You are on page 1of 36

Rantie Septianti- 0806343020

Daftar Isi:

Daftar Isi.........................................................................................................................1

Ringkasan kasus: Pembunuhan artis sinetron Hanny Wahab terungkap.......................2

Pembahasan kasus..........................................................................................................5

I. Penggolongan dan unsur- unsurnya....................................................................5

II. Pidana dan Pemidanaan.....................................................................................11

III. Dasar penghapus pidana....................................................................................15

IV. Dasar peringan dan pemberat pidana................................................................17

V. Gabungan tindak pidana....................................................................................20

VI. Penyertaan.........................................................................................................28

VII. Gugurnya hak jaksa untuk menuntut tindak pidana dan kewajiban terpidana

untuk menjalani pidana.....................................................................................31

Daftar Pustaka..............................................................................................................36

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 1


Rantie Septianti- 0806343020

Ringkasan Kasus
Sumber:
http://www.mediaindonesia.com/read/2009/03/03/65331/7/5/Pembunuhan_Artis_Sinetron_Hann
y_Wahab_Terungkap diakses oleh Rantie Septianti pada tanggal 2 Mei 2009 pukul 08.44 WIB

Pembunuhan Artis Sinetron Hanny Wahab Terungkap

JAKARTA--MI: Polres Jakarta Barat, Selasa (17/3), mengungkap pembunuhan artis sinetron
Hanny Wahab, atau Nurheny Wahab, 53  yang tewas dibunuh di rumahnya (11/3) lalu. Polisi
menangkap dua tersangka pelaku pembunuhan di Segara Anten, Sukabumi, Jawa Barat, tempat
kerabat pelaku. Wakil Kepala Polres Jakarta Barat Kombes Yazid Fanani mengatakan, pelaku
utama berinisial HS (Hendi Lesmana), 22 yang dibantu oleh teman sekampungnya, RM
(Rahmatullah), 21. Keduanya merupakan warga Kampung Sukawening, Kelurahan Sukakerta
Kecamatan Kadupandak Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

"Hendi adalah mantan pembantu rumah tangga korban yang telah berhenti beberapa bulan
sebelumnya," ujar Fanani. Ia mengatakan, motif pembunuhan adalah pencurian atas dasar
dendam. Saat masih bekerja sebagai pembantu, tersangka mengaku sering dimarahi oleh korban.

Fanani kemudian memaparkan kronologis pembunuhan tersebut. Berawal pada Selasa, (10/3),
kedua tersangka bertemu di kawasan Angke, Jakbar untuk merencanakan perampokan di rumah
korban. Keduanya lalu menumpang Kereta dari Stasiun Angke ke Stasiun Rawa Buaya, menuju
rumah korban di Perumahan Inter Kota Blok B 5 No 24-25, Duri Kosambi Jakbar. Saat itu di
rumah korban masih ada tamu, sehingga Hendi menunggu sementara Rahmat kembali ke Stasiun
Rawa Buaya.

Setelah tamu pulang, Hendi menyelinap ke salah satu kamar kos (paviliun) di dalam rumah
korban. Karena sudah menguasai medan, tanpa menemui kesulitan Hendi berhasil menyelinap
masuk dan bersembunyi di salah satu ruangan tanpa diketahui siapapun.
Setelah Amir, pembantu kebersihan korban keluar dari rumah korban untuk pulang Hendi

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 2


Rantie Septianti- 0806343020

kemudian masuk ke dapur dan ruang makan serta mengambil Playstation yang langsung ia
simpan di paviliun. Setelah itu, Hendi membuka pintu kamar korban dan melihat Hanny tengah
tidur dalam posisi terlentang. Ia kemudian mengambil empat unit telepon seluler dan tas korban
yang berisi uang tunai sebesar Rp 1,511 juta dan beberapa surat-surat.

Setelah menyimpan barang curiannya di paviliun, Hendi kembali ke dapur mengambil sarung
tangan yang ia pakai dan Alu (kayu) kira-kira sepanjang 50 cm  yang ia gunakan untuk memukul
korban di bagian dada, kepala belakang dan dagu korban hingga korban bersimbah darah.
Setelah itu ia membekap muka korban dengan bantal hingga korban tidak bergerak lagi.

Aksi Hendi tidak sampai disitu, tubuh korban yang sudah tidak bergerak ia foto menggunakan
kamera telepon seluler milik korban sebanyak tiga kali termasuk bagian kemaluannya. Aksi
bejatnya berlanjut, ia menyetubuhi korbannya.

"Hal ini diakui tersangka, serta terbukti dari visum yang memperlihatkan terdapat cairan sperma
di kemaluan korban," papar Wakapolres Jakbar. Selesai melakukan tindakan biadabnya, Hendi
menemui Rahmat di Stasiun Rawa Buaya, mereka kemudian melarikan diri ke Cirebon 
kemudian ke Sukabumi. Pada saat pelarian selama lima hari, Hendi membagi hasil kejahatannya
berupa telepon genggam dan uang tunai Rp 200 ribu  kepada Rahmat.

Setelah melakukan pencarian selama lima hari, polisi berhasil membekuk kedua tersangka di
Segara Anten, Sukabumi. Dari pelaku, polisi menyita barang bukti berupa uang tunai sebesar Rp
793.200, satu lembar mata uang real, dua unit telepon seluler Nokia 5000 dan N70, dan  alu
terbuat dari kayu yang digunakan untuk memukul kepala korban hingga tewas. Sementara dari
TKP polisi menyita sebuah bantal bernoda darah, selembar karpet, daster batik dan celana dalam
korban.

Saat ini pihak kepolisian masih melakukan pemeriksaan terhadap tersangka dan melakukan
pengembangan kasus. "Pelaku utama, Hendi dapat dikenai pasal berlapis 340, 365 dan 285
tentang  pembunuhan berencana, pencurian dengan kekerasan, serta pemerkosaan," papar Fanani.
Ia terancam  hukuman penjara maksimal seumur hidup. Sementara rekannya Rahmat dapat

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 3


Rantie Septianti- 0806343020

dikenai pasal 55 yaitu turut serta dalam pencurian dengan kekerasan.

Kepada wartawan, Hendi mengaku dendam karena sering dimarahi Hanny. Alasan yang
disebutkan Hendi terlihat janggal dan terlalu ringan jika sampai harus membunuh Hanny.   "Saya
sering dipaksa masak, padahal saya tidak bisa," sebutnya.

Hendi mulai bekerja sebagai pembantu rumah tangga Hanny pada tahun 2007. Setelah empat
bulan bekerja ia berhenti. Pada awal 2009 ia kembali bekerja di tempat Hanny tetapi hanya
bertahan satu minggu. (Jui/OL-03)

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 4


Rantie Septianti- 0806343020

Pembahasan Kasus

I. Penggolongan dan unsur-unsurnya:

JAKARTA--MI: Polres Jakarta Barat, Selasa (17/3), mengungkap pembunuhan artis sinetron
Hanny Wahab, atau Nurheny Wahab, 53  yang tewas dibunuh di rumahnya (11/3) lalu. Polisi
menangkap dua tersangka pelaku pembunuhan di Segara Anten, Sukabumi, Jawa Barat, tempat
kerabat pelaku. Wakil Kepala Polres Jakarta Barat Kombes Yazid Fanani mengatakan, pelaku
utama berinisial HS (Hendi Lesmana), 22 yang dibantu oleh teman sekampungnya, RM
(Rahmatullah), 21. Pelaku HS adalah mantan pembantu rumah tangga korban yang telah berhenti
beberapa bulan sebelumnya. Motif pembunuhan adalah pencurian atas dasar dendam. Kronologis
pembunuhan berawal pada Selasa, (10/3), kedua tersangka bertemu di kawasan Angke, Jakbar
untuk merencanakan perampokan di rumah korban. Keduanya lalu menumpang Kereta dari
Stasiun Angke ke Stasiun Rawa Buaya, menuju rumah korban di Perumahan Inter Kota Blok B 5
No 24-25, Duri Kosambi Jakbar. Karena telah mengetahui medan rumah korban, pelaku dengan
mudah melakukan pencurian barang- barang yang milik korban seperti, playstation, empat unit
telepon seluler, tas korban yang berisi uang sebesar Rp 1,511 juta dan beberapa surat- surat.
Lalu, pelaku HS mengambil sarung tangan yang ia pakai dan Alu (kayu) kira-kira sepanjang 50
cm  yang ia gunakan untuk memukul korban di bagian dada, kepala belakang dan dagu korban
hingga korban bersimbah darah. Setelah itu ia membekap muka korban dengan bantal hingga
korban tidak bergerak lagi. Aksi Hendi tidak sampai disitu, tubuh korban yang sudah tidak
bergerak ia foto menggunakan kamera telepon seluler milik korban sebanyak tiga kali termasuk
bagian kemaluannya. Aksi bejatnya berlanjut, ia menyetubuhi korbannya. Selesai melakukan
tindakan biadabnya, Hendi menemui Rahmat di Stasiun Rawa Buaya, mereka kemudian
melarikan diri ke Cirebon  kemudian ke Sukabumi. Saat ini pihak kepolisian masih melakukan
pemeriksaan terhadap tersangka dan melakukan pengembangan kasus. "Pelaku utama, Hendi
dapat dikenai pasal berlapis 340, 365 dan 285 tentang  pembunuhan berencana, pencurian
dengan kekerasan, serta pemerkosaan," papar Fanani. Ia terancam  hukuman penjara maksimal
seumur hidup. Sementara rekannya Rahmat dapat dikenai pasal 55 yaitu turut serta dalam
pencurian dengan kekerasan.

