebih dari 1000-1500 cc pada setiap kali aspirasi. Aspirasi banyak

sekaligusakan menimbulkan pleura shock (hipotensi) atau edema paru-paru. Edema paru-paru

terjadi karena paru-paru terlalu cepat mengembang.

7
c) Biopsi pleura

Pemerikasaan histologis satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat menunjukkan

50-75% diagnosis kasus pleuritis tuberkulosis atau tumor pleura. Bila hasil biopsi pertama tidak

memuaskan dapat dilakukan biopsi ulangan. Komplikasi biopsi adalah pneumothoraks,

hemotoraks, dam penyabaran infeksi atau tumor pada dinding dada.

d) Pemeriksaan tambahan :

Bronkoskopi, scanning isotop, torakoskopi.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanan tergantung pada penyakit yang mendasari terjasinya efusi pleura. Aspirasi

cairan menggunakan jarum dapat dilakukan untuk mengeluarkan cairan pleura, apabila jumlah

cairan banyak dapat dilakukan pemasangan drainase interkostalis atau pemasangan WSD. Efusi

pleura yang berulang mungkin memerlukan tambahan medikamentosan atau dapat dilakukan

tidakan operatif yaitu pleurodesis, dimana kedua permukaan pleura ditempelkan sehingga tida

ada lagi ruangan yang akan terisi oleh cairan.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


8
1. Pengkajian

Pengumpulan Data

Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :

a.Identitas Pasien

Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,

agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan

pasien.

b.Keluhan Utama

Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada

dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat

batuk dan bernafas serta batuk non produktif.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dengan efusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti batuk, sesak

nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga

ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk

menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru, pneumoni, gagal

jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya faktor predisposisi.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

9
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir

sebagai penyebab efusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.

f. Riwayat Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana

perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.

g. Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi

tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap

pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol

dan penggunaan obat-obatan bisa menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.

2) Pola nutrisi dan metabolisme

Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi

badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan

kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan

mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur

abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi

pleura keadaan umumnya lemah.

3) Pola eliminasi

Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi

sebelumdan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih

10
banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada

struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.

4) Pola aktivitas dan latihan

Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan Px akan cepat

mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu pasien juga akan mengurangi

aktivitasnya akibat adanya nyeri dada. Dan untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian

kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.

5) Pola tidur dan istirahat

Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap

pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari

lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang

mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.

6) Pola hubungan dan peran

Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan peran, misalkan

pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang

ibu yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya. Disamping itu, peran pasien di

masyarakat pun juga mengalami perubahan dan semua itu mempengaruhi hubungan

interpersonal pasien.

7) Pola persepsi dan konsep diri

Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba

mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada. Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan

11
beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini

pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.

8) Pola sensori dan kognitif

Fungsi panca indra pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga dengan proses

berpikirnya.

9) Pola reproduksi seksual

Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse akan terganggu untuk

sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.

10) Pola penanggulangan stress

Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami stress dan mungkin

pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang

mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.

11) Pola tata nilai dan kepercayaan

Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan

menganggap bahwa penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari Tuhan.

h. Pemeriksaan fisik

1) B1 (breath)

Inspeksi pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga mendatar,

ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah

hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR cenderung

meningkat dan Px biasanya dyspneu.

12
Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc.

Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada

yang sakit.

Suara perkusi redup sampai peka tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya tidak mengisi

penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung

lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-Damoisseaux.

Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang jelas di punggung.

Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan makin ke atas

makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan

ditemukan tanda-tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan. Ditambah

lagi dengan tanda i – e artinya bila penderita diminta mengucapkan kata-kata i maka akan

terdengar suara e sengau, yang disebut egofoni.

