You are on page 1of 88

ASUHAN KEPERAWATAN Tn.

“H” DENGAN GANGGUAN SISTEM

PERNAPASAN ASMA BRONCHIALE DI RUANG PERAWATAN

BAJI PAMAI II BPRSUD LABUANG BAJI

Karya Tulis

KORNELIA KONDI
NIM : 1104039

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN


GEMA INSAN AKADEMIK

2007

1
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan
pada Program Studi Diuploma III Keperawatan GIA

LEMBAR PERESETUJUAN

2
Telah Disetujui Untuk Diujikan

Pembimbing Karya Tulis

Mengetahui

Ketua STIK GIA

KATA PENGANTAR

3
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha

Kuasa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ini berupa kasus yang berjudul “Asuhan

Keperawatan pada Tn. “H” denagn Gangguan Sistem Pernapasan Asma

Bronchiale” di Ruang perawatan Baji Pamai II Pengelola Rumah Sakit Umum

Daerah Labuang Baji Makassar.

Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk

memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III

Keperawatan STIK GIA Makassar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini terdapat

banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan yang diinginkan oleh

sejawat dan para pembimbing serta penguji. Dengan segala kerendahan

yang tulus dari lubuk hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun demi kesempurnaan karya tulis ini.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari bahwa

kemampuan yang penulis miliki rasanya sulit untuk menyelesaikan karya tulis

ini, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka akhirnya

karya tulis ini dapat diselesaikan dalam bentuk yang sangat sederhana.

Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati ucapan terima kasih

penulis haturkan kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya

karya tulis ilmiah ini, yaitu terutama kepada yang terhormat :

1. Bapak Drs. H. A. Aras Mahmud, SKM. M.Kes selaku

Yayasan STIK-GIA Makassar

2. Bapak H. Sumardin Makka, SKM selaku Ketua STIK-GIA

4
Makassar sekaligus sebagai dosen pengajar STIK-GIA

Makassar.

3. Ibu Hj. Saenab Dasong, SKM. M.Kep selaku pembimbing

dan penguji yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan petunjuk dan arahan serta bimbingan dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini.

4. Ibu Hasriany selaku penguji KMB Interna

5. . Aisyah selaku penguji lahan praktek BPRSUD Labuang Baji

Makassar

6. Ibu Hj. Hamsiah Hamsah, SKM. M.Kep, selaku penasehat

Akademik sekaligus dosen pengajar STIK-GIA Makassar.

7. Ibu Hasniati, S.Kp.M.Kep selaku Puket I di STIK-GIA

Makassar sekaligus sabagai dosen pengajar di STIK-GIA

Makassar

8. Bapak Ir. A Ashari Aras, M.Si, selaku Puket II di STIK-GIA

sekaligus Dosen pengajar STIK-GIA Makassar

9. Bapak Drs. A. Ilham Mahmud, Dipl, Sc. Apt selaku dosen

pengajar STIK-GIA Makassar

10. Kepala BPRSUD Labuang Baji beserta staf yang telah

menerima penulis dalam melaksanakan studi kasus di

wilayah kerjanya

11. Bapak dan Ibu Dosen yang telah berusaha untuk

membekali ilmu pengetahuan dan bimbingan selama

pendidikan di STIK-GIA Makassar.

5
12. Teristimewa kepada orang tuaku, Ayahanda Alysius Nado

dan Ibunda Paulina Toghung yang tak henti-hentinya

mencurahkan doa kepada ananda serta seluruh

keluargaku Kak Ros, Adik Andi, Tersi, Serly dan Lerin

yang telah memberikan semangat dan dorongan

sehingga penulis mampu menyelesaikan pendidikan di

STIK-GIA Makassar selama kurang lebih 3 tahun lamanya

tanpa hambtan sedikitpun.

13. Khusus buat yayangku kak San yang selalu setia

membantuku dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

14. Teman-teman seperjuangan UTEK KMB, Nining, Ika,

Sancy, Irmayani, Riani, Nonsi, Kak Adi.

15. teman-teman dekatku (Thin-thin, Pindan, Okta, Sita, Rhi)

dan semua temanku di D III keperawatan angkatan 2004,

semoga senantiasa dinaungi kesuksesan.

16. “H” selaku klien dalam kasus ini yang telah membantu dan

menunjukkan sikap kooperatif selama praktek.

Semoga kebaikan seluruh pihak mendapatkan pahala yang setimpal

dari Tuhan. Akhirnya penulis mengharapkan tanggapan, kritikan, dan saran

yang membangun bagi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini dan juga dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang telah membantu dlam menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini, semoga mendapat balasan-Nya. Amin.

, Oktober 2007

6
Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

kesehatan. Oleh karena itu praktek keperawatan merupakan tindakan

yang mandiri melalui kerja sama tenaga kesehatan lainnya dalam bentuk

kerja sama dengan pasien /keluarga sesuai lingkup peran dan fungsi

seorang perawat. Perawat sebagai bagian dari tim kesehatan juga

memiliki tanggung jawab untuk ikut serta dalam penanganan kasus yang

dialami klien, salah satu diantara yang menjadi bahan studi penulis yaitu

peran perawat dalam upaya penanganan Asma Bronchiale.

Bangkok-Miol : Asma kini merupakan penyakit jangka panjang yang

paling sering terjadi di dunia, demikian hasil yang diumumkan pada

pertemuan Asma Dunia di Bangkok, . ahli yang berbicara atas nama

Global Intiative For Asthma (www.ginasthma,com).

Berdasarkan data dari RSUD Labuang Baji makassar angka

kejadian Asma Bronchiale adalah :

7
Data Asma Bronchiale di RSUD Labuang Baji

Umur Jumlah Jum Meningg


al
3 tahun lah
0-28 28 1-4 5-14 15-24 23-44 45-64 64(+) ♀ ♂
2004 1 6 15 14 46 42 21 53 29 145 5
2005 3 6 10 22 20 10 41 30 71 3
2006 12 18 24 55 100 109 68 186 97 383 3

Dari data tersebut di atas menunjukkan betapa tingginya angka

penderita penyakit Asma Bronchiale, dimana seorang tenaga

keperawatan sangat perlu memberikan upaya-upaya kesehatan yang

meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif guna menekan jumlah

penderita penyakit saluran pernapasan khususnya Asma Bronchiale, dan

meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu, mendorong penulis

untuk memilih penyakit Asma Bronchiale

B. Tujuan Penulisan

B.1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran nyata tentang asuhan keperawatan

pada klien dengan Asma Bronchiale

B.2. Tujuan Khusus

2.a. Untuk memperoleh pengalaman nyata

dalam pengkajian keperawatan pada pasien

dengan Asma Bronchiale.

2.b. Untuk memperoleh pengalaman nyata

dalam melaksanakan diagnosa keperawatan

pasien dengan Asma Bronchiale

2.c. Untuk memperoleh pengalaman nyata

8
dalam menyusun rencana keperawatan

dengan Asma Bronchiale

2.d. Untuk memperoleh pengalaman nyata

dalam melaksanakan implementasi terhadap

pasien dengan Asma Bronchiale

2.e. Untuk memperoleh pengalaman nyata

dalam mengevaluasi asuhan keperawatan

dengan gangguan sistem pernapasan Asma

Bronchiale

2.f. Untuk memperoleh pengalaman nyata

dalam mendokumentasikan asuhan

keperawatan dengan gangguan sistem

pernapasan Asma Bronchiale

C. Manfaat Penulisan

C.1. Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam

pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang

datang

C.2. Pelayanan kesehatan

Dapat menjadikan bahan masukan bagi perawat yang di Rumah Sakit

untuk mengambil langkah-langkah kebijakan dalam rangka upaya

peningkatan mutu pelayanan keperawatan khususnya asuhan

keperawatan klien dengan Asma Bronchiale

C.3. Klien dan keluarga klien

9
Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam merawat

diri sendiri maupun orang lain yang sehubungan dengan penyakit

Asma Bronchiale.

C.4. Penulis

Dapat memperoleh pengetahuan penglaman dalam memberikan

asuhan keperawatan serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh

selama pendidikan.

D. Metode Penulisan

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis memerlukan data

subjektif dan objektif yang relevan dengan teori-teori yang akan dijadikan

dasar dalam pemecahan masalah.

Untuk memperoleh data yang diperlukan penulis mempergunakan

beberapa metode antara lain :

D.1. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca

buku-buku, naskah mata kuliah, naskah diskusi/seminar

dan literatur yang berkaitan erat dengan Asma

Bronchiale.

D.2. Studi kasus

Untuk studi kasus keperawatan yang komprehensif yang meliputi

pengkajian data, analisa data, penerapan diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi asuhan keperawatan yang

dilakukan pada pasien Tn. “H” dengan kasus Asma Bronchiale yang

10

10
dirawat di Rumah Sakit Labuang Baji pada tanggal 03 oktober 2007,

untuk menghimpun informasi dan pengkajian data digunakan teknik :

2.a. Observasi

Yaitu melihat secara langsung keadaan pasien selama dalam

perawatan

2.b. Wawancara

Yaitu mengadakan wawancara dengan pihak terkait yaitu pada

pasien dan perawatan setempat

2.c. Mempelajari status klien dan catatan medik

yang berkaitan dengan karya tulis ini.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam mempelajari karya tulis ini, penulis

menyusun dalam sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Adalah BAB ini menguraikan latar belakang masalah, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan serta

penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada BAB ini menguraikan tentang konsep-konsep atau teori

yang mendasari judul karya tulkis ini, yang terdiri dari :

a. Konsep dasar medis terdiri atas : pengertian, anatomi,

fisiologi, etiologi, insiden, patofisiologi, manifestasi klinik, tes

diagnostik, dan penatalaksanaan medis.

b. Konsep dasar keperawatan terdiri dari : pengkajian,

11

11
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi,

evaluasi.