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 5


Rantie Septianti- 0806343020

Pasal 340 KUHP:

“Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam,
karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur
hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.”

Unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 340 KUHP:

1. Barangsiapa
Setiap orang pengemban hak dan kewajiban dalam hukum dan dapat dimintai
pertanggungjawaban.
Dalam kasus ini terdakwa pelaku pembunuhan yang disertai dengan pencurian terhadap
artis cantik Hanny Wahab alias Nurhenny Wahab, 53 tahun, yaitu Hendi Lesmana, 22
tahun karena tidak memilki dasar pembenar dan dasar pemaaf.
2. Sengaja
Unsur kesengajaan terdiri atas 2 unsur, yaitu menghendaki (willens) dan mengetahui
(wetens) akibatnya. Kesengajaan (opzet) juga terdiri atas 3 macam bentuk:
- Kesengajaan sebagai tujuan
- Kesengajaan keinsyafan kepastian
- Kesengajaan keinsyafan kemungkinan
Dalam kasus ini terdapat unsur kesengajaan karena terdakwa Hendi Lesmana
menghendaki dan mengetahui akibat dari perbuatan pembunuhannya. Bentuk
pembunuhan berencana yang dilakukan Hendi Lesmana adalah kesengajaan sebagai
tujuan karena pelaku telah memiliki niat dan tujuan awal untuk membunuh korban
setelah melakukan pencurian sejumlah barang- barang yang ada di rumah korban Hanny
Wahab.
3. Dengan rencana lebih dahulu
Ada tenggang waktu yang cukup antara niat dengan perbuatan (pelaksanaan delik).
Dalam kasus ini pelaku sudah ada niat untuk melakukan pembunuhan dan
pelaksanaannya ketika waktu setelah adanya niat tersebut, jadi tidak seketika. Niat
tersebut dibuktikan dengan situasi yaitu, pada Selasa, 10 Maret 2009, kedua terdakwa
Hendi Lesmana beserta Rahmatullah bertemu di kawasan Angke, Jakarta Barat untuk

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 6


Rantie Septianti- 0806343020

merencanakan pencurian dan pembunuhan di rumah korban pada Rabu, 11 Maret 2009.
Pembunuhan berencana dilakukan karena terdakwa Hendi Lesmana merasa kesal sering
dimarahi oleh korban Hanny Wahab.

4. Merampas nyawa orang lain


Yaitu menyebabkan matinya orang.
Dalam kasus ini, korban Hanny Wahab alias Nurheny Wahab meninggal dunia.
Karena semua unsur dari Pasal 340 KUHP telah terpenuhi maka pelaku dapat dipidana
berdasarkan Pasal 340 KUHP, delik pembunuhan berencana.

Pasal 362 KUHP:


” Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain,
dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan
pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah.”
1. Barangsiapa
Setiap orang pengemban hak dan kewajiban dalam hukum dan dapat dimintai
pertanggungjawaban.
Dalam kasus ini terdakwa pelaku pencurian yang disertai dengan pembunuhan secara
berencana terhadap artis cantik Hanny Wahab alias Nurhenny Wahab, 53 tahun, yaitu
Hendi Lesmana, 22 tahun karena tidak memilki dasar pembenar dan dasar pemaaf.
2. Mengambil
Mengambil untuk dikuasainya, maksudnya waktu pencuri mengambil barang itu, barang
tersebut belum ada dalam kekuasaannya. Apabila waktu memiliki itu barangnya sudah
ada di tangannya maka perbuatan itu bukan pencurian tapi penggelapan.
Dalam kasus ini terdakwa Hendi Lesmana mengambil barang milik korban Hanny
Wahab berupa Playstation, empat unit telepon seluler dan tas korban yang berisi uang
tunai sebesar Rp 1,511 juta dan beberapa surat-surat untuk dikuasainya.
3. Barang sesuatu
Segala sesuatu yang berwujud termasuk pula binatang (manusia tidak termasuk)
misalnya, uang, baju, kalung, dan sebagainya. Dalam pengertian barang masuk pula daya
listrik dan gas meskipun tidak berwujud, akan tetapi dialirkan di kawat atau pipa. Barang
ini tidak perlu mempunyai harga ekonomis.
Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 7
Rantie Septianti- 0806343020

Dalam kasus ini terdakwa Hendi Lesmana mengambil barang milik korban Hanny
Wahab berupa Playstation, empat unit telepon seluler dan tas korban yang berisi uang
tunai sebesar Rp 1,511 juta dan beberapa surat-surat untuk dikuasainya.
4. Yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain
Dalam kasus ini terdakwa Hendi Lesmana mengambil barang- barang milik korban
Hanny Wahab, bukan miliknya.
5. Dengan maksud
Unsur kesengajaan terdiri atas 2 unsur, yaitu menghendaki (willens) dan mengetahui
(wetens) akibatnya. Kesengajaan (opzet) juga terdiri atas 3 macam bentuk:
- Kesengajaan sebagai tujuan
- Kesengajaan keinsyafan kepastian
- Kesengajaan keinsyafan kemungkinan
Dalam kasus ini terdapat unsur kesengajaan karena terdakwa Hendi Lesmana
menghendaki dan mengetahui akibat dari perbuatan pencurian. Bentuk pencurian yang
dilakukan Hendi Lesmana adalah kesengajaan sebagai tujuan karena pelaku telah
memiliki niat dan tujuan awal untuk mencuri barang- barang milik korban di rumah
korban Hanny Wahab.
6. Untuk dimiliki
Dalam kasus ini barang- barang yang diambil milik korban Hanny Wahab oleh Hendi
Lesmana dengan tujuan dimilikinya sehingga menjadi hak terdakwa.
7. Secara melawan hukum
Melawan hukum adalah tanpa hak sendiri, bertentangan dengan hak orang lain, tanpa
alasan yang wajar, dan bertentangan dengan hukum positif.
Dalam kasus ini terdakwa Hendi Lesmana melakukan pencurian yang bukan merupakan
haknya, bertentangan dengan hak korban Hanny Wahab, tanpa alasan yang wajar yaitu
dendam terhadap korban, dan bertentangan dengan hukum positif di negara ini yaitu
berdasarkan KUHP.
8. Diancam karena pencurian
Apabila barang tersebut sudah berpindah tempat.
Dalam kasus ini barang- barang yang diambil oleh terdakwa Hendi Lesmana telah
berpindah tempat ke tangan ia dan temannya Rahmatullah

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 8


Rantie Septianti- 0806343020

Karena semua unsur pada Pasal 362 KUHP telah terpenuhi maka pelaku dapat dipidana
berdasarkan Pasal 362 KUHP, delik tentang pencurian.

Pasal 55 ayat (1) ke- 1 KUHP:

“ (1) Dipidana sebagai pembuat (dader) sesuatu perbuatan pidana:


ke-1. Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan
perbuatan;”

Unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP:


1. Dipidana sebagai pelaku tindak pidana
Para pelaku lain selain pelaku langsung (dader), dihukum selayaknya dader. Aturan ini
dibuat untuk dapat menghukum orang-orang yang sebagai otak kejahatan.
Dalam kasus ini, terdakwa Hendi Lesmana yang memenuhi unsur sebagai pelaku
langsung (dader).
2. Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta
melakukan perbuatan.
Dalam kasus ini, terdakwa Hendi Lesmana yang melakukan tindak pidana pembunuhan
berencana dan pencurian dengan terhadap korban Hanny Wahab. Jadi, menurut Pasal 55
ayat (1) ke-1 KUHP yang dapat dipidana adalah:
1. Mereka yang melakukan (pleger)
Dalam kasus ini, Hendi Lesmana sebagai pleger melaksanakan tindak pidana
pembunuhan berencana dan pencurian.
2. Menyuruh lakukan (doen pleger)
3. Turut melakukan (medepleger)
4. Menggerakkan melakukan (uitlokker)
Karena semua unsur telah terpenuhi maka terdakwa Hendi Lesmana dapat dijerat dengan Pasal
55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Pasal 56 KUHP:

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 9


Rantie Septianti- 0806343020

“ Dipidana sebagai pembantu (medeplichtige) sesuatu kejahatan:


ke- 1. mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan;
ke- 2. mereka yang sengaja memberi kesempatan, sarana atau keterangan untuk melakukan
kejahatan.”
Unsur yang terdapat dalam Pasal 56 KUHP:
1. Dipidana sebagai pembantu (medeplichtige) segala kejahatan
Membantu melakukan jika ia sengaja memberikan bantuan tersebut pada waktu atau
sebelum kejahatan itu dilakukan. Bila bantuan itu diberikan sesudah kejahatan itu
dilakukan maka orang salah melakukan perbuatan sekongkol atau tadah (heling)
melanggar Pasal 480 KUHP atau dalam pasal 221 KUHP.
1. Membantu sebelum delik dilakukan
Sarana, kesempatan, daya, upaya (alat), dan keterangan yang terbatas.
2. Membantu saat delik dilakukan
Sarananya dapat berupa apa saja.
 Hanya yang membantu melakukan kejahatan yang dapat dipidana (Pasal 56 dan 57
KUHP)
 Ancaman pidana maksimal bagi seorang pembantu adalah pidana bagi pelaku kejahatan
dikurangi sepertiganya
Dalam kasus ini terdakwa Rahmatullah telah melakukan pembantuan terhadap tindak
pidana yang dilakukan oleh Hendi Lesmana pada sebelum delik dilakukan.
2. Mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan
Dilakukan dengan sengaja, tidak ada niat untuk melakukan tindak pidana, tidak ada
kepentingan lebih lanjut, hanya sekedar membantu saja. Kejahatan harus ditujukan untuk
mewujudkan suatu kejahatan tertentu. Ini tidak berarti bahwa pembantu harus
mengetahui pula cara bagaimana bantuan yang diberikannya dimanfaatkan, kapan, dan
dimana dimanfaatkan atau siapa yang dirugikan oleh pelaku utama. Cukup kalau ia
mengetahui bahwa bantuan yang diberikannya misalnya pencurian. Jelasnya macam
kejahatan yang sedang atau akan terjadi yang dikehendaki petindak harus diketahui oleh
pembantu. Untuk melakukan kejahatan tertentu yang diketahuinya itulah kesengajaan
ditujukan.1
1
E. Y. kanter dan sianturi, Asas- Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, (Jakarta: Alumni Ahaem-
Petehaem, 1982), hal. 363

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 10


Rantie Septianti- 0806343020

Dalam kasus ini Rahmatullah dengan sengaja mewujudkan suatu kejahatan pencurian
walaupun ia tidak mengetahui cara bagaimana bantuan dimanfaatkan, kapan, dan dimana
dimanfaatkan atau siapa yang dirugikan oleh Hendi Lesmana.
3. Mereka yang sengaja memberi kesempatan, sarana atau keterangan untuk
melakukan kejahatan
Penyertaan dalam bentuk pembantuan telah dibatasi secara limitatif dalam hal
kesempatan, sarana atu keterangan untuk melakukan kejahatan.
Dalam kasus ini Rahmatullah telah memberikan sarana dengan mengantarkan Hendi
Lesmana dengan mengguakan sepeda motor ke rumah korban Hanny Wahab di
Perumahan Inter Kota Blok B 5 No 24-25, Duri Kosambi Jakarta Barat.
Karena semua unsur telah terpenuhi maka terdakwa Rahmatullah dapat dijerat dengan Pasal 56
KUHP.

II. Pidana dan Pemidanaan

Pidana adalah nestapa atau derita, yang dijatuhkan dengan sengaja oleh negara melalui
pengadilan, dikenakan pada seseorang, yang secara sah telah melanggar hukum pidana, dan
melaui proses peradilan pidana.
Unsur- unsur atau ciri- ciri pidana:
 Merupakan suatu pengenaan penderitaan atau nestapa atau akibat- akibat lain yang tidak
menyenangkan
 Diberikan dengan sengaja oleh badan yang memiliki kekuasaan (berwenang)
 Dikenakan pada seseorang penanggung jawab peristiwa pidana menurut UU (orang yang
memenui perumusan delik atau pasal)
Pemidanaan adalah penjatuhan hukuman (sentencing), yaitu upaya yang sah, dilandasi oleh
hukum, untuk mengenakan nestapa penderitaan, pada seseorang yang melalui proses peradilan
pidana, terbukti secara sah dan meyakinkan, dan bersalah melakukan suatu tindak pidana.
Dasar- dasar hukuman pidana:
- Hukum pidana sebagai suatu sanksi yang bersifat istimewa dimana terkadang dikatakan
melanggar HAM. Seperti hal melakukan perampasan terhadap harta kekayaan (pidana

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 11


Rantie Septianti- 0806343020

denda), pembatasan kebebasan bergerak atau kemerdekaan orang (pidana kurungan atau
penjara), dan perampasan terhadap nyawa (hukuman mati)
- Merupakan ultimum remedium (senjata pamungkas, jalan terakhir, jalan satu- satunya,
atau tiada jalan lain)
Alasan pemidanaan dapat digolong-golongkan dalam tiga golongan pokok, yaitu sebagai
termasuk golongan teori pembalasan, teori tujuan, dan teori gabungan. Pembahasannya yaitu :
1. Teori pembalasan/ absolut/ retributif (lex talionis)
Teori ini membenarkan pemidanaan karena seseorang telah melakukan suatu
tindak pidana dimana sebagai suatu konsekuensi dalam melakukan kejahatan.
Terhadap pelaku tindak pidana mutlak harus diadakan pembalasan yang berupa
pidana. Orang yang salah harus dihukum. Tidak dipersoalkan akibat dari
pemidanaan bagi terpidana. Bahan pertimbangan untuk pemidanaan hanyalah
masa lampau, maksudnya masa terjadinya tindak pidana itu. Masa datang yang
bermaksud memperbaiki pelaku tindak pidana tidak dipersoalkan.

2. Teori tujuan/ relatif (utilitarian)


Teori ini membenarkan pemidanaan berdasarkan pada tujuan pemidanaan, yaitu
untuk perlindungan masyarakat atau pencegahan terjadinya kejahatan dan bukan
hanya sekedar sebagai pembalasan. Teori ini mempersoalkan akibat-akibat dari
pemidanaan kepada penjahat atau kepada kepentingan masyarakat.
Dipertimbangkan juga pencegahan untuk masa mendatang. Hukuman pada
umumnya bersifat menakutkan dan seyogyanya hukuman bersifat memperbaiki
atau merehabilitasi.
Prevensi atau hukuman yang dijatuhkan untuk pencegahan, terdiri atas:
 Prevensi umum, sebagai contoh pada masyarakat luas agar tidak meniru perbuatan atau
kejahatan yang telah dilakukan
 Prevensi khusus, ditujukan bagi pelaku sendiri agar jera dan tidak mengulangi perbuatan
kejahatan yang serupa atau kejahatan lain dengan tujuan deference atau menakut- nakuti
dan perlindungan masyarakat luas

3. Teori Gabungan

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 12


Rantie Septianti- 0806343020

Teori ini berdasarkan hukuman pada tujuan (multifungsi) retributif atau


pembalasan dan relatif atu tujuan. Oleh karena itu, pidana ditujukan untuk
pembalasan (membuat pelaku menderita), upaya prevensi (pencegahan tindak
pidana), merehabilitasi pelaku, dan melindungi masyarakat. Teori ini mengatakan
bahwa baik teori pembalasan maupun teori tujuan masing-masing memiliki
kelemahan.

Terhadap teori pembalasan :


 Sukar menentukan berat/ringannya pidana atau ukuran pembalasan yang
tidak jelas.
 Diragukan adanya hak negara untuk menjatuhkan pidana sebagai
pembalasan.
 Hukuman pidana sebagai pembalasan tidak bermanfaat bagi masyarakat.

Terhadap teori tujuan :


 Pidana hanya ditujukan untuk mencegah kejahatan, sehingga dijatuhkan
pidana yang berat baik oleh teori pencegahan umum maupun teori
pencegahan khusus.
 Jika ternyata kejahatan itu ringan, maka penjatuhan pidana yang berat
tidak akan memenuhi rasa keadilan.
 Bukan hanya masyarakat yang harus diberi kepuasan, tetapi juga kepada
penjahat itu sendiri.

