Professional Documents
Culture Documents
Survey seismik dilakukan untuk mendapatkan rekaman data seismik dengan kualitas
yang baik. Penilaian baik tidaknya data seismik adalah dari perbandingan antara
banyaknya sinyal refleksi dengan sinyal gangguan atau noise yang diterima. Semakin
banyak sinyal refleksi serta semakin sedikit noise yang diterima maka kualitas perekaman
data seismik semakin bagus. Keakuratan pengukuran waktu tempuh (travel time) juga
mempengaruhi kualitas perekaman.
Secara garis besar eksplorasi seismik dibagi menjadi eksplorasi seismik dangkal dan
eksplorasi seismik dalam. Eksplorasi seismik yang digunakan untuk eksplorasi
hidrokarbon (minyak dan gas bumi) adalah eksplorasi seismik dalam. Sedangkan
eksplorasi seismik dangkal (shallow seismic reflection) biasa digunakan untuk eksplorasi
batubara dan bahan tambang lainnya. Kedua jenis eksplorasi seismik tersebut memiliki
resolusi dan akurasi yang berbeda.
Seismik refleksi terbagi atas tiga bagian yaitu akuisisi data seismik, proses data seismik,
dan yang terakhir adalah interpretasi data. Akuisisi data adalah untuk memperoleh data
seismik dari area yang disurvey. Dari proses data seismik akan diperoleh penampang
seismik permukaan bawah tanah. Setelah data seismik diproses maka dilakukan
interpretasi untuk menganalisa keadaan geologi di bawah permukaan dan juga untuk
memperkirakan komposisi material batuan di bawah permukaan tersebut.
Proses akuisisi data sangat penting karena mempengaruhi kualitas data seismik. Kualitas
data seismik yang baik akan menghasilkan penggambaran penampang seismik bawah
tanah yang baik sehingga proses interpretasi juga dapat dilakukan dengan baik.
Gelombang seismik adalah gelombang mekanis yang muncul akibat adanya gempa bumi.
Sedangkan gelombang secara umum adalah fenomena perambatan gangguan (usikan)
dalam medium sekitarnya. Gangguan ini mula-mula terjadi secara lokal yang
menyebabkan terjadinya osilasi (pergeseran) kedudukan partikel-partikel medium, osilasi
tekanan maupun osilasi rapat massa. Karena gangguan merambat dari suatu tempat ke
tempat lain, berarti ada transportasi energi.
Gelombang seismik disebut juga gelombang elastik karena osilasi partikel-partikel
medium terjadi akibat interaksi antara gaya gangguan (gradien stress) malawan gaya-
gaya elastik. Dari interaksi ini muncul gelombang longitudinal, gelombang transversal
dan kombinasi diantara keduanya. Apabila medium hanya memunculkan gelombang
longitudinal saja (misalnya di dalam fluida) maka dalam kondisi ini gelombang seismik
sering dianggap sabagai gelombang akustik.
Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi, seismik refleksi lebih lazim digunakan daripada
seismik refraksi. Hal tersebut disebabkan karena siesmik refleksi mempunyai kelebihan
dapat memberikan informasi yang lebih lengkap dan baik mengenai keadaan struktur
bawah permukaan.
Penyelidikan seismik dilakukan dengan cara membuat getaran dari suatu sumber getar.
Getaran tersebut akan merambat ke segala arah di bawah permukaan sebagai gelombang
getar. Gelombang yang datang mengenai lapisan-lapisan batuan akan mengalami
pemantulan, pembiasan, dan penyerapan. Respon batuan terhadap gelombang yang
datang akan berbeda-beda tergantung sifat fisik batuan yang meliputi densitas, porositas,
umur batuan, kepadatan, dan kedalama batuan. Galombang yang dipantulkan akan
ditangkap oleh geophone di permukaan dan diteruskan ke instrument untuk direkam.
Hasil rekaman akan mendapatkan penampang seismik.
Sumber gelombang seismik pada mulanya berasl dari gempa bumi alam yang dapat
berupa gempa vulkanik maupun gempa tektonik, akan tetapi dalam seismik eksplorasi
sumber gelombang yang digunakan adalah gelombang seismik buatan. Ada beberapa
macam sumber gelombang seismik buatan seperti dinamit, benda jatuh, air gun, water
gun, vaporchoc, sparker, maupun vibroseis. Sumber gelombang seismik buatan tersebut
pada hakekatnya membangkitkan gangguan sesaat dan lokal yang disebut sebagai gradien
tegangan (stress).
Gradien tegangan mengakibatkan terganggunya keseimbangan gaya-gaya di dalam
medium sehingga terjadi pergeseran titik materi yang menyebabkan deformasi yang
menjalar dari suatu titik ke titik lain. Deformasi ini dapat berupa pemampatan dan
perenggangan partikel-partikel medium yang menyebabkan osilasi densitas/tekanan
maupum pemutaran (rotasi) partikel-partikel medium. Apabila medium bersifat elastis
sempurna maka setelah mengalami deformasi sesaat tadi medium kembali ke keadaan
semula.
TAHAPAN SEISMIK
Metode seismik refleksi merupakan metode geofisika yang umumnya dipakai untuk
penyelidikan hidrokarbon. Biasanya metode seismik refleksi ini dipadukan dengan
metode geofisika lainnya, misalnya metode grafitasi, magnetik, dan lain-lain. Namun
metode seismik refleksi adalah yang paling mudah memberikan informasi paling akurat
terhadap gambaran atau model geologi bawah permukaan dikarenakan data-data yang
diperoleh labih akurat.
Pada umumnya metode seismik refleksi terbagi atas tiga tahapan utama, yaitu:
1. Pengumpulan data seismik (akuisisi data seismik): semua kegiatan yang berkaitan
dengan pengumpulan data sejak survey pendahuluann dengan survey detail.
2. Pengolahan data seismik (processing data seismik): kegiatan untuk mengolah data
rekaman di lapangan (raw data) dan diubah ke bentuk penampang seismik migrasi.
3. Interpretasi data seismik: kegiatan yang dimulai dengan penelusuran horison,
pembacaan waktu, dan plotting pada penampang seismik yang hasilnya disajikan atau
dipetakan pada peta dasar yang berguna untuk mengetahui struktur atau model geologi
bawah permukaan.
Secara umum kegiatan akuisisi data seismik adalah dimulai dengan membuat sumber
getar buatan, seperti vibroseis atau dinamit, kemudian mendeteksi dan merekamnya ke
suatu alat penerima, seperti geophone atau hidrophone. Getaran hasil ledakan akan
menembus ke dalam permukaan bumi dimana sebagian dari sinyal tersebut akan
diteruskan dan sebagian akan dipantulkan kembali oleh reflektor. Sinyal yang
dipantulkan kembali tersebut akan direkam oleh alat perekam di permukaan.
Sedangkan sinyal yang menembus permukaan bumi akan dipantulkan kembali oleh
bidang refleksi yang kedua snyalnya akan diterima kembali oleh alat perekam dan
seterusnya hingga ke a;at perekam yang terakhir. Alat perekam akan menghasilkan data
berupa trace seismik.
Data yang telah didapatkan dari hasil akuisisi akan diproses sehingga meningkatkan daya
resolusi secara vertikal maupun horisontal yang dapat menghasilkan keadaan bawah
permukaan yang sesungguhnya yaitu berupa migrated time section yang mudah untuk
diinterpretasikan oleh para interpreter untuk mencapai hasil yang maksimum pada saat
ekploitasi.
TOPOGRAFI
Survey topografi dilakukan untuk menentukan titik-titik trace dan shoot point dengan
akurat sesuai dengan desain rencana yang diberikan oleh klien. Survey topografi
dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan drilling dan recording. Output dari topografi
di lapangan adalah berupa patok-patok titik trace dan shoot point, output lainnya adalah
berupa peta, sketch line, dan elevasi.
Survey topografi dalam seismik merupakan suatu proses untuk menentukan koordinat di
lapangan (X,Y,Z) berdasarkan koordinat yang ada di peta (koordinat teoritik), dalam hal
ini koordinat teoritik yang ada hanyalah koordinat planimetris, sedangkan elevasinya
ditentukan berdasarkan pengukuran di lapangan. Kordinat teoritik sendiri dibuat
berdasarkan parameter-parameter yang diberikan oleh client. Biasanya client hanya akan
memberikan koordinat awal dan akhir line, interval trace, dan interval shot point.