BAB III TINJAUAN KASUS

Membahas tentang asuhan keperawatan yang meliputi :

Pengkajian data, klasifikasi data, analisa data, perencanaan

keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi.

BAB IV PEMBAHASAN

Membahas tentang kesenjangan antara teori dan praktek

keperawatan yang telah dilaksanakan mulai dari pengkajian,

perencanaan, pelaksanaan evaluasi asuhan keperawatan.

BAB V : PENUTUP

Yang terdiri dari kesimpulan dan saran yang merupakan

perumusan dari seluruh isi karya tulis ini.

12

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis

A.1. Pengertian

Asma bronkiale adalah penyakit obstruksi jalan napas yang

bersifat not reversibel, dimana trakea dan bronkhiale berespon secara

hiperaktif terhadap stimuli tertentu (Arief Mansjoer).

Asma Bronchiale merupakan suatu keadaan gangguan atau

kerusakan bronchus yang ditandai dengan spasme bronchus yang

reversibel spasme dan kontriksi yang lama pada jalan napas (Brunner

dan Suddarth, 2002).

A.2. Anatomi Fisiologi Saluran Pernapasan

Respirasi adalah gerakan oksigen dari atmosfer menuju ke sel-

sel keluarnya karbondioksida dari sel-sel udara bebas. Penghantar


13

13
udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring,

bronchus, dan Bronchiolius. Saluran napas ini dilapisi oleh membran

mukosa bersilia. Pada saat udara masuk rongga hidung, maka udra

akan disaring, dihangatkan dan dilembabkan, Ketiga proses ini

merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel

toraks bertingkat, bersilia dan bersel goblet.

Gambar 1. Anatomi Fisiologi Pernapasan

Permukaan epitel diliputi oleh lapisan mukosa yang disekresi

oleh sel goblet dan kelenjar serose. Partikel debu kasar dapat disaring

dalam rongga hidung, sedangkan yang lebih halus terjerat dalam

lapisan mukosa. Selanjutnya udara akan menuju pharynx dan larynx

masuk ke trachea yang bagian ujung bagian bawah bercabang dua

yang merupakan cabang utama bronchus kanan dan kiri. Cabang

utama kana disebut karina yang mengandung syaraf dan dapat

14

14
menimbulkan broncho spasme hebat dan batuk kalau syaraf-syaraf

tersebut terangsang.

Bronchus kanan lebih pendek dan broncuhus kiri dengan posisi

lebih vertikal dengan bentuk dan ukuran yang lebih besar dari

bronchus kiri. Letak anatomi ini mempunyai yang penting dimana

tabung endotracheal terletak sedmikian rupa sehingga terbentuk

saluran udara paten yang masuk dalam cabang utama bronchus

kanan kalau udara ridak tertahan pada mulut atau hidung. Bronchus

kanan dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi segmen bronchus.

Percabangan ini terus menerus sampai cabang yang terkecil yang

dinamakan Bronchiale terminalis. Oleh karena Bronchiale terminalis

tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi dikelilingi oleh otot

polos sehingga sudah melaksanakan fungsinya sebagai penghantar

udara ke tempat pertukaran gas paru-paru (alveolis) dan sakus

alveolaris terminalis, sebagai struktur akhir paru-paru yang berbentuk

buah anggur.

A.3. Etiologi

Penyebab yang memicu timbulnya asma yaitu :

3.a. Alergen: zat-zat tertentu bila diisap atau

tertelan dapat menimbulkan serangan asma

misalnya serbuk sari, debu, jamur

3.b. Infeksi saluran nafas: terutama oleh virus

seperti influenza merupakan salah satu faktor

pencetus yang paling sering menimbulkan

15

15
Asma Bronchiale

3.c. Olahraga atau kegiatan jasmani yang

berat: sebagian penderita Asma Bronchiale

akan mendapatkan serangan asma bila

melakukan olah raga atau aktifitas fisik yang

berlebihan

3.d. Obat-obatan: beberapa pasien Asma

Bronchiale sensitif atau alergi terhadap obat

tertentu seperti penicilin, salisilat, beta

blocker, kodein dan sebagainya

3.e. Polusi udara: pasien asma sangat peka

terhadap udara berdebu, asap

pabrik/kendaraan, asap rokok, asap yang

mengandung hsil pembakaran dan oksida

fotokemial, serta bau yang tajam.

3.f. Lingkunagn kerja: diperkirakan 2-15 %

pasien Asma Bronchiale pencetusnya adalah

lingkungan kerja (Sundanu, 1991).

3.g. Suhu panas/dingin

A.4. Insiden

Asma dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain : Jenis

kelamin, umur pasien, status atropi, faktor keturunan serta faktor

lingkungan. Pada masa kanak-kanak ditemukan insiden anak laki-laki

berbanding dengan anak perempuan 1,5 : 1 tetapi menjelang dewasa

16

16
perbandingan tersebut lebih kurang sama dan masa menopause

perempuan lebih banyak dari laki-laki, umumnya insiden asma anak

lebih tinggi dari dewasa, tetapi ada pula yang melaporkan insiden

dewasa lebih tinggi dari anak, angka ini juga berbeda-beda antara satu

kota dengan kota lain di negara yang sama. Di Indonesia asma

berkisar antara 5-7% (Slamet Suyono).

Dan menurut laporan para ahli internasional pada hari

peringatan asma sedunia tanggal 04 Mei 2004 yang lalu diperkirakan

penderita asma di seluruh dunia mencapai 400 juta orang, dengan

pertambahan 180.000 setiap tahunnya (Vitahealth, 2006).

A.5. Patofisiologi

Perubahan jaringan pada asma tanpa komplikasi terbatas pada

bronchus dan terdiri dari spasme otot polos, oedema mukosa dan

hipersekresi mukus. Tromboksa mungkin juga mempunyai peranan

reaksi ini karena mediator ini menyebabkan kontraski otot polos

bronchus yang lama dan odema sub mukosa. Mobilisasi secret pada

lumen dihambat oleh penyempitan saluran udara dan mengelupasnya

selepitel bersilia yang dalam keadaan normal membantu

membersihkan mucus.

Salah satu sel yang memegang peranan penting pada

partogenesis asma adalah sel mast. Sel amst dapat terangsang oleh

berbagai pencetus misalnya: alergen, infeksi dan lain-lain. Sel ini akan

mengalami degranulasi dan mengeluarkan bermacam-macam

mediator misalnya histamine, bradikinin, enzim-enzim dan perosidase.

17

17
Selain mast sel basofi dan beberapa sel lain dapat juga mengeluarkan

mediator. Bila alergen sebagai pencetus maka alergen yang masuk ke

dalam tubuh merangsang sel plasma/sel pembentuk antibody lainnya

untuk menghasilkan antibody reagenik (IgE). Selanjutnya IgE akan

beredar dan menempel pada reseptor yang sesuai pada dinding sel

mast. Sel mast yang demikian disebut sel mast yang tersensitasi.

Alergen tersebut akan menempel pada sel mast yang tersensitasi. Dan

kemungkinan akan yerjadi degradasi dinding dan degranulasi sel

mast. Mediator dapat bereaksi langsung dengan reseptor di mukosa

bronchus sehingga menurunkan siklik AMP (Adenosin Mono Posfat)

kemungkinan terjadi bronchokontriksi. Mediator dapat juga

menyebabkan bronchokontriksi dengan mengiritasi reseploritant

(Corwin, E. J, 2000).

Permeabilitas epitel dapat juga meningkat karena infeksi, asap

rokok dengan peningkatan aktivitas reseptor iritan. Mediator dapat

pula meninggikan permeabilitas dinding kapiler sehingga IgE dan

leukosit (reaksi konpleks antigen antibodi) kemudian leukosit, lisosom

keluar, kerusakan jaringan setempat dan pengeluaran prostaglandin

F2 menurunkan siklik AMP dan terjadi bronchokontriksi.

Ujung saraf vagus merupakan reseptor batuk dan reseptor taktil

(iritan) yang dapat terangsang oleh mediator, peradangan setempat

dan pencetus bukan alergen lainnya sehingga terjadi refleks

parasimpatik, kemudian bronchokontriksi. Fase-fase terjadinya

obstruksi bronchus. Terjadinya obstruksi bronchus dapat dimulai dari

18

18
aktifitas biologik pada mediator sel mast dan dapat dibagi dalam 3

(tiga) fase utama :

a. Fase cepat dan spasmogenik

Jika ada pencetus terjadilah peningkatan tahanan saluran napas

yang cepat dalam 10-15 menit. Terdapat peningkatan faktor

kemotaktik netrofil sejalan dengan meningkatnya tahanan saluran

napas. Fase cepat ini kemungkinan besar melalui kerja histamine

terdapat otot polos secara langsung atau melalui refleks vagal.

b. Fase lambat dan lama

Rangsangan bronchus oleh alergen spesifik menyebabkan

peninggian tahanan saluran napas yang menghebat maksimum

setelah 6-8 jam. Reaksi ini tergantung pada IgE yang biasanya

berhubungan dengan pengumpulan netrofil 4-8 jam setelah

rangsangan. Reaksi ini juga berhubungan dengan reaktivasi sel

mast. Lekotrin, prostaglandin.

c. Fase Inflamasi Sub Acut atau Kronik

Mediator PAF (Platlet Actiavting Faktor) yang dihasilkan oleh sel

mast, basofil dan makrofag dapat menyebabkan hiperteropi otot

polos dan kerusakan mukosa bronchus. PAF juga dapat

menyebabkan bronchokontriksi yang lebih kuat.