Maka harus ada keseimbangan antara pidana yang dijatuhkan dengan kejahatan yang dilakukan.
Berdasarkan Pasal 10 KUHP tentang pidana, terdiri atas:
a. Pidana pokok, yaitu pidana mati, pidana penjara, kurungan, dan denda
b. Pidana tambahan, yaitu pencabutan hak- hak tertentu, perampasan barang- barang
tertentu, dan pengumuman putusan hakim
Hukuman atau pidana mati: (Pasal 11 jo Pasal 10 KUHP)
Tindak pidana yang diancam dengan hukuman mati
a. Dalam KUHP

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 13


Rantie Septianti- 0806343020

- Pembunuhan berencana
- Kejahatan terhadap keamanan negara
- Pencurian dengan pemberatan
- Pembajakan di laut dengan pemberatan
b. Luar KUHP
- Terorisme
- Narkoba
- Pelanggaran HAM berat: kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida yang dilakukan
secara meluas dan sistematis

Kaitannya dengan kasus pidana


Berapapun hukuman penjara yang akan dijatuhkan kepada Hendi Lesmana sebagai pelaku yang
melakukan tindak pidana pembunuhan berencana dan pencurian terhadap korban Hanny Wahab
dan kepada Rahmatullah yang melakukan pembantuan dalam tindak pidana tersebut; dalam
hubungannya dengan teori pembalasan maka hukuman mati/ penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun (berdasarkan pasal 340 KUHP) yang dijatuhkan
kepada Hendi Lesmana dianggap sebagai ganjaran terhadap perbuatan mereka dan hukuman
penjara selama 3 tahun 4 bulan (berdasarkan Pasal 57 ayat (1) KUHP tentang pembantuan maka
pidana pokok delik pencurian yaitu 5 tahun dikurangi sepertiga) kepada Rahmatullah. Masa
depan mereka tidak begitu diperhitungkan dalam teori ini.
Dalam hubungannya dengan teori tujuan, hukuman mati/ penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun yang dijatuhkan kepada mereka (berdasarkan Pasal
340 KUHP) kepada Hendi Lesmana dan hukuman penjara 3 tahun 4 bulan kepada Rahmatullah
dimaksudkan untuk pencegahan terjadinya suatu kejahatan dengan mengadakan ancaman pidana
yang cukup berat untuk menakuti calon-calon penjahat lain yang bermaksud untuk melakukan
kegiatan yang serupa; pendidikan untuk penjahat sehingga kelak dapat kembali ke lingkungan
masyarakat dalam keadaan mental yang lebih baik dan berguna; dan menjamin ketertiban
hukum.
Teori gabungan mengharapkan gabungan efek dari dua teori sebelumnya. Pidana ditujukan untuk
pembalasan (membuat pelaku menderita), upaya prevensi (pencegahan tindak pidana),
merehabilitasi pelaku, dan melindungi masyarakat.

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 14


Rantie Septianti- 0806343020

III. Dasar Penghapus Pidana

Dasar atau alasan penghapus pidana adalah hal- hal atau keadaan yang dapat mengakibatkan
tidak dijatuhkannya pidana pada seseorang yang telah melakukan perbuatan yang dengan tegas
dilarang dan diancam dengan sanksi pidana oleh UU. Terdiri dari dasar-dasar pembenar dan
dasar-dasar pemaaf, baik yang terdapat di dalam KUHP maupun di luar KUHP.
Dasar Penghapus Pidana di dalam KUHP berdasarkan keberlakuan, yaitu :
Bersifat umum (Pasal 44 KUHP – Pasal 51 KUHP)
 Pasal 44 KUHP adalah dasar pemaaf (mengenai gangguan jiwa/ idiot/ imbisil)
 Pasal 48 KUHP adalah dasar pembenar (mengenai keadaan darurat/
noodtoestand) dan pemaaf (mengenai overmacht), tergantung dari sudut pandang
melihatnya
Noodtoestand adalah dorongan/ paksaan/ kekuatan dari luar yang membuat seseorang terjepit
sehingga terpaksa melakukan suatu delik karena terjadi pertentangan antar kepentingan hukum,
pertentangan antar kewajiban hukum, dan pertentangan antara kepentingan hukum dengan
kewajiban hukum.
Overmacht adalah dorongan/ kekuatan/ paksaan (absolut dimana pelaku hanya sebagai alat
belaka atau relatif berupa psikis diatur dalam Pasal 48 KUHP) yang tidak bisa dilawan, baik
psikis maupun fisik dari manusia.
Harus memenuhi asas subsidiaritas (tiada jalan lain) dan proporsionalitas (keseimbangan antara
kepentingan/ kewajiban yang dilindungi dengan kepentingan/ kewajiban yang dikorbankan).
 Pasal 49 ayat (1) KUHP adalah dasar pembenar (mengenai bela paksa/
noodweer)
Syarat ancaman serangan adalah melawan hukum, seketika/ langsung, ditujukan pada diri
sendiri/ orang lain, dan terhadap badan/ tubuh, nyawa, kehormatan seksual, dan harta benda.
Syarat pembelaan adalah seketika/ langsung dan memenuhi unsur subsidiaritas dan
proporsionalitas.
 Pasal 49 ayat (2) KUHP adalah dasar pemaaf (mengenai bela paksa lampau
batas/ noodweer excess)

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 15


Rantie Septianti- 0806343020

Pembelaan tidak memenuhi asas subsidaritas dan/ atau proporsionalitas


Yang harus dibuktikan adalah pembelaan lampau batas terjadi karena goncangan jiwa
dan goncangan tersebut terjadi karena serangan/ ancaman serangan.
 Pasal 50 KUHP adalah dasar pembenar (menjalankan undang-undang)
Contohnya adalah algojo, eksekutor hukuman mati, dsb.
 Pasal 51 ayat (1) KUHP adalah dasar pembenar (menjalankan jabatan sah dan
berwenang)
 Pasal 51 ayat (2) KUHP adalah dasar pemaaf (menjalankan perintah jabatan
tidak sah dengan itikad baik)

Bersifat khusus (Pasal 166 KUHP dan Pasal 221 ayat (2) KUHP)
Hanya berlaku untuk delik tertentu dan orang-orang tertentu yang ditunjuk dalam perumusan
delik tersebut.
Dasar Penghapus Pidana yang diatur di luar UU berdasarkan keberlakuan, yaitu:
Bersifat khusus:
 Hak mengawas dan mendidik
 Hak jabatan: dokter
 Ijin korban: olahraga bela diri seperti tinju, karate; pasien yang dioperasi
Bersifat umum:
 Tiada sifat melawan hukum dalam arti materiil
 Tiada kesalahan dalam arti materiil (AVAS)
Dasar Penghapus Pidana di luar KUHP (menurut ahli/ doktrin), yaitu:
 Dasar pembenar, maksudnya adalah dalam hal ini perbuatannya dianggap tidak melawan
hukum, walaupun perbuatannya itu dilarang dan diancam hukuman oleh UU/ KUHP. Jadi
dalam hal ini, perbuatan pelaku dibenarkan/ dibolehkan.
 Dasar pemaaf. Dalam hal ini perbuatan pelaku tetap dianggap melawan hukum namun
unsur kesalahannya dihapuskan (dimaafkan).

Kaitannya dengan kasus pidana


Bagi Hendi Lesmana dan Rahmatullah sang pelaku yang melakukan seluruh tindak pidana
pembunuhan berencana dan pencurian tersebut, tidak ada dasar pembenar maupun dasar pemaaf
Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 16
Rantie Septianti- 0806343020

yang dapat menghapus tindak pidananya. Hendi Lesmana merupakan orang yang berjiwa
normal atau tidak cacat dalam tumbuhnya atau terganggu karena penyakit, tidak dalam keadaan
pengaruh daya paksa atau overmacht, tidak dalam keadaan darurat atau noodtoestand, tidak
dalam keadaan pembelaan terpaksa atau noodweer, tidak dalam keadaan pembelaan terpaksa
yang melampaui batas atau noodweer excess, tidak melaksanakan ketentuan UU, dan tidak
dalam perintah jabatan. Oleh karena itu, Hendi Lesmana (22) adalah pribadi yang dewasa dan
karena semua orang dianggap mengetahui hukum maka Hendi Lesmana pun dapat diancamkan
sesuai dengan apa yang tertera di dalam KUHP. Hal yang sama berlaku bagi Rahmatullah (21
tahun) dan tidak ada dasar pembenar maupun dasar pemaaf yang dapat membenarkan maupun
memaafkan tindak pidana yang telah dibuatnya.

IV. Dasar Peringan dan Pemberat Pidana

Dasar Peringan Pidana


1. Umum
- Usia belum dewasa
- Diatur dalam UU No. 3/ 1997 tentang Pengadilan Anak mengganti Pasal 45- 47 KUHP
- Asas- asas umum dan aturan- aturan lain dalam KUHP serta KUHAP tetap dipergunakan
sepanjang tidak diatur secara khusus oleh UU No.3/ 1997
2. Khusus
- Delik yang diperingan (diprevilisir)
Terdapat berbagai batasan usia anak dalam kategori masih di bawah umur:
 UU No. 23/ 2002 tentang Perlindungan Anak < 18 tahun termasuk anak dalam
kandungan
Khusus untuk anak yang melakukan tindak pidana berlaku UU No. 3/ 1997 tentang Pengadilan
Anak
 Mereka yang berusia 8- < 18 tahun dan belum pernah kawin dapat diajukan ke sidang
anak
 Jika melakukan tindak pidana < 18 tahun tapi telah kawin maka tunduk pada KUHP

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 17


Rantie Septianti- 0806343020

Dasar-dasar yang memperingan pidana ditentukan secara umum dalam pasal 45, 47, 53, 56, dan
57 KUHP.
Pasal 45 dan 47 KUHP mengenai anak-anak di bawah umur / belum dewasa. Batas usia dewasa
menurut KUHP adalah 16 tahun. Hukumannya dapat berupa:
1. Dikembalikan kepada orangtuanya tanpa pidana apapun
2. Diserahkan kepada pemerintah sampai batas anak berumur 18 tahun
3. Dipidana dengan maksimum pidana pokok dikurangi sepertiga

Pasal 53 KUHP mengenai poging dimana ancaman pidana pokoknya dikurangi sepertiga dan jika
ancaman pidana pokoknya adalah hukuman mati atau penjara seumur hidup, maka untuk poging
diubah menjadi ancaman pidana lima belas tahun penjara.