Data teoritis diperoleh dari hasil perhitungan yang nantinya akan digunakan sebagai
acuan dalam pengukuran di lapangan. Data yang diperoleh adalah trace awal dan trace
akhir yang diberikan oleh klien dengan koordinat yang telah ditentukan. Dari trace awal
dan trace akhir tersebut kemudian dibuat trace-trace penghubung dengan menggunakan
perhitungan berikut:
1. Menentukan besar sudut azimut (α) dari trace awal (A)
2. Kemudian lintasan tersebut dibagi dalam jarak d = 30 m (jarak antar trace), dan
diperoleh nilai x dan y untuk setiap trace dalam lintasan.
Dimana:
A : Trace awal
B : Trace akhir
1 : Trace pertama dengan jarak 30 m dari A
Data teoritis dapat dihitung dengan menggunakan Microsoft Exel, kemudian hasilnya
dimasukkan ke dalam program Autocad, dan setelah itu dapat ditampilkan sebagai peta
navigasi. Data teoritis dimasukkan ke dalam memory card yang terpasang pada total
station. Data teoritis tersebut kemudian digunakan sebagai acuan tim survei topografi
dalam melakukan pengukuran.
PENGUKURAN TOPOGRAFI
gbr
Selanjutnya untuk start dan ending koordinat line sudah ditentukan oleh client, kemudian
selanjutnya dapat ditentukan jumlah source dari koordinat yang diberikan oleh client.
Biasanya untuk source pada 2D hanya ada pada SP ganjil. Akan tetapi apabila medan
yang akan dilewati tidak memungkinkan diproduksi SP ganjil (seperti perkampungan,
sungai, dan sebaginya) maka dibuat SP genap untuk kompensasi SP yang hilang,
sehingga jarak antara SP normal dengan SP kompensasi menjadi 30 m. Secara geometrik
perbedaan antara seismik 3D dan 2D terletak pada penempatan source dan trace. Untuk
2D source dan trace terletak pada satu line, sedangkan pada 3D source dan trace terletak
pada line yang berbeda, di mana terdapat Source Line (SL) dan Receiver Line (RL).
Untuk optimalisasi pengukuran maka awal pengukuran (start line) tidak dilakukan di
awal atau akhir line. Hal ini disebabkan belum tersedianya akses menuju awal atau akhir
line. Untuk mengatasi hal tersebut maka ada beberapa cara yang dilakukan, di antaranya:
1. Pengukuran traverse. Pengukuran ini pada dasarnya adalah membuat suatu poligon
terikat sempurna dari titik-titik GPS yang sudah diamati, di mana titik tersebut dijadikan
kontrol. Penempatan titik-titik traverse ditempatkan sepresisi mungkin dengan
perpotongan line, untuk memudahkan start line.
2. Translock koordinat. Pada prinsipnya proses ini sama dengan pengikatan ke muka pada
poligon, di mana ditentukan 2 buah titik GPS yang sudah fix untuk dijadikan titik ikat
dalam menentukan titik translock.
Sebelum melakukan pengukuran topografi, terlebih dahulu dilakukan koordinasi dengan
departemen maupun sub pekerjaan yang lain, terutama yang waktu pekerjaannya
berdekatan dengan pengukuran topografi, seperti rintis, bridging dan drilling. Hal ini
dilakukan supaya tidak terjadi “kejar-kejaran” waktu pekerjaan apalagi sampai terjadi
overlap waktu pekerjaan. Setelah didiskusikan maka dibuat program dari pengukuran
topografi, yang selanjutnya akan diikuti oleh rintis, bridging, drilling, dan recording.
Departemen Topo juga melakukan pendampingan terhadap departemen yang lain seperti
penjelasan akses lokasi, eksistensi patok-patok trace dan Sp, sampai terjadinya offset dan
kompensasi.
Secara teknis sebelum melakukan pengukuran stake out, maka terlebih dahulu dilakukan
pengukuran sunshot untuk medefinisikan azimuth awal dari titik start line. Selanjutnya
dilakukan pengukuran stake out, di mana koordinat teoritik yang sudah ada dan
dimasukkan pada memory alat dan “dipanggil” untuk menentukan koordinat trace dan
shoot point di lapangan. Titik-titik trace dan shoot point ditentukan dari titik-titik ikat
poligon yang sudah fix atau dengan kata lain titik-titik poligon ini adalah titik-titik
kerangka dasar utama. Pada sesi akhir pengukuran dilakukan kembali sun shot sebagai
kontrol azimuth akhir. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya distorsi dari line
yang diukur.
gbr
Selanjutnya pada waktu pengukuran ketika terjadi perpotongan antar line (crossing) maka
pengukuran diikatkan pada titik fix line tersebut. Hal ini dilakukan untuk memperoleh
koordinat titik-titik ikat tersebut melalui proses perataan. Sedangkan pada proses stake
out koordinat seismik 3D pengukuran dilakukan dari start line yang kemudian diikatkan
dalam 1 blok, untuk mendapatkan koordinat titik-titik blok dari tiap loop. Blok-blok ini
biasanya dipisahkan atas beberapa swath sesuai dengan banyaknya SL dan RL. Biasanya
lebar blok ini disesuaikan dengan ketelitian jarak. Jadi, setiap ketelitian tutupan blok
berbanding terbalik dengan jaraknya, di mana apabila jarak blok panjang maka
koreksinya kecil, sedangkan apabila jarak blok pendek, maka koreksinya besar. Sebisa
mungkin blok ini menutup pada tiap-tiap ujung SL dan RL supaya koordinat titik-titik
blok yang dihasilkan lebih bagus.
Pada waktu pengukuran dilakukan juga penanaman BM seismik. BM ini dibuat untuk
merekonstruksi titik-titik line yang dibutuhkan ataupun ketika ada program
pengembangan survei. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan BM
seismik ini adalah:
- Distribusi BM merata (mengcover) keseluruhan line.
- Akses jalan menuju BM.
- Melakukan pensosialisasian kepada masyarakat sekitar bahwasannya BM tersebut
sangat penting dan tidak boleh diganggu, bahkan kalau perlu diberikan sanksi apabila ada
yang mengganggu.
Hal lain yang tak kalah penting pula adalah dalam hal pemasangan. BM seismik dipasang
berpasangan, baik itu dengan BM GPS maupun dengan sesama BM seismik sendiri. Hal
ini dilakukan untuk pendefinisian datum apabila akan dilakukan rekonstruksi.
Rintis dan bridging bertujuan untuk mempermudah akses di lintasan yang akan dilalui.
Dilakukan sepanjang lintasan atau jalan akses menuju lintasan dengan lebar rintisan
maksimum 2 m, dengan seminimal mungkin membuat kerusakan di sepanjang rintisan.
Bridging dilakukan apabila lintasan melewati sungai, kanal, lembah, atau rawa.
Terdapat dua macam titian atau bridging, yaitu on the fly (melayang di atas tanah) dan on
the ground (menapak pada tanah). Kualitas bridging harus baik karena sangat
berpengaruh pada pengerjaan drilling dan recording.
Kreiteria-kriteria bridging, baik on the fly maupun on the ground, yang bagus adalah:
1. Pijakan diameter kayu 15 cm.
2. Tangan-tangan diameter kayu 8 cm.
3. Siku-siku (Skor) diameter kayu 10 cm.
4. Anti slip diameter kayu 5 cm
5. Siku-siku (skor) dipasang setiap 2m.
6. Anti Slip dipasang setiap 1m.
7. Semua terpasang kokoh atau kuat.
Untuk daerah yang menanjak akan dibuat tangga atau step. Kriteria-kriteria step yang
abik adalah:
1. Pijakkan diameter kayu 15 cm.
2. Tangan-tangan diameter kayu 8 cm.
3. Siku-siku (skor) diameter kayu 10 cm.
4. Anak tangga diameter kayu 10 cm.
5. Jarak anak tangga 25 cm.
6. Semua terpasang kokoh atau kuat.
Adapun bentuk-bentuk lain dari bridging biasanya disesuaikan dengan kebutuhan di
lapangan, di antaranya Platform (untuk penyimpanan pipa drilling), jembatan (bridging
yang melewati sungai), dan Jety (dermaga dari kayu-kayu untuk berlabuh, biasanya di
tepi sungai).