A.6. Manifestasi Klinik

Manifestasi linik Asma adalah serangan episode batuk mengi

dan sesak napas pada awal serangan. Gejala tidak jelas seperti rasa

19

19
berat di dada dan pada asma alergik mungkin disertai pilek atau

bersin, pada mulanya batuk tanpa disertai sekret, tetapi pada

perkembangan selanjutnya akan mengeluarkan sekret baik yang

mukoid, putih kadang-kadang purulen. Asma alergik sering

berhubungan antara allergen dan gejala asma tidak jelas. Terlebih lagi

pasien asma allergen seperti asap rokok, asap merangsang infeksi

saluran pernapasan atau perubahan cuaca.

A.7. Tes Diagnostik

Umumnya diagnosa asma tidak sulit, terutama bila dijumpai

gejal yang klasik, seperti sesak napas, batuk dan mengi (wheezing).

Adapun pemeriksaan penunjang yang penting dalam menegakkan

diagnosa adalah sebagai berikut :

7.a. Spirometri untuk menunjukkan adanya

obstruksi jalan napas reversibel. Peningkatan

FEV, atau FVC sebanyak > 20 %

menunjukkan diagnosis asma.

7.b. Tes provokasi, untuk menunjukkan

hyperaktivitas bronchus. Penurunan FEV,

sebesar 20 % atau lebih setelah tes

provokasi menunjukkan hyperaktif bronchus.

7.c. Pemeriksaan tes kulit, untuk menunjukkan

tes kulit positif (+) tidak selalu merupakan

penyebab asma, sedangkan hasil negatif (_)

20

20
tidak selalu berarti tidak ada faktor

kerentanan kulit.

7.d. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE

spesifik untuk menyokong adanya penyakit

atropi.

7.e. Pemeriksaan radiology (foto thoraks),

dilakukan bila ada kecurigaan terhadap

proses patologi di paru atau komplikasi

asma.

7.f. Analisa gas dara, dilakukan pada penderita

asma berat pada keadaan tersebut dapat

terjadi hipoksemia, hiperkapina dan asidosis

respiratorik.

7.g. Pemeriksaan eosinofil dalam darah, dapat

membantu membedakan asma dengan

bronchitis kronik. Pada penderita asma

jumlah eosinofil dalam darah biasnya

meningkat.

7.h. Pemeriksaan sputum, untuk melihat

adanya eosinofil dan meselium aspergillus

furmigatus.

A.8. Penatalaksanaan Medik

Prinsip umum pengobatan Asma Bronchiale :

8.a. Menghilangkan obstruksi jalan napas

21

21
dengan cara segera

8.b. Mengenal dan menghindari faktor-faktor

yang dapat mencetuskan serangan asma

8.c. Memberikan pendidikan kesehatan kepada

penderita dan keluarganya mengenai

penyakit asma baik mengenai cara

pengobatan maupun perjalanan penyakitnya.

a. Bronkodilator

Yang termasuk obat anti asma :

a.1) Agonis beta 2 (salbutamol tetbutalis,

fenoterol, prokatelor) merupakan obat

untuk mengatasi serangan asma akut

dapat diberikan secara inhalasi.

a.2) Epinefrin diberikan subkutan sebagai

pengganti agonis beta 2 serangan asma

berat. Dianjurkan hanya dipakai pada

anak atau dewasa muda.

a.3) Aminofilin dipakai sewaktu serangan

asma akut. Diberikan dosis awal, diikuti

dengan dosis pemeliharaan

a.4) Kortikosteroid, tidak termasuk obat

golongan bronkodilator, tetapi secara

tidak langsung dapat melebar saluran

napas, Dipakai pada serangan asma

22

22
akut.

a.5) Anti koligenik (Ipatropium bromide)

dipakai sebagai suplemen broncodialtor..

agonis beta 2.

b. Terapi awalnya yaitu :

a.1) Oksigen 1-6 liter.menit.

a.2) Agnosi beta B2 (sambutamol) 5 mg

atau peneferol 2,5 mg atau terbutalis 10

mg) inhalasi nebulasi dan pemberiannya

dapat diulang setiap 20 menit sampai 2

jam pemberian agonis B2 dapat secara

subkutan atu iv dengan dosis salbutamol

0,25 mg dalam larutan dextroses 5%

dapat diberikan perlahan.

a.3) Aminofilin drips iv 5-6 mg/kg BB, jika

sudah menggunakan obat ini dalam jam

sebelumnya maka cukup dapat diberikan

setengah dosis.

a.4) Kortikosteroid hidrokoson 100-200 mg

iv jika tidak ada segera atau pasien

sedang menggunakan ateroid oral atau

dalam serangan sangat berat.

B. Konsep Dasar Keperawatan

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan perawat profesional

23

23
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan

ilmu dan kiatnya, dimana pelayanan keperawatan mengacu kepada

pelayanan bio-psiko social spiritual yang komprehensif ditujukan kepada

klien, keluarga dan masyarakat.

B.1. Pengkajian

Pada proses pengkajian, yang perlu dikaji pada pasien asma bronchial

adalah :

1.a. Riwayat perjalanan penyakit

Kaji adanya batuk, sesak napas, nyeri dada, rasa lemah, cepat

lelah, demam, berkeringat pada malam hari, anoreksia, mual,

ansietas, ketakutan.

1.b. Riwayat penyakit sebelumnya

b.1) Pernah sakit, batuk lama atau

sesak napas.

b.2) Pernah berobat tapi tidak sembuh

dan tidak teratur

b.3) Riwayat penyakit turunan

1.c. Riwayat pengobatan sebelumnya

c.1) Kapan klien mendapat

pengobatan dan perawatan sesuai

dengan penyakitnya

c.2) Berapa lama klien menjalani

pengobatan dan perawatan

sehubungan dengan penyakitnya.

24

24
B.2. Diagnos keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada Asma Bronchiale adalah ;

2.a. Pola napas tidak efektif

2.b. Gangguan pola tidur b/d batuk berlebihan

2.c. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik

2.d. Cemas b/d kurang pengetahuan tentang

penyakit

B.3. Rencana Tindakan

3.a. Jalan napas tidak efektif b/d meningkatnya

produksi mukus dan jalan napas.

Intervensi :

a.1) Kaji frekuensi napas klien

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kesehatan klien

a.2) Kaji TTV

Rasional : Vital sign yang tidak normal menunjukkan status

penyakit

a.3) Beri posisi semi fowler

Rasional : Membantu memaksimalkan ekspansi paru

a.4) Kolaborasi dengan tim medik

dalam pemberian O2

Rasional : Membentu pemenuhan O2

a.5) Kolaborasi dengan tim medik

dalam pemberian obat

Rasional : Mempercepat proses penyembuhan

25

25
3.b. Gangguan pola tidur b/d :

Batuk berlebihan

Intervensi :

4.1) Kaji waktu tidur klien

Rasional : Mengetahui kebutuhan tidur klien

4.2) Berikan posisi yang nyaman

Rasional : Membantu klien untuk istirahat tidur

4.3) Rapikan tempat tidur klien

Rasional : Agar tidur klien nyenyak

4.4) Anjurkan pada pengunjung koien

untuk tidur ribut.

Rasional : Menciptakan suasana yang tenang

3.c. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik

Inetervensi :

c.1) Kaji pola kebersihan diri klien

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebersihan diri klien

c.2) Anjurkan klien untuk mandi setiap

pagi dan sore

Rasional : Agar klien tetap bersih

c.3) Mandikan klien, cuci rambut dan

potong kuku

Rasional : Agar klien bersih dan merasa nyaman

c.4) Beri HE tentang kebersihan diri

Rasional : Agar klien memahami tentang tinggi fungsi

26

26
kebersihan diri.

B.4. Cemas b/d kurang pengetahuan tentang penyakit :

Intervensi :

4.a. Bima hubungan sering percaya

Rasional : Menjalin kerja sama

4.b. Kaji tingkat kecemasan klien

Rasional : Mengetahui tingkat skala kecemasan klien

4.c. Beri HE tentang penyakit

Rasional : Agar klien mengerti tentang penyakitnya

4.d. Beri support pada klien untuk

mengungkapkan perasaannya

Rasional : Ungkapan perasaan dapat mengurangi

4.e. Ajarkan pada klien teknis

napas dalam (bila sesak

menurun)

Rasional : Mengurangi rasa cemas

B.5. Impelementasi

Tahap implementasi merupakan pelaksanaan rencana asuhan

keperawatan yang telah dibuat berdasarkan ilmu pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki perawat sehingga dapat mengatasi masalah

klien. 3 komponen dari implemetnasi :

5.a. Tindakan keperawatan mandiri merupakan

tindakan yang dapat diimplementasikan oleh

27

27
perawat tanpa dokter dan masih dalam batas

wewenang keperawatan

5.b. Tindakan keperawatan kolaboratif

merupakan tindakan yang diimplementasikan

oleh perawat bekerjasama dengan anggota

tim kesehatan yang lain dalam membuat

keputusan bersama untuk mengatasi

masalah klien.

5.c. Dokumentasi tindakan keperawatan dan

respon klien terhadap tindakan keperawatan.

