You are on page 1of 9

CANDI PRAMBANAN

Masyarakat sering menyebut candi Prambanan dengan nama candi Larajonggrang, suatu
sebutan yang sebenarnya keliru karena seharusnya Rara Jonggrang. Kata rara dalam bahasa Jawa
untuk menyebut anak gadis. Dalam cerita rakyat, Rara Jonggrang dikenal sebagai putri Prabu
Ratu Baka yang namanya diabadikan sebagai nama peninggalan kompleks bangunan di
perbukitan Saragedug sebelah selatan Candi Prambanan.Dikisahkan dalam cerita tersebut ada
seorang kesatria yang gagah perkasa bernama Bandung Bandawasa.

Ia mempunyai kekuatan supranatural dan ingin mempersunting putri Rara Jonggrang


untuk dijadikan istri. Rara Jonggrang merupakan putri yang cantik jelita dari seorang raja yang
bernama Prabu Baka, yang bertahta dikraton diatas gunung Boko di selatan Prambanan. Akan
tetapi Rara Jonggrang tidak menyukainya. Untuk menolak permintaan Bandung Bandawasa
secara halus, Rara Jonggrang mengajukan suatu tuntutan dengan harapan supaya Bandung
Bandawasa tidak dapat memenuhi, dengan demikian tidak terjadi perkawinan.Permintaan
tersebut ialah: Bandung Bandawasa harus membuat candi dengan seribu arca didalamnya dalam
waktu satu malam.

Permintaan tersebut dipenuhi oleh Bandung Bandawasa. Bandung Bandawasa dengan


kesaktiannya dan karena ingin sekali memenuhi tuntutan Rara Jonggrang yang dicintainya,
memanggil beribu-ribu makhluk halus untuk membantu membuat candi tersebut dalam satu
malam. Sesudah matahari terbenam Bandung Bandawasa dengan dibantu beribu-ribu makluk
halus mulai bekerja dengan giat. Semalam penuh mereka bekerja terus dan ketika malam hampir
berakhir hanya tinggal satu candi yang belum selesai.Rara Jonggrang yang semalaman tidak
tidur dan selalu mengikuti jalannya pembuatan candi menjadi gelisah ketika mengetahui bahwa
pembuatan candi hampir selesai dan permintaannya akan dapat terpenuhi. Dengan tidak
menunggu lebih lama Rara Jonggrang keluar dari kraton serta memerintahkan pada semua
pemudi untuk bangun dan mulai menumbuk padinya.
Dalam waktu sekejap diseluruh daerah sekitar kraton terdengar pukulan lesung (tempat
menumbuk padi) dengan sangat ramainya. Para makhluk halus yang mendengar suara gemuruh
disekitarnya dan banyak orang yang sudah mulai bekerja, mengira hari sudah pagi dan dengan
segera mereka kembali ketempat tinggal masing-masing, karena takut ketahuan oleh manusia.
Dengan demikian satu arca tidak dapat dibuatnya. Bandung Bandawasa melihat kejadian yang
demikian menjadi cemas dan mengetahui bahwa semua itu adalah tipu muslihat dari Rara
Jonggrang. Dengan sangat marah, karena keinginannya tidak dapat terlaksana akibat perbuatan
Rara Jonggrang sendiri, Bandung Bandawasa marah dan mengutuk putri Rara Jonggrang
menjadi pelengkap arca yang keseribu. Arca tersebut dipercayai sebagai arca
Durgamahisasuramardhini yang berada di bilik utara Candi Siwa.Terhadap para pemudi
Prambanan yang membantu Rara Jonggrang, Bandung Bandawasa mengutuknya dengan
penyataan bahwa semua pemudi Prambanan baru akan kawin kalau umurnya sudah lanjut. Yang
jelas Durgamahisasuramardhini adalah istri Dewa Siwa. 

Candi Prambanan merupakan kelompok candi yang dibangun oleh raja-raja Dinasti
Sanjaya pada abad IX. Ditemukannya tulisan nama Pikatan pada candi menimbulkan pendapat
bahwa candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan yang kemudian diselesaikan oleh Rakai Balitung
berdasarkan prasasti berangka 856 M “Prasasti Siwargrarha” sebagai manifest politik untuk
meneguhkan kedudukannya sebagai raja yang besar.Prasasti Siwargrarha tahun 856 M yang
dikeluarkan oleh Rakai Pikatan tidak diketahui asalnya, kini disimpan di Museum Nasional
Jakarta.