Untuk mekanisme kontrol kualitas dari bridging, maka dilakukan pengecekan di lapangan
oleh checker. Checker ini bertugas menginventarisir dan menilai eksistensi bridging di
lapangan. Adapun kriteria dari penilaian ini berdasarkan ketetapan-ketetapan yang telah
disepakati. Parameter-parameter penilaian ini terdiri dari:
1. Good; Suatu bridging dikatakan good apabila bridging yang ada di lapangan > 90%
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
2. Fair; Suatu bridging dikatakan fair apabila bridging yang ada di lapangan cukup kuat
menahan aktivitas yang akan terjadi, padahal dilihat dari ketentuan tidak seluruhnya
terpenuhi seperti anti slip dan kayunya kurang dari ketentuan. Untuk nilai kuantitatif
kondisi fair digolongkan antara 75-90 %.
3. Poor; Suatu bridging dikatakan poor apabila bridging yang ada di lapangan tidak
mampu menahan aktivitas yang akan terjadi, dan sangat rentan untuk menimbulkan
kecelakaan, seperti kayunya kurang dan tidak dipaku. Untuk nilai kuantitatif dari poor
digolongkan < 75%.
D. King Swivel
Alat ini digunakan untuk menyambung selang dari mud pump ke pipa bor. King swivel
tidak dilakukan pada pengeboran dengan menggunakan power rig dan Jackro. King
swivel digunakan pada pengeboran dengan metode flushing.
E. Pipa Bor
Pipa bor berguna untuk mengalirkan air atau lumpur ke dalam lubang bor selama
pengeboran. Pipa bor memiliki panjang 1,5 m dengan persambungan pada kedua
ujungnya.
F. Mata Bor
Mata bor berguna untuk mengikis tanah atau batuan pada lubang bor. Pada mata bor
terdapat lubang untuk mengalirkan air atau lumpur.
G. Tripus
Tripus adalah mata bor khusus yang terbuat dari intan kasar. Mata bor ini digunakan
untuk menghancurkan batuan keras, tetapi tidak bisa bekerja pada batuan halus atau tanah
lembut.
H. Kunci Inggris
Alat ini digunakan untuk menyambung dan melepaskan pipa bor. Selain itu juga
difungsikan untuk mengangkat dan melepaskan pipa bor.
I. Fire Hose
Fire Hose adalah selang air yang digunakan untuk mengalirkan air ke tempat pengeboran.
J. Polimer
Polimer digunakan untuk menghindari terjadinya keruntuhan pada dinding lubang bor.
Cairan ini digunakan dengan cara mencmpurkannya dengan air atau lumpur yang akan
dimasukkan ke dalam pipa bor. Cairan ini sangat dibutuhkan terutama pada tanah yang
berpasir.
K. Ginagol
Alat ini digunakan untuk menyaring air atau lumpur yang akan dimasukkan ke dalam
pipa bor.
L. Lastok
Alat ini berupa pipa yang digunakan untuk memasukkan bahan peledak ke dalam lubang
pengeboran. Lastok terbuat dari bahan alumunium untuk menghindari timbulnya api,
yang dapat menyulut bahan peledak, akibat gesekan.
M. Dummie Load
Dummie load berfungsi untuk memeriksa kebersihan dan kedalaman lubang bor.
Dummie load memiliki bentuk silinder panjang yang memiliki diameter hanya sedikit
lebih kecil dari pada diameter lubang bor.
N. Daya Gel
Daya Gel adalah salah satu jenis bahan peledak yang berbentuk gel. Daya Gel berbentuk
batang dengan panjang 0,25 m, diameter 3 inci, dan berat 0,5 kg. Daya Gel dikemas
dalam plastik dan diberikan lapisan lilin agar terlindungi dari air. Daya Gel merupakan
bahan peledak pasif karena membutuhkan stimulant dari detotator agar dapat meledak.
O. Detonator
Detonator adalah bahan peledak aktif yang berfungsi sebagai sumbu ledak. Detonator
dapat meledak apabila diberikan tegangan di atas 6 volt. Proses peledakannya adalah
sebagai berikut:
- Detonator dimasukkan ke dalam Daya Gel
- Kabel detonator diberikan arus listrik
- Detonator meladak akibat arus listrik tersebut
- Daya Gel meledak karena dipicu oleh ledakan detonator
P. Speedy Loader
Speedy loader berupa plastik berbentuk kerucut yang dipasang bersama Daya Gel dan
detonator. Speedy loader berbentuk kerucut di pasang di bagian depan Daya Gel yang
berfungsi untuk mempermudah bahan peledak untuk dimasukkan ke dalam lubang bor.
Q. O Ring
O Ring adalah cincin besar yang terbuat dari plastik untuk mengikat kabel detonator.
Fungsinya adalah untuk mempermudah dalam mengambil kabel detonator yang ditanam
di dalam lubang bor.
R. Anchor
Ancor adalah besi yang dipasang di bagian luar bahan peledak yang berfungsi untuk
menahan bahan peledak agar tidak terdorong kelaur lubang bor.
B. Shooter
Shooter adalah orang yang bertugas untuk merangkai bahan peledak sesuai dengan
prusedur BP Migas dan mengawasi proses pemasukan bahan peladak ke dalam lubang
bor yang dilakukan oleh kru pre-loading. Shooter beertugas untuk melakukan pengecekan
detonator setelah dirangkai, setelah dimasukkan ke dalam lubang bor, dan setelah di
tamping.
C. Kru Bor
Kru bor bertugas untuk melakukan pengeboran. Dalam satu unit terdapat empat kru bor.
Satu buah kru terdiri dari 9 sampai 10 orang yang bekerja dengan sebuah mesin bor.
Pembagian tugasnya adalah ada yang mengoperasikan mud pump, mengumpulkan
cutting, memasang pipa bor, dan memegang mesin bor.
E. Kru Pre-Loading
Kru pre-loading bertugas untuk membawa bahan peledak ke lokasi pengeboran dan
memasukkannya ke dalam lubang bor. Dalam satu kru terdapat kurang lebih 9 orang.
Pembagian tugasnya dalaha ada yang melakukan tamping, membawa bahan peledak, dan
ada yang membawa detonator.
A. Kru Bentang
Kru bentang bertugas untuk membentang kabel link FDU dan geophone di lintasan sesuai
dengan trace. Hasil dari kru bentang adalah kabel link yang telah terpasang dan geophone
siap rojok. Peralatan yang dibawa oleh kru adalah kayu atau bambu untuk menggotong
kabel dan geophone, dan juga radio HT yang dibawa oleh mandor.