B.6. Evaluasi

Tahap evaluasi pada proses perawatan meliputi penilaian hasil tujuan

yang telah ditentukan :

6.a. Untuk menilai apakah tujuan dalam

rencana keperawatan tercapai atau tidak

6.b. Untuk melakukan pengkajian ulang

28

28
Patofisiologi dan Penyimpangan KDM Asma Bronchiale

Masuknya alergen
Ke saluran pernapasan

Perubahan status kesehatan


Reaksi antigen / antibody
(IgE)

Kurang informasi
Melepaskan mediator kimia (bradikinin, histamin, prostaglandin)

Kurang pengetahuan

Stressor meningkat

Gelisah, REM meningkat


Peningkatan produksi mukus di jalan napas Koping tidak efektif

Klien terjaga
Cemas
Penyempitan jalan napas

Sulit tidur

Refleks batuk Bersihan jalan napas tidak efektif


Gangguan pola tidur

Pola napas tidak efektif

Kurang pengetahuan tentang penyakit


Sesak napas

Stress meningkat Kelemahan fisik

Koping tidak efektif Ketidakmampuan merawat diri


29

29
Cemas
Defisit perawatan diri

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang asuhan keperawatan

pada klien Tn. “H” dengan gangguan sistem pernapasan asma bronchiale di

ruang perawatan lantai II Baji Pamae II Rumah Sakit Labuang Baji, pada

tanggal 03 oktober 2007. dalam pelaksanaan asuhan keperawatan

digunakan proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian sampai

evaluasi. Adapun uraian lebih lanjut dari pelaksanaan sebagai berikut :

e.I. Pengkajian

I.A. Biodata

A.1. Identitas

Klien

Nama : Tn. “H”

Umur : 51 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku/bangsa : Makassar/Indonesia

Status perkawinan : Kawin

Pekerjaan : Tukang becak

Pendidikan : Tidak sekolah


30

30
Alamat : Jl. Borong Raya Antang

Tgl. MRS/Pengkajian : 02-10-2007 / 03-10-2007

A.2. Identitas

Penanggung

Jawab

Nama : Ny. “A”

Umur : 35 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku Bangsa : Jawa/Indonesia

Hubungan dengan klien : Istri klien

I.B. Riwayat Kesehatan

B.1. Keluhan

utama

Sesak napas

Riwayat keluhan utama :

Klien masuk rumah sakit pada tanggal 02-10-2007 dengan keluhan

sesak napas disertai demam dan batuk-batuk, klien merasakan

sesak sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit yaitu tgl. 30-10-

2007.

Sehingga klien dihantarkan oleh keluarganya ke rumah sakit. Hal

yang memperberat yaitu saat klien beraktivitas dan yang

memperingan saat klien istirahat duduk. Sesak dirasakan klien

31

31
hilang timbul.

Riwayat kesehatan :

B.2. Kesehatan

masa lalu

Sebelumnya klien telah dua kali masuk RS. Labuang Baji dengan

penyakit yang sama yang dialaminya sekarang, klien pernah

mengkonsumsi alkohol, kopi, dan merokok, klien tidak ada riwayat

operasi, klien alergi terhadap sinar matahari dan asap rokok, klien

tidak pernah mengalami kecelakaan, serta klien juga tidak ada

alergi terhadap makanan atau obat-obatan tertentu.

B.3. Kesehatan

sekarang

Saat dikaji klienberbaring di tempat tidur dengan keadaan sesak

dan batuk, tangan kanan klien terpasang infus Rl 20 tetes/menit.

B.4. Riwayat

kesehatan

keluarga

A.1. Genogram

? ? ? ? ?
?

57 ? ? ? ? ? 30 ? ? 35 ? 287
??

32

32
23 20 19
Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien
? ? : Tidak diketahui umurnya

: Meninggal

: Tinggal serumah

: Garis keturunan

Keterangan :

GI: Kakek dan nenek klien meninggal karena faktor usia

G II: Orang tua klien meninggal karena faktor usia, serta ayah klien

meninggal karena penyakit yang sama dengan klien

G III Klien berada pada generasi ke 3 dan adik klien mengalami

penyakit yang sama dengan klien saudara klien meninggal dan

penyakitnya tidak diketahui

C. Riwayat psikososial

1. Pola Konsep Diri

1.a. Gambaran diri

Klien mampu mengenal dirinya sendiri dan klien merasa

khawatir dan dengan keadaannya tapi klien juga berdoa mohon

kesembuhan

33

33
1.b. Identitas diri

Klien mengatakan ia sadar dan puas menjadi seorang ayah

yang baik bagi anak-anaknya serta seorang suami bagi istrinya

1.c. Harga diri

Klien mengatakan tidak malu dengan penyakitnya karena ini

merupakan cobaan dari tuhan

1.d. Peran

Dari keluarga klien berperan sebagai suami yang mencari

nafkah bagi keluarganya, namun kebuthan keluarga dipenuhi

oleh istrinya.

1.e. Ideal diri

Klien berharap agar lekas sembuh bisa pulangt kembali ke

rumahnya dan berkumpul dengan keluarganya

2. Pola Kognitif

Klein mampu mengutarakan keluhannya dan dapat

mengekspresikannya, namun klien belum mampu memahami

tentang penyakitnya.

3. Pola koping

Klien mengatakan jika ada masalah klien bercerita pada

keluarganya.

4. Pola interaksi dalam rumah sakit

Klien mampu berinteraksi dengan orang lain, perawat dan tim

medis lainnya, dan dalam masyarakat hubungan klien dengan

34

34
lingkungannya baik.

D. Riwayat spiritual

i.1. Ketaatan

beribadah

Klien beragama Islam, sebelum sakit kloien rajin menjalankan

sholat namun saat ini klien tidak mampu menjalankan sholat

karena sakit, tetapi keluarganya selalu mendukung klien dan

berdoa agar cepat sembuh

i.2. Dukungan

keluarga

Keluarga sangat mendukung dalam proses penyembuhan klien

misalnya selalu mendampingi klien

i.3. Ritual yang biasa

dilakukan

Klien tidak melakukan ritual tertentu.

E. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaaan umum klien

E.a. Tanda-tanda distress klien nampak sedikit stress karena

keadaan yang dialaminya sekarang.

E.b. Penampilan dihubungkan dengan usia

E.c. Klien berpenampilan sesuai usia

E.d. Ekspresi wajah biasa-biasa saja, bicara klien lancar dan

mood klien bagus

35

35
E.e. TB : 165 cm, BB : 52 kg

2. Tanda-tanda vital

TD : 130/80 mmHg

S : 37o C

N : 96 x/mnt

P : 30 x/mnt

3. Sistem Pernapasan

1.a. Hidung

: lobang

hidung

simetris

kiri dan

kanan,

terdapat

pernapas

an cuping

hidung,

tidak

terdapat

sekret,

polip dan

epistaksis

1.b. Leher :

Tidak

36

36
teraba

pembesar

an

kelenjar

tiroid,

serta

teraba

tidak

adanya

pada

leher

1.c. Dada :

Bentuk

dada

normal

chest :

perbandin

gannya

posterior

dan

anterior

(1) : dan

transvers

al (2),

37

37
gerakan

dada

simetris

kiri dan

kanan,

menggun

akan otot

bantu

pernapas

an,

pernapas

an klien

28x/mnt.

Pola

terdapat

wheeing.

4. Sistem kardiovaskuler

a. Konjungtiva tidak anemis, bibir pucat, kemampuan menelan

baik

b. Ukuran jantung normal, iktus kordis teraba pada ics s-

midavisula sinistra

c. Suara jantung S1 (lub) dan S2 (dub), tidak ada bising aorta

5. Sistem pencernaan

a. Sklera tidak ikterus, bibir pucat dan kemampuan menelan klien

38

38
baik

b. Mulut : tidak ada stomatitis dan tidak palato skizis jumlah gigi

27

c. Gaster : tidak kambung dan tidak ada nyeri tekan, peristaltik

10x/mnt

d. Abdomen : hati tidak teraba, tidak ada nyeri tekan pada

abdomen

e. Anus : tidak ada haemoroid

6. Sistem Indra

1.a. Mata : alis mata

tumbuh secara merata, bulu

mata pendek

a.1) Visus : mata

kiri klien dapat

melihat dengan

jelas, dan mata

kanan klien dapat

melihat dengan

jarak 5/6 dengan

menggunakan jari

tangan, klien

dapat

menggerakkan

buah matanya (8

39

39
arah)

a.2) Lapang

pandang 180o

klien dapat

melihat objek

yang ada

disekitarnya

1.b. Hidung : fungsi

penciuman klien normal dapat

membedakan bau balsem dan

minyak wangi, tidak terdapat

peradangan dan epistaksis

serta tidak ada sekret yang

menghalangi penciuman

terdapat peranapasan cuping

hidung.

1.c. Telinga : keadaan daun

telinga lentur, kanal auditorius

terdapat serimen, fungsi

pendengaran baik.

