Professional Documents
Culture Documents
Kelompok : 16
Lokasi : Pelus IV (Pagi)
Dosen Pendamping : Dr.rer.nat. W. Lestari, M.Sc.
Assisten : Catur
Nama NIM
Andri Prajaka Santo B1J008082
Anistia Rahmadian Ulfa B1J008083
Rosi Istiqomah B1J008084
Dayu Ardiyuda B1J008086
Ayunita Ulfadewi B1J008087
Hal
Daftar isi
Pendahuluan
ACARA 1. EKOSISTEM
ACARA 2. KOMUNITAS
a. Kekayaan species
b. Kelimpahan atau kepadatan species
c. Dominansi
ACARA 3. POPULASI
a. Struktur populasi
b. Piramida populasi berdasarkan ukuran
Daftar Pustaka
PENDAHULUAN
A. Materi
Alat yang digunakan pada prakikum ini adalah thermometer 2 buah (udara
dan air), patok 2 set (moluska dan bambu), botol kosong 2 buah (untuk kecepatan
arus dan sampel air), tali raffia 3 utas ( untuk kecepatan arus, kuadrat 0,5 x 0,5 m
dan 10 x 10 m), kantong plastic untuk sampel moluska, bambu dan tanah, kertas
pH dan soil tester, penggaris, timbangan dan kamera.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel moluska,
sampel bambu, sampel air, dan sampel tanah.
B. Metode
1. Ekosistem
Diamati tipe pemanfaatan lahan dan aktivitas di daerah sekitar sungai.
Dibuat model interaksi faktor abiotik dan biotik (diperlukan data tentang
benda abiotik dan biotik yang dapat ditemukan di lokasi pengamatan)
Dibuat skema hubungan antara komponen biotik dan abiotik.
Data yang diperoleh, ditentukan peranan (fungsi ekologis) dari organisme
tersebut.
2. Komunitas
Pengambilan sampel moluska dan air
1. sampel diambil dengan metode kuadrat
2. dibuat kuadrat dengan menggunakan 4 patok dengan jarak 0,5 x 0,5 m
3. diplih lokasi yang menjadi habitat moluska dengan meletakan kuadrat
tersebut.
4. Dikumpulkan moluska yang ada dalam kuadrat, dimasukan dalam
kantong plastic.
5. Diamati bentuk cangkang, warna, arah lingkarannya, dan diberi kode
6. Diidentifikasi dan dihitung di Laboratorium.
Pengambilan sampel bambu sebagai tumbuhan tepian atau riparian
1. Sampel diambil dengan metode kuadrat
2. dibuat kuadrat dengan menggunakan 4 patok dengan jarak 10 x 10 m
3. diplih lokasi yang menjadi habitat bambu, dibentangkan pada kawasan
bambu tersebut.
4. Diamati daun pelepah. Warna buluh, buliran, perbungaan,
percabangan, dan durinya.
5. Diambil foto pada masing-masing bagian tersebut dan beberapa contoh
bagian bambu untuk diidentifikasi di Laboratorium
6. Dihitung jumlah batang bambu yang terdapat pada kuadrat.
3. Populasi
Populasi moluska dan bambu dideskripsikan dengan membuat piramida
ukuran dari spesies yang dominan.
Individu dari setiap spesies yang dominan pada lokasi tersebut dilakukan
pengukuran pada sampel moluska (panjang dan bobotnya), pada sampel
bambu (tinggi dan diameter).
Pengukuran moluska dilakukan di Laboratorium, sedangkan pengukuran
bambu dilakukan di lapangan.
Dikelompokan moluska dan bambu berdasarkan ukurannya.
Dibuat empat piramida populasi berdasrkan ukuran (panjang, bobot, tinggi
dan diameter) dari data diatas.
4. Faktor Lingkungan
Mengukur kondisi lingkungan dengan parameter lingkungan seperti :
temperatur udara, air, kecepatan arus, tipe substrat, dan pH air pada
ekosistem perairan, temperatur udara dan pH tanah pada ekosistem
daratan.