B. Team Rojok
Kru rojok bertugas untuk menanam geophone dengan baik. Kualitas rojokan sangat
berpengaruh pada kualitas perekaman, karena menanam geophone dengan tidak baik
dapat menyebabkan potensial noise menjadi lebih besar atau sebaliknya geophone tidak
dapat mendeteksi getaran dengan tidak baik. Kru rojok membawa tali chaining untuk
mengukur jarak antar geophone, super planter untuk membuat lubang di tanah tempat
menanam geophone, dan pipa rojok untuk menanam geophone. Peralatan yang dibawa
oleh team rojok adalah:
1. Super planter
2. Planting hole
3. Tali chaining
4. Radio HT
5. Program kerja
6. P3K
7. Blanko toolbox meeting
8. Helm + sarung tangan + sepatu
9. Kacamata
10. Masker hidung
C. Team Labo
Kru Labo bertugas untuk menyiapkan lokasi Labo, seperti antena Labo, membentang
kaber transfer dari Labo ke line, dan mendirikan tenda Labo. Kru labo juga sangat
berperan dalam perpindahan Labo. Peralatan yang dibawa oleh kru Labo adalah:
1. Tiang antena
2. Antena repeater
3. Radio repeater
4. Tali labrang
5. Conector
6. Kabel antenna
7. Seling katrol
8. Linggis untuk labrang
9. Paku ground + kabel ground
10. Baterai + jumper power
11. Harnes (tali pengaman)
12. Tool set (kunci-kunci, contact cleaner)
13. Radio HT
14. Program kerja
15. P3K
16. Blanko toolbox meeting
17. Helm + sarung tangan + sepatu
18. Kacamata hitam
19. Masker hidung
D. Observer Line
Observer bertugas untuk melakukan trouble shooting di lintasan. Pada partai Elnusa
A5.43 observer bertanggung jawab untuk mengawasi proses penanaman geophone. Ada
juga observer yang bertugas untuk mengawasi cek leakage di lapangan. Observer line
bekerja di bawah partai Elnusa. Peralatan yang bibawa adalah:
1. Tang potong
2. Tang long nose
3. Obeng
4. Contact cleaner
5. Short KCK (resistor)
6. Radio HT
7. Program kerja
8. P3K
9. Blanko toolbox meeting
10. Helm + sarung tangan + sepatu
11. Kacamata
12. Masker hidung
F. Shooter Redrill
Kru shooter redrill bertugas melakukan penembakan ulang atau redrill akibat terjadinya
misfire. Dalam satu kru shooter terdapat seorang shooter yang bekerja dibawah partai
Elnusa. Shooter yang bekerja harus mempunyai lisensi sebagai shooter. Kru shooter
redrill membawa peralatan yang sama dengan kru shooter produksi ditambah dengan alat
untuk melakukan flushing. Alat yang dibutuhkan untuk melakukan flushing antara lain
mata bor, mud pump, pipa bor, king swivel, ginagol, selang hisap, dan polimer. Shooter
redrill juga harus membawa dan merakit bahan peledak dan detonator. Misfire yang harus
dilakukan redrill diantaranya adalah; lost hole, line cut, lost wire, dead after shoot (DAS),
short wire, dead cap, weak shoot, cap only, no CTB and UHT, lost record, dan wrong
spread. Peralatan yang bibawa adalah:
1. Mud pump
2. King swivle
3. Mata bor + nipple
4. Pipa bor
5. Selang king swiple
6. Selang hisap
7. Saringan selang hisap
8. Kunci pipa
9. Cangkul
10. Dirigen 20 liter
11. Firing line
12. Lastok + dummy + planting hole
13. Pancing lubang
14. Kotak handak + kunci kotak handak
15. Baterai kering
16. Blaster slave
17. Tool set
18. Cap tester
19. Capsim (up hole test)
20. Antenna pecut (antenna Ringo)
21. Polimer
22. BBM
23. Oli
24. Pompa sedot bensin
25. Radio HT
26. Program depth charge
27. P3K
28. Blanko toolbox meeting
29. Helm + sarung tangan + sepatu
30. Kacamata
31. Masker hidung
32. Parang
G. Shooter Produksi
Kru shooter bertugas untuk meledakkan shoot point. Peralatan yang di bawa adalah
blaster master-slave untuk memberikan arus untuk meledakkan detonator. Dalam satu kru
shooter terdapat seorang shooter yang bekerja dibawah partai Elnusa. Shooter yang
bekerja harus mempunyai lisensi sebagai shooter. Blaster slave dilengkapi dengan radio
frekuensi sebagai alat komunikasi, penerima sinyal untuk meledakkan deto dari Labo,
dan mengirim data seperti uphole time dan confirm time break ke Labo. Kru shooter juga
membawa firing line yang terdiri dari dua line, yaitu untuk dihubungkan ke kabel deto
dan satu lagi untuk dihubungkan dengan up hole geophone. Kru shooter juga harus
membawa pancing untuk mempermudah mengambil O Ring yang ditanam di lubang SP.
Peralatan yang bibawa adalah:
1. Baterai kering
2. Blaster slave
3. Firing line
4. Geophone up hole
5. Capsim
6. Tool set
7. Planting hole
8. Pancing lubang
9. Antena pecut (antenna Ringo)
10. Radio HT
11. Program kerja
12. P3K
13. Blanko toolbox meeting
14. Helm + sarung tangan + sepatu
15. Kacamata
16. Masker hidung
H. Team Repeater
Kru repeater bertugas untuk memasang antena repeater. Kru repeater juga mendirikan
tower untuk memasang antena. Pada area yang tidak memungkinkan untuk mendirikan
tower, antena juga dapat dipasang di atas pohon. Penempatan repeater harus
diperhitungkan agar dapat menghubungkan kedua belah pihak yang berkomunikasi.
Ketinggian repeater juga harus lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi di sekitarnya.
Peralatan yang bibawa adalah:
1. Antenna repeater
2. Radio repeater
3. Tali labrang
4. Conector + spare jumper conector
5. Kabel antena
6. Paku ground + kabel ground
7. Baterai + jumper power
8. Harness (tali pengaman)
9. Tool set (kunci-kunci, contact cleaner)
10. Radio HT
11. Program kerja
12. P3K
13. Blanko toolbox meeting
14. Helm + sarung tangan + sepatu
15. Kacamata
16. Masker hidung
I. Kru Baterai
Kru baterai bertugas untuk memasang baterai pada LAUL atau LAUX di lintasan. Satu
kru bertugas untuk memasang satu baterai dan dipimpin oleh seorang mandor telepon.
Satu kru membawa spare dua string geophone dan satu roll kabel link. Selain memasang
kabel, kru mandor telepon juga bertugas untuk melakukan trouble shooting dan menjaga
noise di lintasan.
A. Jenis Bentangan
1. Bentangan Normal
Pada satu string geophone atau satu trace terdapat 18 buah geophone. Pada bentangan
normal jarak antara geophone pertama dengan geophone ke-18 adalah:
JarakAntarTrace – JarakAntarTrace*JumlahGeophonePerTrace
Karena jarak antar trace adalah 30 m maka jarak antara geophone pertama dengan
geophone ke-18 adalah 28,33 m, maka jarak antar geophone adalah 28,33m/(18-1) atau
sama dengan 1.667 m.
Posisi bentangan geophone sejajar dengan lintasan sehingga semua geophone yang
terbentang berada tepat dilintasan.
2. Bentangan Simetri
Apabila geophone tidak dapat dibentang normal maka alternatif pertama yang dilakukan
adalah membentang geophone secara simetri. Pada prinsipnya membentang geophone
secara simetri sama dengan membentang geophone secara normal, hanya saja jarak antar
geophone yang diperkecil, tetapi jarak antar geophone yang satu dengan yang lainnnya
harus sama.
Membentang geophone secara simetri dapat disebabkan karena trace berada di dekat
jalan, sungai, kanal atau sebab-sebab yang lain yang dapat menyebabkan geophone tidak
dapat dibentang secara normal.
Kekurangan bentangan simetri adalah menyebabkan geophone lebih sensitif terhadap
noise dan lebih mudah mendeteksi ground roll dibandingkan apabila geophone dibentang
secara normal.
3. Bentangan Group
Membentang geophone secara group adalah alternatif terakhir apabila goephone tidak
dapat dibentang secara normal maupun simetri. Penyebab geophone dibentang secara
group sama dengan halnya mengapa geophone dibentang secara simetri, yaitu
diantaranya karena geophone berada di dekat jalan, sungai atau kanal dan lintasan juga
berpotongan dengan jalan, sungai atau kanal tersebut.
Bentangan yang di group adalah yang paling sensitif terhadap noise dari luar dan ground
roll karena jarak antar geophone yang berdekatan. Tetapi bentangan group juga lebih
sensitif dalam menerima getaran seismik. Dalam monitor record dapat terlihat bahwa
bentangan yang digroup akan menghasilkan amplitudo getaran yang lebih besar dan
relatif lebih lama dalam mendeteksi getaran.
Parameter bentangan group adalah geophone ditanam secara melingkar dengan diameter
lingkaran sebesar 1 m. Harus diatur sedemikian rupa agar jarak antar geophone sama
besar.
B. River Crossing
River Crossing dilakukan apabila lintasan berpotongan dengan sungai yang cukup lebar
sehingga kita tidak dapat menghubungkannya dengan menggunakan kabel link. Bisanya
pada River Crossing terdapat trace yang mati karena trace tersebut berada di tengah-
tengah sungai dan tidak memungkinkan untuk di kompensasi maupun di offside.
Pada River Crossing kita menggunakan kabel transverse yang panjangnya dapat
mencapai 200 – 300 m. kabel tranverse tersebut menghubungkan antara dua Laux yang
masing-masing berada di kedua sisi sungai yang saling berseberangan. Kabel transverse
tersebut terhubung pada port transverse Laux, apabila kabel transverse tersebut terhubung
dengan port Left Transverse pada salah satu Laux maka pada Laux yang satunya lagi
harus terhubung pada port Right Transverse.