7. Fungsi Syaraf

a. Fungsi cerebral :

Klien mampu beriorentasi dengan waktu, tempat serta klien

dapat mengingat kejadian yang telah lalu. Klien dapat

40

40
menghitung secara benar. Klien menggunakan bahasa

c.1) Kesadaran (E4,

N5, M6)

c.2) Bicara

ekspresive : klien

dapat

mengungkapkan

perasaanya dan

klien dapat

berbicara dengan

lancar

Bicara reseptif : dapat menjawab pertanyaan yang diberikan

b. Fungsi cranial

b.1) Nervus I

(optikus)

Klien mampu membedakan bau balsem dan bau minyak

wangi

b.2) Nervus II

(optikus)

Penglihatan baik, klien mampu memandang ke segala arah,

lapang pandang 180o C

Visus : mata kanan klien dapat melihat dengan jarak 5/6

dengan menggunakan jari tangan, dan mata kiri klien dapat

melihat dengan normal

41

41
b.3) Nervus III

(okutomotori

us, troklear,

abdusen)

Klien mampu menggerakkan bola mata kekiri dan kekanan,

pupil isokor

b.4) Nervus V

(trigeminal)

Klien dapat merasakan sensasi pada wajahnya, klien dapat

mengunyah dengan baik

b.5) Nervus VII

(faisalis)

Klien dapat merasakan rangsangan di wajahnya, gerakan

otot wajah baik

b.6) Nervus

VIII

(vestibulokle

ar)

Klien dapat mendengar suara disekitarnya

b.7) Nervus IX

(nasofaringe

us)

Klien dapat membedakan rasa manis dan rasa pahit

b.8) Nervus X

42

42
(vagus)

Kemampuan menelan baik

b.9) Nervus XI

(aksesorius

spiral)

Klien dapat menggerakkan bahu dan kepalanya

b.10) Nervus

XII

(hipoglosis)

Klien dapat menggerakkan lidahnya kekiri dan kekanan

c. Fungsi motorik

Tidak ada nyeri tekan pada otot ekstrimitas atas maupun

bawah, tidak ada gerakan otot abnormal

d. Fungsi sonsorik:

klien mampu

membedakan suhu

yang sentuhkan pada

anggota tubuhnya.
+
e. Refleks: Bisep /+,

triseps (+/+), patella (+/

+ ), babinski (-/-)

f. Iritasi meningen:

kaku kuduk (-)

8. Sistem Musculoseoletal

43

43
i.a. Kepala; bentuk kepala mesocopale

i.b. Vertebra; lordosis

i.c. jalan normal

i.d. Lutut; tidak bengkok dan tidak kaku

i.e. Kaki; tidak bengkok, klien mampu

berjalan dengan baik

i.f. Tangan; tidak bengkok

9. Sistem Integumen

a. Warna rambut : hitam dan tidak

mudah tercabut

b. Kulit : warna kulit sawo matang,

keadaan kulit kering, bulu kulit halus

dan merata, tidak ada ruam pada

kulit

c. Kuku : kotor dan permukaannya

merata, kuku mudah patah

10. Sistem Endokrin

Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid,ekskresi urin

tidak berlebihan,tidak ada riwayat urin di kelilingi semut,klien

mengalami keringat berlebihn di malam hari.

11. Sistem perkemihan

Tidak ada udem palpebra, klien juga tidak mengalami udem ……

vesika urianria tidak teraba, klien juga tidak mengalami nokturia,

dysuria dan kencing batu, klien tidak ada riwayat mengalami

44

44
penyakit hubungan seksual.

12. Sistem Reproduksi

Klien tidak bersedia dikaji

13. Sistem Imun

Klien tidak ada alergi terhadap makanan, bulu binatang

a. Rokok /ALKOHOL

Klien banyak merokok dan tidak minum-minuman keras, klien

juga tidak minum kopi

b. Aktivitas / mobilitas

Fisik

Kegiatan setiap hari klien ialah mendayung becak

c. Perasaan saat kerja

Klien melakukan pekerjaannya dengan senang hati, tidak ada

waktu luang klien keluar pada malam hari.

F. Pemeriksaan Diagnostik

Urin

Tgl. 02 Oktober 2007

Hasil Lab :

a. Eryth : 0 – 1 / sob

b. Leuco: 0 – 1 / sob

c. Cylina: (-)

d. Epith cell : 1 – 2 / sok

e. Baet : -

f. Cristal : ca okalat (+)/sok

45

45
Lab darah

Tgl. 02 Oktober 2007

Hasil N

a. SGOT 15 U/L

0-38 U/L

b. SGPT 9 U/L

0-41 U/L

c. Ureum 12.0 mg/100

ml 10-50 mg/100 ml

d. Creatinin 0,69 mg/100

ml 0,01-1,1 mg/100 ml

e. Glukosa sewaktu 1,3 mg/100 ml

sp 160 mg/100 ml

Hasil Lab sampel EDTA

a. WBC 24,7 H 103 /Ul 4,5-10,0 H 103 / UL

b. Ly 15,9 HL % 20,5-51,1 HL

c. GR 17,7 Hx 103 /UL 42,2-75,2 Hx 103

/UL

d. Ly 3,9 Hx103 / UL 1,4-6,5 xHx

103 / UL

e. Mo # 1,6 H x 103 / UL 0,1-0,6 x H x 103

/UL

f. RBC 3,77 L/106 /UL 4,00-6,00 L/106 /UL

46

46
g. GRH 19,2 x Hx103 /UL 1,4-6,5 g/di

h. HgB 11,9 Lg/dl 12,0-16,0 g/di

i. HCT 34,7 L % 35,0-45,0 L %

j. MCH 31,5 H pg 27,0 – 31,03 H pg

k. PLT 295 x 103 /UL 150-450 x 103 /UL

l. PCT 183 l % 0,190-0,360 L %

Terapi saat ini

a. RL 20 tts/mnt

b. O2 2-3 L/mnt

c. Aminofilin 1 amp/tiap ganti cairan

d. Salbutamol 3 x 1

e. Cefadroxil 3 x 1

f. Doxametazon 1 amp/ 8 jam / iv

g. GG 3 x 1

47

47
Pola Aktivitas Sehari-Hari

No. Jenis kegiatan Sebelum sakit Saat sakit


1. Nutrisi
- S Baik BAIK
e Nasi, sayur, lauk Bubur,sayur,lauk3
l 2x/hari x / hari
e
r - -
a Dengan keluarga Sendiri
Piring,sendok Piring,sendok
m
aMandiri dibantu
2. k
aAir putih+teh A ir putih+teh
n 6-8 gelas/hari 6-7 gelas/hari
- M
Saat haus Saat haus
3. e
n
u WC WC
1-2x/hari 1x/hari
m Teratur Teratur
a Lembek Lembek

48

48
k
a 4-5x/hari 3-4X/hari
n WC Pispot
a Kuning Kuning
n Amoniak Amoniak
4. - F
r 13.00-14.30 Tidak tentu
e 21.00-05.30 23.30-04.30
k Bercerita dengan Bercerita dengan
u keluarga penjaganya
e Nyenyak Serng terbangun
5. n
s
i 3x/hari Tidak pernah
Pakai sabun
m Mandiri
a
k Setiap mandi
a Pakai sampo
n Mandiri
a
n 1x/minggu
- M Mandiri
a
k
a
n
a
n

y
a

49

49
n
g

d
i
s
u
k
a
i
- M
a
k
a
n
a
n

p
a
n
t
a
n
g
- C
a
r
a

m
a

50

50
k
a
n
- A
l
a
t

m
a
k
a
n

y
a
n
g

d
i
g
u
n
a
k
a
n
- M
a
n
d

51

51
i
r
i
/
d
i
b
a
n
t
u
Cairan
- J
e
n
i
s

m
i
n
u
m
a
n
- K
e
b
u
t
u
h

52

52
a
n

c
a
i
r
a
n
- F
r
e
k
u
e
n
s
i

m
i
n
u
m
Eliminasi BAB dan BAK
1. BAB
-

53

53
-

2. BAK
-

Istirahat tidur
-

Personal hygiene
a. M
a
n

54

54
di
-

b. C
u
ci
r
a
m
b
u
t
-

c. G
u
n
ti
n
g
k
u
k
u

55

55
-

DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif


- Klien mengeluh sesak - Frekuensi napas 30

napas x/menit, pola napas cepat

- Klien mengeluh batuk dan dalam

berlendir - Batuk berlendir

- Klien mengatakan - Klien nampak mengantuk

sering batuk sehingga - Jumlah waktu tidur klien

susah tidur 5/24 jam


56

56
- Klien mengatakan jam - Klien nampak kotor

tidur malamnya 23.30- - Kepala klien nampak kotor

03.00 dan tidur - Kuku klien nampak kotor

siangnya 13.30-14.30 dan panjang

- Klien mengatakan - TTV

selama sakit tidak TD : 130/80 mmHg

pernah mandi S : 37o C

- Klien mengatakan N : 96 x/mnt

badannya gerah P : 30 x/mnt

- Klien mengatakan ia - Ekspresi wajah sedih

cemas dengan

penyakitnya

- Klien bertanya-tanya

tentang penyakitnya

ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah


1. DS : Masuknya alergen Pola napas tidak
- Klien mengeluh sesak kesaluran efektif
napas pernapasan
- Klien mengeluh batuk ↓
57

57
berlendir Reaksi
DO : antigen/antibody
- Frekuensi napas 30 (IgE)
x/mnt ↓
- Batuk berlendir Melepaskan
- TTV mediator kimia
(bradikinin,
histamin,
prodtaglandin)

Peningkatan
produksi mukus di
jalan napas

Penyempitan jalan
napas

Refleks batuk

Pola napas tidak
efektif

2. DS : Refleks batuk Gangguan pola


- Klien mengatakan ↓ tidur
sering batuk sehingga Gelisah, REM
susah tidur meningkat
- Klien mengatakan jam ↓
tidur malamnya 23.30- Klien terjaga
03.30. ↓
DO : Sulit tidur
- Klien nampak ↓