Prasasti ini mulai menarik perhatian setelah J.G. De Casparis berhasil menguraikan dan
membahasnya. Menurut Casparis ada 3 hal penting dalam prasati tersebut, yaitu: Bahasanya
merupakan contoh tertua prasasti yang berangka tahun yang ditulis dalam puisi Jawa kuna;
Isinya memuat bahan-bahan atau peristiwa-peristiwa sejarah yang sangat penting dari
pertengahan abas ke IX M; Didalamnya terdapat uraian yang rinci tentang suatu “gugusan
candi”, sesuatu yang unik dalam epigrafi Jawa kuna.Dari uraian diatas yang menarik adalah
peristiwa sejarah dan uraian tentang pembangunan gugusan candi. Peristiwa sejarah yang
dimaksud adalah peperangan antara Balaputeradewa dari keluarga Sailendra melawan Rakai
Pikatan dari keluarga Sanjaya. Balaputeradewa kalah dan melarikan diri ke Sumatera.
Konsolidasi keluarga raja Rakai Pikatan itu kemudian menjadi permulaan dari masa baru yang
perlu diresmikan dengan pembangunan suatu gugusan candi besar.

Gambaran tentang gugusan candi seperti yang disebut dalam prasasti Siwargrarha dapat
dibandingkan dengan kompleks candi Prambanan, gugusan candi yang dibangun pusatnya
dipagari tembok keliling dan dikelilingi oleh deretan candi perwara yang disusun bersap hanya
terdapat pada candi Prambanan.Disebutkan pula candi Perwara sama dalam bentuk dan ukuran.

Hal lain yang menarik adalah 2 buah candi Apit, masing-masing didekat pintu masuk
utara dan selatan.Keterangan mengenai gugusan candi yang terletak didekat sungai
mengingatkan pada gugusan candi Prambanan dengan sungai Opak di sebelah baratnya dan jika
dari jarak antara sungai Opak dan gugusan candi Prambanan dan adanya pembelokan aliran
sungai kemungkinan pembelokan tersebut terjadi diantara desa Klurak dan Bogem. Dengan
demikian, tampaknya uraian yang terdapat dalam prasasti Siwargrarha tentang gugusan candi
tersebut lebih cocok dengan keadaan candi Prambanan.

Terjadinya perpindahan pusat kerajaan Mataram ke Jawa Timur berakibat tidak


terawatnya candi-candi di daerah Prambanan, kondisi ini semakin parah dengan terjadinya
gempa bumi dan beberapa kali meletusnya Gunung Merapi yang menjadikan candi Prambanan
runtuh dan meninggalkan puing-puing batu yang berserakan. Candi Prambanan dikenal kembali
saat seorang Belanda bernama C.A.Lons mengunjungi Jawa pada tahun 1733 dan melaporkan
tentang adanya reruntuhan candi yang ditumbuhi semak belukar.

Usaha pertama kali untuk menyelamatkan candi Prambanan dilakukan oleh Ijzerman
pada tahun 1885 dengan membersihkan bilik-bilik candi dari reruntuhan batu. Pada tahun 1902
dimulai pekerjaan pembinaan yang dipimpin oleh Van Erp untuk candi Siwa, candi Wisnu dan
candi Brahma. Perhatian terhadap candi Prambanan terus berkembang. Pada tahun 1933 berhasil
disusun percobaan candi Brahma dan Wisnu. Setelah mengalami berbagai hambatan pemugaran
diselesaikan oleh bangsa Indonesia, tanggal 23 Desember 1953 candi Siwa selesai dipugar dan
secara resmi dinyatakan selasai oleh Presiden Dr. Ir. Sukarno.

Pemugaran candi di wilayah Prambanan terus dilaksanakan, diantaranya yaitu pemugaran


candi Brahma dan candi Wisnu. Pemugaran candi Brahma dimulai pada tahun 1977 dan telah
selesai dan diresmikan oleh Prof Dr. Haryati Soebandio tanggal 23 Maret 1987. Candi wisnu
mulai dipugar pada tahun 1982 selesai dan diresmikan oleh Presiden Soeharto tanggal 27 April
1991. Kegiatan pemugaran berikutnya dilakukan terhadap 3 buah candi yang berada di depan
candi Siwa, Wisnu dan Brahma besarta 4 candi kelir dan 4 candi disudut.

Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar di Jawa Tengah, Candi Prambanan
tersebut ditemukan kembali dalam keadaan runtuh dan hancur serta ditumbuhi semak belukar.
Hal ini karena telah ditinggalkan manusia pendukungnya beratus-ratus tahun silam. Secara
administratif kompleks candi ini berada di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta.

Candi-candi di daerah Prambanan pada awal ditemukannya hanya tinggal reruntuhan saja.
Kerusakan-kerusakan pada candi-candi banyak disebabkan antara lain:

1. Tidak terpelihara lagi candi-candi yang dikarenakan kerajaan yang menguasai berpindah
tempat.
2. Terjadinya bencana alam seperti gempa bumi yang dasyat pada tahun 1867 dan beberapa
kali meletusnya gunung Merapi.
3. Dipergunakannya bagian-bagian candi untuk keperluan rakyat bahkan pemerintah
sendiri.
4. Para Arkeologi yang mengambil arca-arca untuk keperluan museum.
Saat ini tidak mengherankan bila ada bagian-bagian dari candi banyak yang telah berpindah
tempat. Seandainya semua itu masih berada ditempatnya, bagaimanapun berhamburan masih
dapat disusun kembali seperti pemugaran candi Prambanan.

Untuk memisahkan nama candi Prambanan, penulis menamakan seluruh kumpulan candi
yang terdapat di Prambanan menggunakan nama Candi Prambanan, sedangkan untuk candi Siwa
yaitu candi terbesar dalam komplek candi Prambanan menggunakan nama candi Rara Jonggrang.

Nama Rara Jonggrang, nama yang diberikan oleh penduduk disekitar candi terhadap candi
Siwa tersebut. Tujuan pemberian nama ini penulis menganggap perlu supaya tidak terjadi
kesimpang-siuran dalam penyebutan nama.Candi Prambanan berbeda dengan candi-candi
lainnya yaitu candi Prambanan merupakan candi Siwa (Hindu) sedangkan candi-candi lain
disekitarnya merupakan candi Budha. Candi Prambanan merupakan tempat upacara agama yang
digunakan untuk menghormati Dewa Trimurti : Brahma, Siwa, Wisnu. Deskripsi Bangunan
Candi Prambanan terdiri atas tiga latar yaitu: latar bawah, latar tengah dan latar pusat. Latar-latar
tersebut makin kearah dalam makin tinggi letaknya. Latar bawah, tengah dan pusat masing-
masing mempunyai empat pintu gerbang. Pada latar pusat dan tengah pintu gerbang terletak tepat
ditengah-tengah tembok masing-masing, sedangkan pada latar bawah pintu gerbangnya tidak
terletak ditengah-tengah, tapi dihadapkan sejurus dengan masing-masing pintu gerbang dari latar
atas dan tengah. Latar tengah terletak didalam latar bawah, dengan letaknya yang lebih tinggi
dari latar bawah.Menurut sejarahnya latar tengah dikelilingi tembok batu tetapi tembok tersebut
tidak sejajar dengan tembok latar bawah. Latar tengah berbentuk segi empat dan mempunyai luas
222 meter persegi. Pada latar tengah merupakan empat dataran yang meningkat keatas. Pada
latar tengah terdapat reruntuhan candi Perwara.

Candi-candi Perwara apabila seluruhnya selesai dipugar maka akan terdapat 224 buah candi
Perwara, tetapi saat ini candi-candi Perwara yang telah dipugar baru beberapa sedangkan lainnya
masih tinggal reruntuhan. Candi perwara tersebut terbagi dalam empat tingkatan. Tingkatan
pertama terdapat 68 buah candi Perwara. Pada tingkatan kedua dari bawah terdapat 60 buah.
Tingkatan ketiga terdapat 52 buah sedangkan pada tingkatan keempat atau paling atas terdapat
44 buah candi Perwara. Candi-candi Perwara tersebut mempunyai ukuran yang semuanya sama,
masing-masing yaitu luas dasar 6 meter persegi dan tingginya 14 meter.Latar pusat terletak
didalam latar tengah dengan letak yang lebih tinggi dari pada latar tengah. Latar pusat
mempunyai bentuk persegi empat dan dikelilingi tembok yang sejajar dengan latar tengah. Latar
pusat mempunyai luas 110 meter persegi.