Hal yang sangat penting dan berbahaya pada pengerjaan River Crossing adalah
pembentangan kabel transverse di sungai. Pembentangan kabel transverse adalah dengan
menggunakan perahu kecil. Pada perahu tersebut telah dipasang sebuah roda besar untuk
menggulung ataupun untuk mengulur kabel. Pada saat pengangkatan kabel seringkali
terjadi kabel tersangkut di dasar sungai. Apabila hal ini terjadi maka hal yang terpaksa
dilakukan adalah memotong kabel transverse tersebut.
A. Pemasangan Instrumen 2D
B. Pemasangan Instrumen 3D
Pada perekaman 3D terdapat lebih dari satu lintasan yang aktif pada satu titik tembakan.
Dalam satu lintasan dibutuhkan minimal satu buah LAUX. LAUX berfungsi untuk
menghubungkan lintasan yang satu dengan lintasan yang lain, dan juga burfungsi untuk
menghubungkan Labo ke kabel di lintasan. Koneksi antar lintasan melalui port Left
Transverse dan Right Transverse pada LAUX, kabel yang digunakan adalah kabel
transverse.
Lintasan-lintasan pada perekaman 3D adalah sejajar dan jarak antar lintasan adalah
saman antara lintasan yang satu dengan yang lainnya.
Yang perlu untuk diperhitungkan adalah jumlah channel aktif maksimal. Kabel transverse
mempunyai kemampuan maksimal untuk 2000 channel aktif. Sedangkan satu line
mempunyai kemampuan 1000 channel aktif.
INSTUMEN TEST
Intrument Test dilakukan setiap hari sebelum perekaman dilakukan. Intrument Test
dilakukan untuk memeriksa apakah FDU yang digunakan dalam kondisi bagus atau tidak.
Semua FDU yang digunakan pada hari itu harus sudah menjalani Daily Instrument Test.
Hasil Instrument Test pada panel Numeric disimpan sebagai bukti Instrument Test telah
dilakukan.
Untuk melakukan Instrument Test posisi Tab harus berada pada posisi Instrument. Hasil
tes akan keluar pada tampilan Numeric dan Graphic. Pada kotak Absolute Spread kita
menspesifikasikan posisi line dan receiver yang ingin di tes. Kotak Aux Descr digunakan
untuk mendeskripsikan auxiliary channels yang ingin di tes. Gain yang ingin digunakan
pada Instrument Test dapat dipilih apakah menggunakan G1 atau G2. Record Length /
panjang perekaman dapat dipilih dari 1 – 99,9 detik. Tetapi pada tes Instrument Crosstalk
panjang perekaman minimum adalah 5 detik pada Sample Rate 2 ms. Pada Daily
Instrument Test kita harus merekam datanya, sehingga posisi pada tombol pilihan Record
adalah Yes.
Jenis-jenis tes yang dilakukan adalah:
Apabila setelah dilakukan Instrument Test ternyata ada FDU yang rusak maka harus
dilakukan pergantian. Setelah pergantian FDU dilakukan maka dilakukan Instrument Tes
ulang. Instrument Test sangat penting karena hasilnya mencerminkan kualitas alat yang
digunakan.
PENEMBAKAN
Tampilan window
Operation
Ketika pilihan SOURCE dipilih pada menu Preference, maka pada panel utama
Operation menyediakan sebuah tabel yang berisi informasi akuisisi dari data dan
memungkinkan observer untuk memilih source point yang akan ditembak. Disebelah
bawah panel terdapat hasil dari akuisisi dan informasi proses akuisisi data tersebut, yaitu
Internal Time Break (ITB) dan Transmit Error.
Transmit Error (TE) terjadi apabila satu atau lebih kesalahan pada proses transmisi data
terdeteksi pada Line. Internal Time Break (ITB) menunjukkan bahwa 408XL gagal
menerima Time Break dan juga Time Break Window. ITB dihasilkan setelah Time Break
Window mengikuti setelah Firing Order seleasi, dengan akurasi ± 5 ms.
Transmit Error (TE) terjadi apabila satu atau lebih kesalahan pada proses transmisi data
terdeteksi pada Line. Internal Time Break (ITB) menunjukkan bahwa 408XL gagal
menerima Time Break dan juga Time Break Window. ITB dihasilkan setelah Time Break
Window mengikuti setelah Firing Order seleasi, dengan akurasi ± 5 ms.
TB Window adalah interval waktu yang mulai ketika 408XL mengirim sebuah Firing
Order (FO). Selama TB Window, 408XL menunggu TB dari shooting system. Jika TB
muncul dalam interval tersebut, kemudian akuisisi dimulai. Jika TB tidak muncul maka
408XL membuat sebuah Internal TB (ITB) dan akuisisi dimulai.
Tabel operasi source harus didefinisikan dengan menggunakan panel Source Operation
Setup pada menu Preference. Kolom pada panel utama Operation adalah sama seperti
pada panel Operation Setup
Selama akuisisi sebuah pesan ASCII diterima dari kotak blaster (melalui adaptor XDEV
pada Auxiliary line) yang terdiri dari nilai:
Panel Process Type Setup digunakan untuk menyediakan informasi dari tipe pemprosesan
data. Record Length (1,0 – 99,9 detik) adalah lamanya waktu perekaman data. Pada
model Impulsive, waktu ini sama dengan lamanya akuisisi data. Refraction Delay (0 –
64.000 ms) adalah selisih waktu antara Time Break yang diterima oleh 408XL dengan
dimulainya akuisisi. TB Window (0 – 64.000 ms) adalah interval waktu yang dimulai
ketika 408XL mengirim sebuah Firing Order (FO). Selama TB Window, 408XL
menunggu TB dari shooting system. If TB muncul pada interval tersebut maka akuisisi
dimulai. Jika tidak maka 408XL akan menghasilkan sebuah Internal TB (ITB) dan
akuisisi dimulai. AUX Process Descriptor adalah untuk mendefinisikan proses yang ingin
dilakukan pada channel auxiliary.
Tampilan menu Process
Type Setup pada window Operation
Panel Process Type Setup seperti yang di bawah terdiri dari sebuah tabel yang berisi
karakteristik dari perencanaan Shot Point secara berurutan.
Spread Option memungkinkan kita untuk memilih antara “Absolute” dan “Generic”.
Dengan memilih “Absolute” kita harus menspesifikasi spread dari akuisisi yang akan
digunakan secara komplit untuk setiap tembakan. Ketika kita mengisi file SPS ke
database pada dengan menggunakan Log, maka akan secara otomatis akan mengaktifkan
tabel operasi dengan menggunakan spread Absolute.
Sebuah spread “Generic” akan mendeskripsikan pola dari channel aktif. Generic sangat
berguna jika pemprograman spread diselesaikan secara manual dan kita tidak ingin
mengubah deskripsi setiap kali spread bergeser.
Shot/Vp Id adalah untuk nomor Shot point atau Vibrated Point. Break Point adalah untuk
memberikan identitas apakah pada Shot Point tersebut sudah dilakukan penembakan atau
belum. Source Line untuk menandakan pada Line berapa sumber getaran atau Shot Point
berada. Source Receiver adalah untuk menandakan pada Line berapa Receiver atau
geophone berada. Sfl, Spread First receiver Position Number, adalah Receiver Position
atau nomor trace terendah pada spread. Pada generic spread Sfn diisi oleh operator,
sedangkan pada absolute spread Sfl secara otomatis akan dihitung oleh sistem.
Dengan menekan tombol GO maka Firing Order akan terkirim. Dengan menekan
ABORT maka akan menginterupsi shot point yang sedang ditembak setelah proses
akuisisi selesai. Sebuah kotak dialog akan tampil dan memberikan pilihan apakah ingin
merekam data atau menggagalkan shot point. Pilih OK jika ingin merekam akuisisi. Jika
memilih CANCEL maka proses akuisisi tidak akan direkam.
Selama penembakan dapat terjadi kegagalan-kegagalan atau disebut juga dengan Misfire.
Ada Misfire yang terjadi sehingga harus dilakukan redrill, dan ada juga yang tidak.
Misfire yang terjadi sehingga harus dilakukan redrill diantaranya adalah:
1. Dead Cap
Dead Cap terjadi karena detonator tidak aktif, atau dapat juga terjadi karena kabel
detonatornya terlepas atau open. Dapat terdeteksi dengan nilai hambatan detonator yang
terukur pada blaster yang terlalu besar.