Pasal 56 dan 57 KUHP mengenai pembantuan dalam tindak pidana dimana intensitas pelaku
pembantuan dalam melakukan tindak pidana dianggap lebih rendah atau kurang. Ancaman
pidana pokoknya dikurangi sepertiga dan jika ancaman pidana pokoknya adalah hukuman mati
atau penjara seumur hidup maka ancamannya untuk pembantuan diubah menjadi lima belas
tahun penjara.

Ada juga hal khusus yang memperingan pidana, yaitu delik yang diprevilisir. Contohnya adalah
pasal 308 KUHP, yaitu seorang ibu yang membuang anaknya dalam keadaan-keadaan tertentu.

Kaitannya dengan kasus pidana


Bagi Hendi Lesmana sang eksekutor pembunuhan berencana dan pencurian terhadap korban
Hanny Wahab dan Rahmatullah yang melakukan pembantuan tidak dapat diberikan dasar
pembenar oleh pasal 45, 47, 53, 56, dan 57 KUHP.
Andaikan kedua pelaku tindak pidana merupakan anak-anak di bawah umur / belum dewasa
dimana batas usia dewasa menurut KUHP adalah 16 tahun maka hukumannya dapat diperingan
berupa dikembalikan kepada orangtuanya tanpa pidana apapun, diserahkan kepada pemerintah
sampai batas anak berumur 18 tahun, dan dipidana dengan maksimum pidana pokok dikurangi
sepertiga.

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 18


Rantie Septianti- 0806343020

Andaikan Hendi Lesmana dan Rahmatullah belum menyelesaikan delik dengan sempurna/
poging maka ancaman pidana pokoknya dikurangi sepertiga dan jika ancaman pidana pokoknya
adalah hukuman mati atau penjara seumur hidup maka untuk poging diubah menjadi ancaman
pidana lima belas tahun penjara.
Andaikan salah satu diantara keduanya hanya melakukan pembantuan dalam tindak pidana
dimana intensitas pelaku pembantuan lebih rendah atau kurang maka ncaman pidana pokoknya
dikurangi sepertiga dan jika ancaman pidana pokoknya adalah hukuman mati atau penjara
seumur hidup maka ancamannya untuk pembantuan diubah menjadi lima belas tahun penjara.

Dasar Pemberat Pidana


Dasar/ alasan yang menyebabkan pidana yang diancamkan terhadap seseorang menjadi lebih
berat dibandingkan dengan pidana yang diancamkan pada umumnya (pada orang lainnya).
Dasar- dasar pemberat pidana dalam KUHP, yaitu: (UU, alasan yurisis)
1. Recidive atau pengulangan tindak pidana
Recidive terjadi dalam hal seseorang yang telah melakukan suatu tindak pidana dan yang
telah dijatuhi pidana dengan suatu putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap, kemudian
melakukan suatu tindak pidana lagi. Pada recidive sudah ada putusan hakim pada pelaku,
baru kemudian pelaku mengulangi tindak pidananya (jenisnya diatur secara limitatif).
Menurut doktrin terdapat dua sistem pemberat pidana berdasarkan recidive, yaitu :
 Umum (setiap pengulangan tindak pidana apapun dan dilakukan kapanpun)
- Setiap pengulangan tindak pidana dalam Pasal 486, 487, dan 488 KUHP
- Pada waktu melakukan tindak pidana menyalahgunakan kewenangan yang diperoleh
karena jabatan (abuse of power) dalam Pasal 52 KUHP
- Pada waktu melakukan tindak pidana menggunakan bendera kebangsaan dalam Pasal 52a
KUHP (ditambahkan dalam KUHP berdasarkan UU No. 73/ 1958)
 Khusus (pengulangan tindak pidana tertentu dan dalam tenggang waktu tertentu pula)
- Pengulangan tindak pidana tertentu dan dalam tenggang waktu tertentu dalam Pasal 374
KUHP
- Delik- delik yang dikualifisir/ diperberat
Contoh pasal 356, 349, 351 ayat (2), 365 ayat (4) KUHP
Dasar- dasar pemberat pidana di luar KUHP, yaitu: (alasan non- yuridis)

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 19


Rantie Septianti- 0806343020

 Tidak memperberat ancaman pidana


 Ancaman pidana tidak bertambah berat tetapi pidana yang dijatuhkan relatif berat
KUHP menganut ditengah-tengah dari dua sistem tersebut. Tindak pidananya bersifat limitatif,
yaitu yang tertera dalam ketentuan pasal 486, 487, dan 488 KUHP. Rentang waktunya ialah lima
tahun setelah pelaku dikeluarkan dari penjara dan hukumannya ditambah sepertiganya.

Kaitannya dengan kasus pidana


Dalam kasus ini, kedua terdakwa tidak dapat dijerat dengan dasar-dasar pemberat pidana karena
tidak ada unsur yang terpenuhi oleh mereka. Tindak pidana pembunuhan dan pencurian yang
dilakukan oleh mereka adalah hal yang umum karena bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa
memandang jabatan yang melekat pada diri mereka, mereka bukan sebagai recidive dimana telah
adanya keputusan hakim tetap, belum lewat 5 tahun sebelum hukuman dijalankan, dan tindak
pidana yang dilakukan adalah bukan termasuk tindak pidana segolongan pada Pasal 486, 487,
dan 488 KUHP dan tidak mempergunakan bendera kebangsaan negara.

V. Tentang Gabungan Tindak Pidana (Concursus/ Samenloop)

Gabungan/ perbarengan tindak pidana adalah seseorang yang melakukan satu perbuatan/
beberapa perbuatan yang melanggar satu aturan pidana/ beberapa aturan pidana dan perbuatan-
perbuatan itu belum ada yang pernah dijatuhi pidana dan akan diadili sekaligus.

Stelsel pemidanaan:
1. Absorbsi Murni
Apabila lebih dari satu pidana yang diancamkan maka maksimal pidana yang dapat
dijatuhkan adalah satu pidana saja, yaitu yang terberat di antara pidana- pidana tersebut.
2. Absorbsi Dipertajam/ Diperberat
Apabila lebih dari satu pidana yang diancamkan maka maksimal pidana yang dapat
dijatuhkan adalah satu pidana saja, yaitu yang terberat di antara pidana- pidana tersebut
ditambah 1/3 nya
3. Kumulasi Murni

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 20


Rantie Septianti- 0806343020

Apabila lebih dari satu pidana yang diancamkan maka maksimal pidana yang dapat
dijatuhkan adalah jumlah semua pidana yang diancamkan
4. Kumulasi Terbatas
Apabila lebih dari satu pidana yang diancamkan maka maksimal pidana yang dapat
dijatuhkan adalah jumlah semua pidana yang diancamkan tetapi tidak boleh lebih berat
daripada yang terberat diantara pidana- pidana yang diancamkan ditambah 1/3 nya

Jenis gabungan, yaitu:


1. Eendaadsche Samenloop / gabungan berupa satu perbuatan/ concursus idealis
Yaitu tindak pidana yang sekali perbuatan tersebut dilakukan melanggar lebih dari satu
ketentuan yang berlaku.
Hal ini diatur dalam Pasal 63 KUHP yang berbunyi sebagai berikut :
(1) Jika suatu perbuatan termasuk dalam lebih dari satu norma pidana, yang dipakai hanya
salah satu dari norma pidana itu ; jika hukumannya berlainan, yang dipakai adalah norma
pidana yang diancam pidananya yang terberat.
(2) Jika bagi suatu perbuatan yang termasuk dalam norma pidana umum, ada suatu norma
pidana khusus, norma pidana khusus ini saja yang harus dipakai.
Berdasarkan rumusan Pasal 63 KUHP tersebut, para pakar berusaha membuat pengertian
tentang perbuatan (feit) Prof. Mr. Hazewinkel-Suringa menjelaskan arti perbuatan yang
dimuat dalam pasal 63 KUHP sebagai berikut:
“Perbuatan yang dimaksud adalah suatu perbuatan yang berguna menurut hukum pidana,
yang karena cara melakukan, atau karena tempatnya, atau karena orang yang melakukannya,
atau karena objek yang ditujunya, juga merusak kepentingan hukum, yang telah dilindungi
oleh undang-undang lain.”
HOGE RAAD menyatakan pendapatnya mengenai concursus idealis. Yakni satu perbuatan
melanggar beberapa norma pidana, dalam hal yang demikian yang diterapkan hanya satu
norma pidana yakni yang ancaman hukumannya terberat. Hal tersebut dimaksudkan guna
memenuhi rasa keadilan.
Contoh: menggunakan surat palsu untuk menipu
2. Meerdaadsche Samenloop/ gabungan beberapa perbuatan/ concursus realis