Pada saat ini latar atas sudah dibangun. Di dalam latar pusat ini terdapat 16 buah candi besar
dan candi kecil. Candi-candi utama terdiri atas dua deret yang saling berhadapan.Deret timur
terdiri dari candi Nandi, candi Angsa dan candi Garuda. Deretan candi ini kesemuanya
menghadap ke arah barat. Candi Nandi yang berada ditengah mempunyai luas dasar 15 meter
persegi dan tinggi 25 meter. Sedangkan candi Angsa dan Garuda mempunyai luas dasar 13 meter
persegi dan tinggi 22 meter. Sedangkan deret barat yaitu candi Siwa (Rara Jonggrang), candi
Wisnu dan candi Brahma. Deretan candi ini semuanya menghadap ketimur dan semuanya lebih
besar daripada candi-candi dalam deretan timut. Candi yang berada ditengah yaitu candi Rara
Jonggrang merupakan candi tertinggi dengan luas dasar 34 meter persegi dan mempunyai
ketinggian 47 meter. Sadangkan candi yang berada disampingnya mempunyai luas dasar 20
meter persegi dan ketinggian 23 meter.

Pada ujung lorong yang memisahkan kedua deret candi utama tersebut terdapat sepasang
candi Apit. Candi Apit terletak disebelah utara dan sebelah selatan candi-candi utama.Candi apit
mempunyai luas dasar enam meter persegi dan ketinggian 16 meter. Dalam latar pusat selain
delapan candi tersebut masih ada delapan candi lainnya yang mempunyai ukuran yang lebih
kecil. Empat candi diantaranya merupakan candi Kelir dan empat candi lainya merupakan candi
Sudut. Candi Kelir terdapat pada empat tempat setelah tangga menuju latar pusat, sedangkan
candi Sudut terletak pada tiap-tiap sudut latar pusat.Candi kelir dan candi sudut mempunyai luas
dasar 1,55 meter persegi dan ketinggian 4,10 meter. Secara keseluruhan komplek candi
Prambanan ini terdiri atas 240 buah candi.

Candi Rara Jonggrang (Candi Siwa)Candi Rara Jonggrang dengan luas dasar 34 meter
persegi dan ketinggian 47 meter mulai dibangun kembali pada tahun 1918, selesai dipugar dan
diresmikan Presiden RI Dr. Ir. Sukarno pada 20 Desember 1953. Candi Rara Jonggrang terletak
dideretan sebelah barat menghadap ke timur. Candi Rara Jonggrang disebut sebagai candi Siwa
karena didalam candi ini terdapat arca Siwa Mahadewa yang merupakan arca terbesar, dengan
gambaran demikian Dewa Siwa mendapat penghormatan lebih daripada dua Dewa lainnya.
Menurut pelajaran agama Hindu, penghormatan tertinggi ialah Dewa Brahma sebagai pencipta
alam, kemudian Dewa Wisnu sebagai pemelihara alam.Di Jawa penghormatan dan kedudukan
Dewa-dewa agak berlainan, Dewa terpenting Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan yang ketiga Dewa
Brahma. Bangunan candi Rara Jonggrang terbagi tiga bagian secara vertikal yaitu kaki, tubuh
dan kepala. Kaki candi menggambarkan “dunia bawah” tempat manusia yang masih diliputi
hawa nafsu, tubuh candi menggambarkan “dunia tengah” tempat manusia yang telah
meninggalkan keduniawian sedangkan kepala melukiskan “dunia atas” tempat para Dewa.