2. Short Wire
Short Wire terjadi karena kabel detonator terkelupas dan terhubung dengan kabel
pasangannya dai polaritas yang berbeda. Short Wire terdeteksi dengan nilai hambatan
detonator yang terukur pada blaster terlalu kecil.
3. Lost Wire
Lost Wire atau hilangnya kabel detonator dapat terjadi karena dua hal. Yang pertama
dapat terjadi karena kabel detonator tersebut terperosok ke dalam lubang sehingga tidak
mungkin lagi untuk diambil. Atau dapat juga hilang karena diambil atau ditarik oleh
orang secara sengaja maupun tidak sengaja. Biasanya ada beberapa orang warga setempat
yang sengaja mengambil kabel detonator tersebut untuk dijual.
4. Lost Hole
Lost Hole atau hilang lubang dapat terjadi karena hilangnya patok shot point sehingga
shooter tidak dapat mencari posisi lubang tembak. Adanya kompensasi dan offside akan
mempertambah sulit shooter dalam mencari lubang tembak terutama apabila patoknya
hilang.
5. Cap Only
Cap Only terjadi karena pada saat penembakan hanya detonatornya saja yang meledak
sedangkan bahan peledaknya tidak, sehingga getaran yang dihasilkan tidak cukup kuat.
6. Weak Shot
Weak Shot terjadi karena hanya sebagian dari bahan peledak saja yang ikut meledak
sehingga getaran yang dihasilkannya lemah.
9. Low Frequency
Low Frekuency terjadi karena rendahnya frekuensi yang dihasilkan oleh sumber getar.
Low Frequency menyebabkan data yang terekam tidak bagus. Low Frequency dapat
disebabkan karena areanya yang menyerap energi dari sumber getar, atau karena
penanaman bahan peledak yang kurang dalam.
Cek lintasan dilakukan sebelum dilakukan perekaman. Cek lintasan dilakukan untuk
memeriksa kondisi kabel, FDU, geophone, LAUX, LAUL, dan baterai dil lintasan. Cek
trace dilakukan di Labo, kemudian Labo mengintruksikan kepada observer line atau
mandor telepon di lintasan untuk melakukan trouble shooting sesuai dengan analisa yang
dilakukan di Labo.
Di labo, cek lintasan dilakukan dengan menggunakan window Line pada software Solaris
yang digunakan. Dengan menggunakan window Line kita dapat melihat kegagalan pada
instrumen di lintasan, baik kabel, FDU, geophone, LAUX, LAUL, dan baterai.
Kegagalan tersebut diindikasikan dengan warna merah pada lambang instrumen pada
window Line. Kita juga dapat melihat nilai numeriknya.
Keterangan:
(1) Tab untuk memilih tampilan yang diinginkan.
(2) Indikator warna merah akan muncul pada tab apabila terjadi kegagalan pada tampilan
tersebut.
(3) Peinrtah untuk membuka sebuah clone dari window utama Line. Pada panel clone kita
dapat memilih tampilan yang berbeda.
(4) Tombol ini digunakan untuk memilih tipe tes yang ingin dilaksanakan. Hasil tes dapat
ditampilkan dengan menekan tombol GO.
(5) Tab untuk memilih tampilan grafik dan numerik.
(6) Tombol untuk mematikan dan menghidupkan power supply ke line.
(7) Menampilkan banyaknya elemen yang mengalami kegagalan, dan banyaknya elemen
yang terdeteksi.
(8) Lokasi pointer mouse yang berada di panel grafik.
(9) Legenda: menampilkan batasan Quality Control yang telah diprogram sebelumnya.
Pada tampilan grafik, elemen yang dites akan berwarna hijau jika elemen tersebut berada
pada limitnya, dan akan menunjukkan warna merah atau biru apabila berada diluar limit
yang telah ditentukan.
(10) Tombol zoom out yang akan menampilkan faktor zoom sebelumnya.
(11) Tombol view all yang akan menghilangkan zoom.
Terdapat tiga pilihan tampilan pada window Line, yaitu topographic view, numeric view,
dan histogram view.
A. Topographic View
Tampilan window Line
Topographic View
Pada tampilan Topographic kita dapat melihat hasil cek elemen di lintasan dalam bentuk
grafik. Kita dapat memilih informasi yang akan ditampilkan, diantaranya adalah:
- informasi dari survei
- informasi unit-unit di lapangan
- informasi dari level noise
Dengan mengklik tombol GO pada tampilan Sensors dan Instrumen maka akan dilakukan
tes QC yang dipilih pada unit yang telah dipilih. Apabila tidak ada unit yang dipilih,
maka tes akan dilakukan pada seluruh survei. Hal ini akan menghapus hasil tes
sebelumnya, dan unit-unit akan menampilkan warna biru sampai tes selesai dan hasil tes
yang baru tersedia. Apabila kita melakukan tes dan terdapat unit yang berwarna abu-abu
hal tersebut berarti unit tersebut sibuk. Apapun tampilan informasi yang ditampilkan,
hasil tes yang lain hanya perlu dilakukan dengan satu kali klik.
1. Tampilan Sensors
Tampilan window
Topographic View tab Sensor
Dari tampilan ini kita dapat melihat tipe dari sensor yang digunakan, dan hasil tes yang
dilakukan dari seluruh survei yang digunakan. Pada partai ini tipe sensor yang digunakan
hanya geophone. Jenis tes yang dapat dilakukan antara lain:
- Resistance :
Tes Resistance/hambatan dilakukan untuk melihat apakah hambatan geophone berada
pada batas yang telah ditentukan. Batasan hambatan yang dapat ditoleransi adalah 1.200
– 1.800 Ohm. Apabila geophone masih dalam toleransi tersebut maka tampilan sensor
akan berwarna hijau, apabila hal yang sebaliknya terjadi maka sensor akan berwarna
merah.
Hambatan geophone dapat lebih kecil dari 1.200 Ohm akibat geophone tersebut
terguncang akibat adanya aktivitas di sekitar geophone tersebut, atau dapat juga
disebabkan karena terjadi short di goephone tersebut. Sedangkan hambatan geophone
yang lebih besar dari 1.800 Ohm akibat terjadinya mati separuh/half dead pada geophone.
Mati separuh tersebut dapat terjadi karena adanya open pada geophone.
Apabila terjadi kegagalan pada hambatan geophone maka solusi yang pertama dilakukan
adalah melihat apakah ada aktivitas di lintasan tang menyebabkan geophone bergetar,
apabila tidak ada maka langkah berikutnya adalah dengan mengganti geophone tersebut
dengan yang baru.
- Tilt :
Tes Tilt dilakukan untuk melihat kualitas dari rojokan. Tes Tilt akan menunjukkan
kegagalan apabila geophone dirojok tidak dengan posisi tegak. Geophone yang yang
belum dirojok juga akan menunjukkan kegagalan pada tampilannya yang diindikasikan
dengan warna merah.
Apabila terjadi kegagalan pada Tilt maka hal pertama hal pertama yang dilakukan adalah
mencari informasi apakah geophone tersebut sudah dirojok atau belum, apabila geophone
tersebut sudah dirojok tetapi masih menunjukkan kegagalan Tilt maka solusi berikutnya
adalah dengan melakukan rojok ulang.
- Leakage :
Tes Leakage adalah untuk memeriksa apakah ada kebocoran arus pada geophone.
Leakage dapat terjadi karena kabel geohone yang terkelupas atau casing geophone yang
pecah. Kasus leakage lebih banyak terjadi pada lokasi yang berair. Leakage juga dapat
terjadi apabila kepala take out geophone kotor. Leakage juga dapat terjadi apabila ada
aktivitas dilapangan yang menyebabkan geophone bergetar.
Solusi pertama yang dilakukan apabila terjadi kasus leakage adalah dengan
membersihkan take out geophone, apabila hal tersebut sudah dilakukan tetapi leakage
masih terjadi maka harus dilakukan pergantian geophone. Kasus leakage dapat dikurangi
dengan memastikan konektor antara take out geophone dengan FDU tidak basah, yaitu
dengan menggantung FDU tersebut dan melindunginya agar tidak terkena tetesan air
hujan.