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 21


Rantie Septianti- 0806343020

Yaitu tindak pidana yang berlaku lebih dari sekali dan perbuatan tersebut bediri sendiri serta
ada selang waktu antara satu tindak pidana yang dilakukan dengan yang lainnya.
Dengan catatan bahwa diantara perbuatan-perbuatan yang dilakukan pada concursus realis
dan perbuatan berlanjut harus belum ada putusan Hakim atau Vonis. Hal ini diatur dalam
Pasal 65, 66, dan 67 KUHP. Untuk mencermati hal ini, masing-masing pasal perlu diamati
secara seksama. Pada Pasal 65 dan 66 KUHP menganut sistem kumulasi sedang dan Pasal 70
KUHP disebut menganut sistem absorpsi yang di perkeras. Adapun pelanggaran dengan
pelanggaran disebut kumulasi murni. Pada penerapan kumulasi murni terhadap pelanggaran-
pelanggaran, selain berpedoman pada pasal 70 juga harus diperhatikan pasal 30 ayat 6 KUHP
yang berbunyi:
“Hukuman kurungan sekali-kali tidak boleh lebih dari 8 bulan.”
Contoh: mengendarai motor tanpa lampu di malam hari dan dalam keadaan mabuk
3. Vorgezette Handeling/ perbuatan berlanjut
Yaitu tindak pidana yang berlangsung beberapa kali secara sistematis untuk mencapai suatu
tujuan. Paling mudah contohnya ditemukan dalam bentuk korupsi yang dilakukan oleh
oknum tertentu dengan beberapa jalan yang menggunakan kekuasaan jabatannya.
Terjadi apabila seseorang melakukan perbuatan yang sama beberapa kali, dan diantara
perbuatan-perbuatan itu terdapat hubungan yang sedemikian eratnya sehingga rangkaian
perbuatan itu harus dianggap sebagai perbuatan lanjutan. Dalam hal ini diatur di dalam Pasal
64 KUHP. Dalam MvT, hubungan itu harus memenuhi 3 ( tiga ) syarat:
a. beberapa perbuatan yang dilakukan itu harus timbul dari suat keputusan kehendak yang
terlarang
b. antara perbuatan-perbuatan yang dilakukan itu tidak boleh melampaui jangka waktu yang
terlalu lama
c. beberapa perbuatan yang dilakukan itu harus sejenis

Penjelasan pasal yang terkait dengan materi gabungan tindak pidana:


Pasal 63 KUHP: sistem absorpsi dan lex specialis derogate lex generalis (ayat 2).
Pasal 64 KUHP: (perbuatan berlanjut)

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 22


Rantie Septianti- 0806343020

seseorang melakukan beberapa perbuatan yang masing- masing merupakan kejahatan/


pelanggaran dimana antara perbuatan- perbuatan itu ada hubungan sedemikian rupa sehingga
harus dipandang sebagai suatu perbuatan berlanjut. Berlaku sistem pemidanaan absorpsi.
Menurut MvT, syarat suatu hubungan dikatakan berlanjut antara lain, harus ada satu
keputusan kehendak, masing- masing perbuatan harus sejenis, dan tenggat waktu antara
perbuatan- perbuatan itu tidak terlalu lama.
Pasal 65 KUHP: kejahatan dan kejahatan, diancam pidana pokok yang sejenis, dan sistem
kumulasi terbatas.
Pasal 66 KUHP: kejahatan dan kejahatan, diancam pidana pokok tidak sejenis, dan sistem
kumulasi terbatas.
Pasal 70 KUHP:
- Kejahatan dan pelanggaran
- Pelanggaran dan pelanggaran: sistem kumulasi murni
Pasal 70 bis KUHP:
- Concursus realis
- Kejahatan- kejahatan ringan seperti Pasal 302 ayat (1), 352, 364, 373, 379, 482
- Dianggap sebagai pelanggaran
- Jika dijatuhkan pidana penjara maksimal 8 bulan
Pasal 71 KUHP: (delik yang tertinggal)
Pidana maksimal untuk tindak pidana yang diketahui belakangan (P2) = pidana maksimal
jika diadili sekaligus (Ps) – pidana yang telah dijatuhkan (P1)

Pasal Jenis Stelsel Contoh dan Dasar Berapa


Gabungan Pemidanaan Hukum Pidananya

Pasal 281 KUHP


Pria memperkosa wanita di ancamannya 2
muka umum. Berarti tahun 8 bulan
melanggar pasal 281 penjara atau denda
Pasal Eendaadse Absorbsi Murni KUHP tentang kesusilaan Rp 500,-
63 (1) Samenloop dan pasal 285 KUHP
tentang pemerkosaan. Pasal 285 KUHP
ancamannya 12

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 23


Rantie Septianti- 0806343020

Pasal 285 KUHP yang tahun penjara


dijatuhkan karena
merupakan pidana Maka yang
pokoknya. digunakan adalah
hukuman dengan
ancaman 12 tahun
penjara

Seorang ibu membunuh Pasal 341 KUHP


anaknya sendiri. ancamannya 7
tahun penjara
Pembunuhan termasuk
dalam pasal 338 KUHP Pasal 342 KUHP
Pasal Eendaadse Absorbsi Murni dan pembunuhan ancamannya 9
63 (2) Samenloop berencana dalam pasal 340 tahun penjara
KUHP.
*tergantung situasi
Lex specialis derogat lex
generalis.

Ada pasal khusus mengenai


pembunuhan oleh seorang
ibu kepada anaknya, yang :
- tanpa direncanakan,
diatur dalam pasal
341 KUHP
- direncanakan,
diatur dalam pasal
342 KUHP

Seseorang pembantu ingin Dikenakan pasal


mencuri uang majikannya 362 KUHP dengan
sebesar satu juta rupiah. ancaman hukuman
Pencurian tidak dilakukan maksimal 5 tahun
Pasal Vorgezette Absorbsi Murni langsung tetapi dilakukan penjara.
64 Handeling secara bertahap agar tidak
ketahuan, misalnya setiap
minggu ia mengambil
seratus ribu rupiah dan
dilakukan secara belanjut.

Pencurian
dikenakan pasal

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 24


Rantie Septianti- 0806343020

362 KUHP dengan


ancaman hukuman
maksimal 5 tahun
Seseorang dua minggu lalu penjara.
mencuri barang, lalu satu
Pasal Meerdaadse Kumulasi minggu lalu membunuh, Membunuh
65 Samenloop Dibatasi dan minggu ini dikenakan pasal
memperkosa orang. 338 KUHP dengan
ancaman hukuman
maksimal 15 tahun
penjara

Memperkosa
dikenakan pasal
285 KUHP dengan
ancaman hukuman
maksimal 12 tahun
penjara.

Lamanya hukuman
maksimum
berdasarkan
perhitungan
kumulasi dibatasi
adalah yang
ancaman pidananya
terberat ditambah
sepertiganya.

Maka dalam kasus


ini yang menjadi
acuan adalah
ancaman hukuman
terhadap
pembunuhan, yaitu
(berikut
perhitungannya) :

15 tahun + (1/3 x
15 tahun) = 20
tahun

Pasal 503 KUHP


tentang membuat
kegaduhan di

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 25


Rantie Septianti- 0806343020

tempat umum
diancam kurungan
tiga hari atau denda
Minggu lalu seseorang paling banyak lima
membuat kegaduhan di belas rupiah.
Pasal Meerdaadse Kumulasi tempat umum pada malam
66 Samenloop Dibatasi hari. Lalu selang satu Pasal 362 KUHP
minggu kemudian, orang tentang pencurian
tersebut mencuri barang diancam 5 tahun
milik tetangganya. penjara atau denda
paling banyak lima
puluh rupiah.

Lamanya hukuman
maksimum
berdasarkan
perhitungan
kumulasi dibatasi
adalah yang
ancaman pidananya
terberat ditambah
sepertiganya.

Batas maksimum
penjara adalah 5
tahun + (1/3 x 5
tahun) = 6,3 tahun.

Jadi berdasarkan
pasal 362 KUHP,
ancaman hukuman
yang dijatuhkan
adalah 5 tahun
penjara dan 3 hari
kurungan.

Pasal 492 ayat 1


ancaman
hukumannya yaitu
kurungan paling
lama 6 hari atau
denda paling
Seseorang minggu lalu banyak 25 rupiah.

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 26


Rantie Septianti- 0806343020

mabok di depan umum lalu


Pasal Meerdaadse Kumulasi Murni minggu ini berulah lagi Pasal 503 kesatu
70 Samenloop dengan membuat KUHP tentang
kegaduhan pada malam membuat
hari. kegaduhan di
tempat umum
diancam kurungan
tiga hari atau denda
paling banyak lima
belas rupiah.

Batas maksimum
kurungan adalah 8
bulan.

Maka,
kurungannya
adalah
dikumulasikan,
yaitu 6 hari + 3
hari = 9 hari.