58

58
mengantuk Gangguan pola
- Jumlah tidur klien 5/24 tidur
jam

DS :
3. - Klien mengatakan Pola napas tidak Defisit perawatan
selama sakit tidak efektif diri
pernah mandi ↓
- Klien mengatakan Klien sesak
badannya gerah ↓
DO : Kelemahan fisik
- Klien nampak kotor ↓
- Kepala klien nampak Ketidakmampuan
kotor merawat diri
- Kuku klien nampak ↓
kotor dan panjang Defisit perawatan
diri
DS : Cemas
4. - Klien mengatakan ia Sesak napas
cemas dengan ↓
penyakitnya Kurangnya
- Klien bertanya-tanya pengetahuan
tentang penyakitnya tentang penyakit
DO ↓
- Eskpresi wajah sedih. Stress meningkat

Koping individu
tidak efektif

cemas

59

59
DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Diagnosa keperawatan Tgl. Ditemukan Tgl. Teratasi


1. Pola napas tidak efektif b/d 03 Oktober 2007 -

meningkatnya produksi

mukus di jalan napas

2. Gangguan pola tidur b/d03 Oktober 2007 05 Oktober 2007

60

60
batuk berlebihan

3. Defisit perawatan diri b/d03 Oktober 2007 05 Oktober 2007

kelemahan fisik

4. Cemas b/d kurang03 Oktober 2007 05 Oktober 2007

pengetahuan klien tentang

penyakit

INTERVENSI

No. NDX Tujuan Rencana Rasional


keperawatan
1. Pola napas tidakJalan napas 1. Kaji 1. U
efektif b/dtidak efektif frekeuen nt
meningkatnya dalam si napas uk
produksi mukus dijangka klien m
jalan napas waktu 3x24 en
DS : jam dengan ge
- Klien kriteria. ta

61

61
mengelu - Kl 2. Kaji TTV hu
h sesak ie i
napas n tin
- Klien tid 3. Beri gk
mengelu ak posisi at
h batuk se semi ke
berlendir sa fowler se
DO : k ha
- Frekuens - Kl ta
i napas ie 4. Kolabor n
30 x/mnt n asi kli
- Batuk tid dengan en
berlendir ak tim 2. Vi
- TTV b medik tal
2. TD : 130/80 at dalam si
mmHg uk pemberia gn
S : 37o C b n O2 ya
N : 96 er 6. Kolabor ng
x/mnt le asi tid
P : 30 n dengan ak
x/mnt di tim no
r medik rm
Gangguan pola - T dalam al
tidur b/d batuk T pemberia m
berlebihan ditandai V n obat en
dengan n un
DS : or 1. Kaji ju
- Klien m waktu kk
mengata al tidur an
kan klien st
sering at
batuk 2. Berikan us

62

62
sehingga Kebutuhan posisi pe
susah tidur klien yang ny
tidur terpenuhi nyaman ak
3. - Klien dalam it
mengata jangka 3. Rapikan 3. M
kan jamwaktu 3x24 tempat e
tidur jam dengan tidur m
malamny kriteria : 4. Anjurka b
a 23.30- - klie n pada a
03.30. n pengunju nt
DO : da ng klien u
- Klien pat untuk m
nampak tid tidak e
mengant ur ribut m
uk ny a
- Jumlah en k
tidur yak si
klien - Ek m
5/24 jam spr al
esi k
Defisit perawatan waj a
diri b/d kelemahan ah n
fisik klie e
DS : n 1. Kaji pola k
- Klien cer kebersih s
4. mengata ia an diri p
kan klien a
selama n
sakit si
tidak 2. Anjurka p
pernah n klien a
mandi Kebutuhan untuk r

63

63
- Klien personal mandi u
mengata hygiene setiap 4. M
kan terpenuhi pagi dan e
badanny dalam sore m
a gerah jangka 3. Mandika b
DO : waktu 2x24 n klien, a
- Klien jam dengan cuci nt
nampak kriteria rambut u
kotor - kli dan p
- Kepala e potong e
klien n kuku m
nampak b e
kotor er 4. Beri HE n
- Kuku si tentang u
klien h kebersih h
nampak an diri a
kotor dan n
panjang O
2
Cemas b/d kurang
penegatahuan 6. Memper
tentang penyakit 1. Bina cepat
ditandai dengan : hbungan proses
salin penyem
DS : percaya buhan
- Klien 2. Kaji
mengata Cemas klien tingkat
kan iaberkurang kecemas 1. Menget
cemas atau teratasi an klien ahui
dengan dalam kebutuh
penyakit jangka 3. Beri HE an tidur
nya waktu 3x2 tentang klien

64

64
- Klien jam dengan penyakit 2. Memba
bertanya- kriteria klien ntu klien
tanya nampak 4. Beri untuk
tentang tenang support istirahat
penyakit pada tidur
nya klien 3. Agar
untuk tidur
DO : mengun klien
- Es gkapkan nyenyak
kp perasaa 4. Mencipt
re nnya akan
si 5. Ajarkan suasana
w pada yang
aj klien tenang
ah teknik
se napas
di dalam
h (bila
sesak
menurun
)

1. Untuk
menget
ahui
tingkat
kebersih
an klien
2. Agar
klien

65

65
tetap
bersih

3. Agar
klien
bersih
dan
merasa
nyaman

4. Agar
klien
memah
ami
tentang
fungsi
kebersih
an diri

1. Menjali
n kerja
sama
2. Menget
ahui
tingkat
skala
kecema
san

66

66
klien
3. agar
klien
mengert
i
tentang
penyakit
nya
4. Ungkja
pan
perasaa
n dapat
mengur
angi
rasa
cemas
5. Mengur
angi
rasa
cemas

IMPLEMENTASI

No. Hari/Tgl. Waktu Implementasi


1. Rabu/ 08.10 1. Mengatur posisi semi fowler pada
03-10-07 klien
08.18 Hasil : klien melakukannya

67

67
2. Melakukan TTV
Hasil :
TD : 130/80 mmHg
S : 37o C
N : 96 x/mnt
08.30 P : 30 x/mnt
3. Memasang O2
Hasil :Klien dipasang O2 2l/mnt
08.33
1. Mengkaji waktu tidur klien
Hasil :
Waktu tidur malam klien : 23.30-03.00
08.35 Waktu tidur siang klien : 13.30-14.30
2. Merapikan tempat tidur klien
Hasil : tempat tidur klien rapih
08.38
1. Mengkaji pola kebersihan diri
08.40 Hasil : klien nampak kotor
2. Menganjurkan klien untuk mandi
setiap pagi dan sore
08.05 Hasil :
1. Membina hubungan saling percaya
Hasil :
Hubungan perawat dan klien terbina
08.50 dengan baik
2. Mengkaji tingkat kecemasan klien
Hasil : Cemas klien dalam skala sedang
2. Kamis / 08.05
03-10-07 1. Mengkaji frekuensi pernapasan klien
08.08 Hasil : 28 x/mnt
2. Mengkaji TTV
Hasil :

68

68
TD : 130/80 mmHg
S : 37o C
N : 96 x/mnt
08.13 P : 30 x/mnt
3. Mengatur posisi klien
08.50 Hasil : Klien dalam posisi semi fowler
4. Memasang O2
Hasil : Klien dipasang O2 2 l /mnt
08.15
1. Mengkaji waktu tidur klien
Hasil :
Waktu tidur malam klien : 22.30-04.00
08.20 Waktu tidur siang klien 13.00-14.00
2. Merapikan tempat tidur klien
08.24 Hasil : Tempat tidur klien rapi
3. Menganjurkan pada pengunjung
klien untuk tidak ribut
Hasil : Ruangan klien tenang
08.30
1. Mengkaji pola kebersihan diri klien
08.36 Hasil : klien nampak kotor
2. Menganjurkan klien untuk mandi
setiap pagi dan sore hari
08.10 Hasil : Klien mau melakukannya
3. Memandikan klien, mencuci rambut
dan memotong kuku
08.40 Hasil : klien nampak bersih
4. Memberi HE tentang kebersihan
Hasil : Klien dapat mengerti tentang
pentingnya kebersihan
08.00
1. Bina hubungan saling percaya

69

69
Hasil : Hubungan antara perawat-klien
08.52 terjalin dengan baik
2. Mengkaji tingkat kecemasan klien
Hasil : Cemas klien dalam skala sedang (5)
08.55 3. Memberi HE tentang penyakit
Hasil : Klien mulai mengerti dengan
penyakitnya
08.59 4. Memberi support pada klien untuk
mengungkapkannya perasaannya
Hasil : Klien menceritakan masalah yang
dialami sekarang

3. Jumat / 08.00 1. Mengkaji frekuensi pernasapan klien


03-10-07 Hasil : 26 x/mnt.
08.05 2. Mengkaji TTV
Hasil :
TD : 130/80 mmHg
S : 37o C
N : 96 x/mnt
P : 30 x/mnt
08.12 3. Mengatur posisi klien
Hasil : klien dalam posisi semi fowler
09.00 4. Penatalaksanaan pemberian obat
Hasil : pemberian aminofilin 1
ampul/iv/ganti cairan

08.20 1. Mengkaji waktu tidur klien


Hasil : tidur malam(23.00-04.00)

08.22 2. Merapikan tempat tidur klien


Hasil : tempat tidur klien rapi
08.25 3. Menganjurkan pada pengunjung klien

70

70
untuk tidak ribut
Hasil : ruangan klien tenang

08.30 1. Mengkaji pola kebersihan diri klien


Hasil : klien bersih
08.34 2. Mengajurkan klien untuk mandi
Hasil : Klien mau melakukannya
08.40 3. Memandikan klien
Hasil : klien hanya dilap basah

08.00 1. Bina hubungan saling percaya


Hasil : Hbungan antara perawat-klien
terjalin dengan baik
08.48 2. Mengkaji tingkat kecemasan klien
Hasil : Cemas klien mulai berkurang (5)
10.00 3. Menganjurkan pada klien teknis
napas dalam (bila sesak menurun)
Hasil : Untuk mengurangi rasa cemas.