Keempat pintu masuk pada candi Rara Jonggrang ini sesuai dengan empat arah mata angin,
pintu utama menghadap ke timur dengan tangga masuk yang terbesar. Di sebelah kanan dan kiri
tangga masuk terdapat dua buah arca raksasa penjaga dengan membawa gada yang merupakan
manifestasi dari Siwa. Sebelah kanan dan kiri dinding tangga, terdapat candi kecil yang beratap
tinggi dan mempunyai ruang kecil yang berisi sebuah arca, Arca-arca kecil yang terlepas berdiri
diantara dua tiang dan diatasnya dengan menonjol ke luar terlihat gambar gabungan kala-
makara.Pintu masuk candi.Disekeliling luar kaki candi pada dinding terdapat dua macam gambar
berdampingan secara berganti-ganti. Gambar pertama menggambarkan ruang kecil yang
menonjol keluar dan berisi seekor singa yang berdiri diantara dua tiang dan diatasnya terdapat
gambar kala-makara. Kalamakara merupakan kepala raksasa yang lidahnya berwujud sepasang
mitologi. Gambar yang demikian juga terdapat pada semua dinding dari lima candi besar
lainnya. Gambar kedua menggambarkan suatu pohon yang daunnya terpahat halus dan dibawah
kanan-kiri terdapat gambar hewan-hewan: kijang, merak, kambing jantan, kelinci, kera, angsa,
dan lain-lain. Sedangkan pada lima candi besar lainya berupa burung yang berkepala manusia
dan disebut kinara.Gambar Hiasan dinding candi Candi Rara Jonggrang terdapat empat ruangan
yang menghadap ke arah empat mata angin dan mengelilingi ruangan terbesar yang ada di
tengah-tengah. Ruang terdepan kosong, sedangkan ketiga ruang lainnya berisi masing-masing
arca : Siwa Maha Guru, Ganesha dan Durga (Rara Jonggrang).
Arca Siwa Mahadewa berada pada tengah-tengah candi.Dasar kaki candi dikelilingi selasar
yang dibatasi oleh pagar langkan. Dinding langkan sebelah dalam terdapat relief cerita
Ramayana. Dinding candi sebelah atas terdapat dua macam bentuk gambar. Gambar pertama
menggambarkan ruang kecil bertiang dua dan diatasnya terdapat kala dan makara. Pada tiap
ruang kecil terdapat tiga arca menggambarkan orang laki-laki dengan perempuan berpelukan,
gambar kedua menggambarkan penari dan pemuluk bunyi-bunyian dalam sikap yang beraneka
warna.Letak Arca-arca di candi Rara Jonggrang (Candi Siwa).Arca Siwa Mahadewa Arca Siwa
Mahadewa terletak pada tengah-tengah candi, setelah melewati sebuah ruang kosong. Arca Siwa
Mahadewa berdiri diatas landasan batu dengan posisi mengheningkan cipta. Arca Siwa ini
mempunyai ketinggian 3 meter dan berdiri diatas landasan batu dengan tinggi 1 meter.