2. Tampilan Seismonitor
Pada Seismonitor kita dapat melihat sinyal input dari sensor. Seismonitor menampilkan
spread yang aktif :
- Sensor yang aktif muncul sebagai kotak-kotak berwarna hijau,
- Sensor yang mati muncul sebagai kotak-kotak berwarna merah,
- Sensor yang di-mute muncul sebagai kotak-kotak berwarna biru tua,
- Trace yang tidak ada sensor di tampilkan dengan tanda tambah berwarna kuning.
Tampilan window
Topographic View tab Sensor
Ketika seismonitor diaktifkan, tampilan ini memungkinkan kita untuk memonitor real-
time noise. Terdapat delapan tingkat besarnya noise pada setiap receiver dengan kenaikan
sebesar 6 dB, tingkatan noise tersebut juga diwakilkan dengan tinggi dan warna (dari
hijau sampai merah) tergantung pada gain yang dipilih pada seismonitor. Warna merah
adalah tingkat skala tertinggi. Sedangkan warna hijau berarti tidak ada noise yang
diterima oleh geophone.
Tampilan window
seismonitor ketika penembakan
Dari seismonitor kita dapat melihat noise-noise yang terdeteksi oleh geophone. Dengan
menggunakan gain 42 dB kita masih dapat melakukan penembakan walaupun masih
terdapat noise yang berwarna putih (-30 dB) sampai noise yang berwarna kuning (-18
dB), hal tersebut dikarenakan getaran noise tersebut masih terlalu lemah dibandingkan
dengan getaran seismik yang ingin diukur. Namun harus diperhatikan noise yang
konstan, seperti noise akibat mesin, karena walaupun noise yang diterima kecil tetapi
akan merusak data. Sedangkan noise yang disebabkan oleh tegangan tinggi, walaupun
terekan, masih dapat dihilangkan dengan melakukan notch pada frekuensi tegangan
tinggi tersebut (50 Hz di Indonesia).
3. Tampilan Instrument
Tampilan ini menunjukkan konektivitas dari instrumen di lapangan yang berada pada
survei.
Tampilan window
Topographic View tab Instrument
Dengan memilih tampilan Instrumen kita dapat melihat hasil dari self-test yang muncul
pada panel grafik. Kode pewarnaannya adalah sebagai berikut :
- Hijau : Unit yang teridentifikasi dan hasil self-testnya benar
- Jingga : Unit yang teridentifikasi tetapi tidak ada self-test yang dilakukan, hal ini terjadi
karena ada masalah dalam transmisi.
- Merah : Unit yang tidak dapat digunakan karena self-testnya mengalami kegagalan.
Apabila terjadi bad auto test pada FDU maka harus dilakukan pergantian kabel link.
Sebelum menggantinya kabel link maka hal pertama yang harus dilakukan adalah
mencek apakah kabel link penggantinya dalam kondisi bagus. Kabel link yang baru
tersebut diperiksa dengan menyambungkannya pada line sehingga dapat dicek oleh Labo.
Kabel tersebut disambungkan ke line sebelum dibentang atau masih dalam keadaan
tergulung. Setelah dicek dan hasilnya bagus maka baru kemudian kabel link tersebut
dibentang, disambungkan ke kabel berikutnya, dan menyambungkan take out
geophonenya ke FDU. Kabel lama yang rusak dikeluarkan, diberikan pita merah dengan
diberikan keterangan jenis kerusakan yang terjadi. Serial Number kabel link yang rusak
tersebut dicatat, demikian juga dengan nomor FDU yang mengalami kerusakan. Hal
tersebut untuk mempermudah proses perbaikan kabel link tersebut yang dikerjakan di
gudang Labo.
Apabila terjadi Transmit Error pada kabel diantara FDU maka akan direpresentasikan
pada panel Instrument dengan kabel penghubung antar FDU yang berwarna kuning.
Transmit Error terjadi apabila kabel tidak dapat mentransfer data dengan baik. Apabila
terjadi transmit error maka harus dilakukan pergantian kabel link. Apabila terjadi transmit
error pada saat perekaman dapat menyebabkan Line Cut.
4. Tampilan Batteries
Tampilan ini menunjukkan tampilan power supply unit yang berada di dalam survey.
Tombol di pojok atas kiri memungkinkan kita untuk menampilkan atau menyembunyikan
beberapa elemen.
Kita dapat mengatur tegangan baterai minimum yang digunakan di Line dengan
menggunakan Threshold. Apabila ada baterai yang berada di bawah batas minimum yang
telah kita tentukan maka tampilan baterai akan berwarna merah. Baterai yang lemah
harus dikeluarkan untuk diisi kembali. Pemasangan jumper baterai yang tidak bagus
dapat menyebabkan tegangan baterai yang terukur menjadi lebih kecil dari tegangan
baterai yang sebenarnya. Tegangan operasional LAUX dan LAUL adalah 10,5 – 15 Volt
DC.
Tampilan window
Topographic View tab Batteries
B. Numeric View
Pada tampilan numeric kita dapat melihat hasil tes yang diperoleh dalam bentuk numerik.
Apabila ada sensor, FDU, atau baterai yang mempunyai karakteristik diluar yang telah
ditentukan, maka nilai karakteristik sensor, FDU, dan baterai tersebut pada tabel akan
mempunyai latar belakang warna merah. Kita juga mempunyai pilihan untuk hanya
menampilkan yang memiliki kegagalan saja dengan memilih Only Error. Tipe data yang
bisa dipilih adalah:
1. Sensors
Dari tipe data sensor kita dapat melihat beberapa informasi, diantaranya adalah serial
number dari FDU tempat geophone dipasangkan, nomor lintasan, nomor trace, tipe
sensor (pada proyek Elnusa A5.43 menggunakan geophone), besar hambatan geophone
(Ohm), besarnya noise pada geophone (μV), nilai leakage geophone (MOhm), nilai tilt
geophone (%).
Tampilan window
Numeric View tab Sensor
2. Instruments
Dari tampilan ini kita bisa melihat nilai-nilai karakteristik dari FDU seperti Serial
Number, nomor Line, nomor trace, status Auto Test, besarnya Distorsi (dB), Noise (μV),
Common Mode Rejection Ratio (dB), Gain Error (%), dan Phase Error (μs).
Tampilan window
Numeric View tab Instrument
3. History
Di History kita dapat melihat Serial Number, nomor Line, nomor trace dari instrumen
(Control Module, FDU, LAUX, LAUL) dan juga tanggal beserta waktu alat-alat tersebut
terlihat pertama dan terakhir kali pada survey.
Tampilan window
Numeric View tab History
C. Histogram View
Kita dapat melihat hasil dari Sensor Tests dan Instrument Test dalam bentuk grafik pada
panel utama Histogram View.
PENYIMPANAN DATA
Penyimpanan data dilakukan pada dua buah tape. Perekaman tape menggunakan
Cartridge Drive yang terhubung dengan Processing Module (PRM). Pada Cartridge Drive
tersebut terdapat dua buah device, dimana masing-masing device untuk merekam pada
satu tape.
Sebelum perekaman dilakukan, harus ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
diantaranya adalah:
1. Cartridge Drive sudah dibersihkan dengan menggunakan cleaner sehingga tidak terjadi
kegagalan dalam perekaman karena Cartridge Drive kotor.
2. Tape yang akan direkam sudah dimasukkan ke dalam Cartridge Drive dan dalam
keadaan Ready.
3. Pengaturan Recorder pada posisi Data.
4. Memeriksa apakah nomor tape dan Record Number sudah sesuai.
5. Setelah penembakan harus diperhatikan indikator Recorder apakah perekaman dapat
berlangsung dengan baik atau tidak.
Tampilan menu Records
Setup
Dengan menggunakan Record Setup kita dapat mengatur Record Number dan Test
Record Number, nomor tape, dan juga jumlah file maksimum dalam setiap tape. Test
Record Number digunakan untuk penomoran file Instrument Test. Apabila kita
memasukkan angka 202 pada Record Number, maka file pertama akan memiliki nomor
202 dan file berikutnya akan secara otomatis naik satu nilai menjadi 203 dan begitu
seterusnya, begitu juga halnya dengan Test Record Number. Setiap harinya Test Record
Number akan dimulai dengan angka 9001. Namun pada Record Number akan
melanjutkan angka pada hari sebelumnya.