Termometer air raksa digantungkan pada salah satu ranting pohon dekat
dengan sungai, dibiarkan beberapa menit, diamati suhu yang tertera dan
bila telah stabil dicatat. Suhu yang diperoleh tersebut adalah temperatur
udara.
Termometer air raksa dicelupkan ke perairan, dibiarkan beberapa menit,
diamatai suhu yang tertera dan bila telah stabil dicatat. Suhu yang
diperoleh tersebut adalah temperatur air.
Untuk mengukur kecepatan arus air sungai disiapkan botol plastik, tali
rafia sepanjang 10 meter dan stopwatch. Botol plastik diisi dengan air
setengah botol atau sekitar 250 ml, botol tersebut dilempar ke badan
sungai tepat tegak lurus dengan posisi berdiri, bertepatan dengan jatuhnya
botol ke sungai mulai dihitung waktu tempuh sepanjang 10 meter.
Perlakuan tersebut dilakukan sampai 3 kali ulangan.
Substrat dasar sungai diamati (batu, pasir, lumpur) dan diperkiran jenis
substrat yang dominan.
Menentukan tipe tanah daratan dekat sungai.
Diambil sampel air sungai sebanyak 250 ml dan tanah sebanyak 250 gr
yang kemudian diukur pH nya di laboratorium.
5. Distribusi Organisme dan Faktor Lingkungannya
Dibuat table kehadiran spesies yang ditemukan di sungai (sungai Pelus 2,4
dan 6).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Lokasi Praktikum
Bagian Sungai Banjaran Pelus Kranji
Hulu Banjaran 1 Pelus 1 Kranji 1
Banjaran 2 Pelus 2
Tengah Banjaran 3 Pelus 3 Kranji 2
Banjaran 4 Pelus 4 Kranji 3
Hilir Banjaran 5 Pelus 5
Banjaran 6 Pelus 6 Kranji 4
Udara Tumbuhan
Batu Ikan
Tanah Kupu-kupu
Kerikil Cacing
Manusia
Udara
Tanah Bambu
Singkong
Batu Burung
Pisang Ulat
Cacing
b. Komponen penyusun ekosistem
75
-3
6 ,6
,4
,2 cm
,3cm
5
3
0 ,5 3
,4
,2
6 4, cm-
cm
a. Kondisi Perairan
Parameter Hulu Tengah Hilir
Lingkungan
Temperatur udara 27 0C 26 0C 31 0C
Temperatur air 26 0C 27 0C 27 0C
Arus 33,78 m/s 0,18 m/s 0,94 m/s
Substrat yang Batu Pasir, kerikil, Batu dan
dominan batuan pasir
Ph 6 6 6
b. Kondisi Daratan
Parameter Hulu Tengah Hilir
Lingkungan
Temperatur udara 260C 260C 310C
Tipe tanah Tanah Serasah Serasah
berpasir
pH 7 7 7
Tabel 9. Distribusi Moluska
Spesies Hulu Tengah Hilir
Pomatiopsis sp. 15 - -
Gillia altilis - 1 -
Mudalisa sp. - 14 -
Pleurocera acuta - 2 1
Paludestrina minuta - 10 19
Goniobasis airginica - 2 -
Lyrodes cocoratus - 3 5
Littoridina monzoensis - - 2
Asdak, 2007. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah mada
University press. Yogyakarta.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Effendi, H. 2003. Lahan Kualitas Air bagi Pengelola Sumberdaya & Lingkungan
Perairan. J MSP Fak. P & K IPB, Bogor.
Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodology. Harper and Row Publishers, New
York. 678 p.
Mason, C.F. 1981. Biology of Freshwater Pollution.Longman Inc. New York. 250
hal.
Pennak, RW. 1978. Freshwater Invertebrates of the United States. New York: A
Willey Interscience Publications John Willey and Sons.
Sary, 2006. Bahan Kuliah Manajemen Kualitas Air. Politehnik vedca. Cianjur.
Soendjoto, M.A. 1997. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian dan Uji Coba Balai
Teknologi Reboisasi Banjar Baru. Upaya Peningkatan Mutu dan
Produktifitas Hutan Menuju Pengelolaan Hutan Lestari. BTR Banjarbaru,
Kal – Sel.