Di antara kaki arca dan landasannya terdapat batu bundar berbentuk bunga teratai. Batu
landasan dibagian atas dibuat saluran mengeliling dan keluar melalui mulut naga dibagian utara
batu landasan. Apabila arca tersebut dicuci maka air akan mengalir kebawah masuk disaluran
dan keluar melalui mulut naga dan diterima dengan tempat air. Arca Siwa yang menggambarkan
raja Balitung, tanda-tanda sebagai Siwa dapat dilihat antara lain: tengkorak diatas bulan sabit
pada mahkotanya, mata ketiga pada dahinya, bertangan empat berselempangkan ular yang
kepalanya terlihat diatas, kulit harimau dipinggangnya, tangan kiri belakang memegang kipas,
tangan kanan belakang memegang tasbih, tunas bunga teratai dan benda bulat sebagai benih alam
semesta, serta senjata trisula pada sandaran arcanya. Tangan depan kanan kiri dalam sikap sesuai
dengan rautan muka dan pandangan matanya yang sedang bersemadi. Lengan kanan kiri
memakai gelang lengan (kelat bahu), dilehernya memakai kalung bersusun, tangan dan kaki
memakai gelang. Selain itu arca Siwa ini juga memakai mahkota yang penuh perhiasan, yang
menggambarkan seorang raja yang memakai pakaian kebesaran.Arca Siwa Maha Dewa Dibawah
landasan arca terdapat sumur yang dalamnya 13 meter persegi dan berisi tanah dan pada kira-kira
5,75 meter diketemukan suatu peti batu dengan tutup yang terletak diatas tanah bercampur arang
dan bakaran tulang-tulang hewan. Tulang-tulang tersebut berasal dari kambing dan ayam,
diantaranya terdapat lembaran-lembaran kecil dari emas dengan tulisan yang berbunyi “Waruna”
sebagai nama Dewa laut dan “Prawata” sebagai nama Dewa Gunung. Didalam peti juga terdapat
lembaran kecil dari emas dan kuningan, yang dibagi-bagi dalam petak-petak dan bercat, selain
itu terdapat 20 buah mata uang, berupa batu permata, merjan, potongan lembaran emas dan
perak, satu tiram dan 12 lembaran emas yang lima diantaranya berbentuk bulus, naga, bunga
teratai, tempat upacara agama, telur, sedangkan lainnya berisi tulisan-tulisan. Pada dinding ruang
Siwa dihias dengan sangat halus dan terbagi menjadi tiga bagian yang terpisah dan berlainan.
Bagian tengah dihias dengan gambar cakra dan trisula dalam bentuk bunga dan bagian kanan
kirinya dihias dengan gambar bunga mawar. Pada zaman Hindu orang-orang beranggapan bahwa
raja adalah penjelmaan dari Dewa, sebab itu sang raja dihormati dan dipuji sebagai Dewa juga.
Oleh karena itu raja Balitung dianggap sebagai penjelmaan Siwa dan sehingga setelah wafat
dicandikan sebagai Siwa oleh keturunan dan rakyatnya. Raja Balitung selain raja juga
mempunyai kedudukan sebagai pendeta atau pemimpin agama. Arca Siwa Maha Guru Diruang
sebelah selatan, menghadap candi Brahma terdapat arca Siwa Maha Guru. Arca Siwa Maha Guru
berwujud seorang tua berjanggut yang berdiri dengan perut gendut dalam bentuk seorang yang
sedang bertapa dan menggambarkan seorang guru. Arca ini dimaksudkan untuk menggambarkan
seorang pendeta dalam kraton raja Balitung, selain itu juga menjadi penasihat dan guru bagi raja
Balitung.Arca Siwa Maha Guru. Arca Siwa Maha Guru mempunyai tanda-tanda seorang petapa
antara lain: tangan kanannya memegang tasbih, tangan kirinya memegang kendi (tempat air) dan
diatas bahunya terdapat kipas. Trisula yang terletak disebelah kanan belakangnya menandakan
senjata khas Siwa. Ruang dan arca Siwa Maha Guru mempunyai ukuran lebih kecil
dibandingkan dengan Siwa Maha Dewa, tetapi sama dengan ketiga ruang lainnya. Dinding ruang
Siwa Maha Guru tidak terdapat hiasan.Arca Ganesha Pada ruang ketiga yang menghadap kebarat
berisi arca Ganesha. Arca Ganesha merupakan arca manusia berkepala gajah bertangan empat
yang sedang duduk dengan perutnya yang gendut. Arca Ganesha berarti Dewa bahagia. Arca
Ganesha mempunyai tanda-tanda antara lain : tangan kanan belakangnya memegang tasbih dan
tangan belakang kiri memegang kampak sedangkan tangan kanan depannya memegang patahan
gadingnya sendiri dan sebuah mangkuk di tangan kiri depan yang sedang dihisap dengan
belalainya. Ujung belalai dari arca Ganesha ini dimasukkan kedalam mangkuk itu yang
menggambarkan bahwa ia tak pernah puas meneguk ilmu pengetahuan. Gambar 3.9. Arca
Ganesha. Ganesha menjadi lambang kebijksanaan dan ilmu pengetahuan, penghalau segala
kesulitan. Pada mahkota terdapat tengkorak dan bulan sabit sebagai tanda bahwa dia anak Siwa
dan Uma, istrinya. Arca Ganesha ini menggambarkan putera mahkota dan panglima perang Raja
Balitung. Gambar arca Ganesha seperti terlihat pada Gambar 3.9. Arca Durga (Rara
Jonggrang)Ruang keempat disebelah utara menghadap candi Wisnu, didalam ruang terdapat arca
Durga Mahisasuramardhini sebagai istri Siwa. Arca Durga Mahisasuramardhini ini berwujut
seorang wanita bertangan delapan yang memegang beraneka ragam senjata. Senjata-senjata
tersebut antara lain cakra dan gada ditangan kanan atas, anak panah dan ekor banteng ditangan
kanan bawah, sankha dan perisai ditangan kiri atas, busur panah dan rambut berkepala raksa
asura ditangan kiri bawah. Arca Durga Mahisasuramardhini ini berdiri diatas banteng Nandi
(Mahisasura/lembu jantan) yang sudah dikalahkan dalam sikap “tribangga” yaitu tiga gaya gerak
yang membentuk tiga lekukan tubuh. Banteng Nandi digambarkan sebagai penjelmaan dari
Asura yang menyamar. Banteng tersebut merupakan makhuk jahat yang menyamar dan sesudah
dikalahkan ditarik dari badan banteng dan menunjukkan sifat aslinya. Durga berhasil
mengalahkan banteng Nandi dan menginjaknya sehingga dari mulutnya keluarlah asura yang
kemudian ditangkapnya. Durga Mahisasuramardhini dilambangkan sebagai (isteri) Siwa.
Menurut mitologi ia tercipta dari lidah-lidah api yang keluar dari tubuh para Dewa. Durga
merupakan Dewi kematian, oleh karena itu arca Durga menghadap ke utara yang merupakan
mata angin kematian. Arca Durga menggambarkan permaisuri Raja Balitung. Arca Durga oleh
penduduk sekitar lebih sering disebut sebagai Rara Jonggrang, seperti pada legenda yang ada di
daerah Prambanan.  Sebenarnya arca Durga ini sangat indah apabila dipandang dari kejauhan,
nampak hidup dan tersenyum namun hidungnya telah rusak.