EVALUASI

No. Hari/Tgl Waktu Evaluasi/hasil


1. Rabu/ 12.40 S : Klien mengatakan masih merasakan sesak
03-10-07 dan batuk
O : Klien nampak sesak dan batuk
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan inetervensi
1. Kaji frekeuensi napas klien
2. Kaji TTV
71

71
3. Beri posisi semi fowler
4. Kolaborasi dengan tim medik dalam
pemberian O2
5. Kolaborasi dengan tim medik dalam
pemberian obat

2. 12.55 S : Klien mengatakan susah tidur


O : Klien nampak mengantuk
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji waktu tidur klien
2. Berikan posisi yang nyaman
3. Rapikan tempat tidur klien
4. Anjurkan pada pengunjung untuk
tidak ribut

3. 13.10 S : Klien mengatakan selama sakit tidak pernah


mandi
O : Klien nampak kotor
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji pola kebersihan diri klien
2. Anjurkan klien untuk mandi setiap
pagi dan sore
3. Mandikan klien, cuci rambut dan
potong kuku
4. Beri HE tentang kebersihan diri
4. 13.30 S : Klien mengatakan ia cemas dengan
penyakitnya (skala 5)
O : Ekspresi wajah sedih
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

72

72
1. Bina hubungan salin percaya
2. Kaji tingkat kecemasan klien
3. Beri HE tentang penyakit
4. Beri support pada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
5. Ajarkan pada klien teknik napas
dalam (bila sesak menurun)

1. Kamis / 12.30 S : Klien mengatakan masih sesak dan batuk


04-10-07 O : Klien nampak sesak dan batuk
A : Frekuensi napas 28 x/mnt
P : Lnjutkan intervensi
1. Kaji frekeuensi napas klien
2. Kaji TTV
3. Beri posisi semi fowler
4. Kolaborasi dengan tim medik dalam
pemberian O2
5. Kolaborasi dengan tim medik dalam
pemberian obat
2. 12.36 S : Klien mengatakan tidurnya membaik (tidur
malam 22.00-04.00)
O : Klien masih mengantuk
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi

1. Kaji waktu tidur klien


2. Berikan posisi yang nyaman
3. Rapikan tempat tidur
4. Menganjurkan pada pengunjung klien untuk
tidak ribut

3. 12.49 S : Klien mengatakan tidak gerah lagi

73

73
O : klien nampak bersih
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi

1. Kaji pola kebersihan diri klien


2. Anjurkan klien untuk mandi setiap pagi dan
sore
3. Mandikan klien, cuci rambut dan potong kuku
4. Beri HE tentang kebersihan diri

S : Klien mengatakan cemsnya berkurang (Skala


4. 12.52 5)
O : ekspresi wajah sedih
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

1. Bina hubungan saling percaya


2. Kaji tingkat kecemasan klien
3. Beri HE tentang penyakit
4. Beri support pada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
5. Anjurkan pada klien teknik napas dalam (bila
sesak menurun)

S : Klien mengatakan sesak dan batuk


1. Jumat / 12.45 O : klien nampak sesak dan batuk
04-10-07 A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji frekuensi napas klien
2. Kaji TTV
3. Beri posisi semi fowler

74

74
4. Kolaborasi dengan tim medik dalam
pemberian O2
5. Kolaborasi dengan tim medik dalam
pemberian obat

S : Klien mengatakan tidurnya baik (22.00-05.00)


2. 12.50 O : Klien nampak ceria
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
1. Kaji waktu tidur klien
2. Berikan posisi yang nyaman
3. Rapikan tempat tidur klien
4. Anjurkan pengunjung klien untuk tidak
ribut

S : Klien mengatakan tidak gerah


3. 12.55 O : Klien nampak bersih
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi

1. Kaji pola kebersihan diri klien


2. Anjurkan klien untuk mandi setiap pagi dan
sore
3. Mandikan klien, cuci rambut dan potong kuku
4. Beri HE tentang kebersihan diri

S : Klien mengatakan tidak cemas lagi


O : Ekspresi wajah tenang
4. 13.00 A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
1. Bina hbungan salin percaya

75

75
2. Kaji tingkat kecemasan klien
3. Beri HE tentang penyakit
4. Beri support pada klien untuk
mengungkapkan perasaannya.
5. Ajarkan pada klien teknik napas dalam (bila
sesak menurun).

BAB IV

PEMBAHASAN

Sebagaiaman telah diuraikan pada bab sebelumnya dalam karya tulis

ini dimana penulis telah menggambarkan berbagai hal tentang Asma

Bronchiale baik teori perawatan yang termuat dalam tinjauan kasus serta

pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. “H” yang sedang dirawat di

ruang perawatan Baji Pamai II (210) RSUD Labuang Baji makassar.

Setelah penulis melaksanakan studi kasus lengsung tersebut, maka

penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang

dihadapi di lapangan. Untuk memudahkan dalam memahami kesenjangan

yang terjadi, maka penulis membahas berdasarkan langkah-langkah proses

76

76
keperawatan yaitu; pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

A. Pengkajian

Pada saat pengkajian (03-10-2007) keluhan yang ditemukan pada

Tn. “H” adalah sesak, batuk, berlendir, cemas, kurang tidur, personal

hygiene kurang.

Sedangkan menurut teori keluhan yang muncul pada penderita

Asma Bronchiale adalah: kelemahan umum, cemas, peningkatan tekanan

darah, sianosis, anoreksia, personal hygiene kurang, pernapasan cepat,

kesulitan berbicara karena sesak serta keterbtasan mobilitas fisik. Dengan

demikian terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus, yaitu pada

landasan teori ditemukan gejala kelemahan umum, keterbatasan mobilitas

fisik, peningkatan tekanan darah, sianosis, anoreksia, kesulitan bicara

karena sesak. Sementara keluhan tersebut tidak ditemukan pada tinjauan

kasus. Hal ini disebabkan karena klien sudah pernah mendapatkan

pengobatan dan perawatan.

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan teori diagnosa yang muncul pada klien gangguan

sistem pernapasan “Asma Bronchiale” adalah :

B.1. Gangguan rasa nyaman nyeri

B.2. Bersihn jalan napas tidak efektif

B.3. Gangguan pemenuhan nutrisi

B.4. Pola napas tidak efektif

B.5. Kecemasan
77

77
B.6. Kurang pengetahuan

Sedangkan dalam kasus ditemukan diagnosa keperawatan :

1. Pola napas tidak efektif b/d meningkatnya produksi mukus di jalan

napas.

2. Gangguan pola tidur b/d batuk berlebihan

3. Defisit perawatan dari b/d kelemahan fisik

4. Cemas b/d kurang pengetahuan klien tentang penyakit.

Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara teori dengan

kasus, dimana ada 6 diagnosa keperawatan dalam teori sedangkan

dalam kasus hanya ditemukan 2 diagnosa keperawatan yang ditemukan

dalam teori yaitu pola napas tidak efektif dan kecemasan. 4 diagnosa

yang tidak ditemukan pada kasus Tn. “H” yaitu :

1. Gangguan rasa nyaman nyeri

2. Bersihan jalan napas tidak efektif

3. Gangguan pemenuhan nutrisi

4. Kurang pengetahuan

Hal ini disebabkan karena pada saat penulis mengkaji tidak ada

data yang menunjang untuk diangkatnya diagnosa tersebut.

Sedangkan yang ditemukan dalam kasus tapi tidak ditemukan

dalam teori yaitu defisit perawatan diri dan gangguan pola tidur. Hal ini

disebabkan karena pada teori saat dikaji ada data yang kendukung data

tersebut di atas

C. Perencanaan

Dalam perencanaan penulis melibatkan klien dan keluarganya

78

78
sehingga tindakan yang diberikan akan berdampak positif bagi klien,

keluarga dan masalah dapat teratasi berdasarakn tujuan :

Adapun rencana keperawatan yang diberikan adalah :

C.1. Pola napas tidak efektif b/d peningkatan produksi

mukus di jalan napas.