Kaitannya dengan kasus pidana


Dalam kasus ini, ada kaitannya dengan meerdaadschesamenloop yaitu, concursus realis
heterogenius, yaitu tindak pidana yang berlaku lebih dari sekali dan perbuatan tersebut bediri
sendiri serta ada selang waktu antara satu tindak pidana yang dilakukan dengan yang lainnya dan
melanggar beberapa ketentuan pidana.
Tindak pidana- tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa Hendi Lemana yaitu pembunuhan
berencana dan pencurian terhadap korban Hanny Wahab di rumah korban di Perumahan Inter
Kota Blok B 5 No 24-25, Duri Kosambi, Jakarta Barat terkait dengan Pasal 66 KUHP dimana
tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa adalah kejahatan dan kejahatan, diancam dengan
pidana pokok yang tidak sejenis (hukuman mati dan penjara), dan menggunakan stelsel kumulasi
terbatas. Berdasarkan pasal tersebut bahwa dalam hal perbarengan perbuatan yang masing-
masing harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri- sendiri sehingga merupakan
beberapa kejahatan diancam dengan pidana pokok yang tidak sejenis maka dijatuhkan pidana
atas tiap- tiap kejahatan tetapi jumlahnya tidak boleh melebihi maksimum pidana yang terberat

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 27


Rantie Septianti- 0806343020

ditambah sepertiga. Lalu, berdasarkan Pasal 67 ayat (2) KUHP menyatakan bahwa denda
dihitung menurut lamanya maksimum kurungan pengganti yang ditentukan untuk perbuatan itu.
Oleh karena itu, berdasarkan kasus dimana tindak pidana- tindak pidana yang dilakukan oleh
terdakwa Hendi Lesmana diancam dengan pidana pokok yang tidak sejenis dan salah satunya
adalah dijatuhi pidana mati atau pidana penjara seumur hidup (delik pembunuhan berencana)
maka merujuk pada Pasal 67 KUHP sehingga tidak boleh dijatuhkan pidana lain lagi kecuali
pencabutan hak- hak tertentu, perampasan barang- barang yang telah disita sebelumnya, dan
pengumuman putusan hakim.
Bagi Rahmatullah yang melakukan pembantuan pada delik pencurian yang termasuk ke dalam
unsur- unsurnya pada Pasal 56 KUHP. Sehingga tidak terdapat gabungan tindak pidana yang
dilakukan Rahmatullah. Ia hanya melakukan pembantuan pada delik pencurian. Berdasarkan
Pasal 57 ayat (1) KUHP, dalam hal pembantuan maksimum pidana pokok terhadap kejahatan
dikurangi sepertiga. Oleh karena itu, terdakwa Rahmatullah dapat diancam dengan pidana
penjara maksimal 3 tahun 4 bulan.

VI. Tentang Penyertaan/ Deelneming

Adalah terlibatnya lebih dari satu orang dalam satu tindak pidana (sebelum dan atau pada saat
delik terjadi – merupakan syarat yang terpenting).
Penyertaan merupakan dasar memperluas dapat dipidananya seseorang. Penyertaan dipandaang
sebagai persoalan pertanggungjawaban pidana, penyertaan bukan merupakan suatu delik karena
bentuknya tak sempurna. (Simons, Van Hatum, Hazewinkel- Suringa)
Penyertaan merupakan dasar dapat dipidananya suatu perbuatan, penyertaan dianggap suatu
bentuk khusus dari tindak pidana, penyertaan merupakan suatu delik yang istimewa. (Pompe,
Mulyatno, Roeslan Saleh)
Golongan peserta dalam tindak pidana menurut KUHP Indonesia, yaitu
a. Pembuat/ dader (Pasal 55 KUHP) adalah barang siapa yang telah meweujudkan/
memenuhi semua unsur- unsur (termasuk unsur subyek) dari sesuatu tindak pidana
sebagaimana unsur- unsur itu dirumuskan dalam undang- undang. Yang dapat dipidana
sebagai pelaku:

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 28


Rantie Septianti- 0806343020

- Yang melakukan/ pelaku (pleger)


Pembuat, pelaku utama, orang- orang yang memenuhi semua unsur delik
- Yang menyuruh lakukan (doen pleger)
Seseorang hendak melakukan tindak pidana tetapi tidak mau melakukannya sendiri
melainkan menyuruh orang lain untuk melakukannya.
Yang menyuruh diancam sebagai pelaku dan yang disuruh/ pelaku langsung tidak
diancam pidana karena hilangnya unsur kesalahan (adanya dasar penghapus pidana
berupa dasar pemaaf yaitu pada Pasal 44, 48, 51 ayat (2) KUHP, AVAS, putative).
Yang disuruh atau pelaku perbuatan materiil hanya menjadi alat belaka dan melakukan
tindakan itu karena ketidaktahuan/ kekeliruan/ adanya paksaan.
- Yang turut serta (medepleger)
Medepleger diterjemahkan sebagai mereka yang bersama- sama orang lain melakukan
suatu tindakan. Subyeknya paling sedikit dua orang. Para pelaku tahu pelaku peserta
(medepleger) dipidana sebagai petindak (dader).
Semua dari mereka yang terlibat memenuhi semua unsur, ada yang memenuhi semua,
sebagian, dan tidak unsur, dan semua hanya memenuhi sebagian unsur saja.
Syarat turut serta adalah:
 Kerja sama secara sadar, berarti bahwa setiap pelaku peserta saling mengetahui dan
menyadari tindakan dari para pelaku peserta lainnya.
 Kerja sama secara fisik, adanya perbuatan pelaksanaan yang langsung menyebabkan
selesainya suatu delik, berarti bahwa perwujudan dari tindak pidana itu adalah secara
langsung sebagai akibat dari tindakan para pelaku peserta itu, dan bukan dengan cara
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 56 KUHP.
- Yang menganjurkan/ penggerak/ pembujuk/ pemancing (uitlokker)
Syarat:
 Ada kesengajaan untuk menggerakan orang lain melakukan tindak pidana
 Dengan upaya- upaya yang diatur secara limitatif dalam Pasal 55 ayat (1) butir 2 KUHP,
yaitu pemberian, perjanjian, salah memakai kekuasaan, pengaruh, kekerasan, ancaman
kekerasan atau tipu daya atau dengan, memberi kesempatan, daya upaya atau keterangan
 Ada yang tergerak untuk melakukan tindak pidana dengan upaya- upaya di atas

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 29


Rantie Septianti- 0806343020

 Yang digerakkan dapat dipertanggungjawabkan menurut hukum pidanaseperti halnya


penggerak dapat dopidana karena menggerakkan
 Yang menggerakkan bertanggung jawab terhadap akibat yang timbul
b. Pembantu/ medeplichtige (Pasal 56 dan 57 KUHP), dipidana sebagai pelaku:
- Pembantu pada saat kejahatan dilakukan
- Pembantu sebelum kejahatan dilakukan
Persyaratan dalam menentukan membantu melakukan adalah :
 Dilakukan dengan sengaja, tidak ada niat untuk melakukan tindak pidana, tidak ada
kepentingan lebih lanjut, hanya sekedar membantu saja
 Ada dua macam pembantuan menurut pasal 56 KUHP yaitu :
3. Membantu sebelum delik dilakukan
Sarana, kesempatan, daya, upaya (alat), dan keterangan yang terbatas.
4. Membantu saat delik dilakukan
Sarananya dapat berupa apa saja.
 Hanya yang membantu melakukan kejahatan yang dapat dipidana (Pasal 56 dan 57
KUHP)
 Ancaman pidana maksimal bagi seorang pembantu adalah pidana bagi pelaku kejahatan
dikurangi sepertiganya

Tindakan- tindakan sesudah tindak pidana terjadi: Pasal 221, 223, 480, 481, 482, dan 483
KUHP.
Penyertaan mutlak perlu: Pasal 149, 238, 279, 284, 345 KUHP.

Kaitannya dengan kasus pidana


Hendi Lesmana adalah seorang yang memenuhi unsur- unsur yang melakukan/ pelaku/ pleger.
Terdakwa sebagai pembuat, pelaku utama, dan orang yang memenuhi semua unsur delik.
Pengertian dari mereka yang melakukan dapat satu orang saja atu lebih. Hendi Lesmana diancam
dengan pidana berlapis Pasal 340 jo Pasal 55 ayat (1) ke- 1 KUHP dan Pasal 362 jo Pasal 55
ayat (1) ke- 1 KUHP.
Rahmatullah adalah seorang yang memenuhi unsur-unsur pembantuan pada Pasal 56 KUHP.
Rahmatullah melakukan pembantuan pada saat sebelum kejahatan pencurian dilakukan.

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 30


Rantie Septianti- 0806343020

Pembantuan dilakukan dengan sengaja, tidak ada niat untuk melakukan tindak pidana, tidak ada
kepentingan lebih lanjut, hanya sekedar membantu dengan ketentuan yang telah ditentukan
secara limitatif menurut Pasal 56 ke- 2 KUHP berupa sarana, kesempatan, daya, upaya (alat), dan
keterangan yang terbatas. Rahmatullah diancam dengan pidana Pasal 362 jo Pasal 56 KUHP.

