Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia, serangga yang mempunyai potensi merusak bahan pertanian
dalam simpanan jumlahnya terbatas. Diperkirakan ada 17 famili yang
masing-masing diwakili oleh 1-3 jenis. Serangga yang banyak merusak hasil
pertanian terutama dari jenis kumbang (Coleoptera) dan ngengat
(Lepidoptera). Bentuk serangga dewasa umumnya mempunyai sayap dan
berkembang biak dangan cara bertelur. Siklus hidupnya malampaui beberapa
fase kehidupan, mulai dari telur, ulat (larva/jentik), kepompong (pupa),
selanjutnya menjadi serangga dewasa. Kumbang dewasa dan bentuk ulat aktif
merusak bahan simpanan.
Bahan-bahan (produk pertanian) yang disimpan di gudang akan
memperoleh gangguan dari berbagai hama terutama hama serangga
(Kartasapoetra (1991) dalam Anaf (2009)). Gangguan tersebut dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan dan kehilangan berat biji (pada biji-
bijian). Selain produk pertanian, produk olahan yang disimpan dapat juga
terserang oleh serangga. Serangga tersebut juga dapat menyebabkan
kerusakan dan kehilangan bobot (penyusutan bobot) pada produk. Besarnya
kerusakan dan kehilangan tergantung dari cara serangga menyerang atau
merusak (Kartasapoetra (1991) dalam Anaf (2009)). Masing-masing jenis
serangga umumnya lebih menyukai jenis makanan tertentu, tetapi ada juga
serangga yang menyukai berbagai jenis makanan (polifag).
B. Tujuan
A. Jenis-jenis Serangga
Hama pascapanen adalah organisme-organisme yang merusak hasil
pertanian baik yang telah dipanen atau lewat masa panen. Akibat dari
gangguan hama pascapanen tersebut yaitu terjadinya kerusakan dan
kehilangan. Kerusakan adalah berhubungan dengan kondisi produk yang
menunjukkan adanya habitat serangga, bekas makanan seperti berlubang, alur
gerekan, dan lain-lain. Sedangkan, kehilangan adalah akibat adanya aktifitas
serangga (termakan) sehingga akan mengurangi jumlah material yang
disimpan (Kartasapoetra (1991) dalam Anaf (2009)).
Contoh kerusakan yang diakibatkan hama terutama serangga dapat terlihat
pada produk biji-bijian yang disimpan dalam keadaan tidak terkontrol.
Kualitas biji-bijian yang terserang hama tersebut dapat berubah. Perubahan
kualitas terjadi secara berangsur-angsur dalam penyimpanan biji adalah hasil
interaksi kompleks dalam sistem ekologi yang kompleks. Perubahan kualitas
ini dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori : (1) Kondisi awal biji ketika biji
dikirim ke penyimpanan. (2) Kondisi penyimpanan antara panen dan
prosesing awal. (3) Teknik penanganan dan perlakuan pada sejumlah biji
yang disebut Alur Teknik Penyimpanan. (4) Faktor deteorisasi biologi
terutama oleh adanya cendawan dan hama-hama invertebrata (serangga dan
tungau) (Fleurat – Lessard (2002) dalam Anaf (2009)).
Berikut adalah beberapa jenis serangga yang menyerang bahan pangan
(Imdad dan Nawangsih, 1995) dan produk olahan.
1. Bubuk beras (laser rice weevil)
Kumbang bubuk beras (Sitophilus oryzae atau calandra oryzae) juga
biasa disebut kumbang penggerek beras. Kumbang ini merupakan hama
utama pada beras yang disimpan. Serangan kumbang ini ditandai dengan
butir beras berlubang-lubang atau hancur menjadi tepung karena gerekan
kumbang. Akibat hama ini, beras dapat kehilangan berat (susut berat)
mencapai 23% setelah disimpan beberapa bulan.
B. Cara Pengendalian
Menurut (Kartasapoetra, 1991). Secara umum, faktor yang mempengaruhi
perkembangan dari hama pascapanen dibagi ke dalam 2 faktor :
1. Faktor luar (Eksternal) : terdiri dari iklim, makanan, musuh alami, dan
manusia.
2. Faktor dalam (Internal); lebih banyak dipengaruhi oleh faktor genetik
hama itu sendiri.
Sifat struktur penyimpanan secara umum adalah kondisinya yang stabil
dibandingkan lingkungan alami dan ketersediaan pangan yang melimpah.
Karakter penyimpanan ini menguntungkan hama gudang, walaupun
adakalanya terjadi kelangkaan sumber makanan. Serangga hama di
penyimpanan, terutama hama-hama penting adalah serangga yang telah
teradaptasi pada lingkungan penyimpanan dengan baik, karena: habitat
penyimpanan merupakan reservoir alaminya, toleransinya yang tinggi
A. Kesimpulan
Beberapa serangga dapat menyebabkan kerusakan atau kehilangan
terhadap bahan pangan dan produk olahan pangan. Serangga yang dapat
menyebabkan kerusakan atau kehilangan terhadap bahan pangan, didominasi
oleh serangga dari kelompok ngengat dan kumbang. Serangga-serangga
tersebut umumnya menyerang serealia dan turunannya seperti beras, jagung,
dan tepung-tepungan, serta beberapa kacang-kacangan. Serangga yang
umumnya menyebabkan kerusakan atau kehilangan terhadap produk olahan
yaitu lalat (pada produk pengeringan ikan) dan semut (produk olahan yang
manis). Kerusakan yang terjadi berhubungan dengan kondisi produk yang
menunjukkan adanya habitat serangga, bekas makanan seperti berlubang, alur
gerekan, dan lain-lain. Sedangkan, kehilangan yang terjadi akan mengurangi
jumlah bahan pangan atau produk olahan tersebut.
Pencegahan terhadap kerusakan atau kehilangan oleh serangga dapat
dilakukan melalui menjaga kebersihan gudang, menjaga suhu dan kelembaban
gudang, menggunakan kemasan kedap udara, mengaplikasikan sistem
pengendalian atmosfer, menurunkan tingkat kadar air produk atau bahan
pangan, meningkatkan derajat sosoh, dan mencegah kutu datang.
Pengendalian serangga yang umum dilakukan untuk menghindari
kerusakan lebih jauh oleh serangga adalah fumigasi, penyemprotan
Insektisida, penyampuran Insektisida secara langsung pada bahan pangan, dan
penggunaan bahan alami dan cara biologi.
B. Saran
Setiap industri atau pelaku usaha pengolahan pangan lebih memperhatikan
penyimpanan bahan baku dan produknya. Pengaturan suhu dan kelembapan
dilakukan pada tempat penyimpanan. Pemilihan kemasan juga diperhatikan.
Hal tersebut penting dilakukan untuk mencegahan kerusakan dan kehilangan
oleh serangga yang dapat menimbulkan kerugian.