Intervensi dalam teori :

1.a. Kaji frekuensi pernapasan

1.b. Beri posisi semi fowler

1.c. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea

1.d. Pertahankan masukan cairan sedikitnya

2500 ml/hr

1.e. Ajarkan teknik relaksasi (napas dalam)

Intervensi yang dilaksanakan dalam kasus

4.a. kaji frekuensi napas

4.b. kaji tanda-tanda vital

4.c. Beri posisi semi fowler

4.d. Beri O2

4.e. Kolaborasi dengan tim medik dalam poemberian

obat

Dari perencanaan di atas didapatkan kesenjangan antara teori

dengan kasus yaitu pada teori intervensi yang dilakukan adalah

bersihan sekret dari mukut dan trachea, sedangkan pada kasus

intervensi ini tidak dilakukan karena alasan klien mampu

mengeluarkan sekretsekret dengan cara membatukannya. Pada teori,

79

79
intervensi pertahankan cairan sedikitnya 2500 ml/hari, pada kasus

tidak dilakukan karena intake cairan Tn. “H” sudah cukup /sesuai

kebutuhan teknik relaksasi napas dalam, pada kasus tidak dilakukan

karena saat dikaji pernapasan klien 30x/ment. Pada kasus, intervensi,

kaji tanda-tanda vital sedangkan pada teori tidak ada, karena

perubahan tanda-tanda vital menunjukkan status penyakit, pada

kasus, ientervensi beri O2 dan pemberian obat, pada teori tidak

ditemukan , namun penulis mengangkat ini karena atas anjuran dokter

serta untuk membantu pernapasan klien dan mempercepat proses

penyembuhan

C.2. Perubahan pola tidur b/d batuk berlebihan

Intervensi menurut teori

a. Kaji pola tidur klien

b. Beri posisi yang nyaman untuk istirahat dan tidur

Intervensi yang dilaksanakan dalam kasus

2.a. Kaji pola tidur klien

2.b. Beri posisi yang nyaman

2.c. Rapikan tempat tidur

2.d. Anjurkan pada penunjang untuk tidak ribut

Dari intervensi tersebut terjadi kesenjangan antara teori dan

kasus diantaranya intervensi yang tidak terdapat dalam teori namun

terdapat pada kasus yaitu; rapikan tempat tidur dan anjurkan pada

pengunjung untuk tidak ribut, penulis mengangkat ini karena saat dikaji

80

80
tempat tidur klien ada tumpukan baju dan pengunjung klien juga

banyak.

C.3. Defisit keperawatan diri b/d kelemahan fisik

Intervensi :

3.a. Kaji kemampuan klien dalam memenuhi

kebutuhan klien sehari-hari

3.b. Bantu klien dalam memenuhi ADL

3.c. Bantu aktivitas perawatan diri yang

diperlukan

3.d. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas

selama fase penyembuhan

3.e. Beri HE tentang kebersihan diri

Intervensi dalam kasus

a. Kaji pola kebersihan diri klien

b. Anjurkan klien untuk mandi setiap pagi dan

sore

c. Mandikan klien, cuci rambut dan potong

kuku

d. Beri HE tentang kebersihan diri

Dalam intervensi ini ada kesenjangan antara teori dan kasus,

dimana intervensi yang dilakukan dalam kasus tidak berdasarkan pada

teori ini diakibatkan karena saat dikaji yang terganggu pada klien

adalah salah satu bagian dari mobilitas fisik yaitu kebersihan diri klien

81

81
sedangkan pada teori intervensinya mengarah pada kebutuhan

mobilitas fisik saja.

C.4. Kecemasan b/d kurang pengetahuan klien tentang

penyakit.

Intervensi :

d.a. Kaji tingkat kecemasan klien

d.b. Beri HE tentang proses penyakit

d.c. Memberikan supportpada klien

Intervensi dalam kasus

4.a. Hubungan saling percaya

4.b. Kaji tingkat kecemasan klien

4.c. Beri support pada klien

4.d. Ajarkan teknis relaksasi napas dalam

Dalam interevensi teori dan kasus terdapat kesenjangan, dimana dalam

teori tidak ada intervensi, dan dalam kasus terdapat intervensi bina

hubungan saling percaya dan ajarkan teknik relaksasi napas dalam,

penulis mengangkatnya agar klien mampu mempercayai perawat serta

mampu mengurangi rasa cemasnya.

D. Implementasi

Pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan selalu berorientasi

pada rencana yang telah ditentukan, pada ksus ini tidak ada implementasi

yang tidak dilaksanakan, ini tidak terlepas dari kerjasama klien dan

keluarga serta fasilitas perawatan yang ada.

Adapun implementasi keperawatan yang dilakukan adalah :

82

82
D.1. Pola napas tidak efektif b/d peningkatan produksi

mukus di jalan napas

1.a. Mengkaji frekuensi napas

1.b. memberi posisi semi fowler

1.c. mengkaji tanda-tanda vital

1.d. Memberi O2

1.e. Kolaborasi dengan tim medik dalam

pemberian obat

D.2. Perubahan pola tidur b/d batuk berlebihan

2.a. Mengkaji pola tidur klien

2.b. Memberi posisi yang nyaman

2.c. Merapikan tempat tidur

2.d. Menganjurkan pada pengunjung untuk

tidak ribut

D.3. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik

3.a. Mengkaji pola kebersihan diri klien

3.b. Menganjurkan klien untuk lap badan setiap

pagi dan sore hari

3.c. Memandikan klien, mencuci rambut dan

memotong kuku

3.d. Memberi He tentang kebersihan diri

D.4. Kecemasn b/d kurang pengetahuan klien tentang

penyakit

4.a. Membina hubungan saling percaya

83

83
4.b. Mengkaji tingkat kecemasan klien

4.c. Memberi He tentang penyakit

4.d. Memberi support pada klien

4.e. Mengajarkan teknik relaksasi napas

dalam.

E. Evaluasi

Untuk menilai sampai sejauh mana tujuan yang diharapkan telah

dicapai, maka melalui tahap evaluasi ini penulis menilai hasil asuhan

keperawatan yang telah diberikan selama 3 hari yang tertuang dalam

cattan perkembangan, bila dibandingkan dengan kriteria hasil evaluasi

dalam teori, maka dalam tinjauan kasus sebagian besar teratasi. Hal ini

disebabkan oleh faktor respon klien.

E.1. Pola napas tidak efektif b/d peningkatan produksi

mukus di jalan napas: pada kasus kriteria hasil belum

teratasi karena klien belum mampu bernapas secara

normal.

E.2. Perubahan pola tidur b/d batuk berlebihan

Pada kasus kriteria hasil sudah teratasi karena pada saat penulis

mengadakan evaluasi terakhir klien mengatakan sudah bisa tidur

dengan nyenyak.

E.3. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik, sudah

teratasi karena pada evaluasi terakhir klien dalam

keadaan bersih karena sudah dimandikan

E.4. Kecemasan b/d kurang pengetahuan tentang

84

84
penyakit, sudah teratasi, pada evaluasi terakhir klien

tenang menghadapi penyakitnya.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan penulis

menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

A.1. Pengkajian pada Tn. “H” ditemukan keluhan sesak,

batuk cemas serta pada pemeriksaan fisik adanya

perubahan irama pernafasan, tipe pernafasan, adanya

bunyi nafas tambahan (wheezing).

A.2. Diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam kasus

dan ditemukan pula dalam teori adalah : pola napas tidak

efektif berhubungan dengan peningkatan produksi mukus

di jalan napas. Kecemasan b/d kurang pengetahuan klien

tentang penyakit. Sedangkan diagnosa yang ditemukan

dalam teori tetapi tidak ditemukan dalam kasus adalah =

bersihan jalan napas tidak efektif. Dan diagnosa yang

ditemukan dalam kasus namun tidak dalam teori yaitu

gangguan pola tidur b/d batuk berlebihan dan defisit

perawatan diri b/d kelemahan fisik

A.3. Penanganan klien asma bronchiale dengan

85

85
mengadakan pendekatan proses keperawatan yang

terdiri dari tahap pengkajian diagnosa, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi sehingga masalah kebutuhan

klien terpenuhi

A.4. implementasi tindakan keperawatan pada Tn. “H”

dengan gangguan fungsi pernapasan asma bronchiale

penulis melakukan implementasi sesuai dengan yang

direncanakan : mengkaji frekuensi napas observasi

tanda-tanda vital, memberi posisi yang nyaman,

menganjurkan klien istirahat, membantu dalam keberihan

diri, mengkaji tingkat kecemasan.

A.5. secara umum tampak adanya beberapa perbedaan

antara tinjauan teori dan tinjauan kasus. Hal ini

disebabkan karena klien sudah pernah mendapat

pengobatan dan perawatan sebelumnya.

A.6. Pendokumentasian hasil pelaksanaan keperawatan

pada klien Tn. “H” dengan gangguan fungsi pernafasan

penuylis mengevaluasi 4 diagnosa keperawatan yang

ditemukan, dimana hanya 3 yang teratasi yaitu gangguan

pola tidur b/d batuk berlebihan, kecemasan b/d kurang

pengetahuan klien tentang penyakit, defisit perawatan

diri b/d kelemahan fisik sedangkan pola naps tidak efektif

b/d peningkatan produksi mukus di jalan napas.

B. Saran-Saran

86

86
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dibawah ini penulis akan

mengemukakan saran-saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi

peningkatan mutu pelayanan keperawatan.

B.1. Diharapkan kepada seluruh anggota keluarga Tn. “H”

untuk tetap memelihara kesehatan serta mencegah

timbulnya penyakit yang lebih parah.

B.2. Diharapkan kepada keluarga untuk membawa segera

anggota keluarganya ke rumah sakit bila ada yang sakit

dan membawa untuk kontrol ke rumah sakit.

B.3. Meningkatkan penyuluhan tentang penyakit asma.

B.4. Petugas kesehatan diharapkan lebih meningkatkan

mutu pelayanan dan fasilitas kesehatan rumah sakit.

B.5. Hendaknya mahasiswa dalam memberikan asuhan

keperawatan bersungguh-sungguh dan dapat

menerapkan teori dan keterampilan yang telah

didapatkan pada waktu kuliah.

87

87
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi . : Media


Aesculapius

Brunner and Suddarth, 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol. 1 :


EGC.

Corwin, E. J. 1997. Patofisiologi, ; EGC.

2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, : EGC

Suyono Slamet, 2001. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Jilid II. FKUI.

Vitahealth, 2006. Asma, Jilid II, .

88

88

You might also like