Pada sistim ini terdapat nafas dangkal, pembentukan mucus yang berlebih, sulit mengelurkan

secret, meningkatnya viskositas atau kekentalan secret. Perlu kita kaji juga jika cairan lebih dari

500cc biasanya akan kita dapati penurunan pergerakan hemi torak yang sakit, fremitus suara dan

suara nafas melemah. Cairan yang lebih dari 1000cc dapat menyebabkan dada cembung dan

egofoni (dengan syarat cairantidak memenuhi seluruh rongga pleura). Jika cairan lebih dari

2000cc, suara nafas melemah/menurun, mungkin menghilang sama sekali dan mediasinum

terdorong ke arah paru yang sehat. Tetapi perlu kita ketahui bahwa cairan pleura yang kurangdari

300cctidak member tanda-tanda fisik yang nyata.

2) B2 (blood)

Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS – 5 pada linea medio

claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

13
pembesaran jantung. Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan harus

diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa adanya thrill

yaitu getaran ictus cordis. Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung

terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel

kiri. Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan adakah bunyi

jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta adakah murmur yang menunjukkan

adanya peningkatan arus turbulensi darah.

Adakah peningkatan tekanan osmotic koloid yang menurun dalam darah misalnya pada pasien

hipoalbuminemi. Apakah terjadi peningkatan permeabilitas kapiler misalnya pada keradangan

atau neoplasma, tekanan hidrostatis dipembuluh darah ke jantung/vena pulmonalis misalnya

pada kegagalan jantung kiri, tekanan negative intra pleura.

3) B3 (brain)

Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga diperlukan pemeriksaan GCS.

Adakah composmentis atau somnolen atau comma. refleks patologis, dan bagaimana dengan

refleks fisiologisnya. Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran,

penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.

Faktor usia (sudah tua/usia anak-anak) dapat menyebabkan atelektasis obstruksi dan kondisi

tubuh dengan kesadaran menurun (pengaruh anastesi) yang mengakibatkan kelemahan otot-otot

nafas sehingga tidak dapat mengeluarkan sumbatan pada jalan nafas atau bisa juga menghambat

rangsangan batuk. Dan pada gas-gas anastesi dan oksigen yang di absorpsi juga bisa dengan

cepat akan mempersingkat ventiasi kolateral.

4) B4 (blader)

14
Pada pemeriksaan blader perlu diperhatikan adanya retensi urinaria, keseimbangan input dan

output cairan yang seimbang. Adakah nyeri tekan atau lepas pada blast.

5) B5 (bowel)

Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar, tepi perut menonjol

atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya benjolan-

benjolan atau massa.

Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai normalnya 5-35 kali

permenit. Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa

(tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba,

juga apakah lien teraba. Perkusi abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cairan akan

menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika urinarta, tumor).

6) B6 (bone)

Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial, palpasi pada kedua ekstremetas untuk

mengetahui tingkat perfusi perifer serta dengan pemerikasaan capillary refil time. Dengan

inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian dibandingkan antara kiri

dan kanan. Dan perlu kita ketahui juga adakah gangguan tentang batas kekuatan pasian dalam

melakukan kegiatan aktivitas sehari-hari.

Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi pada kulit, pada pasien

dengan efusi biasanya akan tampak sianosis akibat adanya kegagalan sistem transport O2. Pada

palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat, demam). Kemudian tekstur

kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasi seseorang.

i. Pemeriksaan Penunjang

15
Hasil pemeriksaan medis dan laboratorium

1. Pemeriksaan Radiologi

Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari 300 cc tidak bisa terlihat.

Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpukkan kostofrenikus. Pada effusi pleura

sub pulmonal, meski cairan pleura lebih dari 300 cc, frenicocostalis tampak tumpul, diafragma

kelihatan meninggi. Untuk memastikan dilakukan dengan foto thorax lateral dari sisi yang sakit

(lateral dekubitus) ini akan memberikan hasil yang memuaskan bila cairan pleura sedikit.