VII. Gugurnya Hak Jaksa Untuk Menuntut Tindak Pidana dan


Kewajiban Terpidana untuk Menjalani Pidana

 Hal- hal yang menyebabkan hapusnya kewenangan menuntut pidana


Suatu penuntutan pada seseorang yang dituduh melakukan tindak pidana dapat dilakukan terus
menerus atau tidak ada akhirnya. Pada suatu saat penuntutan harus berhenti karena gugurnya hak
untuk menuntut pidananya. Gugurnya hak menuntut diatur:
Dalam KUHP:

 Tidak adanya Pengaduan Pada Delik-Delik Aduan (Psl. 72-75 KUHP)


 Ne bis in Idem (psl. 76 KUHP)
Seseorang tidak dapat dituntut untuk kedua kalinya berdasarkan suatu perbuatan apabila
untuk perbuatan tersebut telah ada putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap.
Syarat Ne bis in Idem adalah
1. Perbuatannya adalah satu perbuatan tertentu
2. Orangnya adalah satu orang tertentu
3. Sudah ada putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap
 Matinya Tersangka/Terdakwa (Psl. 77 KUHP)
Pada dasarnya pidana bersifat pribadi sehingga bila tersangka/ terdakwa mati maka
pidana itu tidak dapat diwariskan.
 Daluwarsa/ Verjaring (Psl. 78- 81KUHP)
Tidak dapat dilakukan penuntutan terhadap seseorang karena telah dilampauinya jangka
waktu tertentu untuk melakukan penuntutan (Pasal 78 KUHP).
Tenggang waktu daluwarsa penuntutan:
Mulai dihitung sejak keesokan hari setelah perbuatan dilakukan, kecuali yaitu

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 31


Rantie Septianti- 0806343020

1. Pemalsuan atau Perusakan Uang


2. Psl. 328, 329, 330, 333 KUHP
3. Psl. 556 s.d. 558a KUHP
Pencegahan (stuiting) daluwarsa:
1. Tindakan penuntutan menghentikan daluwarsa
2. Mulai tenggang daluwarsa yang baru
Penundaan (schorsing) daluwarsa:
1. Perselisihan pra- yudisial
2. Selama ditunda, perhitungan tenggang waktu daluwarsa berhenti untuk sementara waktu
 Penyelesaian di luar sidang (psl. 82 KUHP)
Pasal ini memberikan kemungkinan untuk menyelesaikan perkara di luar sidang.
Syaratnya adalah hanya berlaku bagi pelanggaran yang semata- mata diancam dengan
pidana denda, yaitu dengan cara membayar denda tertinggi yang ditentukan bagi
pelanggaran tersebut kepada Pejabat Berwenagn (JPU).

Luar KUHP:

 Abolisi

Abolisi adalah hak yang diberikan kepada Presiden untuk menghapus hak penuntutan
dari Penuntut Umum dan penghentian penuntutan apabila sudah dimulai terhadap pelaku-
pelaku tindak pidana tertentu, yang diberikan Presiden dengan UU, berdasarkan UU/
merupakan hak preogratif Presiden (Pasal 14 UUD 1945).

 Amnesti
Amnesti adalah hak yang diberikan kepada Presiden untuk menghapus hak penuntutan
dari penuntut umum dan penghentiannya serta sekaligus penghapusan hak/ wewenang
melaksanakan pidana dari penuntut umum/ menghapus kewajiban menjalankan pidana
bagi pelaku tindak pidana.

Dasar hukumnya adalah Psl. 14 UUD 1945

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 32


Rantie Septianti- 0806343020

 Hal- hal yang menyebabkan hapusnya kewenangan menjalankan


pidana

Dalam KUHP:

1. Matinya terdakwa/ terpidana (Pasal 83 KUHP)


2. Daluwarsa (Pasal 84 dan 85 KUHP)
Lewatnya tenggang waktu tertentu untuk menjalankan pidana sehingga kewenangan
jaksa untuk menjalankannya menjadi hapus.
Pencegahan (stuiting):
1. Terpidana melarikan diri ketika menjalani pidana, tenggang daluwarsa baru dihitung pada
keesokan hari setelah melarikan diri.
2. Pelepasan bersyarat dicabut, keesokan hari setelah dicabut mulai tenggang waktu
daluwarsa baru.
Penundaan (schorsing):
1. Penjalanan pidana ditunda menurut UU
2. Selama terpidana dirampas kemerdekaannya (ada dalam tahanan)

Luar KUHP:

1. Amnesti
2. Grasi
Pengampuan berupa perubahan, peringanan, pegurangan, atau penghapusan pelaksanaan
pidana kepada terpidana yang diberikan oleh Presiden
Diatur dalam UU No. 22 tahun 2002. Putusan pemidanaan yang dapat dimohonkan grasi
adalah pidana mati, penjara sumur hidup, dan penjara paling rendah 2 tahun.

Dasar hukum Pasal 14 UUD 1945

Kaitannya dengan kasus pidana

Dalam kasus ini terdakwa Hendi Lesmana sebagai pelaku tindak pidana dan Rahmatullah
sebagai melakukan pembantuan terhadap korban Hanny Wahab terkait dengan delik
pembunuhan berencana dan pencurian tidak dapat digugurkan dakwaannya. Hak jaksa untuk

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 33


Rantie Septianti- 0806343020

melakukan penuntutan tetap dapat terlaksana sehingga terdakwa wajib melaksanakan sanksi
pidana yang telah diperbuatnya.

Kategori- kategori pengguguran hak untuk menuntut seperti tidak adanya pengaduan pada
delik- delik aduan, Ne bis in Idem (seseorang tidak dapat dituntut untuk kedua kalinya
berdasarkan suatu perbuatan apabila untuk perbuatan tersebut telah ada putusan hakim yang telah
berkekuatan hukum tetap), matinya tersangka/ terdakwa, daluwarsa/ verjaring, penyelesaian di
luar sidang, amnesti, serta abolisi tidak terpenuhi.

Terhadap Hendi Lesmana dengan ancaman pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun: jika berdasarkan daluwarsa penuntutan
pidana maka terkait dengan Pasal 78 ayat (1) ke- 4 KUHP jo Pasal 79 ayat (1) KUHP dimana
daluwarsa setelah jangka waktu sesudah delapan belas tahun dan tenggang daluwarsa mulai
berlaku pada hari sesudah perbuatan dilakukan. Oleh karena itu, terdakwa masih dapat dituntut
berdasarkan tindak pidana yang telah dilakukannya sampai 12 Maret 2027.

Terhadap Rahmatullah dengan ancaman pidana penjara 3 tahun 4 bulan: jika berdasarkan
daluwarsa penuntutan pidana maka terkait dengan Pasal 78 ayat (1) ke- 3 KUHP jo Pasal 79 ayat
(1) KUHP dimana daluwarsa setelah jangka waktu sesudah dua belas tahun dan tenggang
daluwarsa mulai berlaku pada hari sesudah perbuatan dilakukan. Oleh karena itu, terdakwa
masih dapat dituntut berdasarkan tindak pidana yang telah dilakukannya sampai 12 Maret 2021.

Kategori- kategori pengguguran hak menjalani pidana, yaitu matinya terdakwa, daluwarsa,
amnesti, dan grasi juga tidak tercakup dalam kasus yang dilakukan oleh Hendi Lesmana dan
Rahmatullah terkait dengan delik pembunuhan berencana dan pencurian.

Terhadap Hendi Lesmana: jika berdasarkan daluwarsa penjalanan pidana maka terkait dengan
Pasal 84 ayat (4) KUHP jo Pasal 85 ayat (1) KUHP dimana wewenang menjalankan pidana mati
tidak mungkin daluwarsa.

Terhadap Rahmatullah: jika berdasarkan daluwarsa penjalanan pidana maka terkait dengan Pasal
84 ayat (2) KUHP jo Pasal 85 ayat (1) KUHP dimana wewenang menjalankan pidana penjara 3

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 34


Rantie Septianti- 0806343020

tahun 4 bulan adalah daluwarsa penuntutan pidana mengenai kejahatan yang diancam dengan
pidana penjara lebih dari tiga tahun sesudah dua belas tahun ditambah sepertiga (16 tahun) pada
tanggal 12 Maret 2025.

Daftar Pustaka

Utrecht, E. 1958. Hukum Pidana I. Bandung

Utrecht, E. 1962. Hukum Pidana II. Jember

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 35


Rantie Septianti- 0806343020

Sianturi, S.R. 1996. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya. Jakarta: Alumni
Ahaem-Petehaem

Moeliatno. 2007. Kitab Undang- Undang Hukum Pidana. Jakarta: PT Bumi Aksara

Soesilo, R. 1996. Kitab Undang- Undang Hukum Pidana. Sukabumi: Politeia Bogor

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 36

You might also like