Panel Recorder digunakan untuk mengontrol perekaman. Untuk dapat merekam pada
tape, kita harus memilih pilihan “Record on Tape” pada panel Install. Dengan menekan
“MANUAL” maka akan mengaktifkan tombol kontrol (INIT, EOF, AGAIN, dan
PLAYBACK) dan akan mengisolasi tahap recorder pada 408XL. Maka akuisisi data akan
tertahan sampai Recorder dipindahkan ke posisi AUTO kembali.
Tampilan window
Recorder
2. AGAIN
Dengan memilih tombol ini akan menyebabkan record yang sama akan ditulis kembali ke
tape yang baru, contohnya ketika terjadi kegagalan untuk menulis record secara
keseluruhan.
Ketika tombol “DATA” aktif, dengan menekan tombol AGAIN akan menyebabkan
record akan ditulis kembali ke dalam tape. Tetapi dengan tombol “TBP” yang aktif, maka
dengan menekan tombol AGAIN akan menyebabkan record di-playback pada monitor
record. Dengan tombol “File” yang aktif, dengan menekan tombol “AGAIN” akan
membuka MEDIA VIEW yang menampilkan disk space yang tersedia, dan menampilkan
nama dan ukuran file yang sudah disimpan.
3. PLAYBACK
Dengan menekan tombol PLAYBACK akan menampilkan sebuah kotak dialog yang
memungkinkan kita untuk memilih jenis Playback yang kita inginkan.
1. Last Record
Digunakan untuk melakukan playback pada record yang sebelumnya. Tape akan mencari
header dengan Record Number yang sesuai dengan Record Number dari file terakhir
yang direkam. Last Record juga berfungsi untuk memposisikan record terakhir pada akhir
dari tape.
2. Next Record
Next Record digunakan untuk melakukan playback pada record berikutnya.
3. Forward
Forward digunakan untuk melakukan playback terhadap record yang berada setelah
posisi di tape pada saat itu.
4. Backward
Sedangkan Backward digunakan untuk melakukan playback terhadap record yang berada
di posisi sebelumnya.
Hal penting lainnya yang harus diperhatikan adalah pengemasan tape hasil perekaman
yang ingin dibawa ke Basecamp. Setiap tape harus diberikan identitas seperti nomor tape,
tanggal perekaman, dan Record Number pada tape. Tape sangat rentan terhadap medan
magnet. Apabila tape terkena medan magnet yang cukup besar maka data yang berada
pada tape dapat rusak, sehingga tape harus dilindungi dari medan magnet. Tape hasil
perekaman harus dibungkus dengan alumunium foil agar tidak dapat ditembus oleh
medan magnet. Kendaraan yang membawa tape tidak diperbolehkan menyalakan radio
karena akan speaker yang menyala akan menghasilkan medan magnet. Tape juga harus
dihindarkan dari medan magnet lainnya seperti radio HT.
Central Control Unit 408XL menggunakan UNIX sebagai sistem operasinya. Human
Control Interface atau HCI adalah suatu sistem yang memungkinkan terjadinya interaksi
antara Central Control Unit (CCU) dengan operator. Akuisisi data dapat dengan
menggunakan satu atau dua modul akuisisi CMXL untuk mencapai kapasitas maksimum
yang mencapai 20.000 channel pada Sample Rate 2 ms.
Perekaman, plotting, proses correlation dan stack dilakukan oleh sebuah software
tambahan pada PRM atau Processing Module. PRM berkomunikasi dengan unit-unit
lainnya dengan menggunakan bus SCSI. HCI berhubungan dengan modul-modul lainnya
dengan menggunakan jaringan ethernet. Data yang mentah atau yang sudah diproses
direkam pada sebuah media magnet (cartridge drive). Proses filterisasi secara digital
dapat dilakukan pada data yang direkam atau data yang di-playback, untuk menampilkan
notch-filtered atau bandpass-filtered dari trace seismik pada sebuah plotter.
Peralatan tambahan seperti printer atau plotter dapat dihubungkan dengan central control
unit untuk menyediakan hard copy dari data, log operasi, dan parameter-parameter.
Central control unit mempunyai kemampuan untuk menampilkan sebuah monitor noise
dari keseluruhan spread dengan real time, tanpa adanya delay atau data yang hilang
karena proses yang tersegmentasi.
Dengan menggunakan SQC-Pro, sebuah perangkat lunak Quality Control seismik secara
on-line, Quality Control yang secara barlanjut dapat dilakukan secara paralel dengan
akuisisi data tanpa memperlambat pengoperasian pada pengambilan data 2-D maupun 3-
D.
CONTROL MODULE
Tampilan Belakang CM
SN408XL
Perangkat lunak PRM dapat dipasang pada workstation HCI, atau untuk kapasitas yang
lebih besar dapat disimpan pada terminal terpisah. PRM memiliki beberapa fungsi,
diantaranya adalah:
1. Menformat data dari atau ke cartridge drive, plotter dan SQC-Pro.
2. Mengedit noise.
3. Correlation dan stacking.
Sebuah 408XL mempunyai spesifikasi-spesifikasi sebagai berikut:
1. Temperatur penyimpanan: -40 sampai 70ºC.
2. Temperatur operasi: 0 sampai 40ºC.
3. Daya yang dibutuhkan: 110/220 V, 50/60 Hz, 450 W.
4. Konsumsi daya:
- 53 W dengan 1 pasang LCI/LMP
- 95 W dengan 2 pasang LCI/LMP
- 136 W dengan 3 pasang LCI/LMP
- 178 W dengan 4 pasang LCI/LMP
- 219 W dengan 5 pasang LCI/LMP
5. Kelembapan: 20-80%.
6. Berat:
- Rack-mount: 23,5 Kg.
- Standalone (dengan penutup): 38 Kg.
7. Ukuran (H×W×D)
- Rack-mount: 355 × 480 × 560 mm.
- Standalone (dengan penutup): 460 × 580 × 720 mm.
Setiap modul 408XL dilengkapi dengan:
1. Sebuah APPA4 (power supply)
2. Paling sedikit sebuah LCI (Line Control Interface)
3. Paling sedikit sebuah LMP_S (Line Memory Processor and SCSI)
4. Sebuah nomor dari board LCI/LMP_S yang tergantung dari kapasitas maksimum dari
sistem.
PERIPHERAL
1. Tape Drive
Tape cartridge dapat digunakan sebagai sebuah media magnetik pada sistem 408XL
untuk perekaman dalam format demultiplex. Dengan menggunakan cartridge drive kita
dapat merekam pada sebuah cartridge tape 3480 IBM secara langsung di lapangan. Untuk
perekaman dengan drive ganda, sebuah perangkat lunak standar menyediakan perekaman
alternatif atau secara simultan tanpa dibutuhkan alat tambahan.
2. Plotter
Sebuah plotter dapat dihubungkan ke 408XL untuk menampilkan hasil perekaman data
seismik pada kertas. Plotter dapat digunakan dengan model read-after-write atau dengan
play-back. Sebuah CMXL dapat menggunakan dua buah plotter. Plotter yang digunakan
pada proyek A5.43 adalah Veritas 12.
Dengan menggunakan SQC-Pro, sebuah perangkat lunak Quality Control seismik secara
on-line, Quality Control yang secara barlanjut dapat dilakukan secara paralel dengan
akuisisi data tanpa memperlambat pengoperasian pada pengambilan data 2-D maupun 3-
D.
Instrument test dilakukan untuk memeriksa apakah instrumen, field digitilizer unit, yang
digunakan dilapangan dalam keadaan baik atau tidak. Seluruh instrument yang ingin dites
harus tersambung dengan 408XL. Seluruh field digitilizer unit dites dengan parameter-
parameter record length: 5 s, dan Sample Rate: 2 ms. Spesifikasi-spesifikasi hasil tes
adalah:
- Max. Distortion : -103 dB.
- Min. Common-Mode Rejection : 100 dB.
- Max. Gain error : 1.0 %.
- s.µ Max. Phase error : 20
- V.µ Max. Noise (0dB gain, 1600 mV scale) : 0.7
- V.µ Max. Noise (12dB gain, 400 mV scale) : 0.25
- Min. Crosstalk rejection: 110 dB.
Ada bermacam-macam intsrument test yang dilakukan, diantaranya adalah daily
instrument test, monthly instrument test, dan end of job instrument test.