2. Biopsi Pleura

Biopsi ini berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura dengan melalui biopsi jalur

percutaneus. Biopsi ini digunakan untuk mengetahui adanya sel-sel ganas atau kuman-kuman

penyakit (biasanya kasus pleurisy tuberculosa dan tumor pleura).

j. Pemeriksaan Laboratorium

Dalam pemeriksaan cairan pleura terdapat beberapa pemeriksaan antara lain :

1. Pemeriksaan Biokimia

Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang perbedaannya dapat dilihat

pada tabel berikut :

Transudat Eksudat
Kadar protein dalam efusi <3 >3

16
Kadar protein dalam efusi < 0,5 > 0,5
Kadar protein dalam serum
Kadar LDH dalam efusi ( IV ) < 200 .> 200
Kadar LDH dalam efusi < 0,6 > 0,6
Kadar LDH dalam serum
Berat jenis cairan efusi <1,06 > 1,06
Hasil tes revalta - +

Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia diperiksakan juga cairan pleura :

a. Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit infeksi, arthritis reumatoid

dan neoplasma

b. Kadar amilase. Biasanya meningkat pada paulercatilis dan metastasis adenocarcinona 2.

Analisa cairan pleura

a. Transudat : jernih, kekuningan

b. Eksudat : kuning, kuning-kehijauan

c. Hilothorax : putih seperti susu

d. Empiema : kental dan keruh

e. Empiema anaerob : berbau busuk

f. Mesotelioma : sangat kental dan berdarah

3. Perhitungan sel dan sitologi

Leukosit 25.000 (mm3): empiema

Banyak Netrofil: pneumonia, infark paru, pankreatilis, TB paru

Banyak Limfosit: tuberculosis, limfoma, keganasan.

Eosinofil meningkat: emboli paru, poliatritis nodosa, parasit dan jamur

Eritrosit : mengalami peningkatan 1000-10000/ mm3 cairan tampak kemorogis, sering dijumpai

17
pada pankreatitis atau pneumoni. Bila erytrosit > 100000 (mm3 menunjukkan infark paru,

trauma dada dan keganasan.

Misotel banyak : Jika terdapat mesotel kecurigaan TB bisa disingkirkan.

Sitologi : Hanya 50 - 60 % kasus- kasus keganasan dapat ditemukan sel ganas. Sisanya kurang

lebih terdeteksi karena akumulasi cairan pleura lewat mekanisme obstruksi, .

4. Bakteriologis

Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah pneamo cocclis, E-coli,

klebsiecla, pseudomonas, enterobacter. Pada pleuritis TB kultur cairan terhadap kuman tahan

asam hanya dapat menunjukkan yang positif sampai 20 % .

2. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru

sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura .

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sehubungan

dengan peningkatan metabolisme tubuh, pencernaan nafsu makan akibat sesak nafas

sekunder terhadap penekanan struktur abdomen .

3. Cemas sehubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan

(ketidakmampuan untuk bernafas).

4. Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap dan sesak

nafas serta perubahan suasana lingkungan .

5. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari sehubungan dengan keletihan (keadaan

fisik yang lemah) .

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan sehubungan dengan kurang

terpajang informasi .
18
3. Intervensi dan Rasionalisasi

1. Diagnosa Keperawatan I

Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder

terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.

Tujuan : Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal

Kriteria hasil : Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal, pada

pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, bunyi nafas terdengar

jelas.

Identifikasi faktor penyebab.

Rasional : Dengan mengidentifikasikan penyebab, kita dapat menentukan jenis effusi pleura

sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat.

Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap perubahan yang terjadi.

Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, kita dapat

mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pasien.

Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan kepala tempat tidur

ditinggikan 60 – 90 derajat.

Rasional : Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru bisa maksimal.

Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon pasien).

Rasional : Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi paru.

Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 jam.

Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada bagian paru-paru.

Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.

19
Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam. Penekanan otot-otot dada

serta abdomen membuat batuk lebih efektif.

Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan serta foto thorax.

Rasional : Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan mencegah terjadinya

sianosis akibat hiponia. Dengan foto thorax dapat dimonitor kemajuan dari berkurangnya cairan

dan kembalinya daya kembang paru.