Candi BrahmaCandi Brahma terletaknya diselatan candi Rara Jonggrang, berukuran lebih
kecil dan berbentuk persegi empat dengan sudutnya menonjol ke luar. Candi Brahma
mempunyai luas dasar 20 meter persegi dan mempunyai ketinggian dari dasar 37 meter. Pada
dinding luar candi terdapat gambar ruangan berisi singa yang berdiri diantara dua tiang dan
diatasnya terdapat gambar kalamakara. Berbeda dengan candi induk (Candi Rara Jonggrang),
Candi Brahma hanya mempunyai satu pintu masuk dan satu ruang yang menghadap ke timur.
Ruang tersebut berdiri arca Brahma yang mempunyai empat kepala dan empat lengan. Salah satu
tangannya memegang tasbih yang satunya memegang “kamandalu”. Kamandalu merupakan
tempat air. Keempat wajah menggambarkan keempat kitab suci Weda, masing-masing
menghadap keempat arah mata angin. Pada keempat lengannya menggambarkan keempat arah
mata angin. Sebagai pencipta ia membawa air karena seluruh alam keluar dari air. Tasbih yang
ada di tangan arca Brahma menggambarkan waktu. Arca Brahma digambarkan sebagai dewa
pencipta alam. Dibawah arca Brahma juga terdapat sumur dan hanya berisi tanah. Dinding ruang
tidak dihias dan terdapat pada tiap sisi dinding satu batu yang menonjol untuk tempat
penerangan. Dasar kaki candi Brahma dikelilingi oleh selasar yang dibatasi pagar langkan
dimana pada dinding langkan sebelah dalam terpahat relief serupa pada candi Siwa. Relief pada
candi Brahma merupakan lanjutan dari cerita Ramayana yang ada di candi Rara Jonggrang.Candi
Wisnu Candi Wisnu terdapat disebelah utara candi Rara jonggrang. Candi Wisnu mempunyai
bentuk dan ukuran serta hiasan dinding yang sama dengan candi Brahma. Candi Wisnu juga
hanya mempunyai satu ruang seperti candi brahma, satu-satunya ruang tersebut berdiri arca
Wisnu. Arca Wisnu mempunyai empat tangan, gada di tangan sebelah kanan, cakra di tangan
sebelah kiri dan tiram di tangan sebelah kanan. Dibawah arca Wisnu juga terdapat suatu sumur
yang hanya berisi tanah. Dinding ruang tidak dihias dan hanya terdapat pada tiap sisi dinding
satu batu yang menonjol untuk tempat penerangan. Pada dinding langkan sebelah dalam terdapat
relief cerita Kresna sebagai “Avatara” atau penjelmaan Wisnu dan Balarama (Baladewa)
kakaknya.

Candi NandiCandi Nandi terletak di deretan sebelah timur dan merupakan candi yang
mempunyai luas pada dasar sebesar 15 meter persegi dan mempunyai ketinggian 25 meter. Candi
Nandi mempunyai satu jalan masuk yang menghadap kebarat tepat di depan jalan masuk candi
Rara Jonggrang. Dinding luar candi terdapat dua macam gambar yang berdampingan. Gambar
pertama merupakan gambar ruangan yang berisi seekor singa diantara dua tiang dan diatasnya
gambar kalamakara. Gambar kedua merupakan satu pohon yang daunnya terpahat halus dan
dibawahnya di kanan-kiri terdapat dua ekor burung. Gambar semacam ini terdapat juga pada
kedua candi lainya dideretan sebelah timur. Didalam satu-satunya ruangan yang ada terdapat
arca seekor lembu jantan dalam sikap merdeka yang berbaring menghadap ke candi Siwa.
Lembu ini adalah Nandi, hewan yang biasa dikendarai oleh Siwa. Arca lembu yang terdapat
dalam candi Nandi mempunyai panjang kurang lebih 2 meter. Selain arca Nandi, dalam ruangan
terdapat dua arca lainnya, disudut belakang dari candi nandi ini terdapat arca Dewa Candra
disebelah kiri dan Surya disebelah kanan. Candra yang menggambarkan Dewa Bulan,
mempunyai mata tiga buah dan berdiri diatas kereta yang ditarik oleh sepuluh ekor kuda. Surya
yang menggambarkan Dewa Matahari berdiri diatas kereta yang ditarik oleh tujuh ekor kuda.
Dinding ruang tidak dihias dan hanya terdapat pada tiap sisi dinding satu batu yang menonjol
untuk tempat penerangan. Pada dinding langkan tidak terdapat relief seperti halnya pada candi
dideretan sebelah barat.

Candi AngsaCandi Angsa terletak disebelah selatan candi Nandi dan berhadapan dengan
candi Brahma. Candi Angsa merupakan candi yang mempunyai luas pada dasar sebesar 13 meter
persegi dan mempunyai ketinggian 22 meter. Candi Angsa mempunyai satu ruang tetapi ruangan
tersebut tidak berisi apapun. Kemungkinan ruangan ini hanya dipakai untuk kandang angsa,
hewan yang biasa dikendarai oleh Brahma. Walaupun tidak terdapat arca didalamnya, namun
terdapat sumur yang berisi tulang-tulang anjing bercampur tanah. Mungkin dimaksudkan sebagai
sajian korban waktu candi tersebut dibangun. Dinding ruang tidak dihias dan hanya terdapat pada
tiap sisi dinding satu batu yang menonjol untuk tempat penerangan. Pada dinding langkan tidak
terdapat relief seperti halnya pada candi dideretan sebelah barat.Candi GarudaCandi Garuda
terletak disebelah utara candi Nandi dan berhadapan dengan candi Wisnu. Candi Garuda
mempunyai bentuk, ukuran serta hiasan dinding yang sama dengan candi Angsa. Didalam Candi
Garuda terdapat satu ruangan, satu-satunya ruangan yang ada terdapat arca kecil yang berwujud
seekor Garuda yang berada diatas seekor naga. Garuda merupakan kendaraan Wisnu. Tetapi
pada saat ini ruangan candi masih dalam keadaan kosong. Garuda tersebut berwujud burung
yang badannya bagian atas berbentuk manusia dengan dua tangan tapi bercucuk. Bagian bawah
berbentuk burung yang bersayap, berekor, berkaki dua yang berkuku tajam. Dipunggungnya
terdapat suatu tempat duduk untuk Wisnu apabila burung sedang terbang.

Candi ApitCandi Apit berada diujung lorong diantara dua barisan candi utama. Di komplek
candi Prambanan terdapat dua buah candi Apit. Candi Apit mempunyai luas dasar 6 meter
persegi dan mempunyai ketinggian 16 meter dari atas tanah. Candi Apit mempunyai satu
ruangan tetapi ruangan tersebut kosong. Kemungkinan dahulu kala candi ini dipergunakan untuk
bersemedi sebelum memasuki candi induk.Candi Kelir Candi Kelir dikomplek candi Prambanan
terdapat 4 candi. Candi Kelir mempunyai luas dasar sebesar 1,55 meter persegi dan mempunyai
ketinggian 4,10 meter. Candi Kelir tidak mempunyai tangga untuk masuk. Candi Kelir berfungsi
sebagai penolak bala. Candi Sudut Candi sudut berjumlah empat buah, dan posisinya berada
disudut-sudut candi. Candi sudut mempunyai ukuran yang sama dengan candi Kelir.

SUMBER:

www.wisataprambanan.wordpress.com

You might also like