2. Diagnosa Keperawatan II

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan

peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan akibat sesak nafas.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : Konsumsi lebih 40 % jumlah makanan, berat badan normal dan hasil

laboratorium dalam batas normal.

Beri motivasi tentang pentingnya nutrisi.

Rasional : Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh kesukaannya, kebiasaannya, agama,

ekonomi dan pengetahuannya tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.

Auskultasi suara bising usus.

Rasional : Bising usus yang menurun atau meningkat menunjukkan adanya gangguan pada

fungsi pencernaan.

Lakukan oral hygiene setiap hari.

Rasional : Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu makan.

Sajikan makanan semenarik mungkin.

Rasional : Penyajian makanan yang menarik dapat meningkatkan nafsu makan.

Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.

20
Rasional : Makanan dalam porsi kecil tidak membutuhkan energi, banyak selingan memudahkan

reflek.

Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian di’it TKTP

Rasional : Di’it TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme dan pembentukan antibody

karena diet TKTP menyediakan kalori dan semua asam amino esensial.

Kolaborasi dengan dokter atau konsultasi untuk melakukan pemeriksaan laboratorium alabumin

dan pemberian vitamin dan suplemen nutrisi lainnya (zevity, ensure, socal, putmocare) jika

intake diet terus menurun lebih 30 % dari kebutuhan.

Rasional : Peningkatan intake protein, vitamin dan mineral dapat menambah asam lemak dalam

tubuh.

3. Diagnosa Keperawatan III

Cemas atau ketakutan sehubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan

(ketidakmampuan untuk bernafas).

Tujuan : Pasien mampu memahami dan menerima keadaannya sehingga tidak terjadi

kecemasan.

Kriteria hasil : Pasien mampu bernafas secara normal, pasien mampu beradaptasi dengan

keadaannya. Respon non verbal klien tampak lebih rileks dan santai, nafas teratur dengan

frekuensi 16-24 kali permenit, nadi 80-90 kali permenit.

Berikan posisi yang menyenangkan bagi pasien. Biasanya dengan semi fowler.

Jelaskan mengenai penyakit dan diagnosanya.

Rasional : pasien mampu menerima keadaan dan mengerti sehingga dapat diajak kerjasama

dalam perawatan.

Ajarkan teknik relaksasi

21
Rasional : Mengurangi ketegangan otot dan kecemasan

Bantu dalam menggala sumber koping yang ada.

Rasional : Pemanfaatan sumber koping yang ada secara konstruktif sangat bermanfaat dalam

mengatasi stress.

Pertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien.

Rasional : Hubungan saling percaya membantu proses terapeutik

Kaji faktor yang menyebabkan timbulnya rasa cemas.

Rasional : Tindakan yang tepat diperlukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi klien dan

membangun kepercayaan dalam mengurangi kecemasan.

Bantu pasien mengenali dan mengakui rasa cemasnya.

Rasional : Rasa cemas merupakan efek emosi sehingga apabila sudah teridentifikasi dengan baik,

perasaan yang mengganggu dapat diketahui.

4. Diagnosa Keperawatan IV

Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap dan nyeri pleuritik.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi.

Kriteria hasil : Pasien tidak sesak nafas, pasien dapat tidur dengan nyaman tanpa mengalami

gangguan, pasien dapat tertidur dengan mudah dalam waktu 30-40 menit dan pasien

beristirahat atau tidur dalam waktu 3-8 jam per hari.

Beri posisi senyaman mungkin bagi pasien.

Rasonal : Posisi semi fowler atau posisi yang menyenangkan akan memperlancar peredaran O2

dan CO2.

Tentukan kebiasaan motivasi sebelum tidur malam sesuai dengan kebiasaan pasien sebelum

dirawat.

22
Rasional : Mengubah pola yang sudah menjadi kebiasaan sebelum tidur akan mengganggu

proses tidur.

Anjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum tidur.

Rasional : Relaksasi dapat membantu mengatasi gangguan tidur.

Observasi gejala kardinal dan keadaan umum pasien.

Rasional : Observasi gejala kardinal guna mengetahui perubahan terhadap kondisi pasien.

5. Diagnosa Keperawatan V

Ketidakmampuan melaksanakan aktivitas sehari-hari sehubungan dengan keletihan (keadaan

fisik yang lemah).

Tujuan : Pasien mampu melaksanakan aktivitas seoptimal mungkin.

Kriteria hasil : Terpenuhinya aktivitas secara optimal, pasien kelihatan segar dan bersemangat,

personel hygiene pasien cukup.

Evaluasi respon pasien saat beraktivitas, catat keluhan dan tingkat aktivitas serta adanya

perubahan tanda-tanda vital.

Raasional : Mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.

Bantu Px memenuhi kebutuhannya.

Rasional : Memacu pasien untuk berlatih secara aktif dan mandiri.

Awasi Px saat melakukan aktivitas.

Rasional : Memberi pendidikan pada Px dan keluarga dalam perawatan selanjutnya.

Libatkan keluarga dalam perawatan pasien.

Rasional : Kelemahan suatu tanda Px belum mampu beraktivitas secara penuh.

Jelaskan pada pasien tentang perlunya keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.

Rasional : Istirahat perlu untuk menurunkan kebutuhan metabolisme.

23
Motivasi dan awasi pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap.

Rasional : Aktivitas yang teratur dan bertahap akan membantu mengembalikan pasien pada

kondisi normal.

6. Diagnosa Keperawatan VI

Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan sehubungan dengan kurangnya

informasi.

Tujuan : Pasien dan keluarga tahu mengenai kondisi dan aturan pengobatan.

Kriteria hasil :

Px dan keluarga menyatakan pemahaman penyebab masalah.

PX dan keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik.

Px dan keluarga mengikuti program pengobatan dan menunjukkan perubahan pola hidup yang

perlu untuk mencegah terulangnya masalah.

Kaji patologi masalah individu.

Rasional : Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan. Memberikan pengetahuan dasar

untuk pemahaman kondisi dinamik dan pentingnya intervensi terapeutik.

Identifikasi kemungkinan kambuh atau komplikasi jangka panjang.

Rasional : Penyakit paru yang ada seperti PPOM berat, penyakit paru infeksi dan keganasan

dapat meningkatkan insiden kambuh.

Kaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat (contoh, nyeri dada tiba-

tiba, dispena, distress pernafasan).

Rasional : Berulangnya effusi pleura memerlukan intervensi medik untuk mencegah,

menurunkan potensial komplikasi.

Kaji ulang praktik kesehatan yang baik (contoh, nutrisi baik, istirahat, latihan).

24
Rasional : Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah

kekambuhan.

Daftar pustaka

Smeltzer,dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC.

Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Juall. 1995. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6.

EGC; Jakarta

Engram,Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I. Kedokteran

EGC: Jakarta

Gibson, John. 1995. Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat. EGC ; Jakarta

25
Tjokronegoro, Arjatmo, dkk. 1994 . Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : FKUI

Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : FKUI

Susan Martin Tucker.1998. Standar Perawatan Pasien. EGC ; Jakarta

Marrilyn. E. Doengus. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. EGC ; Jakarta

Price, Sylvia A,dkk. ( 1995 ). Patofisiologi. Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Jakarta :

EGC

http://www.sentrapromosi.com/.../asuhan-keperawatan-askep-efusi-pleura-laporan-

pendahuluan.html

http://maidun-gleekapay.blogspot.com/.../asuhan-keperawatan-klien-dengan-efusi.html

http://drlizakedokteran.blogspot.com/.../cairan-di-paru-efusi-pleura.html

http://3rr0rists.com/medical/efusi-pleura.html

http://yenibeth.wordpress.com/2008/07/24/askep-efusi-pleura/

http://dewabenny.blogspot.com/2008/01/efusi-pleura.html

26

You might also like